Tentangsinopsis.com – Sinopsis Unlock My Boss Episode 4 Part 2,Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini.
Sebelumnya…
Mi Ran dan Se Yeon bicara.
Mi Ran : Aku tak yakin apa aku harus membangun apartemen atau stadion berkubah di sini. Aku selalu ingin membangun stadion berkubah, tapi kebanyakan orang menginginkan apartemen, jadi, aku sedang bingung. Jika itu kau, apa yang akan kau bangun di sini? CEO Park takkan mengirim sekretarisnya untuk memeriksa tanah, jadi, kuanggap kau datang ke sini untuk menemuiku.
Se Yeon nyari alasan.
Se Yeon : CEO Park In Sung akan tinggal di rumah CEO Kim Sun Joo untuk sementara waktu.
Mi Ran : Apa itu sebabnya kau menemuiku di sini? Hanya itu?
Se Yeon : Apa?
Mi Ran : “Pak Park memiliki ponsel Kim Sun Joo” Bukankah lebih baik kau menyampaikan hal ini?
Se Yeon kaget Mi Ran tahu.
Mi Ran : Kau pasti tengah bingung sama sepertiku.
Mereka lalu mendengar suara Wakil Pimpinan Oh.
Ternyata Wakil Pimpinan Oh juga ada di sana, sama seketarisnya. Dia lagi melihat tanah.
Wakil Pimpinan Oh : Beberapa orang mengatakan kita harus membangun museum seni di sini. Tak ada yang lebih baik dari lukisan mewah untuk menyembunyikan uang kotor.
Mi Ran mendengar itu, kenapa tiba-tiba ingin membangun museum seni?
Wakil Pimpinan Oh melihat sekelilingnya.
Dan dia melihat Mi Ran.
Se Yeon kembali ke mobilnya.
Dia bertanya-tanya, siapa yang Sam Soo coba temui di tempat itu. Lalu dia menatap Mi Ran yang bicara dengan Wakil Pimpinan Oh.
Se Yeon lantas melajukan mobilnya.
Sementara itu, Wi Je mengikuti Wakil Pimpinan Oh dan Mi Ran di belakang dengan mobil.
Wakil Pimpinan Oh : Di tanah kosong seperti ini, aku dan kakakku mendirikan Bumyoung Construction, mengembangkan Bumyoung Electronics, dan mendirikan Bumyoung Motors. Maka itu, aku selalu berterima kasih kepada ayahku. Nama “Bumyoung” diambil dari nama kakakku, “Bum” dari Bum-geun, dan namaku, “Young” dari Young-geun.
Mi Ran : Kau berbicara tentang masa lalu lagi. Agak menyedihkan bahwa kau hanya memiliki masa lalu untuk dibanggakan.
Wakil Pimpinan Oh : Apa yang sudah kau perbuat hingga berpikir kau pantas mendapatkan posisi itu?
Mi Ran : Bukan masalah apa yang sudah kau perbuat, tapi apa yang bisa kau perbuatlah yang terpenting. Ini saranku yang sederhana untukmu, Pak Oh.
Wakil Pimpinan Oh : Jadi, apa yang bisa kau lakukan? Baiklah. Katakanlah kau menjadi pimpinan. Bagaimana jika kau menikah kelak? Perusahaan Bumyoung takkan menjadi milik keluarga Oh lagi. Aku yang akan melindung perusahaan Bumyoung.
Mi Ran : Pemikiran kuno semacam itulah yang membuatmu tak pantas mendapatkan posisi sebagai wakil pimpinan.
Wakil Pimpinan Oh : Apa katamu? Langkahi dulu mayatku…
Mi Ran melemparkan pasir ke mata Wakil Pimpinan Oh.
Wakil Pimpinan Oh langsung kelilipan.
Wakil Pimpinan Oh : Apa-apaan ini?
Mi Ran : Bukankah aku menyarankanmu untuk fokus pada apa yang bisa kau lakukan?
