Trolley Eps 4 Part 2

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 4 part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini

Joong Do tengah rapat dengan tim nya, sambil mendengarkan laporan Bit Na di telepon. Bit Na sendiri ada di mobilnya. Dia berhenti di tepi jalan Youngsan. Dia bilang, dia sudah berkeliling Youngsan tapi tak satu pun buka mulut sebab keluarga Lee Yoo Shin, tepatnya keluarga istri Anggota Dewan Kang, adalah tokoh terkemuka secara turun temurun di sana.

Bit Na : Meski begitu, aku dapat satu informasi baru. Menurut informasi, Lee Yoo Sin tidak suka menantunya.

Woo Jae : Menantunya? Orang yang mengelola properti Lee Yoo Sin?

Bit Na : Benar. Namanya Choi Ki Young, pemilik arena golf.

Woo Jae : Dia asli Youngsan?

Bit Na : Ya. Dia bertemu putri Lee Yoo Sin saat reuni SMA, kemudian menikah dan terus tinggal di rumah Lee Yoo Sin sampai saat ini. Selain itu, putri Lee Yoo Sin baru kembali dari Kanada setelah belajar di sana sendiri sekitar tiga tahun.

Woo Jae : Pergi sendiri meninggalkan suami yang tak akur dengan ibunya?

Bit Na : Benar.

Woo Jae : Begitu, ya? Pasangan yang menarik. Namun, menyerahkan transaksi dan pengelolaan properti kepada menantu, berarti dia memercayai sang menantu, lantas mengapa Lee Yoo Sin membencinya?

Bit Na : Itu karena dia bukan dari keluarga berada. Dia tak mampu sejak tinggal di Youngsan. Lalu Lee Yoo Sin membuatkan arena golf saat dia menikah dengan putrinya. Makanya, meski tak buka mulut soal keluarga itu, semua orang merasa iba terhadap menantunya.

Woo Jae : Kendati begitu, istrinya tetap pergi ke luar negeri sendirian. Bisa jadi hubungan mereka kurang baik. Apa dia kembali untuk bercerai?

Joong Do : Hubungan suami istri itu tak ada yang tahu selain yang bersangkutan.

Bit Na : Benar, namun kurasa hubungan Choi Ki Young dengan sang mertua itu fakta.

Min Seok : Jadi, bagaimana kalau kita dekati menantunya? Dia pasti menyimpan banyak dendam jika sampai direndahkan di depan umum.

Bit Na : Benar, apalagi dia pengelola properti Lee Yoo Sin. Infonya pasti…

Joong Do : Tidak. Jangan usik menantunya. Seburuk apa pun hubungannya, mereka tetap keluarga. Keluarga pasti menutupi perbuatan seburuk apa pun.
Min Seok : Namun, dia hanya menantu, bukan anak kandung.

Joong Do : Keluarga itu tidak harus sedarah. Selain itu, dia tetap mempertahankan pernikahan walau diperlakukan seperti itu. Mungkin sebesar itulah cintanya kepada sang istri.

Min Seok : Cinta itu memang sulit. Apa itu alasan aku belum menikah?

Joong Do : Tepat sekali.

Min Seok : Sial.

Semua tertawa.

Joong Do : Bu Kim, aku tahu kerjamu berat, namun tolong cari informasi lain, jangan dekati menantunya.

Bit Na : Baik.

Pembicaraan di telepon selesai.

Sambil bekerja, Hye Joo bicara dengan Ji Soo di telepon.

Hye Joo : Halo. Apa kau bisa bicara sekarang? Ada persalinan? Kau pasti sibuk. Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin tanya. Katamu kini ada obat untuk orang yang mual parah karena mengidam. Apa? Tidak, bukan aku. Kira-kira sudah lima pekan. Begitu, ya? Ya, baiklah. Selamat praktik. Baiklah. Terima kasih.

Hye Joo lanjut bekerja, tapi tak lama, dia menatap surat Ji Hoon yang dia taruh di rak nya.

