Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 2 part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini
Sebelumnya…
Seorang gadis muda datang pada Hye Joo.
Dia mengaku tengah mengandung anak Ji Hoon.
Sontak lah Hye Joo kaget mendengarnya.
Sementara di kantor, Joong Do bersama Woo Jae tengah menonton berita Ji Hoon.
Di berita disebutkan bahwa polisi menemukan satu gram sabu di saku putra Anggota Majelis Nam Joong Do yang jasadnya ditemukan 15 hari lalu. Menurut Kantor Polisi Sinyang, mereka menemukan tas kecil yang bisa ditutup kembali mengandung satu gram sabu serta telepon sekali pakai.
Hye Joo membawa gadis itu masuk.
Gadis itu menunjukkan hasil tes kehamilannya pada Hye Joo.
Hye Joo bilang gadis itu tak perlu menunjukkan itu kepadanya.
Lalu gadis itu menunjukkan hasil tes darahnya. Dia bilang, hasil tes alat kehamilan bisa saja tak akuran jadi dia memutuskan tes darah kemarin. Dia juga menjelaskan arti angka yang ada di hasil tesnya, bahwa dia hamil lima minggu, yang artinya dia hamil 3 minggu yang lalu.
Itu sekitar sepuluh hari setelah pembebasan Ji Hoon dan tiga atau empat hari sebelum kecelakaannya. Tapi dia tidak bisa menentukan tanggal pastinya.
“Aku bilang aku akan mengambil sonogram lain kali.” ucap gadis itu.
Hye Joo melirik perut gadis itu yang masih kecil. Gadis itu bilang itu hanya perut normalnya sembari tertawa. Namun tawa gadis itu langsung hilang saat melihat Hye Joo menatapnya dengan serius.
Gadis itu kemudian bilang kalau dia mau menunjukkan fotonya bersama Ji Hoon tapi ponselnya hilang kemarin jadi dia hanya bisa memberitahu Hye Joo dengan kata-kata. Dia lalu berusaha meyakinkan Hye Joo kalau dia dan Ji Hoon benar-benar pacaran dan mereka bertemu melalui teman mereka.
“Anda baru saja memberinya apartemen studio, bukan? Unit 507, Apartemen Ujeong. Tingkat terpisah. Kami tinggal di sana bersama.”
“Apakah Ji Hoon tahu bahwa kau hamil, Soo Bin-ssi?”
“Tidak. Aku baru tahu kemarin.”
“Apakah kau datang ke aula pemakaman?”
“Ya, tentu saja. Rumah Duka Sinyang. Aula besar itu.”
“Aku sedikit kalut dari itu pada hari itu, tapi aku tidak ingat pernah melihat salah satu teman Ji Hoon.”
“Tidak ada orang lain yang datang? Aku tidak percaya mereka. Jangan khawatir tentang mereka. Mereka mungkin terlalu terkejut. Aku pergi sendiri, tetapi aku tidak menandatangani buku tamu. Rasanya tidak benar.
Ada banyak pengunjung. Aku berdiri dalam antrean dengan orang asing dan menyalakan dupa. Tidak apa-apa jika anda tidak dapat mengingatnya. Tapi aku belum pernah ke kolumbariumnya. Aku tidak tahu di mana itu. Tolong bawa aku bersamamu lain kali. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal padanya.”
“Tentu. Terima kasih. Jadi, apakah orang tuamu tahu tentang situasi ini?”
“Tidak. Aku tidak punya orang tua. Sama seperti anda.”
Hye Joo kaget Soo Bin tahu dia yatim piatu. Soo Bin bilang Ji Hoon memberitahunya. Dan dia tidak sedang berusaha mengorek informasi Hye Joo. Soo Bin lalu meminta Hye Joo mengizinkannya tinggal sama mereka. Hye Joo terkejut dengan permintaan Soo Bin.
Di ruang kerja, Hye Joo menghubungi Yeo Jin.
Setelah itu, dia pun kembali menghampiri Soo Bin.