Mi Ran pergi.
Wakil Pimpinan Oh : Kau berandal…
Wi Je langsung lari ke Wakil Pimpinan Oh.
Dia memeriksa kondisi Wakil Pimpinan Oh.
In Sung mengambil tisu yang tergeletak, menutupi ponsel Sun Joo.
Lalu dia membuang tisu itu ke kloset.
Kemudian dia mengambil handuk dan beranjak ke depan cermin. Dia baru selesai mandi dan tengah mengeringkan rambutnya. Sementara itu, ponselnya dan ponsel Sun Joo ada di rak di atas kloset. In Sung menaruh ponselnya dibawah ponsel Sun Joo.
Sun Joo : Maaf atas ketidaknyamanannya.
In Sung : Dia sangat energik untuk anak berusia tujuh tahun. Mungkin dia bisa menjadi atlet nasional. Kim Yuna, Kim Yeon Kwong, Kim Min A.
Sun Joo : Kerja bagus hari ini. Bermain dengan Min A akan dianggap lembur dan…
In Sung : Itu tak sepenuhnya hanya untuknya. Itu juga menyegarkan bagiku. Itu membantuku menjernihkan pikiran. Juga, “Kerja bagus?” Kau cukup mengatakan, “Terima kasih.”
Sun Joo : Terima kasih.
In Sung : Sebuah pujian dan terima kasih? Kudengar orang berubah saat mereka mendekati ajal mereka.
In Sung mengambil ponselnya tapi pas menarik ponselnya yang ada di bawah ponsel Sun Joo, ponsel Sun Joo jatuh ke dalam kloset.
In Sung panic, oh, tidak. Astaga, Pak Kim? Sial. Pak Kim?
In Sung pun mengeringkan ponsel Sun Joo dengan hairdryer di ruang tengah. Kepala Pelayan Shim mendekat dan menyuruh In Sung membawa ponsel itu ke Pusat Layanan Bumyoung Electronic.
In Sung : Bagaimana jika kita melewatkan waktu gentingnya?
Pengasuh Jung datang, waktu genting? Itu hanya sebuah ponsel, bukan manusia. Jika tak dapat diperbaiki, beli yang baru saja. Lagi pula, kau adalah seorang CEO.
In Sung : Itu karena di dalam ponsel ini… Ada sesuatu di sana.
Pengasuh Jung : Karakter permainan?
In Sung : Sesuatu yang harus ada bersamaku.
Pengasuh Jung : Mungkin ada foto mantan pacarnya. Astaga. Cinta sejati.
In Sung stress banget ponsel Sun Joo gak mau hidup.
Min A datang dan tanya ada apa. In Sung langsung memeluk Min A.
In Sung : Min A-ya, aku minta maaf. Aku merasa bersalah.
Sontak lah, Pengasuh Jung dan Kepala Pelayan Shim saling menatap dengan tatapan bingung.
Besoknya, In Sung membawa ponsel Sun Joo ke rumah sakit. Wkwkwkw….
Petugas di resepsionis bertanya apa masalahnya.
In Sung bilang dia perlu memperbaiki ponselnya.
Petugas bilang layanan perbaikan ponsel ada di dalam.
In Sung masuk ke IGD. Dia minta bantuan ke dokter pertama yang dia temui. Tapi dokter itu bilang dia melayani televisi. Seorang perawat memanggil In Sung dan memberitahu perawatan ponsel di sebelah mana.
In Sung bergegas menemui dokter.
In Sung menaruh ponsel Sun Joo ke atas ranjang.
In Sung : Pak Dokter, ini ponselnya. Tolong selamatkan ponsel ini.
Dokter : Baik, aku akan melakukan yang terbaik.
In Sung : Kumohon. Aku butuh ponsel ini.
Dokter menyalakan lampu senternya.
Dokter : Pasien. Tolong kedipkan lampu senter jika kau dapat mendengar ini.