Di kamar, Soo Bin membongkar tasnya. Dia mencari sesuatu. Ternyata yang dia cari adalah pelembab bibirnya yang waktu itu. Dia yakin menyimpan pelembab bibirnya di dalam tasnya setelah bekas label harga pelembabnya dibersihkan oleh Hye Joo.

Soo Bin bertanya2, apa terjatuh.

Soo Bin lantas meraih ponsel barunya. Dia mau menelpon Hye Joo. Tapi gak jadi.

Soo Bin : Aku tanya nanti malam saja.

Kembali ke Joong Do yang lagi berkumpul dengan tim nya. Ada Yoo Woon Kyu, Woo Jae dan Jo Yeon Woo. Woon Kyu tanya, apa kali ini Ketum Woo akan benar-benar hadir? Dia berharap Ketum Woo benar2 datang.

Woon Kyu : Kau tahu kedatangan Bu Woo di pemilu sebelumnya amat membantu, ‘kan?

Joong Do : Ya, aku tahu.

Woon Kyu : Selain itu, Pak Nam, mohon lebih mendekatkan diri dengan orang-orang di dapilmu.

Joong Do : Baik, aku akan lebih meluangkan waktu.

Woon Kyu : Maksudku, istrimu, bukan kau.

Joong Do langsung terdiam mendengar itu.

Woon Kyu : Tadinya aku tak akan membahas masalah ini lagi, tetapi sebagai pimpinan kantor daerahmu dan penanggung jawab tim suksesmu, sejujurnya, aku sangat kecewa terhadap istrimu. Istri calon-calon lain sering berkeliling ke dapil sang suami untuk menemui warga selama suaminya menjabat, sedangkan istrimu tidak sama sekali.

Aku bisa maklum masalah itu, tetapi tak berkunjung sama sekali di masa pemilu itu keterlaluan. Terus terang, kami pun kehabisan tenaga. Kami memang bukan keluargamu, tetapi kami rela jadi tim suksesmu berbulan-bulan sampai diinfus karena memercayaimu. Lantas apa kami bisa bersemangat bila istrimu tak muncul sama sekali dan bersikap tak peduli?

Joong Do : Aku paham maksud perkataanmu. Akan tetapi maafkan aku. Aku tak bisa menyeret istriku.

Joong Do lantas berdiri. Dia yang merasa tak enak, membungkukkan badannya memohon maaf pada Woon Kyu.

Woon Kyu kaget Joong Do sampai begitu.

Joong Do : Aku akan lebih bekerja keras untuk mengisi kekosongan itu. Jadi, mohon pengertianmu. Masalah itu adalah janjiku kepada istriku. Maaf.

Woon Kyu : Pak Nam, kau tak perlu bersikap begini.

Hari sudah malam. Joong Di masih di kantor, tapi hanya sama Woo Jae. Mereka minum bir. Woo Jae lalu melihat poster kampanye Joong Do. Dia bilang itu poster untuk pemilu sebelumnya.

Joong Do : Aku masih muda. Waktu cepat berlalu. Aku sungguh bekerja keras waktu itu.

Woo Jae : Pak Nam. Mengapa kau ingin terjun ke dunia politik?

Joong Do : Tiba-tiba?

Mereka tertawa. Joong Do lalu menjawab pertanyaan Woo Jae. Dia bilang dia ingin dunia berubah menjadi lebih baik.

Joong Do : Dipikir-pikir, ucapanku seperti isi buku harian bocah SD. Namun, itu benar. Aku menulis seperti itu dahulu saat diberi tugas tentang cita-cita dan alasannya.

Woo Jae : Lantas, andai kau harus memilih antara dunia impianmu dan istrimu, mana yang akan kau pilih?

Joong Do terdiam mendengarnya.

Hye Joo bersiap2 pulang. Dia membereskan sisa-sisa pekerjaannya dan mematikan lampu, lalu mengambil tasnya dan pergi. Di jalan, mobil Joong Do melintas. Mobil Joong Do berhenti di depan Hye Joo. Joong Do turun dan berlari ke arah Hye Joo. Hye Joo kaget melihat Joong Do.

