Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 7 part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini
Sekarang, Hye Joo dan Joong Do ada di depan kios Nyonya Jo.
Hye Joo menggedor pintu kios, sambil teriak memanggil Nyonya Jo tapi tak ada jawaban.
Sementara Joong Do menghubungi Woo Jae, menanyakan alamat Seol. Joong Do bilang, dia merasa kondisi mental nenek Seol membahayakan. Hye Joo terus teriak memanggil Nyonya Jo.
Joong Do : Aku di kios minyaknya. Tolong cari tahu secepatnya.
Selesai menelpon, petugas polisi dan medis datang.
Petugas medis : Anda orang yang menelpon?
Hye Joo mengangguk.
Petugas medis : Orang yang diduga bunuh diri ada di dalam?
Joong Do : Kami tidak tahu. Ini kiosnya. Alamat rumahnya masih kami cari tahu. Bisa tolong periksa di sini dahulu?
Petugas medis : Kami tidak bisa asal mendobrak pintu saat keberadaannya belum jelas.
Dua petugas polisi mengenali Joong Do sebagai anggota parlemen.
Joong Do pun memberikan kartu namanya pada petugas medis.
Joong Do : Aku Anggota Parlemen Nam Joong Do dari Sinyang. Aku akan menanggung segalanya. Mohon bergegas.
Orang2 sudah berkumpul. Mengetahui Joong Do anggota parlemen dan bersedia menanggung akibatnya jika ada kesalahan, petugas medis langsung berusaha membuka paksa pintu.
Hye Joo tampak cemas.
Seorang petugas polisi disamping Hye Joo menerima laporan soal lokasi terakhir sinyal ponsel Nyonya Jo. Itu di kios minyak! Hye Joo makin cemas mendengar itu.
Petugas terpaksa memecahkan kaca agar bisa membuka pintu.
Mereka langsung masuk dan menyalakan lampu.
Nyonya Jo sudah terbaring tak sadarkan diri dengan banyak obat-obatan di sampingnya.
Melihat itu, Hye Joo dan Joong Do cemas.
Petugas memeriksa Nyonya Jo. Mereka bilang, Nyonya Jo masih hidup.
Hye Joo lega setengah mati mendengar itu.
Hye Joo ada di RS Jeongsun. Dia terdiam setelah membaca surat Nyonya Jo untuk suaminya. Tak lama, Joong Do pun datang dan melihat Hye Joo.
Joong Do : Yeobo.
Hye Joo hanya bisa menatap lirih Joong Do.
Hye Joo lantas kembali menatap surat Nyonya Jo.
Nyonya Jo : Pak Nam yang terhormat…
Kita diperlihatkan flashback….
Sebelum mencoba bunuh diri, Nyonya Jo datang ke kampus Seung Kyu.
Dia meminta alamat Seung Kyu. Tapi petugas menolak memberikannya.
Nyonya Jo bilang, cucunya meninggal gara2 Seung Kyu dan dia hanya ingin minta tanggung jawab karena merasa ini tak adil. Tetap saja, pihak kampus menolak memberikannya.
Nyonya Jo pergi. Tapi di lobi, dia mendengar beberapa mahasiswa menjelekkan Seol.
Di dekat pintu, juga ada meja yang dipenuhi kertas tempel yang berisikan dukungan untuk Seung Kyu.
Nyonya Jo sakit hati mendengar mereka menuduh Seol.
Mereka bilang, Seung Kyu tak seperti orang yang suka diam-diam membuat video dan mengancam. Mereka juga curiga kalau Seol adalah pemeras lelaki.
Nyonya Jo marah, bukan! Itu tidak benar! Jangan asal bicara! Bajingan ini mati karena harus dipenjara. Lalu akhirnya dia sebar juga videonya!
Nyonya Jo ngamuk dan merusak meja berisi dukungan untuk Seung Kyu.
Nyonya Jo kemudian jatuh terduduk dan menangis.
Mahasiswa2 itu hanya bisa diam menatap Nyonya Jo.
Malamnya di kiosnya, Nyonya Jo menulis surat untuk Joong Do.