Hye Joo menawari Soo Bin minum. Dia bilang dia punya teh dan kopi.
Soo Bin : Aku boleh minum kopi?
Hye Joo : Aku tidak yakin. Beberapa orang minum satu cangkir sehari.
Soo Bin : Lalu aku akan minum jus atau teh. Hanya untuk aman.
Hye Joo : Tentu.
Hye Joo pun langsung ke dapur. Dia membuka kulkas dan mengambil seteko jus dari sana.
Saat menuangkan jusnya ke dalam gelas, Hye Joo pun sambil mengintip Soo Bin. Jus nya pun tumpah. Hye Joo bergegas mengambil kain lap. Lalu dia coba menenangkan dirinya.
Seketarisnya Anggota Dewan Kang menunjukkan sesuatu di ponsel pada Anggota Dewan Kang. Rupanya, yang ditunjukkannya adalah berita Ji Hoon memakai sabu-sabu. Anggota Dewan Kang langsung mencibir Joong Do. Dia bilang, Joong Do sangat tidak kompeten karena membiarkan kasus narkoba Ji Hoon tercium media.
Anggota Dewan Kang : “Seseorang harus menjaga rumahnya dalam damai untuk memerintah dunia dalam damai.” Bagaimana dia bisa mengatur urusan negara ketika dia bahkan tidak bisa membesarkan putranya dengan benar? Hyeong Tae-ya, nyalakan televisi.
Hyeong Tae pun bergegas menyalakan TV.
Sedang ada konferensi pers terkait kontroversi yang menyandung Joong Do.
Anggota Dewan Kang duduk manis menontonnya.
Tim Joong Do juga menonton berita itu.
“Anggota Majelis Nam Joong Do dari Partai Daehan harus bertanggung jawab untuk menutupi kepemilikan narkoba putra sulungnya, dugaan penyalahgunaan untuk bantuan khusus dia meminta penyelidikan di Kantor Polisi Sinyang, dan mundur dari kantornya.
Kasus pelarian sederhana yang melibatkan putrinya menyebabkan pengiriman darurat dari 30 detektif unit kejahatan kekerasan. Ini jelas merupakan penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan di daerah pemilihannya oleh Anggota Majelis Nam Joong Do.”
Bit Na mematikan televisi.
Min Seok mengecek internet.
Min Seok : Ada banyak komentar jahat yang menyebutnya pecandu.
Bit Na : Kita tidak punya alasan. Maksudku, metamfetamin? Aku tahu aku seharusnya tidak berbicara buruk tentang orang mati, tapi ini mengerikan. Bagaimana kita akan menambal ini?
Min Seok : Sejujurnya, jika tidak berakhir di sini, dia mungkin telah melakukan sesuatu yang lebih buruk.
Bit Na : Partai Abdi Negara mungkin sedang bergembira saat ini. Ditambah perlakuan khusus untuk mencari putrinya.
Ja Young : Siapa yang akan duduk-duduk dan menunggu ketika kau tidak dapat menghubungi putri remajamu sepanjang malam? Kita membayar pajak dan memiliki kantor polisi sehingga mereka dapat membantu kita ketika anak-anak kita hilang. Dan bagaimana mereka bisa melakukan ini kepada seseorang yang baru saja kehilangan putranya? Mereka hanya mengerikan.
Bit Na : Kita berada di Yeouido. Kau tahu bagaimana itu dalam politik.
Mereka semua pun kembali ke meja mereka masing-masing.
Di ruangannya, Joong Do terdiam.
Woo Jae melirik Joong Do dengan tatapan iba.
Joong Do memeriksa ponselnya. Ada banyak sekali pesan dan panggilan tidak terjawab.
Joong Do lalu menghubungi seseorang.
Joong Do : Annyeonghasimnikka Sonsaengnim.
Hye Joo terus menatap Soo Bin. Seperti akan mengatakan sesuatu tapi dia bingung mengatakannya. Soo Bin mengetahui itu. Dia pun tanya, apa ada yang ingin Hye Joo katakan kepadanya. Hye Joon pun bertanya.