Dokter mengarahkan lampu senternya ke ponsel Sun Joo.
In Sung bilang tunggu, ini pantatnya.
In Sung memutar balik ponsel Sun Joo.
Tentu saja, ini hanya bayangan In Sung ya guys…. Wkwkwk…
Sekarang, Se Yeon lagi nyupirin In Sung.
Se Yeon : Kau menjatuhkan Pak Kim ke kloset? Maksudku, kau menjatuhkan ponsel Pak Kim ke sana?
In Sung : Tapi itu bukan buang air besar.
Se Yeon : Apa kata pusat layanan?
In Sung : Mereka bilang butuh waktu untuk memperbaikinya. Mereka akan mengabari besok. Apa menurutmu ini dapat membuat Pak Kim dalam masalah? Bagaimana jika mereka membongkar ponsel dan sesuatu yang buruk terjadi padanya?
Se Yeon : Tak mungkin. Tolong katakan padaku mereka takkan melakukannya.
Tiba2 aja, Ma Pi muncul di depan mereka. Se Yeon pun langsung menginjak rem.
In Sung keluar dan menghampiri Ma Pi.
In Sung : Apa kau baik-baik saja?
Se Yeon turun dari mobil.
Ma Pi menatap Se Yeon.
Ma Pi : Kau pikir kau bisa menyembunyikan ibumu dan melarikan diri dariku? Aku sudah berpengalaman menghadapi orang-orang sepertimu.
Se Yeon kesal, jangan salah paham. Kalau itu rencanaku, aku pasti sudah berhenti dari pekerjaanku.
In Sung : Maaf, tapi siapa kau?
Ma Pi : Dan siapa kau?
In Sung : Aku bekerja dengan Nona Se… Maksudku, aku rekan kerjanya.
Ma Pi : Apa dia pacarmu? Di mana kau menemukan pecundang ini?
Ma Pi mendekati In Sung dan menyarankan Se Yeon menjadi pelacur saja.
In Sung marah dan mendekati Ma Pi.
In Sung : Kau pikir kau siapa berani berkata seperti itu.
Ma Pi : Aku pria yang meminjaminya 50 juta won.
In Sung terkejut.
Ma Pi : Kenapa? Apa kau ingin membayarkannya untuknya?
Se Yeon : Ini urusanku, jadi, bicaralah denganku.
Ma Pi : Maka lakukan apa yang kukatakan, Jalang.
Se Yeon : Aku tahu ini adalah pekerjaanmu, tapi setidaknya kau harus membiarkanku bernapas. Percayalah padaku. Kau orang yang paling dirugikan jika aku mati, ‘kan?
Ma Pi marah dan mendorong Se Yeon.
Ma Pi : Apa kau gila?
In Sung menghentikan Ma Pi.
In Sung : Akan kubayar utangnya.
Se Yeon kaget mendengarnya.
Ma Pi menatap Se Yeon dan mengatai In Sung pecundang.
Ma Pi : Tapi aku tak percaya orang. Aku percaya uang.
Ma Pi memberikan kartu namanya.
Ma Pi : Ini nomor rekeningku. Kuberi waktu dua hari. Jika aku tak mendapat uangnya, aku akan kembali seperti hari ini. Dan saat itu, aku takkan pergi begitu saja.
Ma Pi pergi.
Hari sudah malam. Se Yeon tengah mengurus ibunya, tapi kemudian dia jatuh terduduk dan meluapkan emosinya. Lalu dia ingat saat tadi dia bertengkar dengan In Sung.
Se Yeon : Siapa kau berani melunasi utangku? Hanya karena kau bertingkah seperti seorang CEO bukan berarti kau Kim Sun Joo yang asli.
In Sung : Pak Kim telah memberitahuku bahwa kau kompeten dan dapat diandalkan, dan begitulah cara kau menjadi sekretaris CEO termuda yang pernah ada. Orang seperti itulah yang kita butuhkan.
