Trolley Eps 7 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 7 part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini

Hye Joo masih di depan rumahnya, tapi dia sudah di mobil. Hye Joo stress membaca pesan Seung Hee yang menyuruhnya datang pukul setengah empat.

Sementara itu, Seung Hee kesal karena ibunya tidak menjawab panggilannya.

Seung Hee terus menerus menghubungi ibunya, dan akhirnya dijawab.

Seung Hee : Ibu pasti pulang pukul 16.00, ‘kan?

Nyonya Lee : Ibu sibuk! Mengapa menelepon terus?

Seung Hee : Itu karena ibu tak membalas pesan dan tak mengangkat teleponku. Ibu bisa pulang pukul 16.00, ‘kan?

Nyonya Lee : Ya, ibu pasti pulang. Mengapa kau merajuk terus dari tadi? Ada apa?

Seung Hee : Begini… Sebenarnya…

Seung Hee mau menjelaskan, tapi Nyonya Lee menyelanya, menyuruhnya menunggu sebentar. Nyonya Lee memanggil Ki Young yang berdiri agak jauh darinya. Dia menyuruh Ki Young bicara dengan agen properti. Ki Young pun mendekat.

Nyonya Lee lanjut bicara dengan Seung Hee.

Nyonya Lee : Seung Hee, apa katamu tadi?

Seung Hee : Mengapa Ki Young ada di sana? Dia pergi ke kantor tadi pagi.

Nyonya Lee : Ibu memanggilnya untuk mengurus kontrak sementara. Jadi, mengapa ibu harus pulang?

Seung Hee : Berarti nanti ibu pulang bersama Ki Young padahal sebelumnya pergi dengan agen properti?

Nyonya Lee : Ya! Memang mengapa? Ibu tak boleh menyuruh suamimu? Ada apa denganmu?

Seung Hee teringat pertanyaan Ki Young sebelumnya.

Ki Young : Apa kau yakin Jae Eun memfitnah Seung Ho?

Teringat itu, Seung Hee pun meminta ibunya menyuruh Ki Young kembali ke kantor, setelah nanti mengantar sang ibu.

Seung Hee : Jangan sampai dia masuk. Cukup ibu masuk sendiri. Ya?

Nyonya Lee : Ya, baiklah. Ya ampun, mengapa dia memaksa begini?

Nyonya Lee memanggil Ki Young lagi.

Joong Do membantu ibunya Su Hyeon masuk ke mobil.

Ayahnya Su Hyeon menyuruh dia makan dulu di rumah mereka sebelum pergi. Joong Do mengerti.

Joong Do pun bergegas ke mobilnya. Tapi ponselnya kemudian berbunyi. Pesan masuk dari Woo Jae. Woo Jae ngasih tahu kalau tadi Hye Joo menghubunginya setelah tahu video Seol tersebar.

Woo Jae : Dia terdengar kaget, tetapi sudah kujelaskan baik-baik. Urusanku di Youngsan juga sudah beres.

Joong Do pun menghubungi Woo Jae.

Joong Do : Ya, halo. Sudah dapat info?

Woo Jae : Sudah, Pak.

Dan Joong Do pun kaget, apa?

Woo Jae : Sepeninggal putra Lee Yoo Sin, kasus itu ditutup tanpa penyidikan akibat gugurnya hak menuntut. Pembina panti pun tak tahu kejadian sebenarnya.

Joong Do terdiam.

Woo Jae heran tidak mendengar suara Joong Do lagi.

Woo Jae : Pak Nam?

Joong Do : Kerja bagus, Pak Jang. Aku butuh waktu berpikir. Ya. Nanti kutelepon lagi.

Hye Joo dalam perjalanan. Sambil menyetir, dia memikirkan ancaman Seung Hee.

Seung Hee : Suamimu adalah anggota parlemen dan pemilu sebentar lagi. Mau kita lihat apa akibatnya?

Hye Joo pun stress.

Nyonya Lee sudah selesai urusannya. Dia pun masuk ke mobilnya dan minta Ki Young mengisi daya ponselnya. Ki Young mengisi daya ponsel Nyonya Lee. Nyonya Lee lalu bertanya, jam berapa sekarang. Dia bilang dia janji pulang ke Seung Hee jam 4.

