Trolley Eps 3 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 3 part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini

SMP Jicheong, tepatnya di kelas 1-2. Guru mengatakan, mereka akan belajar tentang Dilema Troli. Guru bertanya, siapa yang tahu apa itu troli. Murid-murid saling bertanya satu sama lain apa itu troli. Guru pun menjelaskan apa itu troli menggunakan layar proyektor.

Sebuah kereta muncul di layar proyektor.

Guru : Troli itu trem. Bisa paham setelah melihat fotonya, ‘kan?

Murid-murid heboh. Mereka mengaku pernah melihat di film-film. Tapi Yoon Seo diam saja.

Kereta di layar proyektor bergerak. Di depannya ada lima buruh yang sedang bekerja di rel. Tapi rem troli itu rusak. Bila dibiarkan, kelima buruh tersebut akan tewas tertabrak troli. Namun arah troli bisa dibah dengan menggunakan wesel ke rel sampingnya. Akan tetapi, di rel sampingnya pun ada satu buruh sedang bekerja.

Guru pun menyuruh murid2 memilih akan mengambil tindakan yang mana.

Guru : Jika kalian tidak mengambil tindakan apapun, troli ini akan berjalan lurus
dan kelima buruh meninggal, sedangkan bila kalian mengubah arahnya dengan wesel, kelima buruh ini akan selamat, tetapi satu buruh itu meninggal.

Seorang murid berkata, tentu harus diubah arahnya.

Murid lainnya bilang dia tidak tahu.

Ada murid lain lagi yang berpendapat.

“Tentu arahnya harus diubah. Korbannya satu banding lima.”

Murid lain menjawab pernyataan murid itu, namun, kelima buruh itu sudah ditakdirkan mati, ‘kan?

Murid2 lain mulai berdebat.

“Jika arah rel diubah, aku merasa ada sesuatu yang seolah-olah mengganjal karena satu orang itu mati mendadak.”

“Aku sakit kepala, Bu Guru. Apa kami yang harus memutuskannya?”

“Tak ada salah dan benar dalam Dilema Troli ini. Hanya ada alasan masing-masing. Jadi, kumpulkanlah makalah tentang tindakan kalian beserta alasannya, paling lambat dua pekan depan. Paham?” jawab guru.

Kedua detektif langsung ke kamar Seung Kyu begitu mendengar teriakan orang2 di bawah. Dan, mereka melihat Seung Kyu sudah terkapar di bawah. Orang tua Seung Kyu syok anak mereka bunuh diri.

Di meja Seung Kyu, ada tulisan. Bahwa Joong Do seorang pembunuh.

Joong Do baru selesai rapat dengan tim nya.

Selesai rapat, tim nya langsung bubar.

Ponsel Joong Do berbunyi.

Joong Do : Halo, dengan Nam Joong Do. Ya, tentu aku ingat. Bu Na Mun Suk, ketua RT Apartemen Taeyang. Kita bertemu di kantor daerah, ‘kan? Benar, ini memang nomorku.

Min Seok dan yang lain tengah bekerja. Tiba2, pesan baru dari Seketaris Senior Lee Sang Hun masuk ke ponselnya. Min Seok membacanya.

Dia kaget, sial.

Min Seok pun menyalakan televisi. Ada berita kematian Seung Kyu. Dilaporkan bahwa Ji Seung Kyu, mahasiswa kedokteran sekaligus tersangka kasus korban Namgoong Seol, gadis yang berdomisili di Sinyang-gu yang bunuh diri baru-baru ini, melompat bunuh diri dari rumahnya begitu surat penangkapan diajukan.

Semua kaget.

” Ji merupakan tersangka dari kasus kekerasan seksual. Yang menarik perhatian warganet, usai dibahas anggota parlemen dari Partai Daehan, Nam Joong Do di media baru-baru ini. Polisi menganggap tersangka…”

Woo Jae, sial.

Joong Do masih bicara dengan Bu Na di telepon saat Woo Jae masuk.

Joong Do menatap Woo Jae sambil terus mendengarkan kata2 Bu Na.