Hye Joo : Kau mau pulang?

Joong Do : Tidak.

Hye Joo : Apa ada masalah?

Joong Do : Tidak ada. Aku baru dari kantor daerah. Aku lewat sini karena jalan besar macet, lalu melihatmu.

Hye Joo : Begitu rupanya.

Joong Do merangkul Hye Joo. Mereka berdua jalan bersama ke arah mobil.

Joong Do : Kau baru pulang?

Hye Joo : Ya. Sudah makan malam?

Joong Do : Baru mau karena ada janji makan malam.

Hye Joo : Jangan minum banyak, ya.

Joong Do : Baik, Nyonya Besar.

Hye Joo menyapa Woo Jae dan Du Seok.

Hye Joo : Kalian pasti lelah.

Hye Joo menyuruh Joong Do bergegas.

Joong Do : Hati-hati, ya.

Joong Do masuk ke mobil. Tapi dia seketika diam melihat ada pelembab bibir di lantai mobil Joong Do. Dia ingat itu milik Soo Bin. Melihat Hye Joo terdiam dan menatap sesuatu, Joong Do tanya ada apa. Hye Joo bilang tak ada apa-apa dan menyuruh mereka cepat pergi. Joong Do dan rekannya pergi.

Woo Jae : Aku ingin dengar jawaban dari pertanyaanku tadi. Apa jawabannya istrimu?

Joong Do : Mengapa kau beranggapan aku hanya bisa meraih salah satunya?

Yeo Jin menemani Hye Joo makan. Hye Joo makan sambil memikirkan kata2 Joong Do yang melarangnya dekat dengan Soo Bin. Joong Do bilang dia hanya takut Hye Joo terluka.

Yeo Jin : Mengapa makanmu sedikit? Tidak enak?

Hye Joo : Tidak. Aku hanya tak nafsu makan.

Yeo Jin : Yang benar saja. Yang satu mengidam, yang satu tak nafsu makan. Lalu apa bagianku?

Hye Joo lanjut makan lagi. Tapi dengan wajah lesu.

Yeo Jin menangkap itu. Yeo Jin : Ada masalah?

Hye Joo : Tidak ada.

Selesai makan, Hye Joo menuju kamarnya namun dia terdiam saat tiba di depan kamarnya. Dia lalu menatap ke arah kamar Ji Hoon yang letaknya di depan kamarnya. Hye Joo pun memutuskan menemui Soo Bin.

Hye Joo : Begini, soal pelembap bibirmu… Yang bekas stikernya kuhilangkan itu.

Soo Bin : Ada di tempat kerjamu, ya?

Hye Joo : Tidak, aku tidak lihat.

Soo Bin : Tidak ada? Pasti terjatuh dari tasku. Bisa tolong carikan saat kau pergi bekerja besok?

Hye Joo : Baiklah, nanti kucarikan. Terima kasih.

Soo Bin : Omong-omong, mengapa kau tanya soal itu? Kukira kau menemukannya. Lalu mengapa bertanya?

Hye Joo : Aku hanya ingin tahu nama warnanya.

Soo Bin : Nama warnanya?

Hye Joo : Aku ingin beli untuk Yoon Seo sebab warnanya bagus.

Soo Bin : Begitu rupanya. Namun, pelembap bibir itu banyak di toko, jadi, tinggal beli langsung saja.

Hye Joo : Baiklah, terima kasih.

Hye Joo beranjak keluar.

Soo Bin : Aku jadi iri.

Hye Joo sudah berbaring, namun dia masih belum tidur. Joong Do pulang. Hye Joo pun bangun.

Hye Joo : Kau baru pulang?

Joong Do : Maaf. Kau terbangun?

Hye Joo : Tidak, aku belum tidur karena tak bisa tidur.

Joong Do duduk di dekat Hye Joo.

Joong Do : Mengapa?

Hye Joo : Tidak apa-apa. Kau pulang larut. Katamu pulang sekitar tengah malam.