Ki Young : Sekarang pukul 15.10.

Seung Hee : Begitu? Berarti waktunya cukup. Omong-omong, mengapa Seung Hee
minta aku pulang sendiri tanpa kau?

Ki Young : Hanya ibu?

Nyonya Lee : Ya. Dia bersikeras minta aku pulang pada pukul 16.00, dan saat tahu kita bersama, dia melarangmu ikut masuk. Mengapa dia menyuruhku masuk sendirian?

Ki Young langsung ingat kata2 Seung Hee saat duduk diluar, ketika dia pulang.

Seung Hee : Ki Young-ah, yang memberatkanmu itu akan segera berakhir.

Lalu dia ingat kata2 Seung Hee setelah mereka pulang ke rumah habis makan malam dengan Joong Do dan Hye Joo.

Seung Hee : Jadi, aku menyuruh Jae Eun untuk minta maaf kepada ibu. Jangan beri tahu dia dahulu.

Flashback end…

Ki Young terdiam.

Nyonya Lee : Apa kalian berdua diam-diam bersekongkol lagi?

Ki Young : Bu, aku permisi menelepon sebentar.

Nyonya Lee : Aku bisa terlambat.

Ki Young keluar dan menghubungi Seung Hee.

Seung Hee terdiam Ki Young menghubunginya.

Ki Young resah Seung Hee tak menjawab panggilannya.

Panggilannya diabaikan oleh Seung Hee, Ki Young mau menghubungi Hye Joo.

Tapi tidak jadi.

Joong Do menghubungi Ki Young.

Joong Do : Halo, aku Nam Joong Do. Apa?

Hye Joo masih di jalan.

Dia kian sesak.

Begitu pun Ki Young dan Joong Do.

Joong Do coba menghubungi Hye Joo.

Tapi Hye Joo mematikan ponselnya. Joong Do ngebut. Dia cemas.

Ki Young melirik ke spion.

Dia melihat ibu mertuanya tidur.

Ki Young lalu melihat GPS nya. 720 meter menuju persimpangan Youngsan.

Tapi Ki Young malah memutar balik mobilnya.

Hye Joo pun akhirnya tiba. Mereka bicara di dalam.

Seung Hee : Ibuku akan segera pulang. Kau mematikan ponsel, ya? Aku sempat menelepon, takut kau berubah pikiran. Ternyata kau masih ingat rumahku.

Hye Joo : Aku sering kemari dahulu.

Seung Hee : Rumahku tetap sama, ‘kan? Masih sama seperti 20 tahun lalu.

Hye Joo melihat foto2 serta penghargaan Ji Hoon.

Dia pengen nangis.

Seung Hee makin muak, cuci mukamu. Cuci muka dan hapus air matamu. Nanti jangan coba-coba meraih simpati ibu dengan air mata. Paham?

Hye Joo mencuci mukanya.

Joong Do akhirnya tiba di kediaman Seung Hee.

Seung Hee terdiam melihat Joong Do di layar intercom.

Hye Joo keluar dari kamar mandi. Melihat Seung Hee membeku, Hye Joo tanya ada apa.

Tiba2, mereka mendengar suara benturan yang cukup keras. Setelah benturan, alarm mobil berbunyi.

Ternyata Joong Do menabrak mobil Hye Joo karena Seung Hee gak kunjung membuka pintu.

Joong Do turun dari mobil dan mendekat ke gerbang. Dia memencet bel berkali2.

Joong Do : Jin Seung Hee-ssi, lekas buka pintunya. Sekarang juga!

Hye Joo melihat layar intercom.

Dia kaget suaminya datang.

Karena Seung Hee gak membuka pintu juga, Joong Do tak punya pilihan lain.

Dia masuk ke mobil dan berniat menabrak gerbang Seung Hee. Tapi tepat saat itu, gerbang terbuka.

Joong Do pun masuk dan lega istrinya baik-baik saja.

Hye Joo menatap Joong Do dengan tatapan berkaca-kaca.

Joong Do : Yeobo, mengapa kau ada di sini? Ayo keluar.

