Trolley Eps 5 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 5 part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini

Hye Joo yang mau pergi, bergegas keluar saat dia mendengar bunyi bel.

Hye Joo : Tunggu sebentar!

Hye Joo beranjak menuju gerbang.

Narasi Hye Joo terdengar.

Hye Joo : Awal mula kekacauan ini bukan hari itu.

Hye Joo ingat saat Ji Hoon nya ditemukan tak bernyawa di Sungai Han. Dia bilang, awal mula kekacauan di hidupnya bukan hari itu.

Hye Joo membuka gerbang. Ternyata Seung Hee yang datang. Seung Hee menatap marah Hye Joo. Hye Joo tidak mengenali Seung Hee pada awalnya. Tapi saat sadar itu Seung Hee, dia terkejut.

Hye Joo ingat saat dia berlari di tengah-tengah salju yang turun dengan lebat pada larut malam. Sambil sesekali menoleh ke belakang, dia mencoba kabur dari seseorang.

Narasi Hye Joo terdengar lagi.

Hye Joo : Fakta bahwa ternyata hidupku bisa hancur lebur hanya dalam satu hari kupelajari pertama kali pada 20 tahun lalu.

Kita diperlihatkan lanjutan adegan masa lalu Hye Joo tadi. Ternyata dia berlari ke kantor polisi. Tapi dia hanya berdiri di depan kantor polisi. Dia ragu untuk melapor. Seorang polisi mendekatinya.

Polisi : Haksaeng, ada yang bisa dibantu?

Hye Joo hanya diam menatap polisi dengan wajah bingung.

Polisi lalu melihat darah di tangan dan mantel Hye Joo.

Polisi : Bukankah itu noda darah?

Hye Joo berbalik dan lari. Saat berbalik2, lututnya terlihat lecet.

Polisi memanggil Hye Joo, haksaeng!

Hye Joo lalu pergi dari Youngsan.

Setelah keluar dari Youngsan, dia mengajukan formulir pergantian nama dari Kim Jae Eun menjadi Kim Hye Joo.

Narasi Hye Joo : Kemudian hari ini tepat 20 tahun kemudian aku mendengar kembali nama itu.

Seung Hee tersenyum kesal melihat Hye Joo.

Seung Hee : Lama tidak bertemu, Kim Jae Eun. Maksudku, Kim Hye Joo. Pembunuh.

Hye Joo syok disebut pembunuh.

Apa yang terjadi sebenarnya? Apa Hye Joo membunuh Seung Ho?

Hye Joo masih ketakutan melihat Seung Hee.

Seung Hee : Apa kabar? Hampir lupa. Meski terlambat, selamat atas pernikahanmu. Tak kusangka kau menikahi anggota parlemen. Keren.

Hye Joo lalu panic dan menoleh ke belakang karena Soo Bin akan keluar sebentar lagi karena mereka akan pergi mengunjungi Ji Hoon.

Kita lalu beralih ke Joong Do, Woo Jae dan Ki Young.

Joong Do : Kau menghubungi ajudanku dan aku kemari karena ingin bertemu secara langsung.

Ki Young hanya diam menatap Joong Do dengan ekspresi terkejut.

Soo Bin keluar. Dia diam melihat ada tamu Hye Joo.

Seung Hee melihat Soo Bin, dia putrimu?

Hye Joo : Bukan!

Seung Hee : Lantas siapa?

Hye Joo : Kenalanku. Dia hanya kenalanku.

Soo Bin terkejut mendengar Hye Joo menyebutnya ‘kenalan’.

Hye Joo : Seung Hee-ya, aku agak sibuk hari ini. Apa kita bisa… Bisa mengobrol lain kali?

Seung Hee : Baiklah. Kalau begitu, beri tahu nomormu.

Seung Hee memberikan ponselnya. Hye Joo terpaksa memberikan nomornya.

Seung Hee yang tak percaya, menghubungi ponsel Hye Joo. Ponsel Hye Joo bunyi seketika.

Seung Hee : Simpan nomorku. Nanti kuhubungi.

Hye Joo : Ya.

Seung Hee memeluk Hye Joo.

Hye Joo makin takut, sampai sulit untuk bernapas.

Seung Hee : Aku senang bertemu denganmu. Aku merindukanmu, teman. Sampai jumpa lagi.

Seung Hee pergi.

Hye Joo menatap kepergian Seung Hee dengan tatapan kalut.

