Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 6 part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini
Joong Do ada di Chungju, dia menghadiri seminar bersama Ketum Woo dan Anggota Dewan Son, sebagai narsum. Moderator Lee Soo Min menyudahi acara seminar dan mengajak para reporter bertepuk tangan sebagai ucapan terima kasih kepada para anggota dewan.
Di belakang mereka, tampak spanduk bertuliskan tema seminar. Tema seminar adalah kebijakan demi memberantas kekerasan seksual daring.
Bu Lee mendekati Ketum Woo.
Bu Lee : Bu Woo, terima kasih atas kehadiranmu, padahal kau pasti sedang sibuk.
Ketum Woo : Tentu aku harus datang. Terima kasih atas usahamu menyiapkan acara ini.
Anggota Dewan Son : Omong-omong, aku menyayangkan kejadian yang dialami Pak Ko. Dia tak bersalah dan lakalantas itu bisa terjadi kapan pun saat menyetir, walau kita tidak bersalah.
Joong Do : Namun, itu tabrak lari. Ditambah istrinya sempat tutup mulut dan hidup normal selama tiga hari. Meski Pak Ko tak bersalah, hal itu sulit diabaikan. Keluarga politikus pun tokoh masyarakat. Jika menutup mata, kita akan rugi sendiri di pemilu nanti.
Ketum Woo : Aku setuju. Pemecatan dari partai saja tak cukup bagi Pak Ko. Dia harus mundur dari jabatannya.
Bu Lee : Benar. Kalau dipikir-pikir, politikus itu lebih baik lajang yang yatim piatu dan sebatang kara. Jadi, tak perlu mencemaskan keluarga yang berulah.
Mendengar itu, Joong Do langsung diam.
Anggota Dewan Son : Meski lajang, tidak boleh seorang duda atau janda. Meski zaman sudah berubah, perceraian tetap memberi citra buruk bagi politikus.
Bu Lee : Aku tidak setuju. Lebih parah itu anak yang berulah. Anggapan masyarakat tentang orang tua yang tak becus mendidik anak sendiri itu sangat…
Bu Lee langsung diam saat ingat kasus Ji Hoon, putra Joong Do.
Anggota Dewan Son : Benar juga. Tak sedikit politikus yang kariernya goyah gara-gara anaknya berul…
Anggota Dewan Son juga langsung diam saat sadar kasus Ji Hoon.
Anggota Dewan Son : Aku lupa.
Ketum Woo membela Joong Do.
Ketum Woo : Politikus yang kompeten pasti mampu mengubah krisis itu menjadi kesempatan.
Bu Lee : Tentu. Aku permisi sebentar untuk beres-beres.
Anggota Dewan Son : Kalau begitu, kutunggu kalian di luar.
Kedua orang itu beranjak pergi.
Ketum Woo menghibur Joong Do.
Ketum Woo : Jika belum menikah akan ditanya, “Mengapa belum menikah?” Jika belum punya anak akan ditanya, “Mengapa belum punya anak?” Sudah jadi takdir kita sebagai wakil rakyat untuk dimaki atas apa yang dilakukan dan tak dilakukan.
Joong Do : Ya. Aku harus sabar menghadapi semua itu.
Dua reporter mengajak Ketum Woo makan malam.
Setelah itu, mereka bicara.
“Lantas kau pulang pergi kerja dari Youngsan?”
“Ya, Youngsan tak jauh dari sini. Hanya 40 menit naik mobil.
Joong Do mendengarnya.
Ki Young sudah di rumah. Dia menghubungi Joong Do.
Ki Young : Maaf aku menghubungi mendadak.
Joong Do : Apa kita bisa makan malam hari ini? Aku bisa tiba di Youngsan satu jam lagi.
Ki Young : Baik.
Ki Young lalu terdiam memandang keluar.
Malamnya, Ki Young dan Joong Do tiba bersamaan. Tapi Ki Young tak melihat Joong Do. Ki Young masuk ke dalam. Joong Do menyusul Ki Young.
*Ralat ya guys, ternyata alamat yang diberikan Seung Hee ke Hye Joo bukan kediaman Hye Joo, ternyata alamat restoran. Maafkan kalau aku salah.
Joong Do : Pak Choi Ki Young. Selamat malam.
Ki Young : Selamat malam.