Nyonya Jo : Tolong siarkan berita kematianku di TV supaya semua orang tahu bahwa cucuku tak bersalah dan tahu tentang semua kejahatan yang dilakukan bajingan itu. Aku mohon. Pak Nam yang terhormat, aku mati karena bajingan itu berbuat jahat sebelum mati, dan itu tidak adil. Mohon bantu aku agar kematianku tidak sia-sia. Aku mohon dengan sangat.
Hye Joo merasa bersalah.
Hye Joo : Tadi aku tak sempat menjawab teleponnya.
Lalu Hye Joo keinget kata2 Seung Hee.
Hye Joo : Berarti Seung Ho pantas mati? Aku memang pergi ke kantor polisi karena membenci Seung Ho dan merasa dia harus dihukum. Namun, aku tidak pernah menganggap bahwa Seung Ho pantas mati. Aku malah merasa tertekan atas kematian Seung Ho. Di satu sisi, aku pun merasa tertindas karena dianggap sebagai pembohong. Akan tetapi aku tak berkesempatan untuk menyatakan aku tak bersalah karena dia meninggal. Namun, mengapa… Mengapa kejadian seperti ini terulang lagi, yeobo?
Joong Do : Biar kutangani. Aku akan berupaya mencari cara, apa pun itu, agar kelak tidak ada lagi orang tertindas seperti itu. Percayalah.
Joong Do dan Hye Joo masuk ke kamar mereka. Joong Do menyuruh Hye Joo istirahat.
Joong Do : Terlalu banyak yang kau lalui hari ini. Aku mau bekerja sebentar di ruang kerja. Kau tidurlah.
Hye Joo : Baik.
Joong Do : Selamat tidur.
Joong Do keluar. Bersamaan dengan itu, Soo Bin keluar dari kamarnya.
Soo Bin : Apa Bu Kim sakit?
Joong Do tak menjawab dan terus ke tangga, tapi di tangga, dia berhenti sejenak dan menatap tajam Soo Bin.
Joong Do : Jika kau macam-macam dengannya atau menyakitinya, kau tidak akan bisa menghadapi konsekuensinya.
Joong Do turun ke bawah.
Soo Bin terdiam menatap kamar Hye Joo.
Ki Young dan Seung Hee tak bisa tidur. Ki Young duduk memikirkan kata2 Woo Jae tadi, sedangkan Seung Hee sudah berbaring.
Woo Jae : Dahulu, Ibu Kim mungkin memang sebatang kara, tetapi kini tidak lagi. Perbedaan itu tidaklah kecil.
Ki Young mengajak Seung Hee bicara, tapi Seung Hee menghindar. Seung Hee bilang dia capek dan mau tidur.
Di ruang kerjanya, Joong Do menandai tulisan di berkasnya.
“Pendapat organisasi terkait untuk ditinjau secara menyeluruh.”
Lalu dia membaca buku.
Tapi tiba2 aja, dia memegangi perutnya yang terasa sakit.
Yeo Jin di dapur, mengambil air.
Saat mau balik ke kamarnya, dia menatap sejenak ke arah ruang kerja Joong Do.
Hye Joo juga tak bisa tidur.
Dia stress dengan semuanya.
Paginya, Nyonya Lee sarapan dengan Ki Young dan Seung Hee sambil teleponan membicarakan tanah.
Nyonya Lee : Sudah kubilang waktu itu, harus ada info pasti tentang pembangunan jalan raya di sana, bukan hanya rumor.
Seung Hee kesal melihat ibunya telponan soal tanah terus.
Selesai menelpon, Nyonya Lee minta dikirimin foto tanah yang di foto Seung Hee pas mereka kunjungi waktu itu. Seung Hee bilang nanti setelah makan. Nyonya Lee sewot.
Nyonya Lee : Kirim sekarang! Mengirim foto tak butuh waktu.
Seung Hee : Baiklah.
Ki Young melihat sandi ponsel Seung Hee.
Seung Hee selesai mengirimkan foto.