Joong Dae tanya dengan suara pelan ke Woo Jae, ada apa.

Woo Jae bingung ngomongnya.

Joong Dae pun menyudahi teleponnya. Tapi sebelum mengakhiri pembicaraan, dia bilang dia akan menyampaikan masalah itu ke kantor daerah.

Selesai menelpon, Joong Do tanya ke Woo Jae ada masalah apa.

Woo Jae menarik napasnya sebelum bicara.

Woo Jae : Anggota Dewan Nam…

Beralih ke Hye Joo yang lagi mengelap meja kerja Joong Dae, sambil bicara dengan Yeo Jin di telepon. Yeo Jin sendiri ada di restoran. Yeo Jin tanya, Soo Bin lagi apa.

Hye Joo : Entahlah. Dia ada di kamar.

Yeo Jin : Aku heran dia sedang apa di kamar seharian, padahal ponselnya hilang.

Hye Joo : Biarkan saja. Ya.

Yeo Jin : Segera hubungi aku jika ada apa-apa, ya?

Hye Joo : Baiklah. Sampai jumpa nanti malam. Ya.

Hye Joo lanjut mengelap meja. Tiba2, dia berhenti mengelap dan teringat percakapannya dengan Woo Jae dan Joong Do semalam.

Flashback…

Woo Jae bilang ke Joong Do, kalau tes DNA janin itu ilegal. Memang bisa, namun terlalu berisiko, sedangkan pemilu tak lama lagi.

Woo Jae : Izinkanlah menginap dahulu. Itu dapat mengurangi risiko dan mungkin membantu kita. Akan terkesan tulus bila kau menampung pacar Ji Hoon yang hamil dan tak tahu harus ke mana ketika Ji Hoon sudah tiada.

Hye Joo : Woo Jae, bukan itu maksudku.

Woo Jae : Aku tahu. Aku paham. Jadi, aku ingin bilang bahwa gadis itu mungkin tampak seperti bom waktu, tetapi dia bisa menjadi pedang bermata dua bagi kita. Baru kemarin Partai Abdi Negara menjadikan kasus sabu-sabu Ji Hoon dan perlakuan khusus kasus Yoon Seo sebagai alat untuk menyerang kita, sementara pemilu tujuh bulan lagi. Situasi akan sulit dikendalikan bila kita mengusirnya. Kita harus bersyukur dia datang sendiri. Bayangkan apa jadinya bila dia buka mulut ke lawan. Terlepas dari apa pun rencana dia, kau harus menampungnya di sini dan menghiburnya untuk saat ini.

Joong Do diam saja sambil memegang keningnya.

Woo Jae menatap Joong Dae, Anggota Dewan Nam, jau harus fokus pada pemilu.

Flashback end…

Hye Joo lalu menatap foto Ji Hoon.

Yeo Jin kembali ke dalam. Yeong Seon tanya, Yeo Jin nelpon siapa sampai harus bicara diluar. Apakah pria.

Yeo Jin tertawa, pria apanya?

Yeo Jin lalu menatap isi pangsit yang berlebih, padahal kulitnya sudah habis.

Yeo Jin : Banyak juga sisanya.

Tiba2 aja, Yeo Jin merasa pusing.

Yeong Seon : Kau pusing lagi?

Yeong Seon lantas membantu Yeo Jin duduk.

Yeong Seon : Kau tidak apa?

Yeo Jin : Ya, aku tidak apa.

Yeong Seon : Padahal waktu itu sudah tak apa usai minum obat tradisional. Biar aku yang buatkan pangsitnya. Kau istirahat di rumah saja.

Yeo Jin : Aku selalu pulang siang sejak jadi pemilik kedai dan kini harus pulang pagi?

Yeong Seon tertawa, ya.

Yeo Jin juga tertawa, astaga.

Yeong Seon : Mau kuambilkan minum?

Yeong Seon pergi mengambil minum.

Soo Bin di kasur Ji Hoon, lagi menonton sesuatu di ponselnya sambil mengorek2 label harga di alat kosmetiknya. Terdengar ketukan di pintu. Soo Bin pun buru2 menyembunyikan ponselnya. Hye Joo pun masuk, membawakan makan siang.

