Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 4 part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini
Hye Joo memeluk Joong Do. Tangis Joong Do pecah. Dia menyalahkan dirinya atas kematian Seung Kyu. Dia bilang, gara2 dia, orang tua Seung Kyu kehilangan anak. Hye Joo menggelengkan kepalanya. Tangisnya juga pecah.
Tanpa mereka sadari, Soo Bin melihat mereka dari pintu. Soo Bin pun jadi enggan untuk masuk.
Soo Bin akhirnya beranjak pergi setelah menerima pesan dari Hye Joo. Hye Joo mengaku ada urusan mendadak. Hye Joo minta maaf dan menyuruh Soo Bin pulang duluan.
Sekarang, Joong Do sudah mulai tenang. Keduanya minum teh bersama.
Joong Do melihat2 toko Hye Joo. Dia bilang dia sudah lama tak kesana.
Hye Joo : Benar.
Joong Do lantas menatap Hye Joo.
Hye Joo mengajak Joong Do mencari udara segar, tapi Joong Do tak mau.
Joong Do : Kau bekerja saja. Aku akan diam, tak mengganggumu.
Hye Joo : Tidak apa. Tak ada pekerjaan yang mendesak. Apa mau pulang saja?
Joong Do : Tidak. Aku hanya ingin berduaan denganmu. Bekerjalah. Tak perlu sungkan. Aku datang untuk menemuimu, jadi, biarkan aku memandangmu.
Hye Joo tersenyum.
Joong Do : Itu sudah cukup.
Woo Jae kembali ke kantor.
Semua langsung penasaran kondisi Joong Do.
Bit Na : Pak Nam tidak apa-apa? Sudah ke dokter?
Woo Jae : Tidak apa-apa. Dia hanya lelah.
Ja Young : Begitu? Syukurlah.
Woo Jae masuk ke pantry yang letaknya disamping ruangan Joong Do.
Bit Na : Dia pasti sibuk jika sudah mulai menyiapkan pemilu setelah inspeksi terakhir. Aku sempat khawatir sekali karena dia tak pernah istirahat saat masa jabatan lalu.
Min Seok : Tak pernah sama sekali?
Ja Young : Ya, aku yang dulu mengurus jadwalnya. Tiap akhir pekan, dia selalu keliling dapilnya atau ke acara partai di berbagai daerah. Saat hari raya pun dia selalu pergi ke panti wreda. Makanya, dia tak pernah beristirahat sehari penuh selama tujuh setengah tahun.
Woo Jae yang lagi minum, mendengarkan obrolan rekan2nya.
Min Seok : Syukurlah hari ini hanya ada jadwal internal.
Ja Young : Namun, bukankah mulai kini akan banyak anggota parlemen yang absen? Ada yang sibuk karena menyiapkan inspeksi pemilu atau masa bodoh dengan inspeksi, lalu pergi ke dapilnya untuk mencari suara di pemilu.
Woo Jae : Kini tak sepenuhnya begitu. Selain karena diawasi rakyat, mereka juga tahu menjabat tanpa mengesahkan RUU itu soal kekuasaan.
Bit Na : Benar. Terutama di akhir-akhir masa jabatan begini sebab RUU akan terhapus bila belum disahkan hingga akhir masa jabatan.
Woo Jae terdiam menatap jas Joong Do yang kotor karena lemparan telur.
Lalu dia menyuruh Gang Ho mencuci jas Joong di penatu. Tapi kemudian, dia bilang biar dia saja yang cuci.
Woo Jae lantas masuk ke ruangan Joong Do.
Dia melepaskan pin Joong Do dari jasnya, karena tadi jasnya dia pinjamkan ke Joong Do. Lalu dia menaruh pin itu di atas meja. Saat menaruh pin di atas meja, Woo Jae melihat foto keluarga Joong Do. Dia pun ingat saat tadi memberitahukan dimana rumah duka Seung Kyu ke Joong Do pas di lift.
Woo Jae : Kau takkan melayat kan?
Joong Do diam saja.
Lalu dia ingat saat Joong Do tiba2 minta diturunkan di pinggir jalan. Joong Do meminta Woo Jae membatalkan semua jadwalnya. Joong Do turun dari mobil. Du Seok tanya, dia tinggal menurunkan Woo Jae di Yeouido, kan? Saat Du Seok mau menjalankan mobil, Woo Jae menyuruh Du Seok menunggu sebentar.