Soo Bin memanggil Hye Joo, ajumma! Ajumma!

Hye Joo sadar dan mengajak Soo Bin menemui Ji Hoon lain kali.

Hye Joo : Jangan hari ini. Aku mau istirahat dahulu karena kurang enak badan.

Hye Joo masuk ke dalam.

Hye Joo kembali ke kamarnya. Dia ingat saat Joong Do bertanya namanya.

Flashback…

Hye Joo tengah menyender di tempat tidur sambil memegang buku ketika Joong Do yang berdiri di depan pintu bertanya namanya.

Hye Joo : Apa? Namaku?

Joong Do : Ya. Kita sepakat mengajukan KPR untuk dana kampanyeku, ‘kan? Lantas aku mencetak data kita sebab rumah ini atas nama kita berdua dan kulihat kau sempat ganti nama. Kim Jae Eun? Mengapa ganti nama? Padahal namamu bagus.

Hye Joo gugup. Tapi Hye Joo beralasan, kalau tidak apa-apa.

Joong Do : Rasanya asing, tetapi bagus. Kau tidur saja. Aku ke ruang kerja dulu.

Flashback end…

Hye Joo menjatuhkan tasnya ke lantai.

Lalu dia terduduk lemas di depan pintu.

Joong Do berterima kasih karena Ki Young sudah menghubunginya duluan.

Ki Young bilang dia datang untuk meminta Joong Do menghentikan penyelidikan. Dia bilang mertuanya sama sekali tak bersalah.

Joong Do : Kita bisa bicarakan masalah itu nanti. Apa kau warga asli Youngsan? Istriku pun warga asli Youngsan.

Ki Young : Begitu, ya.

Joong Do : Ketika bertemu warga Youngsan, aku selalu merasa seolah-olah bertemu dengan teman sekampung sebab istriku sering cerita kenangan indah di sana. Kendati begitu, aku berusaha tetap profesional serta membedakan antara benar dan salah.

Joong Do dan Woo Jae mengantarkan Ki Young ke mobil.

Tak lama, Ki Young pergi. Joong Do terus menatap kepergian Ki Young. Sedangkan Woo Jae menatap ponselnya.

Joong Do : Buatkan janji makan dengannya dalam waktu dekat.

Woo Jae tak menjawab. Joong Do menatap Woo Jae.

Joong Do : Kau sedang apa?

Woo Jae : Pak, ini soal keluarga Ji Seung Kyu.

Joong Do : Ji Seung… Mahasiswa kedokteran itu? Ada apa?

Woo Jae : Kabarnya ibu Ji Seung Kyu menenggak obat.

Joong Do terdiam mendengarnya.

Jae Young menebak kalau obrolan Joong Do dengan Ki Young tidak berjalan lancar karena Joong Do berwajah murung sejak kembali. Bit Na sepemikiran dengan Jae Young. Mereka penasaran ada apa. Min Seok menatap ke ruangan Joong Do.

Joong Do berdiri di depan jendelanya.

Sedang di belakangnya, Woo Jae bicara di telepon. Selesai menelpon, Woo Jae langsung memberitahu Joong Do kalau ibu Seung Kyu baik-baik saja usai bilas lambung.

Joong Do ingin tahu alasan ibu Seung Kyu mencoba bundir.

Woo Jae : Aku pun kurang tahu. Mungkin antara syok dan rasa sedih kehilangan anak atau komentar buruk warganet karena mayoritas bersyukur atas kematian Ji Seung Kyu. Meski kusebut “komentar buruk”, itulah opini mayoritas. Jadi, jangan berpikir bahwa kau bertanggung jawab atas kejadian Ji Seung Kyu dan ibunya.

Joong Do menghela nafas.

Woo Jae : Apa kau teringat akan Ji Hoon?

Joong Do : Mana mungkin aku tak merasa begitu? Pasti ada puluhan ribu komentar buruk tentang Ji Hoon tiap kali dia berulah hingga akhir hayatnya. Ji Hoon memang salah dan harus dimarahi serta dihukum atas kesalahannya. Akan tetapi…

Joong Do ingat saat dia membaca artikel di internet. Orang2 menuntutnya mundur sebagai anggota parlemen sebagai tanggung jawab atas kesalahan Ji Hoon.

Joong Do : Orang tua pada umumnya memohon ampun ketika anaknya bersalah…

Tapi Joong Do berbeda.

Dia menggelar konferensi pers setelah skandal narkoba anaknya.

