Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 9 part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini
Soo Bin di sauna. Dia ingat kata2 Hye Joo saat dia hujan-hujanan menjemput Hye Joo.
Hye Joo memeluknya kala itu. Hye Joo bilang, jangan terluka, Soo Bin-ah. Kau dan bayimu.
Soo Bin juga ingat jawaban Hye Joo saat dia tanya, dia harus bagaimana dengan kandungannya.
Hye Joo : Aku ibu Ji Hoon. Bohong kalau aku bilang tidak mau melihat anak Ji Hoon.
Soo Bin juga ingat kata2 Ji Soo, bahwa janinnya sudah gugur, tetapi masih ada di rahim sehingga dia harus dikuretase.
Lalu Soo Bin ingat saat mengancam Yeo Jin.
Soo Bin : Jangan beri tahu Ibu Kim soal ini.
Hyung Tae di kelab malam sama temannya.
Dia lagi melihat foto2 Soo Bin di ponselnya, kiriman dari temannya itu.
“Hyung Tae, kau habis dipuji Pak Kang, ‘kan?”
“Aku belum melapor. Hubungannya dengan Nam Joong Do belum pasti. Aku yang repot sendiri kalau sudah melapor. Paketnya sudah kau tempel lagi dengan baik, ‘kan?”
“Hyung Tae, aku sudah ahli di bidang ini.”
“Rasanya aku yakin pernah lihat gadis ini di suatu tempat, tetapi tidak ingat.”
“Jangan-jangan gadis yang kau temui di bordil. Kurasa dia pacar mendiang anaknya. Dari perilaku dia, pacarnya bisa jadi dari sana.”
“Bukan. Aku selalu pilih perempuan panggilan yang spesifik. Bukan dia. Lagi pula, aku sudah lama tak ke sana karena menjelang pemilu. Aku harus berhati-hati.”
“Hampir lupa. Kau ingat perempuan itu?”
“Siapa?”
*Ternyata ajudan yang menyewa PSK adalah ajudannya Anggota Dewan Kang guys… Dan orang yang sempat mencuri paket Hye Joo adalah temennya ajudan Anggota Dewan Kang.
Joong Do dan Hye Joo bicara di taman.
Hye Joo : Apa ada orang lain yang tahu soal fakta Ji Hoon selain polisi?
Joong Do : Jang Woo Jae tahu.
Hye Joo : Jika begitu kita rahasiakan ini dari Yoon Seo, ya?
Joong Do : Baik.
Hye Joo : Mengapa semua terulang seperti dahulu? Baik kejadian Ji Hoon maupun mahasiswa kedokteran itu?
Joong Do : Ji Hoon berbeda. Dia berbeda. Anak kita memang sering melakukan kesalahan, tetapi dia tak kabur usai berbuat jahat seperti mereka. Jadi, jangan menyiksa diri dengan berpikir bahwa kejadian itu serupa.
Joong Do lalu memberikan ponsel Ji Hoon ke Hye Joo.
Joong Do : Ternyata ada foto Ji Hoon di sini. Aku sering melihatnya di ruang kerja tiap merindukan Ji Hoon. Maaf aku tak memberitahumu.
Tangis Hye Joo pecah lagi.
Dia menggenggam erat tangan Joong Do.
Ki Young sama ibunya Seung Hee. Nyonya Lee protes karena Ki Young tak kunjung menemui Joong Do. Nyonya Lee bilang dia baru bisa tidur tenang setelah masalah tanah selesai.
Seung Hee pulang.
Nyonya Lee menatap sinis Seung Hee, tumben kau berkeliaran sendiri tanpa suamimu.
Ki Young : Kau habis dari mana?
Seung Hee : Aku ada perlu sebentar.
Nyonya Lee : Andai Seung Ho masih hidup, dia pasti bisa segera membereskan masalah yang membuatku sakit kepala ini.
Seung Hee : Ibu!
Nyonya Lee : Baik putri maupun menantu, sama sekali tak berguna. Ya ampun.
