Tentangsinopsis.com – Sinopsis Woori the Virgin Episode 3, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Episode sebelumnya.
Woori menemui ibu dan nenek yang sedang memalu daging. Kehamilan dan keibuan. Setelah melahikan wanita cenderung kesulitan dengan pekerjaannya dan akhirny memutuskan untuk berhenti kerja.
Ia yang nggak mau itu terjadi padanya memutuskan untuk memanggil bayinya dengan panggilan Palu karena nggak mau diingatkan dengan hal itu. Lah padahal ibu sama nenek berpikir kalo ia berubah pikiran, tahunya ia mau pamit untuk bertemu dengan Rafael dan istrinya.
Sesampainya di sana ia malah melihat No Manchul tewas di dalam lift. Seketika itu juga ia pingsan dan ditangkap sama Rafael.
Beberapa saat kemudian tempat itu dipenuhi sama polisi. Woori masih nggak bisa memberikan keterangan karena mau ke dokter. Kangjae nggak bisa mengantarnya karena sedang bertugas. Rafael menawarkan diri untuk membawanya ke dokter. Ia nyuruh Mari untuk berbenah dan menenangkan pasien.
Kapten bertanya pada Kangjae penyebab kematian No Manchul. Kangjae melaporkan kalo aortanya dipotong menggunakan pisau bedah. Persis seperti perbuatan pimpinan Kim. Kapten memintanya untuk nggak terburu-buru menyimpulkan. Bia jadi pelakunya bukan pimpinan Kim. Secara kejadiannya ada di rumah sakit dan ada banyak pisau bedah di sana.
Nahi datang dan melaporkan kalo diska lepas rekaman kamera pengawas hilang. Kangjae lalu menatap Mari penuh curiga.
Sambil jalan Woori memberitahu alasan kedatangannya yaitu untuk membertahu Rafael dana istrinya kalo ia akan mempertahankan palu. Heh??? Woori mengulangi kalo ia memanggil bayinya Palu. Rafael kaget dan menanyakan alasannya. Woori malah menangkap kalo Rafael kayak nggak senang ia mempertahankan bayinya.
Rafael membantah dan mengungkit kalo sebelumnya Woori memutuskan sebaliknya. Woori sendiri menganggap kalo setiap nyawa itu berharga. Selain itu ia melakukannya untuk dirinya sendiri.
Ia hanya akan meminta biaya medis untuk kehamilannya dan jumlahnya lebih kecil dari yang mereka tawarkan. Rafael yang nggak tahu kalo ayah dan istrinya menawarkan uang merasa nggak enak dan nyuruh Woori untuk menghubunginya kalo butuh apa-apa.
Woori pun menjalani pemeriksaan dengan Rafael di sampingnya. Ia merasa sangat lega Woori dan bayinya baik-baik saja. Woori memberitahu kalo ada yang mau ia katakan pada Rafael dan istrinya. Ia tumbuh tanpa adanya seorang ayah. Karena itulah ia menginginkan keluarga yang sempurna untuk bayinya. Keluarga yang bahagia dengan ayah dan ibu yang saling menyayangi.
Rafael mengingat kalo keluarganya nggak seperti itu. Ia dan Mari bahkan akan bercerai. Tapi ia yang nggak ingin Woori kembali berubah pikiran memutuskan untuk berbohong dan membenarkan kalo mereka sangat bahagia.
Mari ngasih tahu ayah kalo Woori akan mempertahankan bayinya. Ayah pikir itu karena mereka menawarkan uang. Lah dia malah mau mengurangi uang yang ditawarkan. Rafael datang dan memberitahu kalo ia sudah menghapusnya dan menjadikannya nol.
Uang nggak menyelesaikan segalanya dan malah membuatnya tersinggung. Ayah lega dengarnya. Sebelum Rafael pergi ayah berpesan agar mereka nggak melibatkan media atas insiden penusukan karena akan membuat rumah sakitnya bankrut.
Mari pulang dan melihat ibu menonton berita tentang No Manchul. Ia pikir ibu yang membunuhnya. Ibu mengatakan kalo seorang ibu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya. Termasuk dirinya. Ia yang kehilangan kakinya karena Mari, nggak bisa apa-apa selain mengharapkan kesuksesannya. Mari jadi makin yakin kalo ibu lah pelakunya.
Ibu membantah meski ia sangat menginginkannya. Ia merasa kalo semesta mendukung Mari. Saat ia nggak bisa hamil, seseorang datang dan melakukan itu untuknya. Saat ia ingin menyingkirkan seseorang, orang lain muncul dan menyingkirkannya untuknya.