Joong Do : Saya mohon beri hukuman tegas. Sekali lagi, mohon maaf atas ketidakmampuan saya dalam mendidik anak dengan baik.

Joong Do : …namun aku bertindak sebaliknya.

Usai konferensi pers untuk minta maaf, Joong Do kembali ke rumah.

Hye Joo tengah membaca permintaan maaf Joong Do di internet.

Hye Joo berdiri dan tidak sengaja menjatuhkan ponselnya. Joong Do mengambil ponsel Hye Joo dan membaca artikel permintaan maafnya yang tengah dibaca Hye Joo.

Joong Do menatap Hye Joo.

Flashback end…

Joong Do : Istriku pun sering sakit hati karenanya.

Woo Jae : Jangan mendramatisasi seorang penjahat.

Joong Do berbalik menatap Woo Jae, apa?

Woo Jae : “Jangan mendramatisasi penjahat.” Perkataanmu tadi hanya ada di film dan sinetron, lalu dikutip di internet.

Joong Do : Aku hanya ingin menyingkirkan rasa iba dan maklum akan segala hal yang berkaitan dengan penjahat.

Woo Jae : Itu pula yang dirasakan rakyat. Aku pun merasa tak enak hati bila mengingat Ji Hoon, kendati itulah kenyataannya. Oleh karena itu, kau hanya boleh memperlihatkan rasa iba dan perasaan lain yang kau rasakan terhadap Ji Hoon atau ibu Ji Seung Kyu di rumah dan di hadapan istrimu. Kini kau bukan ayah Ji Hoon. Kau anggota parlemen yang akan menghadapi pemilu. Seperti katamu, kau harus tetap profesional.

Joong Do mendekat ke mejanya.

Joong Do : Kira-kira penyebab kematian apa yang lebih baik saat anakmu meninggal? Bunuh diri, dibunuh atau musibah?

Woo Jae : Kurasa musibah lebih baik.

Joong Do : Menurutmu pun begitu?

Woo Jae : Ya. Jika dari sudut pandang orang tua.

Ki Young ada di tepi sungai. Dia membaca kartu nama Joong Do dan teringat kata2 Joong Do tadi tentang Jae Eun.

Joong Do : Ketika bertemu warga Youngsan, aku selalu merasa seolah-olah bertemu dengan teman sekampung sebab istriku sering cerita kenangan indah di sana.

Ki Young lalu ingat perkataan Seung Hee tentang Jae Eun.

Ki Young : Dia kabur?

Seung Hee : Ya. Dia meninggalkan kota ini begitu lulus, ‘kan? Dia pasti kabur karena merasa bersalah.

Flashback end…

Ki Young menghela nafas.

Seung Hee di bus, dalam perjalanan kembali ke Youngsan.

Dia lalu melihat story WA Hye Joo. *Anggap aja WA yaa.. Karena aku gk tahu di Korea, make nya apa.

Di sana, kebanyakan foto2 buku yang sudah selesai diperbaiki Hye Joo.

Foto terakhir, foto Joong Do, Yoon Seo dan Hye Joo.

Seung Hee kesal melihat Hye Joo punya kehidupan bahagia.

Soo Bin keluar dari kamar mandi, sambil mengelap mulutnya. Dia baru saja muntah. Saat berjalan menuju kamarnya, pandangannya tiba-tiba mengarah ke kamar Hye Joo. Soo Bin pun jadi terdiam.

Hye Joo masih terdiam di depan pintu kamarnya. Tiba2, dia dikejutkan dengan bunyi ponselnya. Dia buru-buru meraih ponselnya. Pesan masuk dari Seung Hee. Hye Joo makin stress, tapi dia memberanikan diri membuka pesan dari Seung Hee.

Hye Joo kaget karena Seung Hee mengirimkan artikel tentang Seung Kyu yang bunuh diri usai diserang Joong Do.

Pesan dari Seung Hee masuk lagi.

Seung Hee : Rupanya suamimu pun membunuh orang. Namun, apa dia tahu masa lalumu?

Hye Joo syok. Tak lama, dia terkejut Seung Hee menghubunginya.

Hye Joo : Ya, Seung Hee-ya.

Seung Hee : Aku sudah lihat berita.

Hye Joo : Begini, Seung Hee-ya…

Hye Joo mau menjelaskan tapi Seung Hee gak mau dengar.