Nyonya Lee beranjak pergi. Seung Hee terdiam menatap kepergian ibunya. Lalu dia teringat jawaban ortu Seung Kyu saat dia mengajak mereka bekerja sama untuk membalas Joong Do dan Hye Joo.
Flashback…
Seung Hee : Mari lakukan sesuatu sebagai sesama korban. Kalian mau diam saja melihat keangkuhan anggota parlemen dan istrinya usai membunuh dua orang, tak hanya satu? Entah panggil pers atau menulis di internet…
Ibu Seung Kyu : Aku tidak mau. Aku ingin mengakhiri tragedi ini.
Seung Hee : Bu. Aku paham penderitaanmu selama ini. Namun, kau tak akan kehilangan anakmu kalau bukan karena anggota parlemen itu. Kau akan menyesal seumur hidup bila berhenti di sini. Layaknya ibuku.
Ayah Seung Kyu : Sebenarnya, kami tidak sanggup memberi tahu alasan kami ingin mengakhirinya.
Ibu Seung Kyu : Sepeninggal Seung Kyu, kami dengar dari polisi kalau mereka pertama kenal di pelacuran, kemudian berpacaran.
Seung Hee kaget, pelacuran?
Ibu Seung Kyu : Jadi, maksudnya bukan tempat aneh yang pencahayaan ruangannya merah, melainkan bordil yang mirip rumah biasa. Tidak ada baiknya menyebarkan berita ini. Maka itu, kami enggan membesarkannya lagi.
Flashback end…
Seung Hee : Ki Young-ah, seumpama korban pengambilan video pribadi ternyata seorang pekerja seks komersial, pasti akan ada yang mengecam bahwa PSK tidak boleh protes, ‘kan?
Ki Young : PSK? Kurasa begitu, meski tetap saja dilarang. Memang mengapa?
Seung Hee : Apa? Bukan apa-apa. Hanya ingin tanya.
Seung Hee beranjak pergi.
Hye Joo pulang bersama Joong Do. Yeo Jin langsung memeluk Hye Joo.
Yeo Jin cemas, kau tak apa?
Hye Joo : Aku baik-baik saja.
Hye Joo lalu pergi melihat Yoon Seo. Yoon Seo udah tidur. Hye Joo pun duduk disamping Yoon Seo, lalu membenarkan selimut Yoon Seo. Setelah itu, dia membelai wajah Yoon Seo. Tak lama kemudian, dia merebahkan kepalanya ke dada Yoon Seo.
Yoon Seo bangun, panas, Bu.
Lalu kembali tidur. Tapi Hye Joo tetap bersandar di dada Yoon Seo.
Yeo Jin lagi membongkar belanjaan. Sedangkan Joong Do minum-minum.
Yeo Jin kemudian menatap Joong Do.
Yeo Jin : Bila ponsel Ji Hoon kau sembunyikan karena takut Hye Hoo cemas, mestinya pesan-pesan semacam itu kau hapus dahulu.
Joong Do : Perempuan itu datang di hari polisi memberiku ponsel itu. Jadi, kusimpan untuk berjaga-jaga siapa tahu aku perlu memperlihatkan pesan yang tak terkirim itu kepadanya.
Yeo Jin : Ya Tuhan. Kau sudah memperhitungkan dia akan sedih melihat pesan itu?
Joong Do : Aku juga tak merasa leluasa. Hatiku hancur tiap kali Hye Joo bersikap baik kepadanya. Dengan tak menunjukkan pesan itu hingga kini, aku sudah cukup bersabar dan berbaik hati. Aku sudah berupaya cukup maksimal. Hanya saja tak kuduga Hye Joo akan membuka laci itu. Dia biasanya tak pernah menyentuh barang di ruang kerjaku. Itu hanya sebuah kesalahan.
Yeo Jin : Makanya, bila berniat menyembunyikan, sembunyikan baik-baik.
Joong Do menaruh cawannya di meja dengan keras.
Yeo Jin terdiam.
Joong Do : Lalu aku harus bagaimana? Maksudmu, ini salahku?
Yeo Jin pun beranjak dari dapur.