Nyonya Lee masih ngomel, bukan main. Jika mau mengabaikan ibu, mengapa tidak menetap saja di Kanada atau pergi ke Australia bersama Ki Young.
Seung Hee : Eomma!
Ki Young pun langsung menghentikan Seung Hee agar tidak membalas Nyonya Lee.
Nyonya Lee melihat kiriman foto-foto tanah dari Seung Hee.
Nyonya Lee : Sudah ibu terima. Ini dia. Padahal tanah ini bagus sekali selama ada jalan raya.
Kesal, Seung Hee pun masuk ke kamarnya dan membanting pintu.
Nyonya Lee sewot, apa-apaan kau pagi-pagi begini? Dasar kurang ajar! Yang benar saja. Mestinya Seung Ho yang masih hidup. Mengapa harus dia?
Ki Young : Eommoni!
Nyonya Lee pun pergi dan menelpon lagi.
Ki Young teringat 3 tahun lalu, saat Seung Hee bilang ingin belajar ke Kanada.
Flashback…
Ki Young : Kau mau belajar ke Kanada? Sendirian?
Seung Hee : Ya. Aku bisa gila jika tinggal bersama ibu. Namun, aku juga khawatir kalau meninggalkannya sendiri.
Ki Young : Seung Hee-ya, kita tetap suami istri. Aku bagaimana bila kau pergi sendiri?
Seung Hee : Aku sungguh ingin bernapas sebentar saja, tetapi takut meninggalkan ibu sendirian. Jadi kumohon kau temani ibu sebentar. Mau, ya? Aku akan segera kembali.
Ki Young menghela nafas.
Dia berdiri dan memakai jasnya. Lalu dia melihat ponsel Seung Hee yang ketinggalan di meja makan.
Ki Young memeriksa ponsel Seung Hee.
Hye Joo mau pergi, tapi dia ke kamar Ji Hoon dulu.
Dia mengetuk pintu dan memanggil Soo Bin. Lalu dia membuka pintu kamar.
Tepat saat itu, Soo Bin keluar dari kamar mandi dan lari ke depan kamarnya. Dia menutup pintu.
Soo Bin : Kau sedang apa?
Hye Joo : Ternyata kau di kamar mandi.
Soo Bin : Jangan masuk sembarangan saat tidak ada aku.
Hye Joo : Baik. Maaf. Aku cuma mau pamit bekerja. Sampai nanti.
Hye Joo pergi.
Soo Bin lega.
Soo Bin lalu masuk ke kamarnya. Dia melihat ponsel lamanya yang lagi dia isi daya.
Soo Bin lalu menyalakan ponselnya dan melihat foto dirinya bersama Ji Hoon dan satu teman mereka lagi. Foto itu diambil saat ultah Ji Hoon.
Tiba2, seseorang dengan inisial JD menelponnya.
Dia kaget dan langsung menyembunyikan ponselnya ke bawah bantal.
Hye Joo menjenguk Nyonya Jo.
Hye Joo : Ibu tak perlu mencemaskan biaya rumah sakit. Fokus ke pemulihanmu saja.
Nyonya Jo : Terima kasih. Terima kasih banyak, Bu.
Hye Joo tersenyum dan mengangguk.
Hye Joo pergi.
Begitu Hye Joo pergi, Joong Dae datang, membawa buah tangan.
Joong Dae memeriksakan dirinya karena nyeri di pinggangnya.
Perawat menjelaskan hasil rontgen, ada retakan setipis benang di pinggang Joong Do.
Perawat : Pasti terasa sakit saat bergerak. Cedera ini harus ditunggu agar sembuh sendiri. Untuk sementara waktu, jangan berolahraga berat dahulu. Nanti kuresepkan obat pereda nyeri. Minumlah saat sakitnya parah.
Joong Do cedera karena dipukul ayah Seung Kyu kah pas dia datang menjenguk ibu Seung Kyu?
Ki Young di tempat kerjanya, menatap nomor Hye Joo.
Dia mau menelpon Hye Joo tapi ragu.
Seung Hee membawa ibunya ke psikiater.