Hye Joo : Apakah Ji Hoon….
Tapi Yeo Jin datang. Hye Joo tak jadi bertanya. Yeo Jin terdiam menatap Soo Bin. Soo Bin menyapa Yeo Jin.
Yeo Jin pun menanyai Soo Bin di depan Hye Joo.
Yeo Jin : Kau kehilangan ponselmu jadi kau tidak punya foto atau pesan teks? Lalu bagaimana kita harus percaya bahwa kau dan Ji Hoon sedang menjalin hubungan?
Soo Bin : Aku sudah menjelaskan semuanya padanya. Kau ingin aku menggambar denah apartemennya?
Yeo Jin : Itu informasi yang bisa dimiliki semua temannya yang lain.
Soo Bin : Aku tinggal di sana bersamanya.
Yeo Jin : Ji Hoon terlibat dalam insiden ini lima belas hari setelah pembebasannya. Aku pikir itu berlebihan untuk mengatakan kau tinggal bersamanya setelah menghabiskan 15 hari bersama.
Soo Bin : Lima belas hari tidak sesingkat itu. Kami melakukan semua yang kami bisa.
Yeo Jin : Kau mungkin belum bertemu orang tuamu setelah perceraian mereka, tetapi kau memiliki nomor mereka, kan?
Soo Bin : Tidak. Aku bahkan tidak tahu di mana mereka tinggal.
Yeo Jin : Apa kau punya wali lain?
Soo Bin : Tidak ada. Aku sudah dewasa. Aku bukan remaja.
Yeo Jin : Aku bahkan tidak tahu umurmu. Berapa usiamu? Bagaimana dengan sekolah?
Soo Bin : Aku lahir pada tahun 2001. Sama seperti Ji Hoon. Aku keluar dari SMA Seongseol. Tapi bukan dikeluarkan. Aku hanya tidak ingin pergi.
Yeo Jin : Kau ingin melahirkannya?
Soo Bin : Menurutmu bagaimana?
Hye Joo : Sesange…
Yeo Jin : Hye Joo-ya, kau dengar itu, kan?
Hye Joo bingung harus bagaimana.
Woo Jae menunggu diluar mobil.
Di mobil, Joong Do lagi bicara dengan detektif. Detektif memberikan hasil tes darah Ji Hoon. Hasil itu mengatakan tes darah Ji Hoon negatif narkoba tapi kadar alkohol dalam darahnya berada pada tingkat keracunan alkohol akut.
Joong Do : Akumengerti.
Detektif : Aku mencoba untuk tidak membiarkan berita keluar tentang kepemilikan narkoba anakmu, tapi… maafkan aku.
Joong Do : Tidak masalah. Aku tidak berharap itu disembunyikan selamanya.
Detektif : Tapi Anggota Majelis Nam. Tim Narkotika melakukan serangkaian penangkapan baru-baru ini, dan mereka menemukan sambungan ke telepon sekali pakai putra anda. Dan menurut sebuah pengakuan, ada transaksi, termasuk kamar kecil di tepi Sungai Han. Dan putra anda tertangkap kamera di pintu masuk kamar kecil.
Joong Do terhenyak mendengarnya.
Soo Bin duduk di ruang makan. Yeo Jin memberinya makan.
Lalu Yeo Jin bergegas ke Hye Joo yang menunggu di ruang tamu.
Yeo Jin : Kau belum mendengar kabar dari Joong Do?
Hye Joo : Tidak, aku meninggalkan pesan untuknya, tapi dia belum menelepon. Dia pasti sibuk. Jadi aku belum menelepon lagi.
Yeo Jin : Benar. Lagipula dia akan pulang nanti.
Ponsel Hye Joo berdering.
Hye Joo pamit pada Yeo Jin untuk menjawab telepon.
Hye Joo : Ya, Yoon Seo-ya?
Hye Joo masuk ke ruang kerja.