Woo Jae melihat Joong Do naik taksi. Di depannya, ada petunjuk arah ke RS rumah duka Seung Kyu. Woo Jae cemas kalau2 Joong Do pergi melayat, tapi kemudian taksi melaju ke depan, bukan berbelok ke arah rumah duka.
Tapi Woo Jae masih cemas. Dia pun mengikuti Joong Do. Dan dia melihat Joong Do ke toko Hye Joo. Barulah Woo Jae lega dan meminta Du Seok mengantarnya ke Yeouido. Tapi dia malah melihat Soo Bin.
Woo Jae menyuruh Du Seok menunggunya sebentar.
Soo Bin keluar dari toserba dan terdiam melihat Woo Jae di depannya.
Mereka pun bicara di dalam mobil.
Woo Jae : Bisa jadi itu bukan anak Ji Hoon.
Soo Bin emosi, benar. Bisa jadi bukan anak Ji Hoon.
Woo Jae : Berapa bayaranmu?
Soo Bin : Apa?
Woo Jae : Berapa bayaran sekali tidur denganmu? Ji Hoon membayarmu berapa?
Soo Bin marah dan mau turun dari ditahan Woo Jae. Soo Bin berontak dan menyuruh Woo Jae melepaskannya. Woo Jae menatap tajam Soo Bin.
Woo Jae : Dengarkan kata orang tua sampai beres.
Soo Bin pun diam, tapi sorot matanya terlihat marah.
Woo Jae : Tampaknya kau tak pernah jual diri.
Soo Bin : Aku pacar Ji Hoon.
Woo Jae : Namun, itu bukan jaminan bayimu anak Ji Hoo seperti katamu.
Soo Bin : Langsung saja ke intinya.
Woo Jae : Baiklah. Kau mau tinggal di rumah itu terus?
Soo Bin terdiam.
Woo Jae : Maka, hiduplah dengan tenang bagai orang mati. Jika tak mau, benar-benar mati juga boleh.
Soo Bin : Kau boleh asal bicara begitu? Semua pasti terekam di…
Soo Bin pun terdiam kesal melihat kabel kamera dashboard sudah diputus Woo Jae.
Soo Bin turun dari mobil dan beranjak pergi.
Begitu Soo Bin pergi, Woo Jae pun memasang kembali kabel kamera dashboard nya.
Woo Jae : Benar. Makanya, aku berjaga-jaga.
Flashback end…
Woo Jae memakai jasnya.
Lalu dia beranjak pergi.
Hari sudah malam. Hye Joo masih bekerja memperbaiki buku. Dia lalu terdiam melihat foto balita yang akan dia taruh di cover buku. Sementara Joong Do ketiduran di sofa. Dia tidur sambil duduk. Hye Joo mengalihkan pandangannya ke Joong Do.
Hye Joo lantas mendekati Joong Do. Dia menaruh bantal di sebelah kiri Joong Do, lalu merebahkan kepala Joong Do ke bantal. Setelah itu, dia meraih selimut yang tergantung di pegangan sofa, lalu menyelimuti Joong Do. Joong Do tidur pulas. Hye Joo menatap Joong Do dan teringat syarat yang dia minta ke Joong Do saat Joong Do mengatakan ditawari menjadi kandidat perwakilan berimbang.
Flashback…
Hye Joo kaget, anggota parlemen? Perwakilan berimbang?
Joong Do duduk di kursi, sambil menemani Yoon Seo yang sudah pulas.
Joong Do : Ya. Aku bertemu Bu Woo Jin Seok dari Partai Daehan kemarin malam dan ditawari menjadi kandidat perwakilan berimbang. Bahkan dengan nomor urut elektabilitas tinggi.
Hye Joo tengah memasak, niatmu sudah bulat, ya?
Joong Do : Maaf. Namun tetap saja aku ingin kau mendukung keputusanku. Aku ingin menggapai impian yang lama kudambakan dengan mantap.
Joong Do lalu bangun dan mendekati Hye Joo.
Joong Do : Saat menikah dahulu, aku pernah berjanji. Walau suatu saat aku berpolitik, aku akan membuatmu tetap hidup tenang sesuai kehendakmu. Aku sudah bertekad menepati janji itu. Aku tak akan melakukan sesuatu yang dapat menghancurkan hidupmu. Aku janji.
Hye Joo : Ada satu syarat. Aku tidak paham soal politik, begitu pula ke depannya. Maka, mulai sekarang kita akan menjalani hidup kita masing-masing bersama-sama. Kendati begitu, seumpama kau merasa tertekan, aku mohon tolong beri tahu aku. Itu syarat bila kau ingin aku mendukung keputusanmu.