Woori pulang dan langsung disambut sama Ibu dan nenek. Ia merasa yakin kalo Palu akan disayangi. Mereka sangat kaya dan menginginkannya. Ibu mau ngasih tahu kalo menyerahkan bayinya bukanlah hal yang mudah tapi ponselnya terus berdering. Nenek sampai gemas lihatnya.
Ibu lalu ke kamar untuk menjawabnya. Ternyata yang nelpon adalah Sungil. Ia ingin bertemu dengan ibu dan Woori tapi ibu nggak ngijinin. Woori sedang ada masalah. Ia juga melarang Sungil untuk menelponnya lagi. Ia yang akan menelponnya nanti.
Woori ke rumah sakitnya Rafael sama Yeri dan malah lihat Rafael pelukan sama wanita lain selain Mari. Karena itulah ia menjadi ragu. Apalagi saat berjalan pulang Yeri mengatakan kalo julukannya Rafael adalah pemburu aktris. Ia berkencan dengan aktris satu ke aktris yang lain. Rumornya mengatakan seperti itu.
Sesampainya di kantor Woori mencari tahu tentang hal itu di mesin pencari. Di sana ia mengetahui kalo Rafael suka berpesta dengan banyak wanita. Ia ingat saat bersama dengan Rafael dulu. Ia menolak saat Rafael mengajaknya ke hotel dan janjian akan bertemu lagi di sana besok. Esok harinya ia malah melihat Rafael bertemu dengan wanita lain dan berciuman.
Bersama Nahi, Kangjae ke rumah sakit milik Rafael dan mengajukan beberapa pertanyaan pada karyawan di sana. Rafael menegurnya yang melakukannya di depan para pasien dan nyuruh Mari untuk mengantar mereka ke ruang rapat.
Malamnya Woori makan dengan Kangjae. Ia meminta Kangjae untuk menyelidiki tentang Rafael. Ia dengar kalo ia adalah seorang perayu. Ia juga pernah mengadakan pesta narkotika. Ia minta Kangjae untuk menyelidiki apa Rafael pernah punya catatan kriminal?
Kangjae memberitahu kalo meski ia seorang polisi tapi ia nggak bisa melakukannya. Ia bisa dipecat. Woori sangat menyayangkan. Padahal istrinya sangat ingin punya anak tapi suaminya malah seperti itu. Kangjae lalu teringat saat ia memata-matai Mari. Ia nggak bisa memberitahu Woori dan memintanya untuk memikirkannya lagi.
Di rumah Woori menepon Rafael dan memintanya bertemu dengan istrinya juga karena ada yang mu ia bicarakan mengenai bayinya. Rafael mengatakan kalo Mari sibuk dan minta Woori untuk bicara dengannya saja. Woori sampai nggak habis pikir. Itu tentang bayinya tapi Mari sibuk? Akhirnya Rafael mengiyakan dan akan meriksa jadwalnya.
Ia lalu menutup telponnya karena mau ketemuan saa wanita yang tempo hari. Mereka harus ketemu diam-diam karena takutnya ada yang lihat.
Sungil datang ke restoran. Ia sangat ingin memberitahu Woori kalo ia adalah ayahnya. Ibu melarang karena Woori sedang ada masalah. Sungil menanyakan masalahnya karena ia melihat wajah Woori sangat pucat tadi. Ibu kaget mereka ketemu. Lah kan mereka bekerja bersama bu.
Woori mendadak keluar dari kamar. Kaget lihat Sungil ada di sana. Ibu memberitahu kalo Sungil adalah temannya saat SMP. Belum lagi nenek juga keluar. Ia mengajak Sungil untuk makan bersama.
Sungil sangat senang dan langsung menerimanya tapi ibu malah mengusirnya dengan bilang kalo ia sibuk. Sebelum pergi Sungil melihat foto wisuda Woori bersama ibu dan nenek. Ia membayangkan kalo ia ada di sana.
Di kamarnya Woori masih mencaritahu tentang Rafael. Paginya ia bertemu dengan Kangjae dan merubah keputusannya. Ia malah mau membesarkan bayi itu sendiri. Kangjae menenangkan dan minta Woori untuk nggak terlalu memikirkannya.
Kangjae sedang rapat dengan timnya. Kapten mengeluhkan mereka yang belum juga menemukan sesuatu tentang No Manchul. Kangjae yang punya foto tentang kedekatan No Manchul dengan Mari memilih untuk menyembunyikannya.
Mereka lalu dapat laporan tentang Kucing Liar dan harus bergerak. Kangjae nggak bisa ikut karena mendadak ada bayi Rafael di pangkuannya. Ia mau mengganti popoknya dulu.
Lah ternyata Kangjae sedang melamun.
