Trolley Eps 11 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 11 part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini

Hye Joo hendak pergi, tapi begitu membuka pagar, dia dikejutkan dengan para wartawan yang langsung mengerubunginya. Wartawan meminta penjelasan Hye Joo, soal insiden 20 tahun lalu. Hye Joo pun teringat saat Seung Ho melecehkannya. Lalu dia ingat ketika Seung Hee memanggilnya pembunuh dan saat dia diusir dan diteriaki oleh Nyonya Lee ketika dia datang ke pamakaman Seung Ho.

Ternyata itu semua mimpi Hye Joo.

Hye Joo terbangun dengan wajah penuh keringat. Lalu dia menoleh ke sampingnya dan Joong Do sudah tidak ada.

Hye Joo tengah membeli kertas.

Usai membeli kertas, dia bertemu dengan Min Seok dan Ja Young n di jalan.

Melihat Hye Joo, Min Seok dan Ja Young yang tadinya berpegangan tangan, langsung melepaskan pegangan mereka.

Mereka pun ke kedai kopi.

Min Seok memesan kopi, minta enam Amerikano panas untuk dibawa pergi.

Hye Joo : Tolong yang satunya jangan kopi. Suamiku tak minum kopi.

Ja Young ngasih tahu Hye Jo kalau Joong Do suka kopi belakangan ini.

Hye Joo sedikit terkejut, begitu, ya? Berarti semuanya kopi saja.

Min Seok : Tidak, yang satunya ganti teh saja. Lima kopi dan satu teh.

Sambil menunggu pesanan, mereka duduk dan bicara.

Min Seok dan Ja Young sibuk menjelaskan tadi mereka darimana.

Ja Young : Jadi, kami tadi habis…

Min Seok : Kau tahu ibu pemilik kios minyak, ‘kan? Pasti kau tahu. Kami menemuinya karena masalah RUU, sedangkan Pak Nam ada rapat di kantor kecamatan Sinyang, jadi, kami berjanji untuk bertemu di kantor daerah.

Hye Joo mengangguk-angguk.

Mereka saling diam lagi. Suasana terasa begitu canggung diantara mereka.

Min Seok bicara lagi.

Min Seok : Begini… Selama ini pasti berat bagimu.

Hye Joo : Apa?

Hye Joo lalu paham maksud Min Seok.

Hye Joo : Benar juga. Soal itu… Aku belum sempat berterima kasih atas bantuannya di pemakaman putraku. Terima kasih banyak.

Min Seok : Bukan, maksudku, soal tragedi bunuh diri di Youngsan dahulu.

Hye Joo kaget, soal itu?

Ja Young : Terima kasih atas keputusanmu. Kemarin, Bu Kim Bit Na sudah bersusah payah membuat pernyataan resmi kasusmu dari siang sampai malam.

Hye Joo : Ya, terima kasih.

Tapi kemudian Hye Joo sadar ada yang salah.

Hye Joo : Sebentar. Dari kemarin siang?

Ja Young : Ya. Dari kemarin siang.

Kita diperlihatkan flashback, ketika Joong Do mengajak tim nya mengungkap kasus Hye Joo sebelum Anggota Dewan Kang buka mulut.

Bit Na cemas, apa istrimu tak keberatan? Dampaknya pasti besar.

Joong Do : Istriku setuju karena sadar pasti akan begini jadinya. Aku hanya sedang mencari waktu tepat. Tolong buatkan pernyataan resminya.

Hye Joo ingat kata2 Joong Do padanya tadi malam.

Joong Do : Aku akan menunggu sampai kau mengizinkanku mengungkap masa lalumu.

Hye Joo kesal.

Min Seok : Kami akan berupaya semaksimal mungkin.

Ja Young : Ya, kami akan bekerja keras.

Joong Do datang, kudengar kau disini.

Hye Joo berusaha menahan rasa kesalnya.

Lalu alat di tangan Ja Young berkedip, pertanda pesanan sudah selesai.

Ja Young dan Min Seok bergegas mengambil pesenan mereka.