Woo Jae masih di kantor, dia mengirimi pesan ke Joong Do.
Woo Jae : Istrimu bagaimana?
Joong Do : Baik. Perempuan itu melarikan diri.
Woo Jae menghela nafas membacanya.
Paginya, Joong Do dan Hye Joo mengantarkan Yoon Seo keluar.
Yoon Seo bilang, rasanya aneh melihat sang ayah ada di rumah pagi-pagi.
Joong Do : Kau tidak senang?
Yoon Seo memeluk ayahnya.
Yoon Seo : Tentu tidak. Aku malah senang sekali.
Yoon Seo kemudian melepas pelukan ayahnya dan tanya apa sang ayah tidak kerja.
Hye Joo : Sebenarnya, kami hendak mengunjungi kakakmu hari ini.
Wajah Yoon Seo langsung berubah sedih. Joong Do dan Hye Joo mengerti perasaan Yoon Seo. Yoon Seo lalu bilang kalau dia juga mau ikut.
Yoon Seo : Lain kali ajak aku. Aku juga rindu Kak Ji Hoon.
Hye Joo : Baiklah, lain kali kita ke sana bersama. Cepatlah. Kau bisa terlambat ke sekolah.
Yoon Seo pun pergi.
Soo Bin terbangun dari tidurnya.
Dia mencari2 ponselnya, tapi tak ada.
Soo Bin pun baru ingat ponselnya tertinggal di tempat ibunya kerja.
Ibunya Soo Bin lagi kerja ketika ponsel Soo Bin berbunyi.
Dia menjawab, halo? Ya, benar. Ini ponsel Soo Bin. Kau siapa? Teman prianya? Apa kau ayah bayinya?
Joong Do dan Hye Joo baru tiba di kolumbarium. Sampai sana, mereka disambut petugas kolumbarium.
“Hari ini kau datang bersama istri.”
Hye Joo menatap Joong Do.
Keduanya tersenyum.
Mereka pun mengunjungi Ji Hoon, yang rumah abunya bersebelahan dengan Kyeong Sun.
Joong Do menempelkan bunga di lemari abu mantan istrinya.
Dan Hye Joo di lemari Ji Hoon.
Hye Joo menahan tangis.
Hye Joo : Padahal ibu sudah janji lain kali akan datang dengan wajah ceria. Maaf ibu tak bisa menepati janji, Ji Hoon-ah.
Hye Joo lantas mengeluarkan buku bergambar Ji Hoon dari dalam lemari.
Mereka melihatnya. Isinya, gambar-gambar serta cerita Ji Hoon waktu kecil.
Ji Hoon : Gigiku goyang, ibu mencabutnya dengan benang. Hari ini hari anak. Dewasa nanti, aku akan jadi ayah yang baik dan hidup bahagia.
Joong Do pun langsung merasa bersalah pada Ji Hoon.
Joong Do : Ayah yang baik? Aku gagal total jadi ayah baik.
Hye Joo menghibur Joong Do, tidak. Kau ayah yang baik dari dahulu hingga kini. Aku selalu bangga dan berterima kasih kepadamu.
Lalu Hye Joo merebahkan kepalanya ke dada Joong Do.
Di kamarnya, Seung Hee memikirkan kata2 pamannya.
Anggota Dewan Kang : Tidak ada saksi atau bukti di kasus itu. Jika bertindak gegabah, Nam Joong Do akan membalas.
Lalu dia ingat penolakan ortu Seung Kyu, yang menolak membalas Joong Do dan Hye Joo.
Seung Hee kesal rencananya membalas Hye Joo gagal. Maka, dia mencari cara lain.
Dia memposting tentang Seol di internet.
Seung Hee : Seorang PSK….
Hye Joo ke kios minyak Nyonya Jo.
Nyonya Jo curhat pada Hye Joo, tentang orang-orang yang bergunjing karena dia terus bekerja, bukan berbaring saat cucunya baru meninggal, padahal dia kerja untuk bertahan hidup dan juga bisa mengalihkan perhatiannya dari kesedihannya atas kematian Seol.