Joong Do : Baiklah. Aku akan memberitahumu. Aku berjanji. Terima kasih, Sayang. Terima kasih banyak.
Joong Do lalu memeluk Hye Joo.
Flashback end…
Hye Joo memandangi Joong Do.
Hye Joo : Terima kasih telah menepati janjimu.
Yeong Seon memberikan kalguksu pesanan pelanggan.
Yeong Seon : Selamat menikmati. Terima kasih.
Lalu dia mendekati Yeo Jin yang sibuk dengan ponsel.
Yeong Seon : Tumben kau di sini sampai malam.
Yeo Jin : Mengapa? Tidak boleh?
Yeong Seon : Bukan tidak boleh. Tiap kali bertemu, Hye Joo selalu mewanti-wanti agar jangan membiarkanmu kelelahan. Pokoknya, aku sudah mengingatkan, ya? Jadi, bukan salahku kalau besok kau demam.
Yeo Jin : Baiklah, aku akan pulang.
Sekarang, Yeo Jin tengah di perjalanan. Dia pulang jalan kaki. Hye Joo mengiriminya pesan.
Hye Joo : Kak Yeo Jin, kau sudah pulang? Sepertinya aku pulang agak malam hari ini. Titip makan malam Soo Bin, ya.
Yeo Jin menghela nafas, dia rada males disuruh mengurusi Soo Bin.
Soo Bin di depan kulkas. Dia laper, tapi ragu membuka kulkas karena dia di rumah orang lain. Tapi pada akhirnya, dia memutuskan untuk membukanya karena laper. Tapi saat akan membukanya, Yeo Jin pulang.
Yeo Jin : Kau sedang apa di situ?
Soo Bin pun diam. Dengan wajah tertunduk, dia memegang perutnya.
Yeo Jin paham dan membuatkan makanan untuk Soo Bin.
Setelah selesai, dia memanggil Soo Bin yang lagi nonton TV.
Soo Bin makan dengan lahap.
Yeo Jin kesal, kau benar-benar santai sekali padahal keluarga ini pusing gara-gara kau.
Soo Bin : Konon ibu hamil jangan stres agar kandungan sehat.
Yeo Jin : Kandungan? Dikira menjaga kandungan itu perkara mudah?
Soo Bin : Memang kau pernah hamil?
Yeo Jin : Kau jadi melahirkannya?
Soo Bin : Entahlah.
Tapi tiba2 aja, Soo Bin melepehkan makanannya.
Soo Bin : Taogenya sudah basi.
Soo Bin lari ke kamar mandi.
Yeo Jin mencicipi taugenya. Berkali2, untuk memastikan.
Yeo Jin : Tidak basi.
Yeo Jin melirik ke kamar mandi. Dia pun sadar Soo Bin kenapa.
Yeo Jin : Tampaknya dia mengidam.
Ki Young di hotel, dia mendekati meja resepsionis.
Resepsionis : Reservasi atas nama siapa?
Lalu temannya datang, hei, Choi Ki Young!
Mereka duduk di restoran hotel.
“Omong-omong, sudah berapa lama kau menikah dengan Seung Hee?”
“Sekitar lima tahun?”
“Selama itu? Waktu cepat sekali berlalu. Dahulu, aku mengajakmu ke acara reuni waktu pulang sebentar dari Australia, ‘kan? Di situlah kau bertemu Seung Hee. Ingat?”
“Ya.”
“Tunggu. Apa kau dekat dengan Seung Hee waktu SMA?”
“Tidak, kami hanya sempat sekelas waktu kelas 12.”
“Ya, ‘kan? Makanya, kami kaget sekali waktu dengar kalian menikah. Hei, Ki Young. Aku punya andil besar dalam pernikahanmu. Awas kalau lupa.”
“Baiklah.”
“Omong-omong, buat apa dia belajar bahasa sampai tiga tahun di luar negeri? Bukankah awalnya cuma setahun?” Lalu mengapa kau tinggal sendiri di sini,
tidak ikut Seung Hee?”
“Dia sudah beres belajar dan baru pulang hari ini.”
“Hari ini? Astaga, aku memanggilmu di saat yang tidak tepat. Maaf. Benar juga. Kalian belum punya anak, ‘kan? Aku tidak akan mengajakmu minum ronde dua. Jadi, cepat pulang, lalu sergap istrimu. Paham?”
Ki Young diam saja.
Setelah berbasa-basi, barulah temen Ki Young mengatakan alasan dia memanggil Ki Young.