Joong Do duduk.

Joong Do : Kau habis beli kertas?

Hye Joo : Ya. Yeobo, tadi aku dengar ini dari Bu Ja Young. Apa benar kau meminta izinku tadi malam untuk mengungkap tragedi Youngsan setelah memutuskan sendiri kemarin siang? Benarkah itu?

Joong Do mengakui itu benar.

Hye Joo pun menarik napasnya dengan raut wajah kesal.

Min Seok dan Ja Young datang membawa pesanan.

Joong Do : Kalian lebih dahulu saja.

Ja Young meletakkan teh di depan Joong Do, lalu pergi.

Joong Do : Aku akan berterus terang. Benar. Kemarin siang sudah kuputuskan. Sebagaimana perkataanku kemarin, Pak Kang memang sepakat untuk bungkam, tetapi tinggal tunggu waktu untuk Bu Jin atau ibunya mengungkapnya. Meski kau tak bersalah sama sekali, semua pasti kelabakan jika isunya meledak. Maka itu harus kita ungkap lebih dahulu. Jadi, kami hanya bersiap lebih awal.

Hye Joo : “Hanya”? Hanya, katamu? Mestinya kau bertanya kepadaku lebih dahulu.

Joong Do : Makanya aku minta izin.

Hye Joo : Kau memang minta izin, tetapi setelah memutuskan semuanya. Lantas, buat apa kau minta izin kalau sudah memutuskan sendiri? Bagaimana bila tak kuizinkan? Kau hendak memaksaku?

Joong Do : Tidak. Aku bisa saja memaksamu tetapi aku minta izin sebab menghargaimu. Aku sudah menduga kau akan mengizinkannya.

Hye Joo makin kesal dengan jawaban Joong Do.

Hye Joo : Aku sampai tak tahu harus berkata apa. Ini bukan perkara sepele. Aku mengambil keputusan setelah merenungkannya matang-matang kemarin.

Joong Do : Maaf. Aku mengaku salah. Kasus itu bisa meledak kapan saja, jadi, aku ingin bersiap sesegera mungkin. Aku terlalu tergesa-gesa. Maafkan aku.

Joong Do ke kantor daerah dengan wajah kusut.

Lalu dia melihat ke arah tim nya yang sudah berkumpul.

Joong Do pun mengatur wajahnya agar terlihat ceria. Lalu dia bergegas masuk.

Direktur Yoo : Wajahmu tampak cerah setelah berkencan.

Joong Do : Kentara, ya? Agenda hari ini padat. Kita mulai saja rapatnya?

Min Seok : Pak Nam, mau kubuatkan teh?

Joong Do : Tolong buatkan kopi saja.

Hye Joo masih di kedai kopi. Dia berusaha menenangkan dirinya.

Sementara di depannya, ada teh yang dia pesan buat Joong Do, tapi tak diminum Joong Do sama sekali.

Anggota Dewan Kang di ruangannya, bicara di telepon dengan Nyonya Lee.

Nyonya Lee sendiri lagi di perjalanan.

Nyonya Lee : Apa katamu, Soon Hong? Dia membahas Pak Park?

Anggota Dewan Kang : Benar.

Nyonya Lee : Dia tahu Pak Park dari mana?

Anggota Dewan Kang : Mana aku tahu?

Nyonya Lee : Lalu bagaimana?

Anggota Dewan Kang : Biar aku yang mengurus masalah ini. Kau cukup waspada saja.

Nyonya Lee : Waspada saja mana cukup? Jangan-jangan nanti kita kena batunya.

Anggota Dewan Kang : Kalau masalah ini jadi perkara, aku yang paling repot, bukan kau. Pemilu sebentar lagi.

Nyonya Lee : Aku juga repot. Kau sendiri yang memintaku memercayaimu, tetapi kini dia tahu soal Pak Park.

Anggota Dewan Kang : Mestinya kita bertemu dan cari solusi.

Nyonya Lee : Lantas kau mau membungkam si anggota parlemen itu dengan cara apa?