Nyonya Jo : Sekitar musim semi tahun ini, Seol pernah menyuruhku untuk menutup kios sebab dia sudah punya penghasilan dari kerja sambilan. Akan tetapi, andai aku menutup kios kala itu, sekarang aku pasti tidak akan sanggup bertahan.
Hye Joo menguatkan Nyonya Jo. Dia menggenggam tangan Nyonya Jo.
Hye Joo : Cucumu pasti sudah berada di tempat terbaik.
Nyonya Jo balas menggenggam tangan Hye Joo.
Nyonya Jo : Terima kasih banyak, Bu. Aku amat bersyukur ada orang semulia dirimu yang melayat Seol. Begitu pula dengan orang yang sibuk seperti Pak Nam, yang hadir melayat sebelum matahari terbenam.
Hye Joo : Setahuku dia datang tengah malam…
Nyonya Jo : Tidak. Mana mungkin aku lupa orang yang memakai bros emas anggota parlemen?
Pelanggan Nyonya Jo datang dan melihat Hye Joo.
“Ternyata sedang ada pelanggan.”
“Ya, dia pelanggan penting.” jawab Nyonya Jo.
Lalu Nyonya Jo menyuruh Hye Joo menunggunya sebentar.
Hye Joo : Tidak perlu. Aku pamit saja.
Para staf Joong Do sedang makan. Mereka makan, sambil membahas Joong Do.
Jae Eun : Omong-omong, apa Pak Nam baik-baik saja? Dia sampai cuti setengah hari.
Min Seok : Terus terang, kurasa dia memang terlalu cepat kembali bekerja usai tragedi putranya. Di luar tampak biasa saja, tetapi itu mustahil, bukan?
Bit Na : Benar. Meski kalut saat kejadian, konon kesedihannya akan datang belakangan. Aku jadi mencemaskan dia, dan istrinya juga.
Ponsel Woo Jae berdering. Telepon dari sunbae nya, Reporter Park.
Reporter Park : Di internet ada tulisan kalau mendiang korban dari mahasiswa kedokteran itu PSK.
Woo Jae kaget, PSK?
Woo Jae dan Bit Na menghadap Joong Do.
Joong Do sudah datang. Joong Do membaca komentar atas artikel bahwa Seol adalah seorang PSK.
Komentar itu menyudutkan Joong Do.
“Nam Joong Do sudah tamat.”
“Gadis itu teman sekelas temanku.”
“Apa Nam harus mengungkap mahasiswa itu?”
Joong Do mengembalikan ponsel itu ke Bit Na,
Joong Do : Komentarnya banyak mengada-ada.
Bit Na : Itu karena tulisannya amat provokatif. Perempuan yang disangka korban tak berdosa sama sekali ternyata seorang pekerja seks komersial. Meski statusnya masih korban tindak kejahatan, tetapi faktanya hal itu tetap memengaruhi jalan pikiran masyarakat.
Joong Do menatap Woo Jae.
Joong Do : Bukankah Namgoong Seol faktor penting di amendemen hukum pidana kita? Mengapa kau tak tahu soal ini?
Woo Jae : Maafkan aku.
Joong Do melepas jasnya. Tapi tak lama dia melempar jasnya ke bawah.
Joong Do marah, tidak satu pun berjalan lancar!
Joong Do lalu duduk. Tiba2 dia merasakan sakit lagi di sekitaran rusuknya.
Woo Jae dan Bit Na melihat itu.
Joong Do lalu minta maaf.
Joong Do : maaf. Belakangan ini aku banyak masalah. Beri aku waktu berpikir.
Woo Jae dan Bit Na keluar.
Hye Joo tengah memotong kertas.
Tak lama, dia melihat ke arah tasnya.
Hye Joo pun mendekati tasnya. Dia meraih ponsel Ji Hoon dari dalam.
Hye Joo memeriksa galeri Ji Hoon. Dia melihat banyak foto2 makanan, ada juga foto Ji Hoon tersenyum lebar sambil memegang minuman. Lalu ada banyak foto Soo Bin.