Joong Do : Terima kasih telah meluangkan waktu meski kuhubungi secara mendadak.
Ki Young : Tak perlu berterima kasih. Apa perjalananmu kemari lancar?
Joong Do : Ya, lancar.
Seung Hee keluar dari dalam. Ki Young kaget melihat Seung Hee.
Seung Hee pun sama, tapi saat melihat Joong Do, dia terdiam.
Seung Hee : Pak Nam Joong Do rupanya. Tak kusangka bertemu di sini. Perkenalkan, aku…
Seung Hee melihat Hye Joo datang.
Seung Hee : Itu dia.
Joong Do dan Ki Young menoleh ke pintu gerbang.
Mereka kaget ada Hye Joo.
Hye Joo juga kaget melihat Joong Do.
Joong Do : Yeobo.
Hye Joo gugup.
Dan Seung Hee menatap Hye Joo dengan tatapan senang bercampur benci.
Mereka masuk ke dalam. Hye Joo dan Joong Do berjalan di depan Ki Young dan Seung Hee.
Hye Joo dan Joong Do duluan ke dalam.
Ki Young menghentikan langkah Seung Hee.
Ki Young : Dia anggota parlemen yang memerkarakan tanah yang dibeli oleh Ibu Mertua. Aku pernah bertemu dengannya karena urusan itu dan mendadak dia menghubungiku karena sedang dekat sini.
Seung Hee : Kau tahu dia suami Kim Jae Eun?
Ki Young : Tidak. Aku tak tahu.
Suasana tegang. Joong Do membuka pembicaraan. Dia bilang, dia tahu istrinya warga asli Youngsan, tapi dia tidak menyangka kalau Ki Young, Seung Hee dan istrinya teman SMA.
Seung Hee : Aku juga tak menyangka dia menikah dengan seorang anggota parlemen. Kalian kenal dari mana? Kapan menikah?
Hye Joo tak berani menatap mata Seung Hee.
Joong Do : Kami bertemu saat bekerja sukarela dan sudah menikah sekitar 16 tahun. Benar, ‘kan?
Joong Do melirik Hye Joo.
Hye Joo tersenyum kecil dan mengangguk.
Seung Hee : Sudah lama, ya. Omong-omong, kerja sukarela apa? Boleh kutanya pekerjaanmu sebelumnya?
Joong Do : Aku sempat jadi pengacara kecil-kecilan.
Seung Hee : Pengacara rupanya.
Joong Do : Waktu itu, aku jatuh cinta lebih dahulu dan mengejarnya.
Seung Hee kembali menatap Hye Joo.
Seung Hee : Wajar. Dia memang populer dari dahulu.
Joong Do : Begitu, ya? Sudah kuduga.
Seung Hee : Jae Eun-ah…
Seung Hee lalu tanya, apa Joong Do tahu Hye Joo ganti nama.
Joong Do : Ya, aku tahu.
Seung Hee : Kami hilang kontak setelah lulus SMA, lalu belum lama ini, aku melihatnya di berita dan langsung mengenalinya.
Joong Do : Dari berita?
Seung Hee : Ya, berita mengenai putramu. Meski terlambat, aku turut berdukacita.
Joong Do : Terima kasih.
Seung Hee : Aku pernah baca sepenggal kalimat di buku. Isi buku itu tentang mengukur berbagai kepedihan dalam hati yang dirasakan semasa hidup, kemudian diberikan peringkat. Hukuman kurungan, perselingkuhan pasangan, perceraian… Kira-kira semacam itu. Aku tak ingat peringkat spesifiknya… tetapi peringkat pertama yang paling memedihkan adalah kematian keluarga.
Hye Joo pun menatap Seung Hee.
Dia makin tersudut, padahal dia korban.
Joong Do : Aku sudah merasakan hal itu. Semoga tak merasakan yang lainnya. Semoga kalian berdua tidak akan pernah merasakan semua kepedihan yang kau sebutkan tadi.
Seung Hee : Ya. Kuharap juga begitu. Tidak untuk kedua kalinya.
Seung Hee menatap Hye Joo.
Hye Joo diam saja. Dia tak nyaman.
Joong Do melihat istrinya tegang.
Yoon Seo makan malam dengan Yeo Jin dan Soo Bin.
Yoon Seo bilang ke Yeo Jin, kalau teman2nya mengatakan ayahnya tampan.