Joong Do memegang tangan Hye Joo. Dia mengajak Hye Joo pergi tapi Hye Joo menolak.

Hye Joo : Kau pergi saja. Aku yang harus menyelesaikan masalah ini.

Joong Do : Tidak ada masalah yang harus kau selesaikan. Sejak awal, kau tak perlu datang kemari.

Seung Hee tersinggung, apa maksudmu? Mengapa dia tak perlu datang?

Joong Do menatap tajam Seung Hee.

Joong Do : Ibu Jin, biar kuperingatkan. Sekali lagi kau…

Hye Joo menghentikan Joong Do.

Hye Joo : Kumohon, Sayang. Aku datang untuk minta maaf. Jadi, tolong pergi.

Joong Do : Buat apa kau minta maaf? Apa salahmu?

Seung Hee : Kau pasti tahu apa salahnya. Kudengar ada orang yang mati gara-gara kau. Mahasiswa kedokteran itu.

Hye Joo menatap Seung Hee.

Hye Joo : Seung Hee-ya, itu perkara lain. Kita bahas masalah kita saja.

Joong Do : Itu hanya musibah. Begitu pula perkara istriku.

Seung Hee : Musibah? Baiklah. Anggaplah itu memang musibah karena tak menusuk langsung dengan pisau. Namun, andai kau tak berkoar di TV, orang itu tidak akan mati. Maka kaulah yang membunuh mahasiswa kedokteran itu.

Hye Joo : Seung Hee-ya, kumohon. Aku sama sekali tak menyangka Seung Ho akan bunuh diri kala itu. Itu musibah yang tak diinginkan siapa pun. Akan tetapi…

Kita diperlihatkan flashback, dimana Hye Joo ada di ruang interogasi. Polisi ingin berhenti menangani kasus Hye Joo. Hye Joo tanya alasannya.

Polisi : Mengapa lagi? Begitulah hukum di Korea. Bila tersangka meninggal, penyelidikan berhenti karena hak penuntutan jaksa gugur. Semua sudah beres. Pulanglah.

Hye Joo : Begitu saja? Lalu bagaimana nasibku?

Polisi : Nasib apa?

Hye Joo : Jika kasusnya berhenti di sini, apa aku harus terus hidup sebagai pembohong?

Polisi : Nak. Dia meninggal. Kau tidak lihat ibunya pingsan tadi? Lalu kau mau apa lagi? Kau ingin menghancurkan keluarga yang sudah kehilangan anaknya?

Flashback end…

Hye Joo : Aku juga korban dari musibah itu.

Seung Hee : Korban? Kau datang untuk mengatakan itu?

Hye Joo : Aku kehilangan kesempatan mengungkap fakta akibat kematian Seung Ho dan tak bisa minta tolong untuk mengungkap fakta. Jadi, aku juga korban.

Seung Hee : Kim Jae Eun!

Hye Joo : Namun, terjadilah hal-hal yang di luar rencanaku dan hasilnya, keluargamu mengalami musibah mengerikan. Jadi, begitu ibumu tiba, aku akan berlutut dan memohon ampun, juga lakukan apa pun permintaanmu selama ibumu bisa merasa lebih baik.

Seung Hee : Kau juga harus memberi tahu semua orang bahwa kau pembunuh dan telah menghancurkan hidup keluarga kami.

Joong Do : Itu tidak masuk akal!

Hye Joo : Aku tak bisa. Aku tak bisa melakukannya, Seung Hee-ya.

Seung Hee : Tak bisa melakukannya? Mengapa? Katamu kau bersedia minta maaf kepada ibuku. Mengapa kau tidak mau memberi tahu orang lain?

Hye Joo : Sebab aku… tidak berbohong. Aku setuju Seung Ho adalah anak yang begitu disayang, siswa teladan, dan siswa berprestasi karena itu fakta. Namun, anak yang disayangi dan siswa teladan itu… telah melecehkanku secara seksual. Itu juga fakta. Aku tidak berbohong.

Seung Hee kesal mendengarnya. Dia tak percaya Seung Ho melakukan itu.