Joong Do : Aku habis makan malam dengan para perwakilan daerah dan salah satunya mengalami kecelakaan lalu lintas, jadi, kuantar dia dengan mobilku.

Hye Joo : Sampai rumah? Siapa?

Joong Do : Memang kau kenal? Namanya Song Yu Jin.

Kemudian Joong Do merasa ada yang aneh.

Joong Do : Tunggu. Mengapa kau mendadak perhatian kepadaku?

Hye Joo : Apa?

Joong Do : Aneh saja rasanya. Kau tak pernah peduli dengan siapa yang kutemui dan apa yang kulakukan. Lalu kini kau bertanya aku bertemu siapa dan apa kuantar dia sampai rumah. Aku jadi berdebar-debar.

Hye Joo : Terserah kalau kau mau salah paham. Aku tak peduli kepada anggota parlemen, Pak Nam Joong Do. Mandi sana.

Hye Joo berbaring.

Joong Do : Mengapa? Aku senang. Perhatikan aku.

Joong Do mencium pipi Hye Joo. Dia gemas.

Hye Joo : Apa-apaan? Cepat mandi sana.

Joong Do : Selamat tidur.

Joong Do membuka lemarinya.

Hye Joo : Omong-omong, Sayang. Di mobilmu itu…

Joong Do : Ya?

Hye Joo : Biasanya banyak yang suka menumpang, selain kau dan Woo Jae, kan?

Joong Do : Orang lain? Ya. Selain Woo Jae, biasanya aku naik mobil bersama Bu Bit Na ke kantor daerah atau ke acara-acara di luar.

Hye Joo : Bu Bit Na juga sering naik mobilmu rupanya.

Joong Do : Biasanya begitu. Namun asistenku yang lain pun sering naik. Ko Min Seok, Choi Ja Young, semua. Mengapa?

Hye Joo : Apa? Tidak apa-apa. Kau pasti lelah. Cepat mandi.

Joong Do : Baiklah. Selamat tidur.

Joong Do menyalakan lampu kamar mandi, tapi kemudian dia menatap Hye Joo.

Joong Do : Aku jadi berdebar-debar.

Joong Do tertawa.

Hye Joo juga tertawa, ada-ada saja.

Joong Do mandi.

Hye Joo : Aku sudah gila.

Soo Bin muntah2.

Setelah itu, dia berkumur2 dan melihat bajunya basah.

Soo Bin keluar dari kamar mandi dan bertemu Joong Do. Joong Do seperti biasa memasang wajah dingin pada Soo Bin. Soo Bin menyingkir. Joong Do masuk ke kamar mandi.

Keluar dari kamar mandi, dia melihat Soo Bin sudah tidak ada.

Soo Bin sendiri lagi ganti baju. Tapi di pinggangnya, ada tato inisal JD.

Joong Do mau masuk kamarnya tapi tiba2 dia berbalik ke arah kamar Ji Hoon.

Dia mau mengetuk pintu, tapi gak jadi dan memutuskan kembali ke kamarnya.

*Nah loh, jadi ovt kan ngeliat tato Soo Bin. Jangan bilang, yang dikandungan Soo Bin itu anak Joong Do.

Paginya, Hye Joo mengantar Joong Do ke pintu.

Joong Do : Apa kau masih berkontak dengan kenalanmu di Youngsan?

Hye Joo kaget, Youngsan?

Joong Do : Ya.

Hye Joo : Mengapa tiba-tiba?

Joong Do : Aku sedang mengerjakan sesuatu dan ada bahasan soal Youngsan. Itu kampung halamanmu, jadi, mungkin ada yang kau kenal.

Hye Joo : Ternyata begitu. Aku sudah lama meninggalkan Youngsan dan tak berkontak dengan anak-anak panti atau teman sekolah.

Joong Do : Sudah kuduga. Aku cuma tanya, siapa tahu kau masih berkontak. Baiklah.