Soo Bin memperhatikan Hye Joo, lalu dia tanya ke Yeo Jin siapa Yoon Seo.
Soo Bin : Siapa Yoon Seo?
Yeo Jin : Aku menduga Ji Hoon tidak pernah bercerita tentang adik perempuannya.
Soo Bin : Begitu rupanya.
Hye Joo bilang pada Yoon Seo kalau dia tidak tahu kenapa ada narkoba di saku Ji Hoon tapi dia yakin itu bukan milik Ji Hoon. Hye Joo juga meyakinkan Yoon Seo kalau semua akan baik-baik saja. Dia menyuruh Yoon Seo fokus pada bimbel dan segera pulang setelah selesai.
Hye Joo menyudahi teleponnya. Lalu dia memeriksa internet. Ada berita tentang Joong Do yang ditekan untuk mundur dari jabatan karena skandal Ji Hoon.
Hye Joo makin resah.
Joong Do tengah mendengarkan keluh kesah para warga yang datang ke kantornya.
“Aku amat merasa senang karena adanya jalan baru berkat pembangunan kembali untuk Distrik Seonghan 2.”
“Penduduk di sini sudah cukup lama menderita karena rusaknya jalan dan bangunan.”
“Proyek ini tertunda karena tidak memiliki potensi bisnis.”
Lalu dia minum2 dengan para warga.
Rupanya para warga ingin menghiburnya.
Setelah itu, dia menghadiri reuni SMA Jicheong, SMA nya.
Woo Jae yang duduk menjauh dari reuni Joong Do, membaca komentar negatif tentang Ji Hoon di internet.
“Jangan bohong. Kami tahu itu sabu-sabu. Istirahat yang tenang, pecandu.”
Woo Jae mengantarkan kolega Joong Do yang mabuk ke mobil.
Dia lalu memangil Joong Do.
“Joong Do-ya! Sampai bertemu lagi.”
Kolega Joong Do pun pergi.
Woo Jae memegangi Joong Do yang nyaris jatuh.
Woo Jae : Anda baik-baik saja, Pak?
Joong Do : Aku baik-baik saja.
Joong Do lalu memejamkan matanya dan mendongakkan wajahnya ke atas.
Hari sudah malam.
Soo Bin tengah menonton televisi. Lalu dia tertawa. Hye Joo dan Yeo Jin pun sontak melihat ke arahnya.
Bel berbunyi.
Terdengar suara Woo Jae memanggil Hye Joo, Samonim.
Tak lama, Hye Joo keluar.
Woo Jae bilang Joong Do banyak minum hari ini, padahal biasanya tak begitu. Woo Jae minta maaf pada Hye Joo.
Hye Joo : Tidak masalah.
Woo Jae : Biarkan aku mengantarnya ke dalam.
Hye Joo : Tunggu, Woo Jae-ssi.
Hye Joo memberitahu Joong Do di mobil.
Joong Do berusaha menahan rasa kesalnya mendengar cerita Hye Joo.
Joong Do : Jadi? Apa yang dia inginkan?
Hye Joo : Dia ingin tempat tinggal. Dia tidak punya tempat tujuan.
Joong Do : Bagaimana dengan bayinya? Apa rencananya?
Hye Joo : Dia belum tahu.
Joong Do : Dia tidak tahu?
Hye Joo : Dia pasti agak bingung dengan semua itu. Dia masih muda dan kehamilannya tiba-tiba. Dan, Ji Hoon juga tidak ada. Tapi sayang. Sedangkan untuk bayinya, apa pun yang dia putuskan untuk dilakukan dengan bayinya, kita tidak punya hak untuk memberitahunya apa yang harus dilakukan. Kau tahu itu kan?
Joong Do : Aku tahu. Aku bersedia tapi meski begitu, dia menerobos masuk dan memintamu membiarkannya tinggal tanpa rencana?