Se Yeon : Aku tak bisa diandalkan. Aku sangat kewalahan dengan masalahku sendiri hingga aku tak punya waktu untuk memikirkan hidup orang lain.
In Sung : Lantas, seharusnya kau tak membantu seorang pengangguran. Kau orang yang baik dan ramah.
Se Yeon menatap ibunya. Tangisnya pecah.
Se Yeon : Kumohon…
Dia meminta ibunya sadar.
In Sung tengah bersama Hyun Ho di warung biliar.
Mereka bicara sambil minum2.
Hyun Ho : Tebak kabar mengejutkan yang kudengar saat aku bermain saham hari ini.
In Sung : Apa itu?
Hyun Ho : Bahwa CEO Silver Lining adalah Park In Sung. Kau tahu aku kecewa.
In Sung mau menjelaskan, tapi Hyun Ho tetap kecewa. Dia bilang, dia berpikir mereka adalah teman dekat.
In Sung bilang dia hanya CEO boneka.
Hyun Ho : Siapa yang peduli jika kau boneka atau dalang? Beri aku informasi internal, dan kau akan hidup bahagia selamanya. Kabari aku saat mereka akan merilis produk baru. Aku akan mendapatkan pinjaman sebanyak mungkin dan menginvestasikannya.
In Sung : Tidak.
Hyun Ho : Kenapa?
In Sung : Jangan investasikan itu.
Hyun Ho : Kenapa tidak?
In Sung : Karena pemiliknya tak dapat diandalkan.
Hyun Ho melempari In Sung dengan popcorn.
Hyun Ho : Kau adalah pemiliknya. Kau menjadi pemilik tanpa memberitahuku.
Hyun Ho yang mabuk main biliar, tapi kemudian dia protes.
Hyun Ho : Meja biliar ini perlu diperbaiki. Ini terus bergerak.
Hyun Ho duduk sambil memegang tongkat biliarnya.
Hyun Ho : Kau yakin dengan hal ini, bukan? Bagaimana jika kau menanggung semua kesalahan dan masuk penjara?
In Sung : Tidak akan.
Hyun Ho : Sebenarnya, itu tak masalah. Lagi pula, hidup kita tak ada harapan. Selama aku bisa menjadi kaya, aku tak keberatan menjadi penjahat.
In Sung : Jangan pernah beri tahu orang tuaku soal ini.
Hyun Ho menabok In Sung dengan tongkat biliar.
Hyun Ho : Hei, CEO berengsek. Urus urusanmu sendiri, oke? Seorang temanku menggadaikan rumahnya untuk membeli saham Silver Lining. Para investor amatir membelinya dengan gegabah.
Hyun Ho mulai merasa kepalanya pusing.
Hyun Ho : Tuhan, tolong aku. Aku harus hidup. Aku harus naik. Tuhanku, tolong bantu aku.
Dia pun mulai membayangkan yang tidak2.
Hyun Ho menjadi pendeta dan berdiri di anak tangga.
Lalu seorang pria turun sambil menggendong anaknya yang satu dan satu lagi dia tuntun.
Hyun Ho : Kau turun dari lantai berapa?
Pria itu bilang dari lantai 88.
Hyun Ho : Rupanya kau sudah setengah jatuh. Aku merasa kasihan pada anak ini, harus menderita denganmu.
Pria itu pergi bersama anaknya.
Anaknya yang besar bilang dia mau pulang.
Pria itu bilang itu bukan rumah mereka lagi.
Hari sudah pagi sekarang.
In Sung melamun di depan jendelanya. Lalu Sam Soo masuk dan berkata, In Sung harus bersiap2.
In Sung pun duduk di kursi roda dan didorong keluar oleh Sam Soo.
Diluar, para reporter langsung mengerubunginya.
“Kenapa anda mengambil posisi yang tak pantas anda terima?”