Hye Joo : Kau sedang apa?

Soo Bin : Tidak sedang apa-apa.

Hye Joo : Aku harus pergi bekerja, jadi, santap ini untuk makan siang.

Soo Bin : Baik. Selamat jalan.

Hye Joo : Kubawakan buku juga sebab kurasa kau mungkin bosan karena ponselmu hilang. Aku dan Yoon Seo suka buku ini. Semoga kau juga suka.

Soo Bin : Baik, nanti kubaca.

Hye Joo : Kalau begitu, aku pamit, ya.

Soo Bin : Baik.

Saat mau pergi, Hye Joo teringat permintaan Joong Do semalam.

Joong Do : Besok bawa dia ke rumah sakit untuk tes narkoba.

Hye Joo pun berbalik menatap Soo Bin.

Hye Joo mau mengatakan itu tapi dia berat mengatakannya.

Soo Bin yang menguping pembicaraan Joong Do dan Hye Joo semalam, langsung berkata kalau dia mau ke rumah sakit nanti untuk tes narkoba.

Soo Bin : Setelah kupertimbangkan, sepertinya wajar kalau kalian merasa ragu karena Ji Hoon sempat beli narkoba. Namun, dia pasti tak memakainya. Aku bersumpah tak pernah pakai narkoba, tetapi akan kubuktikan lewat tes.

Hye Joo : Baiklah. Terima kasih.

Soo Bin : Tidak masalah. Kalau begitu, aku pamit keluar sebentar nanti.

Hye Joo : Aku juga pamit bekerja. Sebelum makan malam pasti sudah pulang.

Soo Bin : Ya, selamat jalan.

Hye Joo lalu melihat Soo Bin yang tengah mengorek2 label harga.

Hye Joo : Omong-omong, itu…

Maka Hye Joo membawa Soo Bin ke tokonya.

Soo Bin melihat2 toko Hye Joo.

Soo Bin : Banyak barang-barang yang menarik. Kudengar kau mereparasi buku.

Hye Joo diam menatap Soo Bin.

Soo Bin bilang dia tahu dari Ji Hoon.

Hye Joo : Ji Hoon yang cerita?

Soo Bin : Ya. Bagaimana caranya mereparasi buku?

Hye Joo : Aku biasa menyebutnya “konservasi” ketimbang “reparasi”.

Soo Bin : Memang apa bedanya?

Hye Joo pun mengambil tabletnya.

Hye Joo : Mau lihat ini? Duduklah.

Woo Jae keluar dari ruangan Joong Do. Semua langsung menatapnya dengan tegang.

Woo Jae : Aku sudah melapor.

Woo Jae menarik napasnya, mari bekerja.

Woo Jae kembali ke mejanya.

Seseorang menghubungi Min Seok.

Min Seok : Ya, halo, aku Go Min Seok. Kami akan segera hubungi begitu sudah siap.

Sementara Woo Jae dihubungi Park Yeong Su.

Woo Jae : Ya ampun, apa kabar, Pak Park Yeong Su? Kapan kita minum-minum bersama? Mentang sudah bukan junior wartawan, aku tak ditraktir lagi? Itu dia. Mengapa harus jatuh di depan bus sekolah TK? Apa salah anak-anak itu? Pernyataan resmi Pak Nam?

Woo Jae melihat Bit Na.

Bit Na mengkode.

Woo Jae : Masih disiapkan. Ya. Baik, nanti kukirim begitu selesai. Tentu saja. Baik.

Selesai menelpon, Woo Jae menyuruh Bit Na membuatkan draf pernyataan resmi Joong Do.

Bit Na : Baik.

Woo Jae lalu mengambil jasnya dan beranjak pergi.

Woo Jae : Aku keluar dahulu, ya.

Joong Do terdiam menonton berita bunuh diri Seung Kyu.

“Ji merupakan tersangka dari kasus kekerasan seksual yang menarik perhatian warganet usai dibahas anggota parlemen dari Partai Daehan, Nam Joong Do, di media baru-baru ini.”

Dan Joong Do pun mematikan televisinya.