Soo Bin ke toko ibunya, untuk mengambil ponselnya tapi ibunya bilang, ponselnya dikasih ke orang lain. Soo Bin marah.
Soo Bin : Ponselku diberikan ke orang lain? Mengapa memberikan barangku ke sembarang orang?
Ibu Soo Bin : Bukan sembarang orang. Saat ibu angkat teleponnya, dia mengaku sebagai pacarmu.
Soo Bin : Pacarku? Wajahnya bagaimana?
Ibu Soo Bin : Tidak tahu. Perempuan yang mengambil ponselmu. Ibu kira kau menyuruh temanmu karena enggan bertemu ibu lagi.
Soo Bin : Tetap saja, itu ponselku! Ibu. Ibu tak cerita yang aneh-aneh kepada lelaki itu, ‘kan?
Ibu Soo Bin : Cerita aneh?
Soo Bin : Ibu tak bilang kalau aku hamil, ‘kan?
Ibu Soo Bin pun terdiam.
Soo Bin : Ibu bilang?
Ibu Soo Bin : Memang ibu gila? Buat apa ibu bilang?
Soo Bin merasa lega.
Hye Joo menemukan nomor lama Soo Bin di ponsel yang dia belikan untuk Soo Bin.
Lalu dia mencocokkan nomor itu dengan nomor Soo Bin yang di-save di ponsel Ji Hoon. Nomornya cocok.
Hye Joo ingat perkataannya ke Soo Bin, saat dia baru membelikan ponsel baru untuk Soo Bin.
Hye Joo : Nomor ponselmu yang hilang sudah diblokir, ‘kan? Bahaya kalau ada yang menemukan dan memakainya.
Soo Bin bilang, sudah.
Flashback end…
Hye Joo pun mencoba menghubungi nomor lama Soo Bin tapi nomornya tak aktif.
Hye Joo pun akhirnya sadar kalau ponsel Soo Bin sebenarnya tak hilang.
Akhirnya, Hye Joo mengirimi pesan ke Soo Bin.
Hye Joo : Soo Bin-ah, aku ibu Ji Hoon. Hubungi aku kalau lihat pesan ini.
Ki Young mengajak Seung Hee makan di restoran.
Pelayan menuangkan wine ke gelas mereka, lalu pergi.
Seung Hee pun tanya, kenapa Ki Young membawanya jauh2 ke sana.
Ki Young : Kita belum sempat berkencan sejak kau kembali.
Ponsel Seung Hee berbunyi. Seung Hee melihat ponselnya, telepon dari ayah Seung Kyu.
Dan dia pun langsung menjauh dari Ki Young.
Seung Hee pun terkejut, dia bilang bukan dia yang menyebarkannya.
Ayah Seung Kyu marah, jangan bohong! Hanya kau yang tahu soal itu. Anakku jadi dimaki lagi sekarang!
Seung Hee : Pak, sungguh bukan aku.
Ki Young mendengar itu, langsung mendekati Seung Hee.
Pak Ji : Aku akan menuntutmu.
Pak Ji mutusin panggilannya. Seung Hee langsung resah.
Ki Young : Mengapa? Ada masalah?
Ternyata yang menulis di internet adalah Hyung Tae!!
Sekarang, Hyung Tae lagi dipuji Anggota Dewan Kang.
Anggota Dewan Kang : Bagus. Kerja bagus.
Hyung Tae : Terima kasih.
Hyung Tae ingat pembicaraannya dengan temannya pas di kelab.
Teman Hyung Tae : Kau ingat perempuan itu?
Hyung Tae : Siapa?
Teman Hyung Tae : Perempuan bordil Stasiun Sangsu, yang sering kau temui dahulu. Kau sudah lama tak menemuinya, ‘kan?
Hyung Tae : Ya. Ada apa dengannya?
Teman Hyung Tae : Kabarnya dia meninggal. Ingat mahasiswa kedokteran yang diserang Nam Joong Do di TV? Rupanya mahasiswa itu pun pelanggannya dan dia merekam video serta mengancam akan menyebarkannya. Makanya wanita itu bunuh diri.