Seung Hee : Kalau begitu, jangan meminta maaf. Aku tak butuh permintaan maafmu bila itu niatmu datang kemari. Syukurlah ibuku tidak sempat mendengar perkataanmu. Jadi, pergilah sebelum ibuku tiba.

Hye Joo : Seung Hee-ya.

Seung Hee : Satu hal lagi. Jangan membenciku atas hal-hal yang kulakukan mulai kini karena kau yang menyebabkan hal ini. Namun, aku tak habis pikir. Putramu pun meninggal, ‘kan? Namun, mengapa tak paham perasaan keluargaku? Aku tahu. Apa karena bukan anak kandungmu?

Joong Do marah, Jin Seung Hee-ssi!

Plaak! Hye Joo menampar Seung Hee.

Hye Joo : Jangan asal bicara.

Seung Hee : Mengapa? Itu juga fakta, ‘kan? Fakta yang terus kau ungkit. Coba kau ceritakan faktanya. Bila yang kau katakan itu fakta, berarti Seung Ho pantas mati?

Hye Joo : Bukan itu maksudku.

Seung Hee : Lantas apa? Mengapa kau buat Seung Ho bunuh diri, Kim Jae Eun!

Joong Do : Dia Kim Hye Joo. Namanya bukan Kim Jae Eun. Jangan panggil dia dengan nama itu. Terserah kau mau melakukan apa pun kelak. Namun, bila kau menghubungi istriku dan bertindak seenaknya lagi, aku tidak akan tinggal diam.

Joong Do membawa Hye Joo keluar.

Diluar, Hye Joo kaget melihat mobilnya ringsek.

Joong Do : Aku tak punya pilihan lain.

Hye Joo masuk ke mobil Joong Do.

Joong Do menghubungi Woo Jae sambil masuk ke mobil.

Joong Do : Halo, Pak Jang. Aku di Youngsan. Tolong panggil mobil derek. Nanti kukirim alamatnya. Ya, untuk mobil istriku, tetapi atas namaku. Tidak ada yang terluka. Ya. Aku tak perlu kompensasinya. Bereskan saja secepatnya. Terima kasih.

*Ralat ya guys, yg ditabrak Joong Do mobilnya Hye Joo.

Hye Joo menatap keluar jendela. Tangisnya pecah.

Joong Do menatap cemas Hye Joo.

Joong Do : Buang saja semuanya di sini.

Ki Young akhirnya tiba di rumah.

Dia terkejut melihat mobil Hye Joo ringsek.

Nyonya Lee turun dari mobil dan berlari ke arah mobil Hye Joo yang ringsek.

Nyonya Lee : Omona, omona! Apa ini? Mobil siapa ini?

Mereka berdua lari ke dalam. Seung Hee duduk di ruang makan.

Nyonya Lee : Seung Hee-ya, mobil siapa yang ada di luar? Kau yang merusak mobil itu? Makanya kau suruh ibu cepat pulang?

Seung Hee : Bukan begitu.

Nyonya Lee : Lalu ada apa dengan mobil itu? Ada apa sebenarnya? Kau buat salah?

Seung Hee : Tidak, aku tak buat salah!

Nyonya Lee : Tinggal jawab. Mengapa harus marah?

Seung Hee yang kesal, beranjak keluar.

Ki Young mengejar Seung Hee.

Nyonya Lee kesal, kalian berdua mau meninggalkanku ke mana lagi?

Diluar, Seung Hee dengan kesal mengakui kalau itu mobil Jae Eun dan dia menyuruh Jae Eun datang untuk minta maaf.

Ki Young : Apa kau terluka?

Seung Hee tertegun dengan pertanyaan Ki Young.

Ki Young : Kau tak apa, ‘kan? Kau sungguh tidak terluka?

Seung Hee : Ya. Aku tak apa.

Ki Young : Syukurlah. Lantas, di mana Hye Joo…

Seung Hee emosi, namanya Kim Jae Eun! Nama orang yang membuat Seung Ho bunuh diri adalah Kim Jae Eun, bukan Kim Hye Joo.

Ki Young : Seung Hee-ya.

Seung Hee : Jangan ikuti aku. Jangan khawatir. Aku tak akan bunuh diri.