Seung Hee : Dikira kau bisa bersandiwara selamanya seolah tidak membunuh orang dengan ganti nama dan pindah ke Seoul? Namun, jika memang begitu, mestinya kau terus bersembunyi. Kau berharap tak ada yang mengenalimu selama hidup sebagai istri dari anggota parlemen?

Seung Hee lalu menyuruh Hye Joo ke Youngsan.

Seung Hee : Kita harus melanjutkan obrolan kita. Kutunggu di Youngsan besok. Jangan harap bisa kabur.

Hye Joo : Seung Hee-ya.

Seung Hee memutus panggilannya.

Seung Hee sendiri sudah di depan rumahnya. Selesai bicara dengan Hye Joo, dia langsung masuk ke dalam dan menghampiri ibunya. Sang ibu sewot.

Nyonya Lee : Kau habis dari mana sampai baru pulang pukul segini?

Seung Hee minta maaf. Dia bilang dia ada urusan.

Seung Hee : Ibu.

Nyonya Lee : Ada apa?

Seung Hee : Begini… Besok kita janji pergi melihat tanah bersama-sama, ‘kan? Apa aku boleh tak ikut?

Nyonya Lee : Mengapa?

Seung Hee : Aku ada urusan.Lagi pula, malamnya ibu pergi arisan, ‘kan? Kita pergi bersama lain kali. Aku izin besok saja. Ikut pun, aku tak tahu apa-apa.

Seung Hee lalu nanyain Ki Young sudah pulang apa belum.

Sang ibu makin dongkol, Ki Young? Setelah berkeliaran dan bersenang-senang di luar seharian, hal pertama yang kau tanyakan adalah suamimu? Kau sama sekali tak mencemaskan ibu yang ditinggal sendiri seharian? Kalian berdua seharusnya tinggal berdua saja di Australia tanpa ibu.

Seung Hee : Bu, bisa tolong berhenti menyuruhku kembali Australia? Aku mengaku salah membahas soal pindah ke Australia waktu itu. Makanya, aku tak pergi. Jadi, kumohon…

Nyonya Lee : Cukup. Sepeninggal Seung Ho, anak ibu tinggal satu, tetapi ibu tak sudi bicara dengan orang tak berperasaan sepertimu. Biar ibu pergi sendiri saja besok, lalu bunuh diri di sana, dan pergi menemui Seung Ho.

Seung Hee : Ibu!

Seung Hee pun ngalah, baiklah. Aku ikut ibu besok, ya? Aku salah dan akan kutemani ibu besok, jadi, kumohon berhenti, Bu.

Seung Hee beranjak keluar. Kesal, Seung Hee pun mencari pelampiasan. Dia melampiaskan kekesalannya pada Hye Joo. Dia mengirimi Hye Joo sebuah alamat dan menyuruh Hye Joo datang ke sana besok pukul 7 malam. Seung Hee juga mengatai Hye Joo pembunuh.

Hye Joo makin takut.

Hye Joo lantas menghapus pesan Seung Hee yang mengatainya pembunuh.

Joong Do rapat dengan Woo Jae, Bit Na dan Min Seok.

Bit Na : Nanti kulaporkan setelah kutambah beberapa data yang kau bilang tadi.

Joong Do : Baik, tolong, ya.

Joong Do lalu berkata, sebenarnya dia merasa terlalu dini untuk membahas rencana kerja masa jabatan berikutnya sebelum pemilu.

Bit Na : Tidak, Pak. Tentu kau harus memandang jauh ke depan. Aku berpartisipasi di masa jabatan sekarang karena merasa rencana kerjamu benar-benar demi orang lemah. Aku tak kemari hanya untuk bekerja selama empat tahun. Kau harus terus berpolitik dan membangun dunia yang lebih baik.

Min Seok : Benar. Kau tak perlu khawatir soal pemilu ini. Kami akan berlari sekuat tenaga. Kini aku selalu lari 30 menit per hari.

Joong Do : Jangan memforsir diri. Terima kasih, Semua. Aku pun akan berupaya keras.

Bit Na : Semangat, Pak!

Min Seok : Semangat.

Ki Young yang baru pulang, terkejut melihat Seung Hee duduk diluar.

Ki Young : Mengapa kau di luar?

Seung Hee berdiri, Ki Young-ah.

Ki Young : Kau mau menyambutku?

Seung Hee : Kukira kau pergi mencampakkanku karena belum pulang.

Ki Young : Mau makan malam bersama di luar hari ini? Sudah lama tak makan di luar.