Ketum Woo bersama ajudannya baru keluar dari lift dan langsung disambut dua orang.

Ketum Woo berterima kasih karena sudah diundang ke acara seminar.

Staf debat berkata, Direktur Kang sudah bekerja keras untuk menyiapkan kedatangan Ketum Woo sejak tiga bulan lalu.

Ketum Woo : Aku juga tak bisa tidur selama tiga bulan belakangan karena ingin berpartisipasi dalam seminar ini.

Mereka mengajak Ketum Woo masuk.

Ponsel ajudan Ketum Woo berbunyi.

Dia terkejut dan terdiam.

Ketum Woo menoleh padanya dan tanya ada apa. Dia berbisik, kalau Seung Kyu bunuh diri.

Anggota Dewan Kang makan siang dengan beberapa reporter, salah satu diantaranya adalah Reporter Jung yang menyudutkan Joong Do kemarin.

Anggota Dewan Kang : Serius, Bu Wartawan? Mahasiswa kedokteran itu melompat bunuh diri?

Reporter Jung : Benar. Beritanya baru keluar.

Anggota Dewan Kang : Bila dipikir-pikir, Pak Nam sering disebut sebagai Penembak Jitu Partai Daehan. Aku jadi merasa kalau kejadian ini adalah musibah besar akibat salah ucap hingga mempertaruhkan nyawa seorang rakyat biasa setelah diserang di depan umum.

Anggota Dewan Kang melirik reporter yang disebelahnya yang mulai menulis judul provokatif terkait kematian Seung Kyu di ponselnya. Dia menulis, kalau bunuh diri Seung Kyu disebabkan salah ucap penembak jitu Joong Do.

Anggota Dewan Kang lantas memanggil ajudannya yang makan di meja terpisah.

Ajudan Shin langsung mendekatinya.

Anggota Dewan Kang : Meski hadiah apa pun tak akan mampu menghibur orang tua yang kehilangan anak, tolong cari tahu lokasi rumah dukanya dan kirimkan karangan bunga atas namaku.

Woo Jae di depan rumah duka bersama dua detektif.

Woo Jae : Tak bisa kubayangkan bagaimana perasaan Pak Nam.

Dua detektif pamit.

Woo Jae : Mohon hubungi aku kalau ada apa-apa.

Dua detektif mengerti dan langsung pergi.

Woo Jae mengambil rokoknya. Tapi kemudian dia melihat ada tanda dilarang merokok di belakangnya.

Woo Jae pun tak jadi merokok.

Soo Bin melihat foto2 buku yang sudah selesai diperbaiki Hye Joo. Dia takjub, luar biasa. Dia juga bertanya kenapa bisa jadi seperti itu. Katanya menakjubkan. Benar-benar jadi buku baru.

Hye Joo hanya tersenyum mendengar.

Tapi tiba-tiba, Soo Bin bertanya apa manusia bisa dikonservasi juga.

Hye Joo terkejut dengan pertanyaan Soo Bin.

Soo Bin pun bilang dia hanya asal bicara.

Soo Bin : Omong-omong mengapa aku diajak kemari?

Hye Joo : Astaga, aku lupa. Coba berikan yang tadi.

Soo Bin pun memberikan lipsticknya.

Hye Joo : Sebentar.

Hye Joo menaruh tetesan oil di bekas label harga lipstick, kemudian mengusapnya menggunakan serbet. Dan, lipstick Soo Bin pun bersih. Soo Bin kian takjub.

Hye Joo : Lipstiknya baru, ya.

Soo Bin : Ini pemberian seseorang. Selain itu, ini pelembap bibir, bukan lipstik. Ini supaya bibir tidak kering.

Hye Joo : Ternyata begitu. Kini banyak macamnya, ya. Warnanya bagus. Cocok untukmu.

Soo Bin lalu melihat humidifier di dekat jendela.

*Ternyata humidifier toh, bukan pemanas.

Soo Bin : Omong-omong, apa itu?

Hye Joo bilang itu pengontrol kelembapan

Hye Joo : Berhubung pekerjaan ini berkaitan erat dengan kertas, aku harus pintar mengatur kelembapan agar tak terlampau lembap atau terlampau kering.