Flashback end…
Anggota Dewan Kang : Sekarang Nam Joong Do pasti sedang kesal, ‘kan? Jadi, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menyuruhnya berhenti mengorek masalah tanah Youngsan sambil membahas masa lalu istrinya.
Hyung Tae : Ya.
Anggota Dewan Kang : Kita perhatikan dahulu opini publik selama satu atau dua hari, lalu atur pertemuan dengan Nam Joong Do.
Ponsel Hyung Tae berbunyi. Atas seizin Anggota Dewan Kang, dia menjawabnya.
Hyung Tae : Ada apa? Apa? Video apa?
Yoon Seo dan Da Som lagi makan di toserba.
Da Som melihat ponselnya, lalu memberitahu Yoon Seo ada yang mengirim video di grup chat kelas mereka.
Da Som : Bukankah ini ayahmu?
Di depan lift, Woo Jae tengah menonton video itu.
Itu adalah video saat Joong Do dipukuli ayah Seung Kyu.
Ketika itu, Joong Do datang ke rumah sakit untuk menjenguk ibu Seung Kyu yang mencoba bunuh diri, tapi dia diusir keluar oleh Pak Ji, juga dipukuli Pak Ji.
Di artikel video itu, tertulis judul ‘Anggota Parlemen Dipukuli Ayah Mahasiswa Kedokteran Penyewa PSK’.
Dan yang merekam video itu adalah Woo Jae.
Lift terbuka. Woo Jae masuk. Ada Hyung Tae di dalam.
Hyung Tae : Kulihat warganet heboh akibat video Pak Nam yang ke rumah sakit. Waktunya pas sekali.
Woo Jae : Benar juga. Berkat itu, berita ajudan yang menyewa PSK pun terlupakan. Aku sempat khawatir kau terlibat lagi waktu lihat berita itu. Kurasa orang pasti berubah setelah selama sepuluh tahun. Kau pun pasti tak pernah ke sana lagi, ‘kan?
Hyung Tae : Jangan cemaskan aku. Cemaskan saja perempuan yang ada di rumah atasanmu.
Woo Jae : Baik.
Lift terbuka. Hyung Tae pun pergi.
Woo Jae yang tadinya tenang-tenang saja, langsung berubah kesal menatap kepergian Hyung Tae.
Di parkiran, Hyung Tae melihat ada dua pria lagi bertengkar.
“Kau minta lima juta won karena bumper yang tergores sedikit saja?
“Jika tak mau bayar, mau kuberi tahu wartawan kalau ada ajudan yang mabuk hingga berakibat lakalantas?”
“Apa? Kau mengancamku?”
Hyung Tae pun langsung ingat saat dia diancam pria muda di parkiran.
Hyung Tae : Kau yang menabrakku. Mengapa aku yang harus beri kompensasi?
Pria muda, kau tidak mau? Lantas kuberi tahu saja wartawan kalau seorang staf Majelis Nasional suka ke bordil?
Kita diperlihatkan flashback saat Hyung Tae ditabrak pria itu di depan apartemen.
Flashback…
Seol mengantar Hyung Tae keluar.
Seol : Nanti kuhubungi.
Tiba2, Hyung Tae ditabrak pria itu. Kartu pegawai Hyung Tae jatuh. Pria itu sempat membaca kartu pegawai Hyung Tae. Hyung Tae mengambil kartu pegawainya dan pergi.
Flashback end…
Hyung Tae mengalah. Dia meminta nomor rekening pria itu.
Pria itu memanggil Soo Bin.
Soo Bin datang.
Pria itu meminta rekening Soo Bin.
Soo Bin pun memberikan ponselnya ke Hyung Tae.
Soo Bin : Berikan nomormu. Nanti kukirimkan lewat pesan.
Sekarang di mobilnya, Hyung Tae menatap nomor ponsel dan rekening Soo Bin.
Dia baru ingat siapa Soo Bin.
Hye Joo lagi menggantung jas Joong Do.