Seung Hee : Lain kali saja. Ibu sendirian di rumah. Ki Young-ah. Yang memberatkanmu itu… akan segera berakhir.

Seung Hee masuk ke dalam.

Ki Young mengernyit heran. Gak ngerti sama maksud Seung Hee.

Soo Bin ke dapur, Yeo Jin lagi memasak dan langsung menyuruh Soo Bin makan.

Yeo Jin : Katanya Hye Joo tak makan karena sakit kepala. Jangan-jangan dia flu. Perutmu sudah terasa lebih baik?

Soo Bin : Ya.

Yeo Jin : Makanlah dahulu. Aku mau mengantar bubur ini dahulu.

Soo Bin : Biar aku saja yang antar.

Yeo Jin terkejut Soo Bin mau mengantar bubur untuk Hye Joo.

Soo Bin membawa bubur ke kamar Hye Joo. Dia mengetuk pintu tapi gak ada yang menjawab. Soo Bin akhirnya masuk. Hye Joo tak ada di kamar. Soo Bin menaruh bubur di atas meja. Ponsel Hye Joo berdering. Soo Bin ragu-ragu mau menjawab tapi pada akhirnya, dia mengambil ponsel Hye Joo.

Bersamaan dengan itu, Hye Joo keluar dari kamar mandi dan melihat Soo Bin memegang ponselnya. Dia bereaksi berlebihan dan langsung merebut ponselnya.

Hye Joo : Kembalikan! Mengapa menyentuh ponsel orang sembarangan?

Hye Joo menatap layar ponselnya dan lega yang menelpon Joong Do, bukan Seung Hee.

Hye Joo : Jangan sembarangan masuk ke kamarku dan menyentuh barangku. Paham?

Soo Bin : Baik. Maafkan aku.

Soo Bin keluar.

Hye Joo melihat bubur di atas meja. Dia menghela nafas dan duduk di ranjang.

Hye Joo lantas menghubungi Joong Do lagi. Dia menahan tangisnya.

Hye Joo : Kau menelepon? Maaf. Ada apa? Apa? Suaraku? Tidak, aku tidak sakit. Kurasa hanya gejala flu. Kau cuma mau tanya kabarku, ‘kan? Ya. Baiklah, sampai nanti.

Tangis Hye Joo pun pecah.

Joong Do sendiri di rumah sakit.

Dia menatap pin nya dan teringat kata2 Woo Jae sebelumnya.

Woo Jae : Jadi, jangan coba-coba pergi ke rumah sakit ibu Ji Seung Kyu dirawat. Kau sendiri yang akan kesulitan nantinya.

Joong Do melepas pin nya dan masuk ke dalam. *Lah?

Yoon Seo yang baru pulang, langsung ke kamar ibunya.

Yoon Seo menatap ibunya setelah memeluk ibunya.

Yoon Seo : Ibu sakit? Ibu flu atau sakit yang lain?

Hye Joo : Tidak, ibu tak apa-apa.

Yoon Seo : Ibu sudah makan?

Hye Joo : Sudah. Kau sudah makan?

Yoon Seo : Tentu sudah. Mau kubelikan obat?

Hye Joo : Tidak usah.

Yoon Seo : Jangan sakit, Bu. Ya?

Hye Joo : Ibu tidak sakit sama sekali.

Yoon Seo : Benar tidak sakit?

Soo Bin yang mendengar itu dari depan pintu kamarnya, jadi iri.

Pak Ji mendorong Joong Do keluar dari kamar istrinya.

Pak Ji marah, beraninya kau kemari! Dasar muka badak. Kau membunuh putraku! Kau mau melihat kematian istriku juga? Mau apa kau kemari, Pembunuh? Kau punya mulut, ‘kan? Coba berdalih. Mengapa kau harus bertindak sejauh itu kepada Seung Kyu? Kau pikir anggota parlemen itu segalanya?

Pak Ji melihat Joong Do tak pakai pin.

Pak Ji : Di mana bros parlemenmu? Mengapa? Kau mau mengundurkan diri karena merasa bersalah? Begitu?

Orang2 langsung memperhatikan mereka.

Joong Do : Belum lama ini aku pun kehilangan putraku. Oleh karena itu alih-alih sebagai wakil rakyat hari ini aku datang sebagai seorang ayah yang kehilangan putranya.

Tapi Pak Ji tak percaya omongan Joong Do. Dia menuduh Joong Do lagi bersandiwara.