Soo Bin : Lantas apa jadinya bila saat siang terang, lalu hujan saat sudah pulang?

Hye Joo : Bila itu terjadi…

Hye Joo menunjukkan ponselnya, aku bisa mengatur kelembapan dari rumah karena terhubung aplikasi.

Soo Bin : Hebat.

Hye Joo : Namun, jika hujannya lebat sekali saat malam hari, aku biasa kemari untuk memeriksa langsung.

Soo Bin : Mengapa? Katamu bisa diatur pakai aplikasi?

Hye Joo : Karena aku ingin tetap memastikan dengan mata kepalaku sendiri. Kemari sebentar.

Soo Bin mengikuti Hye Joo. Hye Joo menunjukkan beberapa buku klien nya yang rusak.

Hye Joo : Ini buku klien-klienku yang minta dikonservasi. Jadi, bahaya kalau buku-buku ini rusak. Mereka sengaja kemari untuk mengonservasi buku yang telah disimpan lama karena buku-buku berharga mereka rusak. Maka itu, aku tak pernah percaya sepenuhnya kepada aplikasi ketika hujan lebat di malam hari, lalu kemari untuk memeriksa langsung supaya lebih tenang. Kita bisa lebih yakin bila melihat langsung, bukan?

Soo Bin : Begitu, ya? Benar juga.

*Duh, kok jadi takut ya klo Hye Joo ntar kenapa2, pan Soo Bin udah tahu Hye Joo biasa datang memeriksa sendiri di malam hari kalau hujan turun dengan lebat. Semoga Soo Bin ini beneran baik ya..

Soo Bin lalu bertanya darimana Hye Joo mempelajari semua itu.

Hye Joo : Saat bekerja di dinas sosial, aku suka pergi ke perpustakaan sesekali. Lantas suatu hari aku melihat lowongan relawan di Ruang Perbaikan Buku perpustakaan.

Maka, Hye Joo mulai bekerja sebagai relawan di Ruang Perbaikan Buku. Dia membawakan buku2 yang telah rusak pada ajumma yang memperbaiki buku. Hye Joo tertarik melihat cara si ajumma memperbaiki buku. Si ajumma yang tahu Hye Joo tertarik, menyuruh Hye Joo mencobanya. Ajumma menyuruh Hye Joo memegang pisau.

Ajumma : Lemnya harus dihilangkan dahulu.

Hye Joo mulai mengerok bekas lem jilid buku.

Hari demi hari berlalu, Hye Joo mulai pandai memperbaiki buku.

Hye Joo : Aku merasa takjub tiap kali berhasil mengonservasi satu per satu buku rusak. Aku pun tertarik dan ingin belajar lebih banyak. Setelah itu, aku belajar sendiri dari buku dan internet, berhenti bekerja di Dinsos, dan membuka studio ini.

Hye Joo lantas mulai bekerja.

Soo Bin terdiam melihat Hye Joo memperbaiki buku.

Tak lama kemudian, Soo Bin mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Hye Joo menatap Soo Bin.

Para staf Joong Do mendadak sibuk menerima telepon permintaan wawancara.

Dan Joong Do berdiri di depan jendelanya.

Hye Joo dan Soo Bin keluar dari gerai ponsel.

Soo Bin : Terima kasih atas ponselnya. Kuhargai itu.

Hye Joo : Sama-sama. Nomor ponselmu yang hilang sudah diblokir, ‘kan? Bahaya kalau ada yang menemukan dan memakainya.

Soo Bin : Sudah. Lagi pula tak ada yang berharga di sana. Sekarang kita pulang?

Hye Joo mengajak Soo Bin ke resto nya Yeo Jin.

Soo Bin enggan makan di sana.

Soo Bin : Apa aku boleh makan di tempat lain saja?

Hye Joo : Seperti kubilang, ini kedai Kak Yeo Jin dan aku sering kemari. Bila mau tinggal di rumah kami, kau harus berkenalan dengan pegawai di sini.

Soo Bin : Kau akan bilang aku ini siapa?