“Boleh aku pinjam uang? Jujur, aku tak enak hati minta bantuanmu, namun aku sedang sulit, boleh pinjam 50 juta won?”
“Maaf, aku tak punya uang sebanyak itu.”
“Mana mungkin? Kau punya banyak properti.”
“Sungguh tak ada. Aku tak bohong. Aku hanya membantu mengelola properti Ibu Mertua. Semua atas nama mertuaku.”
“Apa bedanya? Lagi pula, semua itu akan jadi milik istrimu. Kau menantu orang terkaya di Youngsan. Jangan sok polos.”
Seung Hee dan ibunya ada di agen real-estate.
“Bu Lee, kau pasti kewalahan menulis kontrak. Kau tahu aku dan penjual menunggu sebulan lebih karena ibumu baru mau teken kontrak setelah kau pulang?” ucap si pihak agen real-estate.
“Bu, Ibu bisa minta bantuan Ki Young kalau butuh. Lagi pula, dia yang mengelola seluruh properti Ibu.”
“Memang dia anak ibu? Ibu harus teken kontrak di hadapanmu agar kau tahu pasti lokasi properti ibu saat ibu sudah mati kelak.”
“Mengapa mengungkit soal meninggal lagi?”
“Manusia pasti mati.”
Sekarang, Seung Hee sudah di kamarnya. Dia ingin mengirimi Ki Young pesan, bertanya kapan Ki Young pulang, tapi tepat saat itu, Ki Young masuk ke kamar.
Seung Hee : Kau pulang lebih cepat.
Ki Young : Ya, begitulah. Sudah makan malam?
Seung Hee : Sudah, bersama Ibu.
Ki Young tampak canggung, sementara Seung Hee menunggu respon Ki Young.
Ki Young : Baiklah. Lekas tidur. Kau pasti lelah.
Seung Hee kecewa, ya.
Hye Joo dan Joong Do pulang bersama. Yeo Jin kaget sekaligus heran melihat mereka datang bersama.
Yeo Jin : Kalian datang bersama?
Hye Joo : Kami bertemu di depan.
Yeo Jin : Mau keluar lagi?
Joong Do : Tidak, aku sudah pulang.
Yeo Jin : Tumben.
Hye Joo : Yoon Seo belum pulang, ‘kan? Soo Bin di mana?
Yeo Jin menghela nafas dan menatap ke arah kamar Ji Hoon.
Hye Joo dan Joong Do ikut menatap ke arah kamar Ji Hoon. Mereka paham.
Soo Bin mencoba tidur. Tak lama, Hye Joo masuk membawa teh.
Soo Bin ingin bangun tapi dilarang Hye Joo.
Hye Joo : Berbaring saja. Kau belum makan malam karena perutmu mual, ya? Kini sudah mendingan?
Soo Bin : Ya.
Hye Joo : Syukurlah. Orang yang mengidam parah memang mengganggu sekali. Aku pun begitu waktu hamil muda. Ini teh barli. Kak Yeo Jin yang buat. Pasti membantu. Selamat beristirahat.
Soo Bin : Sebentar.
Soo Bin bangun dan mengambil surat itu di tasnya.
Soo Bin : Ini. Aku dites narkoba.
Hye Joo pun memberitahu itu ke Joong Do.
Joong Do : Yakin hasilnya negatif?
Hye Joo : Aku sudah lihat hasilnya. Sayang. Entah aku harus merasa apa tiap kali melihatnya. Aku juga masih bingung. Namun, aku pun berusaha menyayanginya sebab dia mengandung anak Ji Hoon. Jadi, kuharap kau pun berusaha sedikit menyayanginya. Masalah tes pun dia sendiri yang mengajukan diri sebelum kuminta. Ditambah dia pasti merasa tersiksa sebab kini mulai mengidam.
Joong Do : Baiklah. Akan tetapi jangan terlalu dekat dengannya. Aku takut kau terluka.
Hye Joo : Baiklah. Namun, kita sudah menerimanya di rumah, jadi, kita coba beri dia kepercayaan lebih. Dia tak terlihat seburuk itu.
Joong Do mengerti.
Hye Joo : Apa kau mau berendam? Biar kuisi bak mandinya. Berendam saja. Kau pasti lelah. Setelah itu langsung tidur.
Joong Do : Baiklah, terima kasih.
Hye Joo : Omong-omong, jasmu mana?
Joong Do : Apa?
Hye Joo : Jas luaran yang kau pakai. Apa tertinggal di studio, ya?