Pak Ji : Putraku tak akan kembali walau kau bersandiwara. Jawab! Sebesar itukah kesalahan putraku? Jawab! Putraku mati gara-gara kau!

Dua satpam datang dan menjauhkan Pak Ji dari Joong Do.

Pak Ji berontak, lepas! Lepaskan aku! Lepaskan aku!

Diam2 Woo Jae merekam kejadian itu dengan ponselnya.

Soo Bin ke toko Hye Joo. Saat memasukkan kata sandi, dia ingat kata2 Hye Joo tadi.

Hye Joo : Jangan sembarangan masuk ke kamarku dan menyentuh barangku. Paham?

Soo Bin yang mau nyari pelembab bibirnya, gak peduli dan memasukkan kata sandi. Pintu terbuka dan dia pun masuk. Dia sibuk mencari2 pelembab bibirnya.

Soo Bin : Aku yakin waktu itu kuterima lalu kumasukkan ke tas. Pelembap bibirku di mana?

Lalu Soo Bin melihat minyak dari halmeoni yang ditaruh Hye Joo di lantai dekat meja. Soo Bin melihat tulisan yang ada di botol minyak wijen. Minyak wijen dari Youngsan. Seketika, Soo Bin ingat pas Seung Hee udah pergi tadi.

Flashback…

Hye Joo : Aku mau istirahat dahulu karena kurang enak badan.

Hye Joo masuk.

Soo Bin melihat ada kertas di bawah. Dia mengambilnya. Ternyata tiket dari Youngsan ke Seoul.

Flashback end…

Hye Joo berbaring di kasurnya dengan posisi membelakangi pintu. Joong Do baru pulang. Tahu itu Joong Do yang masuk kamar, dia langsung memejamkan matanya. Joong Do menatap Hye Joo sebentar dengan sorot mata lelah. Lalu dia menaruh obat di meja dan ke kamar mandi.

Hye Joo membuka matanya dan melihat obat flu di atas meja.

Dia mau nangis.

Ki Young dan Seung Hee sama2 masih terjaga.

Ki Young menatap Seung Hee yang tidur membelakanginya.

Joong Do sudah tidur. Tapi Hye Joo masih bangun.

Hye Joo lalu miring ke kanan dan menatap Joong Do.

Paginya, Hye Joo lagi menyiapkan jus untuk Joong Do.

Joong Do memanggil Hye Joo, yeobo.

Hye Joo terkejut setengah mati, jusnya pun jatuh dan botolnya pecah.

Joong Do langsung minta maaf karena mengagetkan Hye Joo.

Dia pun mengambil lap dan membersihkan tumpahan jus di lantai.

Hye Joo : Tidak, Sayang. Biar aku yang lap. Biarkan saja.

Joong Do : Tidak apa.

Hye Joo : Maaf. Sebentar kubuatkan lagi.

Joong Do : Tidak perlu. Aku pergi saja.

Joong Do menaruh lap di wastafel dan mencuci tangannya.

Hye Joo memunggungi Joong Do.

Joong Do menatap Hye Joo.

Joong Do : Hampir lupa. Kelas Yoon Seo akan studi lapangan ke kantorku hari ini.

Hye Joo : Aku baru ingat. Hari ini, ya?

Joong Do : Sebentar.

Joong Do menaruh telapak tangannya di kening Hye Joo.

Joong Do : Kurasa kau tak demam. Kemarin suaramu serak dan sekarang wajahmu pucat.

Hye Joo : Tidak, aku tak apa-apa.

Joong Do : Pergi ke dokter saja.

Hye Joo : Baiklah.

Joong Do : Baiklah. Aku pamit, ya.

Joong Do pergi.

Hye Joo hanya diam menatap kepergian Joong Do.

Sekarang, Hye Joo menatap ponselnya sambil berdiri.

Lalu dia mengambil ponselnya dan mau mengirimi Seung Hee pesan, tapi gak jadi.

Seung Hee di perjalanan dengan ibunya.

Dia menatap layar ponselnya. Setelah itu, dia menatap ibunya dan jadi resah sendiri.

Di kamar, Soo Bin melihat tato JD nya.

Masih ovt, ni artinya Joong Do bukan sih?

Tak lama, Hye Joo masuk.

Hye Joo : Sarapan dan makan siang nanti…

Soo Bin : Aku baru ingat. Kurasa kau lupa bawa ini.