Yeo Jin : Terus terang, aku tak merasa begitu.
Yoon Seo : Bibi, apa ayah populer waktu masih muda?
Yeo Jin : Entahlah. Bibi tidak ingat.
Yoon Seo : Kalian tetangga sebelah, ‘kan? Mengapa lupa? Itu tidak penting. Yang penting, ayah dikenal warga Korea karena dia heroik.
Soo Bin : Kau tahu dari mana?
Yoon Seo : Soal apa? Popularitas ayahku?
Soo Bin : Bukan, soal dia heroik atau bukan. Kau lihat sendiri?
Yoon Seo : Mengapa tak tahu? Saat mahasiswa kedokteran itu bunuh diri, warganet bilang ayah harus diberi Penghargaan Nobel.
Yeo Jin yang tahu suasana mulai mengarah kemana, menghentikan mereka dengan mengatakan dia sudah selesai makan.
Yeo Jin : Berikan piringnya kalau sudah beres.
Yoon Seo pun buru2 memakan suapan terakhirnya dan beranjak mendekati Yeo Jin yang mau cuci piring.
Yoon Seo : Tunggu, Bi. Aku juga sudah selesai. Mau kucucikan piringnya?
Yeo Jin : Tak usah.
Yoon Seo : Kita cuci bersama.
Yeo Jin : Tidak perlu.
Joong Do dan Ki Young berebut membayar makanan. Seung Hee menghentikan mereka dengan langsung memberikan kartu kreditnya pada kasir. Dia bilang biar dia yang traktir kali ini.
Seung Hee menatap Hye Joo.
Seung Hee : Lain kali kita bertemu berdua, ya.
Hye Joo terpaksa mengangguk.
Joong Do : Nanti kutraktir kalian di lain kesempatan.
Seung Hee : Ya, semoga kita bisa bertemu lagi.
Seung Hee melihat pin Joong Do.
Seung Hee : Sebentar. Aku jadi ingin mengunjungi kantor Majelis Nasional.
Joong Do : Baik.
Hye Joo gugup.
Seung Hee mengajak Hye Joo ke toilet.
Hye Joo mau nolak tapi Seung Hee langsung menggandengnya dan membawanya pergi.
Joong Do dan Ki Young sama2 menatap cemas Hye Joo.
Di toilet, Hye Joo coba menjelaskan ke Seung Hee kalau dia tak ikut campur urusan pekerjaan Joong Do jadi dia tak tahu kalau Joong Do dan Ki Young saling mengenal dan tak tahu urusan mereka berdua.
Seung Hee : Dalihmu panjang sekali. Mengapa? Apa yang kau takutkan? Kau takut dia makin pusing setelah membunuh orang, sama sepertimu, jika rahasiamu terbongkar?
Hye Joo : Seung-hee, masalah itu…
Seung Hee : Mentang suami istri, kalian mirip juga urusan begini. Yang membuatku tak habis pikir, kau menikah tiga sampai empat tahun setelah kejadian Seung Ho? Sempat berpacaran pula. Andai aku mengalaminya sampai berurusan dengan polisi, setidaknya aku tak akan sanggup berpacaran dan menikah selama sepuluh tahun.
Bukankah mestinya kau gemetar walau hanya menyentuh tangan lelaki? Namun, bisa-bisanya kau berpacaran dan menikah dengan lelaki lain. Mestinya derita kita setimpal. Keluargaku hancur gara-gara kau, sementara kau hidup bahagia. Itu tidak adil. Bukan begitu? Datanglah ke sini lagi besok. Kemudian, minta maaf kepada ibuku karena telah memfitnah Seung Ho demi biaya kuliah dan karena membunuh Seung Ho. Minta maaf atas semua itu.
Hye Joo tak mau melakukannya.
Seung Hee : Mengapa? Tak sanggup? Lantas, aku harus bagaimana? Perlukah kupasang spanduk dan menyebar selebaran tentang perbuatanmu? Tidak. Buat apa repot, padahal ada internet? Kim Jae Eun, suamimu adalah anggota parlemen dan pemilu sebentar lagi. Mau kita lihat apa akibatnya?
Hye Joo : Seung Hee-ya, ini semua di antara kita. Suamiku…
Seung Hee : Jangan berpikir untuk kabur kali ini. Minta maaf kepada ibuku besok. Berlutut dan mohon ampun di hadapan ibuku, Kim Jae Eun.