“Tolong beri komentar.”
“Tolong jawab kami.”
Jae Choon dan Soo Jin melihat itu dari belakang para reporter.
Soo Jin pun pingsan.
Jae Choon teriak sambil menatap In Sung dan memegangi Soo Jin.
Jae Choon : In Sung!!!!
Malamnya, In Sung ketemuan sama Se Yeon di dalam mobil.
Lah Se Yeon pakai baju hitam2.
Se Yeon : Apa kau baik-baik saja?
In Sung : Ingin rasanya menghentikan waktu sejenak.
Se Yeon menatap In Sung.
Lalu tiba2, muncul credit title.
“Disponsori oleh Coffee Bene. Pemeran dan kru produksi. Ucapan terima kasih spesial ditujukan kepada Kim Sun Joo. Terima kasih telah menonton pertunjukan Park In Sung.”
Dan, In Sung pun terbangun.
In Sung : Ternyata itu mimpi.
In Sung melihat sekelilingnya. Ternyata dia ketiduran di ruang kerja Sun Joo.
In Sung mencuci mukanya dan teringat kata2 Hyun Ho semalam.
Hyun Ho : Seorang temanku menggadaikan rumahnya untuk membeli saham Silver Lining.
Lalu dia ingat kata2 Wakil Pimpinan Oh.
Wakil Pimpinan Oh : Bahkan sekarang, mereka sangat mengkhawatirkan karyawan mereka, yang hidupnya bergantung pada mereka.
Terakhir dia ingat kata2nya di konferensi pers.
In Sung : Akan kutunjukkan padamu. Teknologi dengan nilai kemanusiaan.
In Sung pun mengambil beberapa buku tentang bisnis di rak buku Sun Joo.
Dia mengambil pulpen dan mulai belajar.
In Sung : Selama aku menjabat sebagai CEO, aku harus menjadi seorang CEO sungguhan.
Wakil Pimpinan Oh lagi olahraga. Begitu dia selesai, Wi Je mendekatinya dan memberikan sebotol air.
Wi Je kemudian melapor kalau dia menbemukan ponsel atas nama Sun Joo.
Wakil Pimpinan Oh : Benarkah?
Wi Je : CEO Park In Sung memperbaiki ponselnya dengan surat kuasa.
Wakil Pimpinan Oh : Sudah kuduga. Apa kau menempatkan seseorang yang dapat diandalkan?
Wi Je : Ya, Pak.
Kembali ke In Sung.
Dia ketiduran selagi belajar.
Di meja, banyak sekali catatan tempel berisi kalimat penyemangat.
“Harapan yang sia2 adalah racun.”
“Kerja kerasmu tak selalu membuahkan hasil, tapi kemalasanmu akan berdampak padamu.”
Dan kalimat2 itu ditulis oleh Sun Joo.
Paginya, In Sung keluar dari pusat layanan Bumyoung Electronic dengan wajah lesu. Dia baru saja mengambil ponsel Sun Joo yang sudah selesai diperbaiki. Dia juga sudah membeli penyuara telinga yang baru.
In Sung takut2 menatap ponsel Sun Joo.
Dia memanggil Sun Joo tapi Sun Joo tak menjawab.
In Sung : Apa kau mati tenggelam dalam kloset?
Orang2 yang lewat di sekitarnya, langsung menertawakannya.
“Masih ada orang yang jatuh di kloset akhir-akhir ini?”
“Mungkin dia sakit karena menyentuh kotoran.”
Kata orang2 itu.
Dan Sun Joo menjawab, jika kau membuat kesalahan yang sama sekali lagi…
In Sung senang bukan main dan memamerkan pada orang2 ponsel Sun Joo yang sudah baik lagi.
In Sung pun kembali ke Silver. Dia sudah duduk di ruangannya bersama Se Yeon.
In Sung : Kupikir kemarin aku sudah keterlaluan…
Se Yeon : Ponselnya sudah diperbaiki?