Soo Bin memberikan minyak itu ke Hye Joo. Hye Joo kaget.

Hye Joo : Kau bawa ini dari tempat kerjaku?

Soo Bin : Apa? Ya. Aku ke sana tadi malam untuk mencari pelembap bibirku.

Hye Joo : Pelembap bibir?

Soo Bin : Ya, punyaku. Aku melihat nomor sandi pintunya waktu itu…

Hye Joo marah, bukankah sudah kubilang? Jangan sembarangan masuk ke ruangan pribadiku.

Soo Bin jadi emosi, maaf karena kenalanmu sembarangan masuk ke ruangan pribadimu. Namun, aku ke sana karena kau tak mencarikan pelembap bibirku, padahal sudah janji.

Hye Joo tak menjawab lagi dan mau keluar.

Soo Bin : Tak mau ambil ini? Mau kukembalikan lagi atau dibuang?

Yoon Seo dan teman2nya sudah di kantor Joong Do.

Teman2 Yoon Seo takjub sama kantor Joong Do. Yoon Seo senang melihat reaksi teman2nya.

Tak lama, Joong Do datang.

Joong Do : Aku Nam Joong Do anggota parlemen dapil Sinyang. Bagaimana rasanya setelah kemari?

Teman2 Yoon Seo bilang senang.

Hye Joo tengah bekerja, tapi kemudian, dia tak sengaja menyenggol botol catnya. Botol catnya jatuh dan pecah. Isinya cat berwarna merah yang langsung berserak di lantai. Hye Joo kaget dan bergegas membersihkan noda cat di lantai. Tapi tiba2 saja, dia berhenti mengelap dan melihat tangannya yang penuh noda cat merah. Hye Joo ketakutan, seolah dia melihat darah.

Hye Joo ingat masa lalunya, saat dia mencuci tangannya yang berlumur darah di toilet. Telapak tangan Hye Joo nampak terluka.

Flashback end..

Soo Bin ke resto Yeo Jin. Dia membawa minyak wijen itu/

Yeo Jin : Hye Joo menyuruhmu memberi ini? Mengapa tidak dipakai di rumah?

Soo Bin : Aku tak tahu.

Mereka lalu melihat seorang gadis kecil yang berdiri di depan resto.

Yeo Jin pun bergegas membungkuskan pangsit untuk anak itu.

Yeo Jin : Lain kali kemari untuk makan kal-guksu, ya?

Anak itu mau pergi habis menerima pangsit. Soo Bin menegurnya.

Soo Bin : Hei, bayar. Bayar dahulu. Dia belum bayar, Bi. Mestinya kau bayar dahulu. Jangan langsung pergi.

Yeo Jin menyuruh anak itu pergi.

Soo Bin pun melihat selebaran di dinding resto yang tulisannya makan gratis untuk anak2, remaja dan ibu hamil. Dia mengerti sekarang.

Joong Do membagikan kartu namanya pada temen2 Yoon Seo.

Teman2 Joong Do senang.

Joong Do memberikan kartu namanya ke Da Som.

Joong Do : Rupanya kau yang bernama Da Som. Selamat siang.

Yoon Seo juga mau kartu nama ayahnya.

Joong Do : Sampai jumpa di rumah.

Teman Yoon Seo tanya, apa itu beneran nomor Joong Do.

Joong Do : Benar. Aku yang terima jika kau menghubungi nomor itu.

Teman Yoon Seo takjub, bukan main. Boleh konsultasi masalah cinta?

Joong Do : Maaf, aku hanya terima konsultasi cinta di akhir pekan.

Yoon Seo tertawa mendengarnya/

Yeo Jin memberi Soo Bin makan.

Yeo Jin : Aku tidak marah dan maklum karena tadi kau belum tahu, tetapi aku tidak enak hati karena tak sempat bicara baik-baik kepada anak itu.

Yeong Seon masuk setelah melayani anak-anak.

Yeong Seon : Banyak anak yang mampir hari ini.

Yeong Seon mendekati Yeo Jin.

Yeo Jin : Namun, kuharap lebih banyak anak yang tak segan datang kemari.

Yeong Seon : Dahulu kau pun sering dapat pangsit gratis dari nenek Yoon Seo, ‘kan?