Seung Hee pun pergi.
Hye Joo makin pusing.
Hye Joo teringat masa lalunya.
Flashback…
Dia dan Seung Hee dipanggil oleh Wali Kelas mereka. Wali Kelas melihat skor CSAT Hye Joo yang bagus. Tapi dia memaksa Hye Joo masuk Universitas Gyeongji saja. Dia bilang, meski Hye Joo dapat beasiswa, tapi biaya hidup di Seoul sangat mahal.
Hye Joo tak punya pilihan lain selain menerima saran Wali Kelasnya.
Wali Kelas Seung Ho bersorak karena Seung Ho diterima di Universitas Nasional Seoul Fakultas Hukum. Mendengar itu, Seung Hee lemas.
Wali Kelas : Jin Seung Hee, kini kembaranmu mahasiswa fakultas hukum UNS. Kau mau bagaimana?
Seung Hee : Bu Guru, aku sudah cukup dibandingkan dengan Seung Ho oleh ibuku. Mengapa pengumumannya harus hari ini? Padahal aku mau beli baju dengan ibu akhir pekan.
Setelah itu, Seung Hee pergi makan sama Hye Joo. Seung Hee masih mengeluh. Dia bilang, kenapa Seung Ho harus diterima di UNS.
Seung Hee : Kau tahu dia anak emas ibuku, kan? Kuharap kelak Seung Ho tergila-gila pada seorang wanita, lalu mengabaikan ibu dan mementingkan pacarnya. Namun, andai itu benar terjadi, ibuku pasti pingsan.
Hye Joo cuek dan terus makan, dengan wajah kesal.
Seung Hee : Jae Eun-ah, menurutmu Seung Ho bagaimana?
Hye Joo : Apa?
Seung Hee : Jujur saja, sejujur-jujurnya, Seung Ho lumayan tampan dan ibuku menyukaimu. Ibu pasti senang jika dia memacarimu daripada sembarang wanita di Seoul. Aku pun senang…
Hye Joo : Tidak mau. Jangan asal bicara.
Seung Hee : Aku cuma bercanda. Mengapa ketus begitu? Itu masuk akal. Meski perempuan lain tergila-gila padanya, sudah kuduga kau akan muak. Kau memang sahabat sejatiku.
Hye Joo lalu menemani Seung Hee ke taksi.
Seung Hee : Ke Eupnae-dong, Pak.
Supir menyuruh Seung Hee naik. Seung Hee naik.
Seung Hee : Kau mau naik bus?
Hye Joo : Ya.
Seung Hee : Baiklah. Sampai jumpa. Kim Jae Eun ku sayang! Aku menyayangimu.
Setelah Seung Hee pergi, Hye Joo juga pergi.
Dia berjalan menuju panti asuhannya. Tapi pas hampir sampai, dia malah bertemu Seung Ho yang menunggunya.
Hye Joo kaget dan sontak mundur beberapa langkah.
Hye Joo lantas melaporkan Seung Hee ke polisi.
Hye Joo : SMA Youngsan kelas tiga, Jin Seung Ho.
Lalu Seung Hee menampar Hye Joo.
Seung Hee : Kau yang membunuhnya. Dasar pembunuh. Kau memfitnahnya demi biaya kuliah, ‘kan?
Hye Joo : Tidak, Seung Hee. Buat apa aku memfitnahnya?
Seung Hee : Berhenti berbohong! Kau yang membunuh Seung Ho!
Flashback end…
Hye Joo makin sesak.
Dia bingung harus gimana sekarang.
Ki Young dan Joong Do menunggu diluar.
Joong Do terus menatap Ki Young.
Joong Do akhirnya bertanya apa Ki Young dan Hye Joo dekat saat SMA.
Ki Young : Tidak, kami hanya sempat sekelas. Kami baru bertemu lagi usai lulus.
Joong Do : Namun, kau segera mengenalinya, padahal sudah 20 tahun berlalu.
Joong Do lalu menjelaskan kalau istrinya tidak tahu soal hubungan mereka karena dia dan istrinya tidak pernah membahas pekerjaannya sebagai Anggota Dewan.