Seung Hee pergi.

Woo Jae hampir sampai di kediaman Seung Hee. Dia melihat Seung Hee pergi jalan kaki. Lalu Woo Jae melihat Ki Young berdiri di pagar, menatap ke arah Seung Hee. Woo Jae pun turun.

Woo Jae : Sore, Pak Choi. Ternyata kau di sini.

Seung Hee duduk di taman SMA Youngsan. Lalu dua siswi lewat. Dia mendengar percakapan kedua siswi itu.

“Jangan bohong.”

“Astaga, kita teman. Kau tak memercayaiku?”

Seung Hee langsung ingat sama Seung Ho. Seung Ho tanya, apa Seung Hee tak percaya keluarga sendiri.

Seung Hee : Tidak. Aku percaya.

Seorang gadis memberikan Soo Bin uang. Dia tanya, 300 ribu won kan? Soo Bin bilang iya. Soo Bin lalu memberikan dompetnya. Gadis itu melihat2 dompet Soo Bin. Dia bilang, dompetnya masih tampak baru. Gadis itu lantas berterima kasih karena Soo Bin sudah menjual murah. Gadis itu pergi.

Soo Bin mau pergi tapi gadis kecil yang diberikan pangsit oleh Yeo Jin waktu itu dan disuruh bayar sama Soo Bin lewat. Soo Bin memanggil gadis itu. Gadis itu reflek menyembunyikan bungkusan pangsit yang dibawanya ke balik punggungnya.

Soo Bin lalu membelikan gadis kecil itu pelembab.

Soo Bin : Ambil ini. Aku beli untukmu.

Gadis itu tanya kenapa.

Soo Bin : Cuaca sedang kering. Bibirmu bisa pecah-pecah. Pasti sakit rasanya. Rajin-rajin pakai ini.

Soo Bin menaruh pelembab itu ke tangan gadis kecil itu.

Gadis itu tanya, Soo Bin tidak beli.

Soo Bin gak jawab dan tanya kenapa gadis itu cuma makan pangsit, bukan kalguksu. Gadis itu bilang dia sudah makan kalguksu tadi siang tapi Yeo Jin menyuruhnya kembali untuk mengambil pangsit buat makan malam.

Soo Bin : Mengapa tak tadi siang?

Gadis itu bilang karena kakaknya pulang malam setelah kerja sambilan, jadi Yeo Jin menyuruhnya mengambil pangsit hangat setelah kakaknya pulang.

Soo Bin : Jangan terlalu percaya. Jangan terlalu percaya ke Bibi penjual kal-guksu itu. Dia munafik.

Gadis itu tanya munafik itu apa.

Soo Bin : Orang yang beda di luar dan di dalam. Tak semua yang berbuat baik itu baik.

Gadis itu tak paham.

Soo Bin : Lupakan saja. Namun, kau tetap boleh makan pangsit dan kal-guksu di sana.

Gadis itu pergi setelah berterima kasih atas pelembab bibirnya.

Soo Bin lalu memegangi bibirnya pecah2, bahkan sampai berdarah.

Dia kesal, tapi tak bisa apa-apa dan beranjak pergi.

Woo Jae di tepi jalan, bicara dengan seseorang di telepon.

Woo Jae : Ya, tak perlu kompensasi untuk mobilnya. Kirimkan saja barang-barang di dalamnya. Ya, terima kasih.

Woo Jae kemudian kesal.

Woo Jae : Dia seharusnya tak ikut campur selagi suaminya membereskan semuanya.

Entah siapa yang dimaksud Woo Jae, apakah Hye Joo atau Seung Hee.

Woo Jae ingat percakapannya dengan Ki Young tadi.

Flashback…

Woo Jae : Anggap pihak Lee Yoo Sin membeberkan bahwa Ibu Kim Hye Joo adalah penyebab kematian putranya dahulu, yang adalah seorang murid teladan. Berarti akan ada orang yang mengecam Ibu Kim Hye Joo. Lalu kami harus bagaimana? Kami akan menyatakan bahwa Jin Seung Ho adalah pelaku pelecehan seksual. Lantas apa yang akan terjadi? Apa yang akan terjadi?