Mari di parkiran telponan sama ibunya. Ibu berpesan agar ia nggak meninggalkan jejak kalo pernah ketemu sama No Manchul. Sesampainya di mobil ia langsung membuang rekaman kamera pengawas di mobilnya. Lah malah ditemukan sama Kangjae.
Keduanya lalu bicara. Ia menunjukkan foto-foto Mari bersama No Manchul. Mari kekeuh bilang kalo ia nggak punya hubungan sama No Manchul. Ia lalu menawarkan kerja sama. Kalo Woori nggak memberikan bayinya padanya maka Kangjae yang harus mengasuh anak itu.
Setelah membuat kesepakatan mereka pun berpisah. Mari nelpon ibunya dan memberitahu yang terjadi. Ia lalu baru ingat sama kalungnya dan kembali menemui Kangjae.
Rafael mengirimkan sofa dan beberapa barang yang bisa membuat Mari nyaman saat bekerja. Merasa terlalu berlebihan, Mari pun bicara dengannya di luar. Woori pikir harusnya Rafael ngasih tahu dirinya dahulu. Rafael meminta maaf dan berjanji akan ngasih tahu dulu lain kali.
Woori lalu menanyakan kedekatan Rafael dengan Choi Miae. Rafael membantah dan bilang kalo mereka hanya kenalan biasa. Setelah itu ada seorang wanita yang menyapa Rafael. Mereka seperti dekat tapi Rafael salah menyebutkan namanya. Gegara itu pandangan Woori berubah. Ia jadi nggak jadi membicarakan tentang Choi Miae.
Rafael jadi keselek kemudian pergi ke toilet. Saat itulah Woori melihat pesan dari Miae yang mendesak Rafael untuk segera mengungkapkannya.
Kangjae ke rumah No Manchul seperti yang Mari minta yaitu mencari kalung dengan inisial namanya. Ia pun menemukannya dan menyimpannya. Dan saat kaptennya bertanya apa Kangjae menemukan sesuatu, Kangjae membantah. Enggak.
Woori memata-matai Rafael yang bertemu dengan Choi Miae. Ia bahkan juga menguping pembicaraan meraka. Choi Miae mau mengungkapkannya tapi Rafael masih ragu. Mereka lalu melihatnya. Woori kesal dengan apa yang dilihatnya dan merasa nggak bisa lagi memberikan bayinya.
Seorang wanita datang bersama anaknya. Setelah tahu yang sebenarnya Woori merasa sangat malu. Jadi ternyata Rafael membantu anak itu mengenalkan dokter yang hebat. Anak itu menderita penyakit yang sama sama dirinya. Sebagai ucapan terima kasih, anak itu bahkan memberikan boneka kesayangannya pada Rafael.
Rafael mengantar Woori pulang. Sebelumnya ia menepi untuk berbincang. Woori memberitahu kalo ia mencari tahu tentang Rafael selama 2 hari ini. Rafael hanya tersenyum. Ia yakin ada banyak hal di sana. Dan bahkan dilebih-lebihkan. Ia lalu menunjukkan fotonya bersama ibunya.
Ibunya meninggal saat ia masih SMP. Sejak itu ia bertingkah dan melakukan segala hal yang dilarang. Sampai suatu hari dokter mengatakan kalo ia mengidap kanker perut stadium 3. Ibunya juga meninggal karena kanker perut. Saat itu ia merasa seperti ibunya sedang mengingatkannya kalo ia nggak boleh hidup seperti itu lagi. Ia harus menjalani hidupnya dengan baik.
Woori lega dengarnya. Ia lalu mengonfirmasi kalo hubungannya dengan Mari baik-baik saja? Rafael masih nggak bisa ngasih tahu Woori dan terpaksa membenarkan.
Setelahnya Rafael kembali ke kantor dan mencari Mari. Dia nggak ada. Kata karyawan lain Mari sedang bekerja. Ia mau menelponnya tapi nggak jadi saat melihat sepasang sepatu bayi di meja.
Mari menemui Kangjae dan bertanya apa ia menemukan kalungnya? Kangjae menunjukkannya. Mari mau mengambilnya tapi Kangjae nggak mau memberikannya. Ia akan menyelidikinya terlebih dauhlu. Mari lalu ditelpon sama Rafael. Mereka akan ke rumah sakit besok jam 14.00. Dan ternyata Kangjae juga akan ke sana.
Hari ini Woori akan menjalani USG pertamanya. Mari, Rafael dan ayahnya, juga ibu, nenek dan Kangjae menemaninya. Mari sangat antusias dan bertanya-tanya apa jenis kelamin bayinya nanti, akankah itu laki-laki atau perempuan?
Setelah menunggu tibalah saatnya Woori dipanggil. Woori dan rombongan masuk bersamaan. Karena ruangannya nggak mencukupi, dokter nyuruh mereka untuk keluar. Hanya Woori dan ayah si bayi yang diijinkan ada di sana. Meski berat akhirnya yang lain keluar.