Nyonya Lee : Padahal ibu tak mau ke sini. Mengapa terus memaksa?
Nyonya Lee masuk ke ruangan dokter.
Sambil menunggu, Seung Hee mencari tentang Joong Do di internet.
Dan dia kaget mendapati artikel tentang ibu Seung Kyu yang mencoba bundir.
Hye Joo lagi bekerja saat dia dihubungi nomor tak dikenal.
Hye Joo : Halo?
Seung Hee di kamarnya, memikirkan kata2 Anggota Dewan Kang.
Anggota Dewan Kang : Jadi, diam saja daripada bertindak gegabah.
Seung Hee lalu menghubungi temannya.
Seung Hee : Seong Chang-ah, aku ingin tahu kontak orang yang muncul di berita. Kakak iparmu wartawan, ‘kan?
Joong Do dan timnya rapat.
Joong Do : Sebagaimana kalian ketahui, ketika seorang tersangka meninggal, dia akan terbebas dari tuntutan karena hak penuntutan jaksa gugur sehingga penyelidikan tidak dilanjutkan.
Namun, dalam kasus pelecehan seksual, bila kasus ditutup karena tersangka bunuh diri, mayoritas korban akan mengalami penderitaan sekunder tanpa bisa mengungkap fakta mengenai kasus tersebut.
Maka, aku ingin merevisi UU agar penyidikan terus berlanjut meski mereka tewas akibat bunuh diri atau yang lainnya, dan terlapor atau tersangka pelecehan seksual tidak dinyatakan bebas dari tuntutan hanya karena hak penuntutan gugur.
Bit Na : Maaf, setahuku di masa jabatan sebelumnya amendemen serupa pernah diusulkan, tetapi tidak disetujui di rapat Komisi Legislasi dan Yudikatif.
Min Seok : Benar. Tenaga ahli Komisi Legislasi dan Yudikatif mengaku memahami tujuan amendemen, tetapi meninjau bahwa itu bertentangan dengan teori hukum.
Joong Do : Benar. Dengan kata lain, amendemen ini tidak mudah disetujui di rapat komisi dan rapat paripurna. Namun, menurutku tindak bunuh diri dari terlapor atau tersangka tidak boleh menjadi penghambat penyidikan kasus dan pengembalian nama baik korban.
Woo Jae : Aku setuju. Mari kita coba. Walau sulit disetujui di rapat paripurna, amendemen ini akan menjadi sangat bermakna jika bisa menumbuhkan rasa simpati dan menjadi ajang diskusi.
Joong Do : Tidak. Target amendemen ini bukan mencari makna sosial. Aku akan membuatnya disetujui di rapat paripurna. Kini ada contoh amendemen hukum yang kontroversial, tetapi disetujui. Hal itu bisa terjadi berkat opini publik yang kuat dan selaras dengan tujuan legislasi. Kalian pasti tahu bahwa Majelis Nasional paling takut opini publik. Mulai kini, aku akan menggerakkan opini publik bersama kalian dan menjadikannya kekuatan.
Hye Joo di kafe, menunggu seseorang.
Yang ditunggunya adalah Ki Young.
Sambil menunggu, Hye Joo memikirkan saat dulu Ki Young mengaku suka padanya.
Tak lama, Ki Young datang.
Ki Young : Jae Eun-ah, Maksudku, Hye Joo-ya.
Hye Joo tersenyum sedikit dan ingat jawaban Joong Do pas dia tanya ada urusan apa Joong Do dengan Ki Young sampai Joong Do jauh2 ke Youngsan menemui Ki Young.
Joong Do : Tidak ada apa-apa.
Dan Joong Do, memikirkan saat dia meminta Woo Jae menyelidiki masa lalu Hye Joo. Dia ingat pertanyaan Woo Jae saat itu. Woo Jae tanya siapa yang ingin Joong Do lindungi, diri sendiri atau Hye Joo.
Joong Do lalu berniat memberitahu masa lalu istrinya pada staf nya.
Joong Do : Sebelumnya, ada yang ingin kukatakan terlebih dahulu. Ini tentang istriku.
Bersambung..