Woo Jae juga ingat percakapannya dengan Joong Do sebelum dia dipanggil ke rumah Seung Hee oleh Joong Do.

Joong Do : Pihak Lee Yoo Sin pasti akan menuntut dengan tuduhan pencemaran nama baik. Tentu saja. Namun, pasal pencemaran nama baik mendiang hanya berlaku di kasus penyebaran hoaks, sedangkan kasus ini tidak diselidiki karena kematian Jin Seung Ho. Tepatnya, kesempatan untuk mengungkap fakta telah hilang. Jadi, benar atau tidaknya Jin Seung Ho melakukan pelecehan seksual masih menjadi perdebatan. Pasti akan jadi perdebatan hebat.

Kembali ke Ki Young dan Woo Jae.

Woo Jae : Putra kebanggaannya tewas akibat serangan jantung saat baru diterima di Fakultas Hukum UNS. Kasus pelecehan seksualnya akan menjadi kontroversi. Apa ada orang tua yang senang? Intinya, bukan hanya kami yang akan memikul akibatnya. Selain itu, kasus Ibu Kim mungkin akan jadi pertikaian sengit karena tidak ada bukti maupun saksi. Namun, bagaimana dengan kasus investasi properti spekulatif mertuamu? Apa kami benar-benar tak punya bukti?

Ki Young : Kau mau kita sama-sama menutup kasus ini layaknya barter?

Woo Jae : Barter? Bukankah barter itu hanya berlaku bagi transaksi yang bernilai sama? Aku hanya mencoba menjelaskan situasi saat ini karena kau tampak tak paham.

Flashback end….

Woo Jae lalu membuka jendelanya. Dia melambaikan tangannya, memanggil sunbae nya.

Sunbae nya masuk ke mobilnya.

Yeong Soo : Sudah lama menunggu?

Woo Jae : Lumayan lama. Tidak kusangka beritanya akan disiarkan hari ini.

Kita diperlihatkan flashback, saat Yeong Soo menyiarkan berita bahwa Seung Kyu mengunggah video Seol di situs pornografi sebelum bunuh diri.

Yeong Soo : Katamu itu konten acara bagus. Kau sampai menghubungi aku, seniormu, saat dini hari, tetapi masih protes karena cepat disiarkan?

Woo Jae : Ya, ini terlalu cepat.

Yeong Soo : Omong-omong, aku memang merasa iba kepada ibu mahasiswa itu, tetapi tabiat anaknya sungguh keterlaluan. Mentang-mentang mau mati, bisa-bisanya dia menyebarkan videonya sebelum melompat.

Yeong Soo lalu bilang dia lapar.

Woo Jae pun langsung mengajak Yeong Soo makan.

Anggota Dewan Kang keluar dari restoran bersama beberapa pejabat lain. Tak lama, Ketum Woo juga keluar sama dua reporter yang mengajaknya makan tadi pas di seminar. Dua reporter langsung pergi, begitu juga dengan para pejabat yang bersama Anggota Dewan Kang. Anggota Dewan Kang menyapa Ketum Woo.

Anggota Dewan Kang : Kau suka tahu? Berkat dirimu, mungkin ada ribuan orang yang sering makan tahu waktu kau masih jadi hakim. Lain kali, biar kutraktir makan di kedai jeongol tahu yang sepi di belakang Rumah Biru.

Ketum Woo diam saja.

Anggota Dewan Kang : Astaga, aku baru ingat kau tidak pantas makan bersama orang sepertiku. Aku terlampau girang karena tahu kita punya kesamaan. Harap maklum.

Ketum Woo : Boleh.

Anggota Dewan Kang : Apa?

Ketum Woo : Yang penting itu tujuan yang sama, bukan siapa orangnya. Lagi pula, jeongol mustahil dihabiskan sendiri. Kita bertemu lagi di waktu yang tepat. Kalau begitu, aku pamit dahulu.

Ketum Woo bergegas ke mobilnya.

Anggota Dewan Kang langsung menatap Ketum Woo dengan tatapan tak senang.

Di mobil, Anggota Dewan Kang memeluk paper bag kecil yang tadi dipegang oleh ajudannya pas keluar dari resto bersama beberapa pejabat. Dia bilang, itu adalah suap.