Yeo Jin : Ya. Kala ibuku tak bisa pulang cepat akibat bekerja, aku selalu datang ke sini sendiri dan minta pangsit kepadanya. Ketika tahu, ibuku langsung meminta maaf dan hendak membayar, tetapi dia menolak dengan alasan anak-anak harus banyak makan. Dia juga bilang kalau sesama tetangga tak perlu perhitungan. Waktu kembali ke sini pun aku sempat bingung harus kerja apa, lalu dia menyuruhku bekerja di sini. Aku sungguh berutang budi.

Yeong Seon : Andai umurnya lebih panjang, dia pasti bisa melihat anaknya menjadi wakil rakyat. Kalau dipikir-pikir, kurasa sifat Pak Nam mirip sekali dengan ibunya.

Mendengar itu, Soo Bin tertawa.

Yeo Jin langsung menatap Soo Bin mendengar tawa Soo Bin.

Yeong Seon lantas bilang kalau dia mau minyak wijen itu.

Yeong Seon : Masing-masing sebotol ya?

Yeo Jin mengiyakan.

Joong Do dan timnya membahas RUU hukuman dan dukungan korban kekerasan seksual daring.

Bit Na : Pak, sebagai anggota Komisi Legislasi dan Yudikatif, kau pasti tahu bahwa di antara amendemen hukum pidana mengenai tindak kekerasan seksual yang diajukan tahun ini, tak ada RUU yang lolos dan sampai ke rapat paripurna. Walau memang tak semua RUU bisa didiskusikan secara mendalam sebab ada lebih dari 20 RUU yang diajukan dalam sehari di parlemen.

Joong Do : Masa jabatan akan berakhir beberapa bulan lagi, dan RUU otomatis akan hangus bila tak kunjung disahkan.

Bit Na : Benar. Kalau boleh jujur, selama tak ada kasus kekerasan seksual besar yang menjadi buah bibir hingga menggugah emosi publik, kurasa tidak akan mudah untuk mencapai tujuan dan meningkatkan kinerja dalam enam bulan.

Min Seok : Aku juga sependapat. Kasus Ji Seung Kyu pun memang menumbuhkan protes agar pelaku diberi hukuman tegas…

Woo Jae : Itu pun cuma sesaat. Sebab beragam kasus baru muncul setiap hari di Korea yang dinamis ini.

Gang Ho : Pak, kini sudah waktunya pergi ke kantor daerah.

Joong Do : Baik.

Soo Bin masih di resto Yeo Jin.

Dia melihat2 dan melihat sebuah foto. Foto seorang wanita bersama balitanya.

Yeo Jin keluar dari dapur.

Yeo Jin : Mengapa belum pulang?

Soo Bin : Aku mau bayar.

Yeo Jin : Tidak usah.

Soo Bin : Tidak mau. Aku ingin bayar.

Yeo Jin : Ibu hamil pun gratis makan di sini. Kau tak baca baik-baik, ya? Kau pikir waktu itu kami tak terima bayaran darimu karena kau mengandung anak Ji Hoon? Itu memang benar, meski begitu, untung kau bisa makan pangsit kami, padahal sedang mual mengidam. Kau boleh datang kapan pun kalau ingin makan.

Soo Bin : Baik.

Hye Joo melamun di tokonya. Ponselnya berbunyi. Hye Joo langsung tegang. Dia takut Seung Hee yang menelpon. Hye Joo mengumpulkan keberaniannya untuk meraih ponselnya. Dan dia lega yang menelpon Yeo Jin.

Yeo Jin : Minyaknya sudah kuterima. Kau mau kupakai ini untuk di kedai?

Yeo Jin pun duduk di kursi, bersama Yeong Seon.

Yeo Jin : Mengapa tidak untuk di rumah?

Hye Joo : Tidak apa. Hanya ingin memberi Yeong Seon.

Yeo Jin : Tentu sudah kuberi.

Lalu Yeong Seon kaget melihat layar televisi.

Yeong Seon : Wenirini, wenirini.

Yeo Jin menoleh ke TV. Dia juga kaget.

Hye Joo tanya ada apa.

Yeo Jin : Kau tahu Ko Ji Seop dari Partai Daehan? Intinya, istrinya jadi pelaku tabrak lari dan korbannya meninggal. Wenirini. Suaminya pun tak bisa dihubungi. Aku berduka atas kematian korban, tetapi aku khawatir dengan suaminya. Dia seorang politikus.

Mendengar itu, Hye Joo makin sesak.

Bersambung ke part 2….

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
Read More

Dear.M Ep 4

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Dear.M Episode 4, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca episode…