In Sung : Ya. Sudah berfungsi dengan baik.
Se Yeon lega. In Sung mendudukkan ponsel Sun Joo di dudukan.
Sun Joo : Kita tak punya banyak waktu sekarang. Karena kita telah menyia-nyiakan waktu berkat seseorang. Aku menemukan sesuatu yang janggal dari rekaman kamera dasbor.
Sun Joo memutar lagi rekaman dari kamera dasbor. Tapi In Sung merasa tak ada yang janggal. Sun Joo menyuruh In Sung melihat dengan cermat sekali lagi.
Sun Joo menyetop videonya tepat saat ada mobil hitam yang lewat setelah dia turun.
Sun Joo : Apa kalian melihat mobil lewat saat aku turun dari mobil? Dan ini bagian yang aneh.
Sun Joo meneruskan videonya, saat dia sudah melajukan mobilnya. Mobil yang sama tiba2 berputar balik.
Sun Joo : Apa kalian melihat mobil yang datang dari arah berlawanan itu?
Se Yeon : Apa itu mobil yang sama?
Sun Joo : Itu benar. Mobil yang lewat saat aku bertemu Pak Kwak memutar balik dan kembali.
In Sung : Jika itu menuju ke Seoul, seharusnya itu tak memutar balik.
Se Yeon : Apa mobil itu mengikutinya?
In Sung : Ada kemungkinan juga dia tersesat, atau kehilangan arah.
Sun Joo : Itulah yang ingin kuperiksa. Aku harus memeriksa pelat nomornya lebih dulu.
Sun Joo menunjukkan pelat mobil hitam itu.
“01 E 4885”
In Sung mengangkat tangannya tinggi2, biar aku saja!
Dia semangat sekali.
Se Yeon kaget, kau?
Sun Joo : Apa kau kenal seorang polisi?
In Sung memang punya kenalan seorang polisi di desanya. Itu tetangganya, teman ayahnya yang menjadi Kepala Polisi.
Kepala Polisi : In Sung-ah, kudengar kau mendapat pekerjaan di perusahaan besar. Aku sangat bangga padamu.
In Sung : Bagaimana kau bisa tahu itu?
Kepala Polisi : Ayahmu memberitahuku. Semua orang di desa ini tahu. Apa namanya? Silver… Town?
In Sung : Itu Silver Lining.
Kepala Polisi : Benar. Lining. Bagaimanapun, kau adalah kebanggaan desa kami, jadi, jika kau butuh sesuatu, beri tahu aku saja, oke?
In Sung : Kebetulan…
Kepala Polisi : Ya?
In Sung : Aku ingin memeriksa…
Tiba2 aja, polisi lain memanggil Kepala Polisi.
“Pak Kepala Kwon. Ini gawat.”
“Ada apa? Apa anjingnya kepala desa kabur?” tanya Kepala Polisi Kwon.
“Bukan anjingnya. Tapi istrinya kepala desa yang melarikan diri dari rumah.”
Kepala Polisi Kwon panic, apa? Kita harus melacak ponselnya… Itu bisa membuat kita dalam masalah serius. Jangan mencampur urusan pribadi dengan pekerjaanmu. Kau tahu kita pejabat pemerintah.
In Sung pun stress karena gagal bicara.
Se Yeon memasuki sebuah gedung sambil bicara dengan Sun Joo.
Se Yeon : Apa menurutmu Park In Sung bisa melakukannya?
Sun Joo : Dunia telah berubah sekarang. Kau tak dapat lagi melakukan nepotisme untuk masalah pribadi.
Se Yeon : Itu takkan mudah, bukan? Tapi apa menurutmu kita dapat melakukan ini?
Sun Joo : Semuanya bergantung padamu, Sekretaris Jung. Kau harus terlihat kuat.
Se Yeon : Kuat.