Joong Do : Ini mungkin terdengar aneh bagimu. Istrimu bilang melihat istriku di berita, tetapi istriku tidak pernah terekspos media atau hadir di acara resmi sebelum musibah putraku. Dia pun tak ikut kampanye. Itu syarat dia mengizinkanku terjun ke dunia politik dan aku berniat menghormati keputusan istriku seterusnya. Begitu pun sebaliknya, istriku tidak akan memengaruhi kegiatan berpolitikku.
Ki Young : Baik. Aku paham maksudmu. Aku tak akan menghubungi Jae Eun… Maksudku, menghubungi istrimu, karena masalah ibu mertuaku.
Lalu Seung Hee keluar.
Seung Hee : Maaf. Kalian pasti menunggu lama.
Ki Young mencari2 Hye Joo.
Tak lama, Hye Joo keluar. Hye Joo menghela nafasnya menatap Seung Hee.
Joong Do melihat Hye Joo.
Joong Do : Yeobo.
Hye Joo pun terpaksa mendekati mereka.
Seung Hee tanya apa Ki Young sudah panggil taksi.
Ki Young bilang sudah.
Hye Joo mencari Du Seok.
Joong Do bilang dia menyuruh Du Seok pulang karena mau pulang bareng Hye Joo.
Joong Do lantas pamit pada Seung Hee dan Ki Young.
Joong Do : Hari ini menyenangkan.
Seung Hee : Selamat jalan. Hati-hati di jalan.
Seung Hee lalu menatap Hye Joo.
Seung Hee : Sampai bertemu lagi.
Hye Joo terpaksa mengangguk.
Hye Joo dan Joong Do pergi.
Joong Do minta maaf karena membuat Hye Joo menyetir malam2.
Joong Do : Aku tak enak jika tak minum.
Hye Joo : Tidak apa. Aku memang berniat menyetir pulang. Mundurkanlah kursinya agar bisa tidur.
Joong Do lalu tanya kenapa Hye Joo tak bilang mau bertemu teman di Yeongsan.
Hye Joo : Karena kau sibuk.
Joong Do : Namun, aku tetap kecewa. Selama ini aku tidak pernah bertemu temanmu sekali pun.
Hye Joo : Kau juga hanya bilang pulang larut malam, tak bilang akan ke luar kota.
Joong Do : Sejak kapan kau peduli soal pekerjaanku?
Hye Joo : Benar juga. Benar. Maaf.
Joong Do : Bukan begitu.
Tiba2, pesan dari Seung Hee masuk.
Seung Hee : Kita bertemu pukul 12.00 besok. Rumahku masih sama.
Hye Joo makin tertekan. Dia lantas mematikan ponselnya.
Joong Do minta maaf karena salah bicara.
Ki Young dan Seung Hee baru tiba di rumah.
Ki Young : Katamu bertemu teman.
Seung Hee : Tadi sudah kubilang aku hanya tak sengaja lihat dia di berita, lalu menemuinya.
Ki Young : Apa yang kalian bicarakan di toilet?
Seung Hee : Aku pergi ke makam Seung Ho sebelum ke restoran. Di sana, aku berjanji kepadanya bahwa aku akan mengembalikan nama baiknya. Jadi, aku menyuruh Jae Eun untuk minta maaf kepada ibu.
Ki Young : Seung Hee-ya.
Seung Hee : Mengapa? Tidak boleh? Jae Eun sudah membunuh orang akibat kebohongannya dan hidup bahagia sebagai istri anggota parlemen. Sementara keluarga kita harus terpuruk terus? Kau kira ibuku begitu sejak awal?
Ki Young : Apa kau yakin Jae Eun memfitnah Seung Ho?
Seung Hee : Ya, Seung Ho yang memberitahuku. Dia bilang begitu hari itu.
Flashback…
Seung Hee yang baru selesai mandi, minta dibuatkan masker timun oleh sang ibu. Tapi ibunya tak ada. Hanya ada Seung Ho. Seung Ho bilang ibu mereka ke kantor polisi.
Seung Hee : Kantor polisi? Kau buat masalah? Kau kenapa? Ada apa?
Seung Ho : Kim Jae Eun melaporkanku ke polisi. Dia mengaku bahwa aku melecehkannya.
Seung Hee : Apa?
Seung Ho : Aku baru diterima di UNS hari ini. Aku tak segila itu. Itu mustahil. Aku tidak bohong!