Ponsel Joong Do berbunyi. Hye Joo melihat telepon dari Woo Jae.
Hye Joo memanggil Joong Do di kamar mandi.
Hye Joo : Sayang, ada telepon dari Woo-jae.
Joong Do : Tolong kau terima.
Hye Joo menjawab, halo. Ya, selamat malam. Suamiku sedang mandi. Apa mendesak? Mau bicara sekarang?
Woo Jae sendiri lagi di perjalanan.
Woo Jae : Tidak perlu. Kalau begitu, biar kubicarakan besok saja.
Tapi kemudian Woo Jae melihat paper bag kecil di sampingnya.
Woo Jae : Tunggu, Bu. Bila tak keberatan, apa aku boleh mampir ke rumah sebentar?
Hye Joo pun membukakan pintu untuk Woo Jae.
Woo Jae : Maaf mampir malam-malam.
Hye Joo : Tidak apa. Aku yang minta maaf menyuruhmu masuk, padahal mestinya kau pulang cepat.
Woo Jae : Tak masalah. Ini barang-barang yang kubilang di telepon. Aku sudah lama menerima barang dan kamera dasbor mobilmu lewat ekspedisi, tetapi lupa menyerahkan ke Pak Nam, malah terus disimpan di mobil. Tadinya aku cuma mau menyerahkan ini. Maaf malah jadi bertamu malam-malam.
Woo Jae memberikan paper bag itu.
Hye Joo : Jangan sungkan. Terima kasih. Mari masuk.
Yeo Jin keluar dari dapur.
Woo Jae menyapa Yeo Jin.
Yeo Jin langsung gugup melihat Woo Jae.
Tapi kemudian, Yeo Jin bilang pada Hye Joo kalau supnya akan segera matang.
Joong Do turun.
Tiba2, bel rumah berbunyi.
Ternyata Nyonya Jo yang datang. Nyonya Jo marah.
Nyonya Jo : Teganya… Teganya kau datang ke sana! Bisa-bisanya kau pergi ke sana! Pergi kau! Enyah dari hadapanku.
Kita diperlihatkan flashback, ketika Reporter Jung mendatangi Nyonya Jo. Reporter Jung memberitahu Nyonya Jo kalau Joong Do menjenguk ibunya Seung Kyu.
Nyonya Jo kaget, apa?
Reporter Jung : Pak Nam Joong Do menengok ibu mahasiswa kedokteran itu! Dia hanya memanfaatkanmu.
Flashback end…
Nyonya Jo histeris, cucuku meninggal gara-gara anak mereka, tetapi kau begitu mencemaskan orang tua bajingan itu? Begitukah?
Nyonya Jo mau jatuh, sontak lah Hye Joo langsung memeganginya. Tapi Nyonya Jo menepis tangan Hye Joo. Hye Joo kaget dan bingung.
Nyonya Jo : Teganya kau mengkhianatiku seperti ini. Ya Tuhan, cucuku. Bila kau memanfaatkan Seol sesuka hati, aku tidak akan tinggal diam.
Nyonya Jo pergi.
Hye Joo mau menyusul Nyonya Jo, tapi dilarang Joong Do.
Joong Do : Kau di rumah saja.
Joong Do dan Woo Jae mengejar Nyonya Jo.
Joong Do menjelaskan, kalau dia tak ada niat menjenguk ibu Seung Kyu. Tapi sebagai ayah yang kehilangan anak…
Belum selesai kalimatnya, Nyonya Jo memotongnya.
Nyonya Jo :Jangan berdalih! Pergi kalian. Pergi dan jangan datang lagi!
Nyonya Jo masuk ke kiosnya.
Joong Do : Mengapa tak satu pun berjalan lancar?
Woo Jae : Aku sudah menyarankan agar kau tak menengok ibu Ji Seung Kyu. Setiap gerak-gerik politikus adalah pesan. Jangan ungkit lagi soal niatmu menengok. Apa pun alasannya, selama pihak korban merasa tak berkenan, kau tetap bersalah.