Joong Do pergi. Begitu Joong Do pergi, Hye Joo langsung resah. Dia balik ke kamarnya dan meraih ponselnya. Dia membuka situs Waver. Namun Hye Joo merasa ragu, tapi tak lama, dia mencari sesuatu di Waver tentang Joong Do Youngsan.

Dan keluarlah artikel tentang dugaan investasi properti spekulatif adik ipar Anggota Dewan Kang. Juga ada artikel tentang konferensi Joong Do tentang kontroversi spekulasi. Hye Joo membaca nama seseorang, adik ipar Anggota Dewan Kang.

Hye Joo : Lee? Marga Lee…

Tapi Hye Joo tidak tahu.

Hye Joo : Entahlah.

Hye Joo menaruh ponselnya dan merapikan tempat tidurnya tapi dia terus melirik ponselnya.

Anggota Dewan Kang lagi main golf. Lalu asistennya datang, membawakan ponsel. Ternyata ada yang menelponnya. Asisten Shin membantu memegangkan ponselnya.

Ternyata dari Nyonya Lee.

Nyonya Lee : Kakak ipar, kelihatannya seorang asisten anggota parlemen datang kemari untuk mengorek sesuatu, tetapi itu tidak masalah. Namun, dia terus mengorek informasi dari orang-orang yang kesulitan. Aku memang sudah mengusir dan mengancam akan menuntutnya dengan tuduhan pelanggaran ketenangan orang lain, tetapi…

Anggota Dewan Kang : Memang kau melakukan pelanggaran hukum? Kau cuma membeli tanah sesuai permintaan mendiang ibu mertua di dalam mimpi. Hanya saja tanah itu terpilih sebagai kawasan penataan kembali.

Nyonya Lee : Benar. Kau tak perlu cemas sama sekali. Baiklah, kakak ipar. Sampai jumpa.

Nyonya Lee kemudian mengomel, menjengkelkan.

Ki Young yang berdiri di depan Nyonya Lee, tanya apa kata Anggota Dewan Kang.

Nyonya Lee : Dia bilang tak perlu cemas karena itu hanya gertak sambal si anggota parlemen. Dia gampang bicara karena ada di Yeouido. Astaga. Sementara aku jengkel sekali sebab asisten itu mengorek informasi. Bukan main.

Mentang-mentang punya keluarga seorang anggota parlemen, mereka heboh mempersoalkan masalah aku beli tanah, padahal aku hanya berusaha dan bekerja keras di desa kecil ini. Ini termasuk pelecehan dan pelanggaran HAM serius.

Seung Hee keluar dari kamar.

Seung Hee : Mengapa berisik sekali? Aku baru tidur dini hari karena masih adaptasi perbedaan waktu.

Seung Hee melihat mereka terdiam.

Seung Hee : Mengapa? Ada masalah?

Nyonya Lee : Kau tak perlu tahu. Soon Hong benar. Mereka yang tak mampu berinvestasi karena tak punya uang dan informasi, lalu menuduhku berinvestasi spekulatif karena iri. Sulit dipercaya.

Nyonya Lee lalu menyuruh Ki Young membungkam Bit Na dengan mengancam menuntutnya dengan tuduhan menyebar hoaks dan pencemaran nama baik.

Lalu Nyonya Lee memarahi Ki Young.

Nyonya Lee : Mengapa kau tidak bisa mencegah hal-hal semacam ini?

Seung Hee : Mengapa ibu malah memarahi Ki-young?

Nyonya Lee : Memangnya apa lagi? Karena kerjanya tidak becus!

Ki Young dan Seung Hee saling melirik.

Seung Hee lalu menyuruh Ki Young pergi.

Seung Hee : Kau bisa terlambat. Ayo.

Seung Hee mengantarkan Ki Young keluar.

Ki Young menuju mobil sambil bicara di telepon. Dia meminta seseorang mengirimkan kartu nama anggota dewan yang mengusik mereka.

Selesai menelpon, Seung Hee tanya, apa itu anggota dewan dari Youngsan.

Ki Young : Bukan, dari Partai Daehan Seoul.

Seung Hee : Partai Daehan rupanya.