Hye Joo : Aku sudah bilang. Dia tidak punya uang dan tidak punya tempat tujuan. Jika kita membiarkan dia tinggal selama beberapa hari, dia akan mencari tahu apa yang harus dilakukan. Aku akan memberitahunya dia bisa tinggal untuk–
Joong Do : Tidak, kirim dia ke tempat lain. Kau bisa kan mencari tempat untuknya?
Hye Joo : Di tempat lain? Mengapa?
Joong Do : Aku tidak menginginkannya. Aku tidak ingin dia ada di rumah kita.
Hye Joo : Tunggu. Dia mengandung anak Ji Hoon dan dia tidak punya tempat tujuan. Dan kau ingin aku mengusirnya hanya karena kau tidak menginginkannya?
Joong Do pun penasaran kenapa Hye Joo begitu keras ingin Soo Bin tinggal sama mereka.
Hye Joo : Dia hanya mengingatkanku pada diriku sendiri. Dia tidak punya orang tua, tidak punya uang, dan tidak punya tempat tujuan.
Kita diperlihatkan flashbak saat Hye Joo remaja turun dari bus trayek Yeongsan ke Gangnam.
Flashback end…
Hye Joo : Dia mengingatkanku pada diriku sendiri, saat aku pertama kali tiba di Seoul. Aku tahu bagaimana rasanya sendirian tanpa siapa pun untuk bergantung.
Bagaimana aku bisa menyuruhnya pergi ke tempat lain ketika aku memiliki rumah yang sangat bagus? Dan aku seusianya ketika aku memiliki Yoon Seo. Setidaknya aku memilikimu saat itu. Tapi dia benar-benar sendirian.
Joong Do : Apakah kau percaya padanya? Bahwa Ji Hoon ayah bayinya? Bagaimana kau bisa percaya padanya? Bisakah dia membuktikannya? Tidak, kan?
Hye Joo : Bagaimana denganmu? Bagaimana kau tahu Yoon Seo adalah putrimu?
Joong Do terdiam mendengarnya.
Joong Do masuk, wajahnya terlihat marah.
Soo Bin berdiri dan menyapa Joong Do.
Suasana langsung berubah tegang.
Hye Joo menyusul Joong Do ke dalam.
Dia cemas, yeobo.
Mereka berlima duduk, membicarakan masalah bayi Ji Hoon yang dikandung Soo Bin.
Joong Do : Apa Ji Hoon benar-benar ayahnya?
Hye Joo : Yeobo, kau mabuk. Mari bicara besok.
Tapi Joong Do menatap Hye Joo dan memberi isyarat dia baik-baik saja.
Joong Do meminta Soo Bin berkata jujur apakah Ji Hoon atau bukan bayi di kandungan Soo Bin.
Soo Bin : Apakah kau ingin tahu kapan, di mana, dan bagaimana kami melakukannya? Aku rasa kau tidak mempercayainya. Baik. Aku mengerti. Aku akan menggugurkannya.
Hye Joo : Tunggu…
Soo Bin : Kudengar itu tidak ilegal lagi. Ini akan terlihat bagus di berita juga. Aku punya anak dengan putra anggota dewan, tapi mereka mengusirku dari rumah mereka. Menarik, bukan?
Joong Do makin kesal sama Soo Bin tapi dia masih menahan dirinya.
Yoon Seo datang dan melabrak Soo Bin.
Hye Joo dan Yeo Jin langsung memegangi Yoon Seo.
Yoon Seo : Jaga bicaramu! Ayahku bukanlah seseorang yang bisa kau ajak bicara seperti itu. Dan hal yang sama berlaku untuk Nam Ji Hoon. Tidak peduli seberapa besar bajingan dia.
Soo Bin marah, bajingan?
Soo Bin pun berdiri, aku tidak pernah berpikir dia bajingan. Itu sebabnya nasibku begini.
Yoon Seo : Nasib? Ya, kau bernasib seperti itu karena hidup serampangan!
Hye Joo : Cukup, Yoon Seo!
Tapi Soo Bin terus bicara.