Joong Do : Tidak, ada di mobil.
Hye Joo : Begitu rupanya.
Joong Do tak memberitahu Hye Joo soal dia yang dilempari telur oleh orang tua Seung Kyu.
Yoon Seo yang baru pulang, menaruh tasnya di lantai dan lari ke kamar mandi. Tapi pintunya dikunci. Hye Joo datang dan memungut tas Yoon Seo.
Hye Joo : Mengapa tasnya…
Hye Joo melihat Yoon Seo.
Hye Joo : Selamat datang, Yoon Seo-ya.
Yoon Seo lega melihat ibunya.
Yoon Seo : Astaga, Ibu. Aku kaget kukira ibu yang muntah.
Hye Joo : Perutnya Soo Bin sedang mual karena sedang hamil.
Yoon Seo : Ada-ada saja.
Hye Joo : Jaga bicaramu.
Yoon Seo ngelawan, memang bicaraku mengapa?
Joong Do mendekati mereka dan menegur Yoon Seo.
Joong Do : Nam Yoon Seo! Jaga bicaramu kepada ibu.
Yoon Seo : Mengapa ayah memarahiku terus? Menyebalkan.
Yoon Seo merebut tasnya dari tangan Hye Joo, lalu masuk ke kamarnya.
Joong Do makin marah, Nam Yoon Seo!
Hye Joo : Dia jadi begitu karena kau memarahinya terus.
Joong Do : Sikapnya itu tidak sopan. Salah aku memanjakan dia mentang ada musibah. Nam Yoon Seo, cepat keluar.
Hye Joo : Cukup. Biar aku yang bicara, ya? Lekas masuk. Berhenti memarahinya.
Hye Joo membawa Joong Do pergi.
Soo Bin di kamar mandi, malah tertawa mendengar keributan itu.
Soo Bin lantas melihat luka memar di tangannya.
Dia pun ingat saat tadi Woo Jae memegang tangannya terlalu kuat di mobil.
Hye Joo dan Joong Do di kamar mandi.
Hye Joo tengah menyiapkan air di bak untuk Joong do.
Hye Joo : Jangan terlalu memarahi Yoon Seo. Dia juga pasti bingung dan terpukul. Nanti kuajak dia bicara.
Joong Do : Aku bukan marah karena urusan hari ini saja. Pintar saja tidak cukup.
Hye Joo : Yoon Seo masih SMP, Sayang. Dia sedang masa puber. Ditambah habis mengalami musibah. Aku bangga terhadap Yoon Seo dan dia pintar karena mirip denganmu. Akulah yang paling dekat dengannya selama delapan tahun ini. Aku jamin itu.
Joong Do : Aku sedang dimarahi karena membiarkanmu merawat anak sendiri?
Hye Joo mendekati Joong Do. Dia memegang kedua bahu Joong Do. Joong Do menatapnya penuh cinta.
Hye Joo : Ternyata kau sadar. Suamiku memang pintar.
Joong Do : Maaf. Aku tak bisa berdalih.
Hye Joo : Kau tahu bahwa aku merelakanmu kepada dunia, ‘kan?
Joong Do : Tentu saja. Terima kasih. Aku mencintaimu.
Hye Joo : Aku juga. Aku juga mencintaimu.
Hye Joo pun memeluk Joong Do.
Seung Hee masih terjaga. Dia menatap Ki Young yang sudah tidur disampingnya.
Tak lama, Seung Hee pun merubah posisinya, membelakangi Ki Young. Ki Young membuka matanya dan menatap Seung Hee.
Tapi, Ki Young kemudian turun dari tempat tidur dan beranjak keluar.
Ki Young ke meja makan. Ada paper bag di atas meja.
Dia pun membuang paper bag itu ke tong sampah.
*Wait, paper bag nya kek paper bag yang dipegang Woo Jae gak sih? Yg isinya jas Joong Do.
Hari sudah pagi. Soo Bin yang baru keluar dari kamar mandi, bertemu Joong Do yang baru keluar dari kamar. Joong Do hendak berangkat. Soo Bin mencoba menyapa Joong Do. Yang disapa diam saja dan melengos pergi tapi saat pergi, dia menyenggol siku Soo Bin. Soo Bin sedikit terdorong ke samping.
Terdengar suara Hye Joo.
Hye Joo : Sudah turun lagi? Sebentar. Jusnya tinggal dituangkan.
Joong Do : Santai saja. Aku sambil pakai sepatu.
Bersambung ke part 2…