Selama proses USG, Woori dan Rafael membicarakan tentang impian Woori yang ingin menjadi penulis. Sebelumnya Woori sempat ingin menjadi guru. Sampai saat karyawisata prakelulusan ia bertemu dengan Rafael. Ia memberinya semangat untuk mengejar impiannya yaitu menjadi penulis.
Dokter lalu menunjukkan janinnya. Untuk sekrang masih belum bisa mendengarkan detak jantungnya karena ukurannya bru sebesar permen beruang. Rafael menatapnya dengan mata berkaca-kaca lalu menyapanya. Annyeong!!! Permen beruang!!!
Mari dan yang lain menunggu dengan cemas di luar. Kangjae memberitahu Mari kalo ia berubah pikiran dan akan melaporkannya. Mari memperingatkan kalo itu artinya Kangjae akan membesarkan bayi orang lain.
Mereka lalu meninggalkan rumah sakit. Saat menuruni tangga, baik Kangjae maupun Rafael sama-sama mengkhawatirkannya dan mau menggandengnya. Kangjae menyombongkan kalo Woori adalah tunangannya dan Rafael mengingatkan kalo ia adalah ayah bayinya.
Woori menyudahi dan melepaskan diri. Tangga doang ini…
Kangjae akhirnya menunjukkan foto-foto Mari pada kapten dan dimarahin karena merahasiakannya. Ia lalu diminta untuk membuat laporan tertulis.
Mari menemui Rafael. Rafael memberinya sebuah amplop. Dikiranya itu adalah surat cerai, nggak tahunya foto USG bayinya. Ia masih belum bisa memaafkan Mari tapi demi bayinya ia akan berusaha. Mari sangat senang dan langsung memeluk Rafael. Lah foto bayinya malah dijatuhin.
Woori juga sedang melihat foto bayinya. Ia nangis. Itu bukan palu. Itu bayinya. Ia merasa nggak bisa memberikannya seolah itu benda. Tapi bukan berarti ia sanggup untuk membesarkannya. Ia merasa sangat takut karena nggak tahu apa-pa. Ibu menenangkan kalo ia akan selalu ada untuk mendukungnya.
Nenek datang dan juga menguatkannya. Ia mengajak Woori untuk menyelesaikan tu demi satu PR yang diberikan. Mereka nggak tahu apakah jawaban mereka benar atau salah tapi mari melakukan yang terbaik.
Sungil sedang syuting. Di tengah-tengah adegan ia maah pergi. Bilangnya ada yang harus ia lakukan. Ternyata ia menemui ibu. Ia nggak bisa menahannya lagi dan ingin memberitahu Woori kalo ia adalah ayahnya. Ibu melarang karena Woori sedang kesulitan. Sungil heran. Apa sih kesulitannya? Kalo nggak dikasih tahu takutnya dia mati duluan.
Nenek kembali dari luar. Ibu yang nggak ingin nenek melihat Sungil menariknya untuk bersembunyi di kamar. Sejenak nenek lupa memanggil ibu dan menonton dramanya Sungil. Tapi saat melihat adegan ciuman, nenek jadi ingat sama ibu lagi dan memotretnya untuk dilihatin ke ibu. Alangkah kagetnya nenek saat melihat Sungil dan ibu melakukan adegan seperti yang ia lihat di drama barusan.
Kangjae mengantar Woori untuk bertemu dengan Rafael dan Mari. Dalam perjalanan Kangjae memberitahu kalo nama aslinya Rafael adalah Kim Bokrae. Ternyata Woori sudah tahu.
Sebelumnya mereka sepakat nggak saling menyembunyikan sesuatu. Karena itulah Woori lalu memberitahu kalo pria yang ia termui di Laut Timur adalah Rafael. Kangjae terkejut mendengarnya tapi ia mengaku nggak papa.
Rafael sama Mari juga lagi ngomongin Woori sama tunangannya. Mari merasa nggak nyaman kalo terus ketemu sama tunangannya Woori. Kalo sama Woorinya nggak masalah. Rafel melarang Mari untuk manggil nama dan menyuruhnya untuk manggil Oh Jagganim.
Mari meremehkan, cuman asisten penulis ini. Rafael tetap nyuruh Mari untuk manggil Oh Jagganim. Mari menurut. Medengar itu malah mengingatkannya pada masa lalu. Yaitu saat ia ketemu sama Woori di laut Timur. Oh Tuhan, hampir aja nabrak.
Rafael menemui Woori dan Kangjae dan mengonfirmasi kalo mereka pernah ketemu di laut Timur.
Bersambung…