Tapi Seung Hee gak percaya.
Seung Ho : Kau tak memercayaiku, ya? Jin Seung Hee, kau tak memercayaiku? Kau tak percaya keluargamu sendiri? Aku tak bersalah. Kim Jae Eun yang berbohong.
Seung Ho masuk ke kamarnya.
Dia gantung diri.
Usai pemakaman Seung Ho, Seung Hee membujuk ibunya makan. Tapi ibunya menolak makan dan memfitnah Hye Joo. Dia bilang, Hye Joo memfitnah Seung Ho gara-gara uang.
Nyonya Lee : Jae Eun jalang itu sempat datang ke rumah kita setelah mendaftar ke Universitas Gyeongji. Lalu, dia minta beasiswa karena tahu bibi ayahmu bekerja di sana. Namun saat ibu bilang tidak bisa, dia melepas pakaiannya dan pergi ke kantor polisi, kemudian memfitnah Seung Ho demi uang kompensasi dari kita.
Flashback end…
Seung Hee : Kendati begitu, ibuku tak menuntutnya dengan tuduhan fitnah. Aku sudah menyuruh ibu menuntut Jae Eun tetapi ibu tak sanggup mendengar nama Seung Ho dikaitkan dengan pelecehan seksual selama persidangan.
Jadi, kami bilang dia kena serangan jantung. Meski terlambat aku harus melakukan sesuatu. Harusnya dahulu aku bertindak. Aku tidak sanggup melihat Jae Eun hidup bahagia setelah menghancurkan keluargaku dengan kebohongannya. Ibu pulang sebentar lagi. Jangan beri tahu dia dahulu.
Seung Hee pun pergi ke kamar mereka.
*Jadi begitulah guys ceritanya, biang keladinya Nyonya Lee.
Hye Joo tanya, Joong Do ada urusan apa sampai jauh2 ke Youngsan.
Joong Do : Tidak ada apa-apa. Kami pernah bertemu karena urusan pekerjaan. Kebetulan aku ada seminar di Chungju, lalu kuhubungi dia sebab Youngsan dekat Chungju.
Joong Do lalu minta maaf karena cara bicaranya tadi ke Hye Joo.
Hye Joo : Tidak apa. Aku juga minta maaf. Sepertinya aku lelah karena menyetir jauh.
Joong Do : Namun, aku membuatmu menyetir lagi. Maaf.
Hye Joo : Tak masalah. Kau pasti lelah. Lekaslah tidur. Perjalanan kita masih satu jam lagi.
Joong Do memejamkan matanya.
Seung Hee nunggu ibunya diluar. Tak lama, sang ibu pulang. Seung Hee membuka pintu. Ibunya mabuk. Seung Hee pun tanya kenapa sang ibu minum banyak. Nyonya Lee balik nanya, apa Seung Hee mencemaskannya. Nyonya Lee lalu memeluk Seung Hee.
Nyonya Lee : Kau memang putri kesayangan ibu satu-satunya.
Seung Hee : Ibu. Apa bisa ibu peluk aku walau tidak mabuk? Seperti dahulu.
Nyonya Lee menatap Seung Hee.
Nyonya Lee : Apa? Kau bilang apa?
Seung Hee : Tidak. Ayo masuk.
Joong Do sudah memejamkan mata. Tapi Hye Joo masih terjaga.
Hye Joo : Yeobo.
Joong Do : Ya?
Hye Joo : Soal mahasiswa kedokteran itu…
Joong Do membuka matanya.
Joong Do : Mengapa mendadak bahas itu?
Hye Joo : Andai… Andaikan kau bisa memutar waktu apa kau akan tetap membahas kasusnya di siaran berita?
Joong Do : Kau sendiri bagaimana?
Hye Joo : Aku? Entahlah. Aku tidak tahu apa yang baik dan benar atau yang harusnya kulakukan. Aku benar-benar bingung.
Joong Do : Apa kau menyesal menikahi seseorang yang ingin berpolitik? Apa kau menyesal?
Hye Joo menatap Joong Do.
Hye Joo : Ya. Aku menyesal. Namun, soal mencintaimu… Aku tidak menyesal. Tidak sama sekali.
Joong Do pun memeluk Hye Joo.
Joong Do : Gomawo Hye Joo-ya.
Bersambung ke part 2…