Anggota Dewan Kang : Diam saja kalau kau tak tahu apa-apa! Tahukah kau kalau istri Nam Joong Do itu penyebab kematian Seung Ho dahulu?

Nyonya Lee kaget, apa katamu? Dia Kim Jae Eun?

Hye Joo menenangkan dirinya sejenak di toko.

Tak lama setelah itu, dia pun membongkar belanjaannya tadi lalu mulai bekerja.

Tapi pandangannya kemudian mengarah ke paketnya yang kemarin diterimanya.

Dia pun membuka paketnya. Hanya ada foto2 Ji Hoon di sana.

Hye Joo lantas menghubungi seseorang.

Hye Joo : Ini paman Ji Hoon, kan? Aku ibunya… Ya. Kabarmu baik, ‘kan? Ibumu juga baik? Begini, aku ingin memastikan alamatmu karena hendak mengirim paket ke sana.

Hye Joo pun ke kantor pos. Dia menuliskan data2, lalu membuang sampah bungkus paketnya ke tempat sampah. Tapi kemudian dia memungutnya lagi. Dia membukanya. Ada foto Soo Bin. Dia menyimpan foto Soo Bin dan bergegas mengirimkan foto2 Ji Hoon.

Seung Hee di tempat kerja Ki Young, tapi resepsionis bilang Ki Young lagi pergi ke kantor pusat di Seoul.

Seung Hee : Dia ke kantor pusat di Seoul?

Resepsionis : Kau punya janji temu dengannya?

Seung Hee : Tidak, aku hanya mampir saat lewat sini.

Lalu dua orang datang, formulirnya sudah kuisi.

Resepsionis : Kalau begitu, biar kuperkenalkan fasilitas kami.

Tapi, seorang reporter datang.

Reporter : Siang, aku ingin berkonsultasi soal program kursus golf di sini.

Resepsionis kebingungan.

Seung Hee langsung menawarkan diri untuk mengenalkan fasilitas kepada dua orang tadi.

Hye Joo lanjut bekerja.

Di tengah kesibukannya, dia dihubungi Ki Young.

Hye Joo : Halo, Ki Young-ah.

Ki Young sendiri lagi menyetir.

Ki Young : Ya, Hye Joo-ya. Apa kabar? Aku sedang menuju Seoul. Apa kita bisa bertemu?

Hye Joo : Sekarang? Boleh.

Woo Jae pamit pada rekan2nya mau ke kantor daerah. Bit Na pun langsung mendekati Woo Jae.

Bit Na : Kau mau menemui Pak Choi, ya?

Woo Jae : Ya. Aku takut berpapasan dengan Pak Kang jika bertemu di sini.

Bit Na : Benar. Begini… Sejujurnya, aku agak mencemaskan Pak Choi.

Woo Jae : Mengapa?

Bit Na : Penyerahan bukti investasi spekulatifnya memang tindakan tepat tetapi bisa dibilang dia mengkhianati istri beserta keluarganya. Bayangkanlah bila Bu Jin tahu hal ini. Dia pasti merasa amat terkhianati. Melihat permintaannya untuk merahasiakannya, kurasa dia tak berniat cerai. Andai ini adalah masalah aku dan suamiku, entah tindakan itu benar atau salah, aku pasti akan merasa amat gelisah. Di dunia ini tidak ada rahasia sempurna yang bisa disembunyikan selamanya.

Woo Jae : Pasti ada.

Bit Na : Apa?

Woo Jae : Maksudku, soal “rahasia sempurna”. Itu pasti ada.

Bit Na : Begitu rupanya. Tentu saja kita harus menjaga rahasia Pak Choi.

Woo Jae : Benar. Aku pamit dahulu.

Ki Young ke toko Hye Joo. Apa kau bersedia…

Ki Young ingat permintaannya waktu lalu ke Hye Joo.

Flashback…

Ki Young : Apa kau bersedia minta maaf soal kejadian Seung Ho? Walau tak bersalah, kau pun paham derita ditinggal mati seorang anak.