Hye Joo terdiam mendengarnya.

Soo Bin paham, bilang saja aku ini anak kenalanmu.

Hye Joo : Baiklah. Ayo masuk.

Hye Joo membantu Yeo Jin di meja kasir.

Setelah itu, mereka menatap Soo Bin yang makan dengan lahap.

Yeo Jin : Makannya lahap sekali. Padahal waktu hamil, kau kurus sekali karena tak nafsu makan.

Hye Joo : Tiap orang pasti berbeda. Situasiku waktu itu memang berat. Aku hamil Yoon Seo tak lama setelah ibu mertuaku meninggal, ditambah Ji Hoon yang sudah masuk usia sekolah, sedangkan Joong Do sibuk bekerja. Aku benar-benar kalut waktu itu. Kau menyelamatkanku dengan tinggal bersama di rumah kami, bukan cuma menyatukan dua keluarga. Jadi, kau adalah penyelamatku.

Yeo Jin : Yang datang untuk menghancurkan hidupmu?

Hye Joo : Ya. Kau sudah menghancurkan hidupku. Tanggung jawab, ya?

Yeo Jin : Baik.

Mereka lalu tertawa.

Tiba2, Soo Bin minta kimchi lagi.

Yeo Jin langsung mengambil kimchi.

Melihat Yeo Jin menambahkan sedikit minyak ke kimchi, Hye Joo pun teringat Nyonya Jo. Dia pun beranjak pergi, tapi sebelum pulang, dia menyuruh Soo Bin pulang sendiri.

Di toko, Nyonya Jo duduk dengan wajah lesu. TV nya dibiarkan menyala.

Di TV lagi ada berita tentang modus penipuan baru yang targetnya remaja dan anak-anak.

Hye Joo datang.

Yeo Jin memberikan teh barley ke Soo Bin.

Yeo Jin : Ini teh barley. Kau bisa begah karena mendadak makan banyak. Aku mungkin tak bisa berkata halus, tetapi minumlah ini sambil menunggu makanan di perutmu turun.

Soo Bin : Omong-omong, aku sungguh ingin tanya. Apa hubunganmu dengan keluarga Ji Hoon? Kau bukan keluarga, ‘kan?

Yeo Jin : Menurutmu, keluarga itu apa? Aku menganggap diriku keluarga Ji Hoon. Aku bisa melakukan apa pun demi orang tua Ji Hoon dan Yoon Seo. Itulah yang disebut keluarga.

Seorang pelanggan tiba2 berseru, dasar bajingan tengik!

Yeo Jin dan Soo Bin langsung melihat pelanggan itu.

Ternyata si pelanggan lagi ngomongin kematian Seung Kyu.

Yeo Jin dan Soo Bin terdiam melihat berita itu.

Pelanggan itu terus mengatakan bagus Seung Kyu tewas, membuat dua pelanggan lain merasa sedikit terganggu.

Pelanggan itu lantas memuji Joong Do. Dia bilang dia belum pernah melihat anggota parlemen yang kompeten selama ini.

Hye Joo syok melihat berita itu di toko Nyonya Jo.

Nyonya Jo bersyukur pria itu sudah tiada.

Nyonya Jo : Kudengar dia akan cepat keluar walau sudah dipenjara. Namun, aku juga mustahil bawa pisau dan membunuhnya. Tadinya aku sempat merasa malu jika menemui cucuku di akhirat kelak. Lihat itu. Kini aku sudah lega dan rela walau harus mati sekarang karena bajingan itu sudah mati. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Buddha. Terima kasih, Pak Nam. Aku sungguh berterima kasih. Terima kasih banyak.

Nyonya Jo memegang tangan Hye Joo.

Hye Joo kian gak nyaman.

Nyonya Jo : Dengan datang melayat saja, aku sudah amat bersyukur kepada kalian berdua. Aku sungguh berutang budi kepada kalian. Terima kasih banyak.

Nyonya Jo lalu memberikan pesanan Hye Joo.

Nyonya Jo : Bu, terimalah ini. Ini dua botol minyak perilla pesananmu dan cobalah juga minyak wijennya.