Se Yeon menghela nafasnya, lalu memakai kacamata hitamnya dan mendekati meja resepsionis.
Resepsionis tanya apa yang bisa dia bantu.
Se Yeon : Orang yang memiliki keanggotaan di sini…! Aku sekretarisnya.
Resepsionis : Begitu.
Se Yeon menyuruh resepsionis mengisi daya ponselnya.
Resepsionis : Baik, Bu.
Resepsionis mengambil charger. Se Yeon langsung menghentikannya. Si resepsionis heran menatap Se Yeon.
Se Yeon menaruh kacamata hitamnya di atas kepalanya, lalu memberikan kabel charger pada resepsionis.
Se Yeon : Tolong isi dayanya dengan komputer.
Resepsionis : Baik.
Se Yeon mengambil majalah golf di atas meja dan pura2 sibuk membacanya.
Resepsionis mencolokkan kabel charger ke USB komputer dan mulai mengisi daya ponsel Sun Joo.
Sun Joo senang, sukses!
Kepala Kwon mengantar In Sung keluar.
Kepala Kwon : Kenapa kau tak tinggal lebih lama?
In Sung : Tidak, aku tak ingin mengganggumu. Terima kasih untuk kopinya.
Kepala Kwon : Sama-sama.
Kepala Kwon melihat mobil In Sung.
Kepala Kwon : Tunggu, apa itu mobilmu?
In Sung : Itu mobil kantorku.
Kepala Kwon mendekati mobil In Sung.
Kepala Kwon : Astaga, mobilnya bagus sekali. Saat kau mendapat pekerjaan baru lagi, kau akan membawa helikopter ke sini.
Kepala Kwon melihat ada goresan di belakang mobil In Sung.
Kepala Kwon : Hei, kau harus berhati-hati dengan mobil baru. Di mana kau mendapatkan goresan ini? Sepertinya ini belum lama.
In Sung memejamkan matanya.
In Sung : Bersiap. Mulai.
In Sung memasang wajah memelas, dia bilang dia mengalami tabrak lari.
Kepala Kwon sewot, berandal itu. Sudah kau laporkan ke polisi?
In Sung : Aku baru mulai bekerja di perusahaan ini, jadi, aku tak mau menimbulkan masalah.
Kepala Kwon : Apa yang kau bicarakan? Kenapa kau tak memberitahuku soal ini sebelumnya? Jika aku tahu pelat nomornya, aku akan segera…
In Sung : Aku tahu pelat nomornya.
Kepala Kwon : Benarkah?
In Sung : Sepertinya itu terekam kamera dasbor.
Kepala Kwon : Tunggu apa lagi? Apa kau akan membuang waktu untuk mengingat nomor pelatnya? Beri tahu aku nomornya.
In Sung : Ya!
In Sung pun menyusul Kepala Kwon ke dalam.
Sekarang, In Sung dan Se Yeon di perjalanan. Gantian In Sung yang menyetir.
Se Yeon : Mobil berpelat nomor palsu katamu?
In Sung : Ya, aku sudah melacak pelat nomornya, tapi itu tak terdaftar.
Sun Joo : Mobil berpelat nomor palsu? Orang yang kita hadapi bukanlah orang biasa.
Mereka menuju ke arah perkemahan Chungbuk.
In Sung : Sudah periksa apakah mobil itu benar-benar mengikutimu?
Sun Joo : Aku meretas server lapangan golf dan memeriksa rekaman CCTV pada tanggal sepuluh di dekat pintu keluar dan ternyata mobil 4885 itu masuk semenit setelah mobilku masuk, dan mobil itu pergi tepat setelah mobilku pergi.
In Sung : Jadi, mobil itu benar mengikutimu, tapi pelat nomornya palsu. Kita kehilangan dia lagi.
Sun Joo : Selagi di sini, bagaimana jika kita pergi ke TKP?
In Sung : Baik, Pak.
Bersambung ke part 3…