Flashback end…

Ki Young : Aku merasa kata-kataku waktu itu mungkin amat menyakitimu. Maafkan aku. Sepertinya aku terlalu mengutamakan perasaanku karena Seung Hee amat berharga bagiku. Terus terang, aku membantu suamimu demi kebaikan Seung Hee. Kuharap dia bisa melihat jati diri ibunya yang sebenarnya. Aku bertindak begini sendirian karena merasa itu demi kebaikannya.

Hye Joo : Namun, dia pasti sakit hati bila tahu masalah ini nanti.

Ki Young : Tentu saja. Namun, aku tak punya pilihan lain. Aku sudah penat, terlebih lagi Seung Hee. Aku berharap dia bisa lepas dari cengkaman bayang-bayang ibunya dan merasa lebih bahagia. Makanya aku ambil risiko. Aku yakin pasti ada yang berubah setelah masalah ini selesai. Bagaimanapun bentuk perubahan itu, yang penting berbeda daripada saat ini.

Hye Joo : Aku mempercayaimu. Semua pasti berjalan lancar, Ki Young-ah.

Ki Young : Terima kasih.

Nyonya Lee mencari2 alamat.

Dia heran karena tak ada agen properti di jalan yang dia lalui padahal dia mau nanya alamat.

Hye Joo mengantarkan Ki Young keluar. Tapi Hye Joo tiba2 tertawa.

Ki Young : Mengapa tertawa?

Hye Joo : Tiba-tiba aku teringat masa lalu.

Ki Young : Aku serius menyukaimu kala itu.

Hye Joo : Jujur, aku juga menyukaimu waktu itu.

Ki Young : Lantas, mengapa menolakku?

Hye Joo : Kau tahu sendiri Seung Hee begitu menyukaimu dahulu.

Ki Young : Karena itu rupanya. Itu memang benar.

Nyonya Lee kemudian datang dan terkejut melihat Ki Young lagi bicara sama seorang wanita.

Nyonya Lee lantas turun dari mobil dan memperhatikan Hye Joo. Dan dia pun ingat itu Jae Eun. Dia marah dan berjalan ke arah mereka, tapi tak sengaja mendengar obrolan mereka.

Hye Joo : Omong-omong, terima kasih kau sudah membantu suamiku mengungkap masalah investasi spekulatif mertuamu. Itu pasti keputusan berat bagimu.

Nyonya Lee mengamuk dan melabrak Ki Young.

Hye Joo dan Ki Young kaget Nyonya Lee ada di sana.

Nyonya Lee : Kau yang memberi tahu soal Pak Park kepada Nam Joong Do? Tega-teganya kau menusukku dari belakang, padahal aku sudah bermurah hati!

Nyonya Lee kemudian menampar Hye Joo.

Ki Young marah, ibu mertua! Jangan, Bu.

Nyonya Lee : Kau kira aku tak bisa menemukanmu selamanya setelah membunuh anakku dan kabur? Dasar jalang!

Ki Young berusaha menghentikan Nyonya Lee.

Nyonya Lee : Bisa-bisanya kau bersekongkol dengannya untuk menusukku dari belakang!

Ki Young : Itu tak benar, Bu.

Nyonya Lee : Apa yang tak benar? Aku sudah dengar semuanya!

Ki Young menyuruh Hye Joo masuk.

Lah, Hye Joo nya malah membeku.

Nyonya Lee : Kau senang setelah menipuku bersama pembunuh putraku?

Ki Young : Itu tak benar, Bu!

Nyonya Lee : Aku bersumpah tidak akan membiarkan kalian berdua lolos.

Nyonya Lee pergi.

Ki Young minta maaf dan pamit.

Seung Hee pulang dan mencari2 ibunya tapi dia tak menemukan ibunya.

Ponselnya berbunyi. Telepon dari sang ibu.

Nyonya Lee : Seung Hee-ya, kau lekas cerai dengan….

Dan terdengar suara tabrakan.

Seung Hee kaget, eomma!

Ki Young mencari Nyonya Lee.