Ki Young : Tanah itu dibeli ibu setelah dapat informasi dari Kementerian Agraria lewat Paman, lalu diumumkan sebagai kawasan penataan kembali dan kini harganya naik tiga kali lipat dalam enam bulan.

Seung Hee : Lantas bagaimana?

Ki Young : Bagaimana lagi? Dia minta aku membereskannya.

Seung Hee : Bagaimana caranya? Mending diam saja, jangan bertindak.

Ki Young : Apa masalahnya bisa beres jika aku diam?

Seung Hee : Ki Young, aku tahu kau kewalahan, namun kau tahu sendiri alasan Ibu terobsesi dengan tanah. Meski berat, kumohon…

Ki Young : Aku akan berusaha mengatasi masalah ini dengan cara apa pun. Namun aku tak sanggup lagi. Tinggal di rumah ini sungguh berat bagiku. Aku tak merasa bahagia.

Seung Hee balik ke dalam dan melihat ibunya lagi mengelap piagam penghargaan Seung Ho. Kamera menyorot salah satu penghargaan Seung Ho. Itu adalah sertifikat lolos fakultas hukum.

Seung Hee terus menatap ibunya. Nyonya Lee tanya ada apa.

Seung Hee : Ibu. Apa bisa simpan fotoku juga di sini?

Nyonya Lee : Berani-beraninya…

Seung Hee merebut sertifikat Seung Ho itu.

Nyonya Lee marah dan minta dikembalikan tapi Seung Hee membantingnya.

Nyonya Lee syok. Dia memungut sertifikat Seung Ho dan nangis.

Seung Hee : Sudah 20 tahun berlalu. Sampai kapan Ibu mau begini terus?

Nyonya Lee : Coba rasakan sendiri kehilangan anak! Dua puluh tahun itu terasa seperti baru kemarin dan miliaran tahun sekaligus!

Seung Hee : Memang anak Ibu hanya Seung Ho? Aku juga anak Ibu.

Tapi itu hanya bayangan Seung Hee.

Nyonya Lee masih tanya ada apa.

Seung Hee bilang tak ada apa-apa dan pergi ke kamarnya.

Di kamarnya, Seung Hee memikirkan kata2 Ki Young tadi.

Ki Young : Tinggal di rumah ini sungguh berat bagiku. Aku tak merasa bahagia.

Lalu Seung Hee mendengar tangisan sang ibu yang memanggil2 Seung Ho.

Seung Hee yang pusing mendengar itu, menyalakan TV. Dia mengganti2 channel dengan kesal, tapi tiba2 remote nya tak berfungsi saat TV menampilkan berita kematian Ji Hoon.

“Belum lama ini putra sulung Anggota Parlemen Nam Joong Do tewas. Lalu dikabarkan ada penemuan sabu-sabu ketika jasadnya ditemukan.”

Diperlihatkan juga video saat pemakaman Ji Hoon.

Seung Hee kaget melihat Hye Joo.

Seung Hee : Kim Jae Eun?

Seung Hee ingat masa lalunya, saat dia menyalahkan Hye Joo.

Seung Hee : Ini gara-gara kau. Semua gara-gara kau!

Sementara itu, Hye Joo lagi menyapu lantai ruang kerja Joong Do.

Tak lama, dia berhenti saat menatap foto kelulusan Ji Hoon. Dia mengambil foto itu dan tersenyum menatap Ji Hoon di foto.

Soo Bin lagi main ponsel barunya, tapi ponsel lamanya berbunyi.

Soo Bin meraih ponsel lamanya. Tapi tiba2 terdengar ketukan di pintu. Soo Bin bergegas menyembunyikan ponsel lamanya.

Hye Joo masuk.

Hye Joo mengajak Soo Bin menemui Ji Hoon.

Tim Joong Do baru mau mulai rapat saat ponsel Bit Na berbunyi. Bit Na minta maaf dan bergegas menjawab teleponnya sambil beranjak ke pintu, tapi kemudian dia kaget dan menatap ke arah tim nya.