Hye Joo gak bisa menerimanya, jangan repot-repot, Bu. Tidak perlu.

Nyonya Jo : Rasanya sangat gurih karena dibuat dengan wijen lokal. Ambil ini. Youngsan. Tahu Youngsan di mana, ‘kan? Di Chungcheong Utara.

Mendengar Kota Youngsan, Hye Joo langsung teringat masa lalunya.

Flashback…

Hye Joo yang masih memakai seragam sekolah, datang melayat tapi dia dimaki oleh keluarga yang berduka.

“Beraninya kau kemari! Enyah kau!”

Flashback end…

Hye Joo sedikit gemetar teringat itu.

Nyonya Jo terus mengatakan bahwa wijen Youngsan yang terbaik.

Dia memaksa Hye Joo menerimanya.

Nyonya Jo : Aku hanya bisa memberi ini, padahal ini hari baik. Mohon setidaknya terima ini. Terima, ya?

Terpaksalah Hye Joo menerimanya.

Nyonya Jo mengantarkan Hye Joo keluar.

Hye Joo pamit.

Hye Joo berjalan dengan cepat, namun langkahnya tiba2 terhenti dan dia berpegangan ke sebuah mobil yang terpakir di sampingnya. Hye Joo berusaha menarik napasnya yang mulai memburu.

Yeo Jin lagi membersihkan meja Soo Bin.

Soo Bin tersenyum, membaca pujian orang2 untul Joong Do di internet.

“Nam Joong Do adalah dewa keadilan. Dia pantas dapat penghargaan nobel.”

Soo Bin : Orang-orang menyebut Pak Nam “Dewa Keadilan”. Kau pasti senang punya keluarga seheroik ini. Ya, ‘kan?

Yeo Jin terhenyak mendengar kalimat Soo Bin.

Hye Joo ke tokonya. Dia menaruh minyaknya di atas meja, dan duduk dibalik mejanya.

Dia mencoba menenangkan dirinya.

Woo Jae mengecek draft pernyataan resmi Joong Di di komputer Bit Na.

Woo Jae : Semua sudah bagus, kecuali ini. Tinggal ganti bagian “merasa bingung dengan berita tak terduga tersebut” menjadi “menyayangkan”.

Bit Na : Bagus. Mantan wartawan memang beda.

Ja Young menerima balas surel dari Joong Do.

Dia kaget, apa ini? Pak Nam membalas surel.

Min Seok : Punyaku juga.

Ja Young : Materi tambahan? Bagian ini rupanya. Dia teliti sekali.

Joong Do keluar.

Joong Do : Aku pamit ke acara debat dahulu.

Joong Do mengajak Woo Jae pergi.

Sebelum pergi, Woo Jae menyuruh Bit Na mengirim draft ke nomor Joong Do begitu selesai.

Di depan lift, Joong Do membaca draft pernyataannya.

Joong Do : Rilis pernyataannya.

Woo Jae : Baik.

Woo Jae pun langsung mengirimkan pesan ke Bit Na.

Woo Jae : Sudah disetujui.

Mereka masuk ke lift.

Woo Jae : Mayoritas reaksi warganet membelamu dan pemberitaannya akan berakhir hari ini. Untuk rumah dukanya, di RS Universitas Kwangsun. Kau tak akan melayat, ‘kan? Publik sudah memihak kita. Bila kau melayat, kau bisa terkesan berduka atas kematian seorang pelaku kekerasan seksual.

Seorang pria masuk membawa barang.

Woo Jae : Aku hanya berantisipasi.

Joong Do diam saja.

Anggota Dewan Kang dan Ketum Woo bertemu di depan area parkir tempat acara debat.

Mereka lantas masuk bersama.

Mereka menunggu di depan lift yang berbeda.

Anggota Dewan Kang nyari ribut.

Anggota Dewan Kang : Omong-omong, Bu Woo. Kau pasti pusing gara-gara berbagai kontroversi yang melanda Pak Nam Joong Doo.

Ketum Woo : Kontroversi itu biasa di Yeouido, bahkan sampai dibuat-buat. Jadi, mana ada politikus yang tak punya kontroversi.