Hye Joo ketiduran di ruang tamu. Tak lama, Yoon Seo pulang.
Hye Joo bangun dan mendekati Yoon Seo. Yoon Seo murung.
Hye Joo : Ada apa denganmu? Ada apa? Kau sakit?
Hye Joo memeriksa suhu tubuh Yoon Seo. Yoon Seo gak demam.
Yoon Seo menatap lirih ibunya, eomma.
Hye Joo : Ada apa denganmu? Kau bertemu orang jahat saat pulang?
Yoon Seo : Bukan. Eomma, ayah dihajar habis-habisan.
Di kamar, Hye Joo melihat video rekaman itu, ketika Joong Do dipukuli Pak Ji.
Pak Ji : Dasar muka badak! Mau apa kau kemari, Pembunuh?
Lalu Hye Joo ingat kata2nya ke Joong Do malam itu.
Hye Joo : Kuharap kau berhenti menggunakan media membesarkan perkara ini. Tolong hentikan.
Terakhir, Hye Joo ingat kata2 Nyonya Jo tadi.
Nyonya Jo : Kau begitu mencemaskan orang tua bajingan itu? Begitukah?
Joong Do masuk ke kamar.
Joong Do : Kau belum tidur?
Hye Joo nangis dan langsung memeluk Joong Do.
Hye Joo : Maaf, yeobo. Maaf. Aku tak tahu apa yang kau alami, tetapi aku… Aku minta maaf, yeobo.
Hye Joo lalu memeriksa keadaan Joong Do.
Hye Joo : Kau tidak apa? Apa kau terluka? Mengapa tidak bilang? Aku benar-benar tidak tahu. Bisa-bisanya aku tak tahu, padahal bertemu denganmu tiap hari.
Joong Do : Aku tidak apa. Pukulannya tak sakit sama sekali. Aku baik-baik saja. Jangan menangis. Aku tidak bohong.
Joong Do menghapus tangis Hye Joo.
Tiba2, Joong Do merasa sakit lagi.
Hye Joo ingin memeriksa. Tapi Joong Do mengaku tidak apa-apa.
Hye Joo pun marah, biar kulihat dulu!
Hye Joo menyibak kaus Joong Do. Ada lebam dibawah dada Joong Do.
Hye Joo nangis lagi.
Joong Do : Aku tidak apa-apa.
Hye Joo pun mencium pipi Joong Do dan meminta maaf.
Joong Do membalas dengan mencium bibir Hye Joo.
Soo Bin di telepon umum. Dia menghubungi seseorang.
Soo Bin : Kembalikan ponselku.
Dan yang dia hubungi adalah pria itu. Pria yang mengancam Hyung Tae.
Pria itu tersenyum, annyeong.
Dan pria itu di kelab, bersama Hyung Tae!
Joong Do dan Hye Joo di ranjang. Joong Do merangkul Hye Joo.
Joong Do : Meski dimaki, lama-lama pasti lupa. Jadi, kau tenang saja.
Hye Joo : Mana mungkin aku lupa?
Joong Do : Aku sudah melupakan semua. Aku tak ingat sama sekali.
Hye Joo dan Joong Do saling bertatapan.
Keduanya pun berciuman lagi.
Lalu kita mendengar narasi Hye Joo dan Joong Do.
Joong Do : Aku mencintaimu. Jangan ragukan aku.
Hye Joo : Aku tak meragukan ketulusanmu.
Kita lalu diperlihatkan flashback malam itu.
Joong Do beranjak menghampiri Woo Jae yang menunggunya di depan RS Kwangsun, tempat ibu Seung Kyu dirawat. Joong Do berjalan sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit.
Joong Do : Sudah kau videokan? Simpan untuk jaga-jaga.
Woo Jae : Baik.
Hah? Ternyata Joong Do lah yang menyuruh Woo Jae memvideokan saat dia dipukul Pak Ji.
Woo Jae sendiri ada di mobilnya, di tepi jalan.
Dia menghapus video rekaman itu dari ponselnya. Setelah itu, dia kembali menyetir.
Bersambung….