Joong Do dan Anggota Dewan Kang adu pendapat di ruang rapat komisi legislasi dan yudikatif.

Anggota Dewan Kang : Apa ini masuk akal? Rancangan Undang-Undang yang anda ajukan ini memojokkan keluarga politikus karena berpotensi menjadi pelaku kejahatan ekonomi hanya berdasarkan kekerabatannya. Sebelumnya anda sudah memfitnah saya dan keluarga saya tanpa bukti. Apa-apaan ini?

Joong Do : Bukan tak ada bukti, tetapi anda yang tak bernurani.

Anggota Dewan Kang : Hati-hati kalau bicara, Pak Nam!

Joong Do : Benar anda tak tahu tahun lalu adik ipar anda sudah membeli tanah yang dipilih Kementerian Agraria untuk jadi kawasan penataan kembali?

Anggota Dewan Kang : Tampaknya anda mengetahui seluruh kegiatan ekonomi keluarga dan kerabat anda.

Joong Do : Adik ipar itu bisa dikatakan keluarga dekat.

Anggota Dewan Kang : Itu artinya anda mengetahui seluruh kegiatan ekonomi putra anda yang merupakan keluarga langsung. Maksud saya, soal transaksi sabu-sabu.

Joong Do : Pak Kang Soon Hong, bicara anda sudah keterlaluan.

Anggota Dewan Kang : Keterlaluan apanya? Ini fakta yang memiliki bukti! Yang ditemukan itu sudah bukan ganja, melainkan sabu-sabu. Aku yakin dia pasti pemakai.

Joong Do ngamuk dan menggebrak meja.

Joong Do : Jaga mulutmu!

Ahn Yong Bum selaku ketua dewan menengahi mereka.

“Pembicaraan anda berdua tidak sesuai dengan topik…”

Anggota Dewan Kang : Jadi, inti pembicaraan saya adalah jangan melecehkan keluarga politikus dengan RUU semacam ini!

Anggota Dewan Kang menggebrak meja lalu pergi.

Yong Bum : Karena tak ada orang yang dapat melanjutkan perdebatan, kita harus beralih ke pemungutan suara. Seiring keluarnya Pak Kang, pembicaraan tingkat satu tak bisa disepakati sebab kuorum tak tercapai. Maka, keputusan rapat akan diambil sekaligus di lain kesempatan. Berikutnya adalah agenda usulan penggabungan RUU Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan dari pasal 78 hingga pasal 91.

Ponsel Joong Do berdering. Pesan dari Woo Jae.

Woo Jae : Menantu Lee Yoo Sin dari Youngsan menghubungi Ibu Bit Na Dia ingin menyampaikan sesuatu dan sedang menuju Seoul.

Joong Do : Aku akan menemuinya.

Ki Young sudah di kafe. Sambil menunggu, dia mencari tentang Joong Do di internet. Dan berita dengan judul investigasi Anggota Dewan Kang terhambat karena kematian putra Joong Do, menarik perhatiannya. Dia membukanya dan terkejut melihat foto Hye Joo.

Flashback…

Ki Young tengah bercanda dengan teman2nya di depan tangga sekolahnya.

Hye Joo melintas bersama Seung Hee. Mata Ki Young langsung tertuju pada Hye Joo.

Flashback end…

Hye Joo yang hendak pergi, dikejutkan dengan kemunculan Seung Hee di depan rumahnya.

Hye Joo langsung mengenali itu Seung Hee.

Joong Do datang bersama Woo Jae. Joong Do lah yang ditunggu oleh Ki Young.

Ki Young berdiri. Dia terkejut menatap Joong Do.

Joong Do mengenalkan diri, aku Nam Joong Do.

Beralih ke Hye Joo dan Seung Hee.

Seung Hee : Lama tidak bertemu, Kim Jae Eun. Maksudku, Kim Hye Joo. Pembunuh.

Hye Joo syok mendengarnya.

Bersambung…

1 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
Read More

Rookie Cops Ep 5

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Rookie Cops Episode 5, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.…