Hyung Tae : Apa?

Anggota Dewan Kang : Adik iparku merengek terus kepada istriku setiap hari gara-gara tanah di Youngsan itu. Tadi pun dia menelepon berkali-kali. Makanya, aku tak boleh pulang dengan tangan kosong.

Hyung Tae : Melihat Pak Nam yang diam saja, kurasa dia sudah menyerah.

Anggota Dewan Kang : Tidak. Dia bukan orang yang mudah menyerah.

Seung Hee keluar dari SMA Youngsan sambil membaca pesan dari Ki Young.

Ki Young : Seung Hee-ya, tolong telepon aku. Setidaknya beri tahu kau di mana. Kau sudah makan? Aku mencemaskanmu. Tolong angkat teleponku.

Seung Hee lalu menghubungi Anggota Dewan Kang.

Anggota Dewan Kang : Jangan berlaku bodoh. Jangan berbuat apa-apa. Tidak ada saksi atau bukti di kasus itu. Jika bertindak gegabah, Nam Joong Do akan membalas. Jadi, diam saja daripada bertindak gegabah. Paham?

Seung Hee tak jawab.

Anggota Dewan Kang : Mengapa tidak jawab?

Seung Hee : Baiklah.

Anggota Dewan Kang : Nanti paman hubungi lagi.

Anggota Dewan Kang lalu tanya ke Hyung Tae, kabar teman-teman lama Hyung Tae.

Hyung Tae bingung, maksudmu, siapa?

Anggota Dewan Kang : Apa aku pernah cerita tentang keponakanku yang nyaris jadi hakim atau jaksa?

Joong Do dan Hye Joo tiba di rumah.

Joong Do : Biar kuparkirkan mobil dahulu. Kau masuk saja.

Hye Joo menatap Joong Do.

Hye Joo : Mengapa kau tak bertanya apa pun?

Joong Do : Kau sendiri tak tanya aku tahu dari mana bahwa kau ada di sana. Aku dihubungi Pak Choi Ki Young saat di Sangju. Katanya, kau mungkin sedang menuju Youngsan.

Hye Joo : Maaf.

Joong Do : Soal apa?

Hye Joo : Ini bisa memperumit keadaanmu karena pemilu sebentar lagi, bukan?

Joong Do : Mungkin.

Hye Joo menatap Joong Do. Dia terkejut dengan jawaban Joong Do.

Joong Do : Jika kau merasa bersalah, mau minta maaf ke mereka sekarang?

Hye Joo terdiam.

Joong Do : Tidak mau, ‘kan? Bila memang bersedia pura-pura minta maaf, kau pasti sudah melakukannya tadi meski kucegah. Maka jangan merasa bersalah. Sikapmu sudah benar. Lagi pula, walau sudah minta maaf, mereka pasti akan minta lebih. Jadi, jangan berkontak dengan mereka lagi. Biar aku yang bereskan masalah ini.

Hye Joo : Memang apa rencanamu?

Joong Do : Akan kupertimbangkan. Meski begitu, kau tak perlu melakukan atau mencemaskan apa pun. Kau memercayaiku, ‘kan?

Hye Joo mengangguk.

Joong Do : Kau hanya perlu melupakan semuanya.

Tangis Hye Joo pecah.

Joong Do : Satu lagi, Hye Joo-ya. Kau tak perlu menceritakan masa lalumu kepadaku. Walau tanpa bukti maupun saksi aku tetap memercayaimu… karena dirimu.

Hye Joo lantas turun dari mobil dan Joong Do pergi markirin mobil.

Hye Joo mau masuk, tapi dia menemukan selebaran tertempel di depan gerbangnya. Sontak dia kaget dan langsung memeriksa selebaran itu. Ternyata itu hanyalah undangan perayaan yoghurt sinyang yang ke-50. Hye Joo lega.

Tapi Hye Joo menemukan surat di bawah. Di amplop, tulisannya buat Joong Do.

Hye Joo kemudian menyadari sesuatu. Dia terkejut dan cemas.

Bersambung ke part 2…

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like