Anggota Dewan Kang : Kendati begitu, kontroversi pun ada batasnya. Lompat bunuh diri setelah menyerang di depan umum itu keterlaluan. Aku sungguh mencemaskan apa Pak Nam bisa melewati situasi menyulitkan ini.

Ketum Woo : Sungguh mengejutkan. Kukira kau akan senang karena kontroversi dugaan investasi properti spekulatif keluarga istrimu yang dibeberkan oleh Pak Nam akan terbenam berkat kejadian ini. Aku sempat mencemaskan bagaimana kau akan melewati kontroversi itu.

Anggota Dewan Kang : Apa maksud…

Lift terbuka. Ketum Woo dan ajudannya langsung masuk.

Anggota Dewan Kang kesal, dasar…

Bit Na baru saja menerima telepon yang menyenangkan terkait Joong Do.

Min Seok : Telepon untuk memuji Pak Nam lagi?

Bit Na : Ya. Katanya dia akan terus mendukung Pak Nam karena sudah berjasa membuang sampah barang bekas. “Sampah barang bekas” itu hanya kutipan dari penelepon tadi, bukan pendapatku.

Ja Young : Alangkah baiknya bila dia mendukung dengan dana bantuan, bukan cuma di mulut.

Min Seok : Benar. Syukurlah masalah tadi bisa dilalui dengan baik, padahal aku sempat cemas.

Ja Young : Benar. Kini aku jadi lelah sekali karena tadi tegang. Siapa yang mau minum-minum sepulang kerja?

Min Seok : Aku. Mau kupesankan tempat?

Yoon Seo berjalan di koridor sama Da Som, sambil minum.

Yoon Seo : Makan siangnya enak.

Da Som : Tumis terungnya enak katamu?

Yoon Seo : Ya, menurutku enak.

Mereka tiba di kelas. Dua teman mereka mendekati Yoon Seo.

“Yoon Seo, kau sudah lihat berita? Hebat sekali.”

“Apa yang hebat?”

“Kau belum lihat? Mahasiswa kedokteran yang harus dipenjara menurut ayahmu di berita itu katanya lompat bunuh diri. Ayahmu keren sekali. Sangat heroik.”

“Benar. Luar biasa.”

“Orang macam dia percuma masuk penjara. Hanya buang-buang uang pajak. Kuharap para pembunuh dan pencuri pun bunuh diri semua.”

Yoon Seo kaget mendengarnya.

Da Som : Kuharap tukang selingkuh pun mati semua.

Da Som menuju bangkunya.

Kita beralih ke Jin Seung Hee yang duduk di pesawat bersama seorang pria.

Seung Hee mengeluarkan sebuah buku kecil dari tasnya. Dia menggenggam erat buku itu dan pria itu melihatnya.

Choi Ki Young yang terjebak kemacetan, menyalakan radionya.

Ada berita tentang Anggota Dewan Kang.

“Inti dugaan investasi properti spekulatif yang melibatkan Anggota Parlemen Kang dari Partai Abdi Negara ialah terpilihnya satu hektare tanah persawahan di Youngsan, Chungcheong Utara, yang dibeli sang adik ipar tahun lalu lewat informasi internal sebagai kawasan penataan kembali oleh Kementerian Agraria…”

Ki Young mematikan radionya.

Seung Hee beranjak keluar dari bandara sambil mendorong kopernya.

Seorang supir menghampirinya.

“Mau diantar ke mana?”

“Youngsan.”

“Baik, ke Youngsan. Sebentar. Youngsan? Youngsan yang di Chungcheong Selatan?”

“Chungcheong Utara.”

“Rasanya agak sulit kalau ke luar Provinsi Gyeonggi.”

“Kubayar dua kali lipat.”

Tapi Ki Young datang.

Ki Young : Seung Hee-ya.

Seung Hee : Hei, Ki Young.

Bersambung ke part 2…

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
Read More

The Empire Eps 4

Tentangsinopsis.com – Sinopsis The empire Episode 4, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada DISINI.baca episode sebelumnya disini…