Soo Bin : Itu benar, karena itulah Nam Ji Hoon berakhir seperti itu.
Hye Joo : Soo Bin-ssi!
Yoon Seo mau menghajar Soo Bin tapi dihentikan Yeo Jin dan Hye Joo.
Yoon Seo minta ibunya melepaskannya. Lalu dia mengatai Soo Bin jalang gila.
Joong Do : Yoon Seo-ya, cukup.
Yoon Seo tak berhenti.
Yoon Seo : Narkoba itu milikmu, kan?
Soo Bin : Narkoba?
Yoon Seo : Mereka menemukan sabu-sabu di saku Ji Hoon. Bukankah itu milikmu?
Soo Bin : Itu bukan aku. Itu benar-benar bukan aku. Aku tidak tahu apa-apa tentang itu.
Yoon Seo : Berhenti berpura-pura!
Joong Do : Nam Yoon Seo, aku menyuruhmu berhenti!
Joong Do juga menyuruh Soo Bin berhenti.
Yoon Seo : Appa, dia hanya jalang gila. Jadi usir saja dia sekarang.
Hye Joo : Yoon Seo, hentikan itu dan naik ke atas. Eonni, bisakah kau membawanya?
Tapi Yoon Seo gak mau naik.
Hye Joo marah, cukup! Orang dewasa sedang berbicara!
Yoon Seo : Mengapa? Kenapa aku tidak boleh ikut? Aku juga bagian dari keluarga ini! Aku adik Kak Ji Hoon! Jujur, aku dulu berharap dia mati. Dia selalu berakhir di berita dan menghalangi ayah dan menghancurkan hatimu. Jadi aku berharap bahwa dia akan mati sepanjang waktu. Tetapi aku tidak berpikir dia benar-benar akan melakukannya.
Soo Bin : Kau sendiri mengatakan bahwa dia adalah bajingan.
Yoon Seo : Ya, dan kau mengandung anak bajingan. Selamat.
Hye Joo : Nam Yoon Seo!
Joong Do : Cukup, Nam Yoon Seo!
Yoon Seo : Kenapa kau meneriakiku?
Yoon Seo lari keluar. Yeo Jin mengejar Yoon Seo.
Woo Jae yang sedari tadi diam, akhirnya bicara.
Woo Jae : Tidak masalah jika apa yang kau katakan itu benar. Tapi ini rumah Ji Hoon dan mereka keluarganya. Kau disini untuk memeras mereka? Tidak, kan? Tapi jika kau terus menggerakkan mulutmu seperti saat ini, maka kau terlihat seperti akan memeras mereka.
Soo Bin terdiam.
Hye Joo mengajak Soo Bin ke atas. Dia menyuruh Soo Bin tidur di kamar Ji Hoon.
Hye Joo : Ini kamar mandi.
Soo Bin kemudian terdiam. Hye Joo mengerti kalau Soo Bin butuh baju ganti. Hye Joo lalu membawa Soo Bin ke kamar Ji Hoon.
Hye Joo membawakan handuk dan baju ganti untuk Soo Bin.
Hye Joo : Aku tidak yakin apakah pakaian ini akan cocok. Kamarku tepat di seberangmu jadi beri tahu aku jika kau butuh sesuatu.
Soo Bin : Oke.
Hye Joo : Beristirahatlah, kalau begitu.
Tapi kemudian Hye Joo menatap Soo Bin lagi.
Hye Joo : Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu.
Soo Bin : Tentu.
Hye Joo : Kebetulan, apakah Ji Hoon memaksamu dengan cara apa pun tanpa persetujuanmu?
Soo Bin : Apa dia memaksakan dirinya padaku? Tidak, tidak seperti itu. Ji Hoon tidak serendah itu. Jika dia begitu, aku akan berada di kantor polisi.
Hye Joo : Benar. Baiklah kalau begitu. Istirahatlah.
Hye Joo terdiam di depan kamar Ji Hoon.
Soo Bin menatap foto masa kecil Ji Hoon.
Bersambung ke part 2…