Tak lama, dia menemukan mobil Nyonya Lee terlibat tabrakan.

Soo Bin menemui JD di kelab.

Soo Bin : Kembalikan ponselku.

JD : Soo Bin-ah, mengapa kau buru-buru sekali? Kita sudah lama tak bertemu.

Soo Bin : Kumohon kembalikan ponselku.

JD : Baiklah. Kau sudah bawa uangnya?

Soo Bin : Kembalikan, baru kutransfer.

JD : Baiklah. Ini. Ambillah.

JD mengembalikan ponsel Soo Bin.

JD : Memang ada yang penting di ponselmu? Mengapa tak beli ponsel baru saja dengan uang satu juta itu?

Soo Bin : Aku lebih suka pakai yang lama.

Soo Bin men-TF 1 juta won ke rekening JD.

Soo Bin : Sudah kutransfer.

JD : Terima kasih. Hampir lupa. Aku bertemu ibunya Ji Hoon.

Soo Bin kaget, ibu Ji Hoon? Bagaimana bisa?

JD : Jadi, begini…

JD keluar dari toko reparasi ponsel.

Dia membuka pola kunci ponsel Soo Bin dan melihat ada pesan dari Hye Joo.

JD pun memblokir nomor Hye Joo.

Tapi JD bohong sama Soo Bin.

JD : Ada panggilan masuk dari nomor tak dikenal, lalu kuterima karena kukira itu kau. Namun, ternyata ibunya Ji Hoon. Omong-omong, kudengar kau tinggal di rumahnya. Mengapa di rumah Ji Hoon? Memang kalian akrab sampai tinggal di rumahnya?

Soo Bin ingat jawaban ibunya pas dia tanya apa sang ibu ngasih tahu orang lain dia hamil.

Ibu Soo Bin : Memang ibu gila? Buat apa ibu bilang?

Flashback end…

Soo Bin : Dia dari keluarga kaya, ‘kan? Citra ayahnya pun bagus sebagai anggota parlemen. Makanya aku ke sana. Siapa tahu ada yang bisa kucuri.

JD : Lalu? Kau berhasil mencuri sesuatu?

Soo Bin : Tidak. Tidak ada uang di rumah itu.

JD : Tentu saja. Intinya, ibu Ji Hoon terlihat kesal sekali karena kau pergi tanpa pamit, padahal sudah diberi tempat tinggal dan makan gratis. Namun, tenang saja. Aku tak bilang kalau kita berkontak. Meski dia tampak tak peduli.

Soo Bin : Serius dia bilang begitu?

JD : Ya. Istri anggota parlemen pasti sama di mana-mana. Buat apa dia bersikap baik kepadamu? Pasti demi membuat citra yang baik bagi suaminya. Pemilu tak lama lagi.

JD memberikan paper bag ke Soo Bin.

JD : Aku hampir lupa memberi ini. Ibu Ji Hoon minta aku menyampaikannya. Katanya itu barangmu yang tertinggal.

Flashback saat Hye Joo mengejar JD yang mau pergi, usai mereka bertemu.

Hye Joo memberikan paper bag itu ke JD.

Hye Joo : Ini barang Soo Bin yang tertinggal. Bisa tolong sampaikan jika kalian bertemu? Kurasa dia akan butuh ini.

JD : Baik.

Flashback end…

JD : Katanya dia tak ingin kau ke rumahnya untuk mengambil itu. Berarti dia enggan berurusan denganmu lagi.

Soo Bin terdiam mendengarnya.

Joong Do dan Woo Jae di ruangan mereka di kantor daerah.

Joong Do kesal karena Ki Young tak bisa dihubungi.

Lalu ponsel Joong Do bunyi. Telepon dari Hye Joo. Joong Do menghela nafas melihat ponselnya.

Woo Jae : Dari Pak Choi?

Joong Do : Bukan.

Joong Do menjawab, halo, Sayang. Kau bertemu Bu Lee Yoo Sin? Kapan?

Hye Joo : Tadi. Dia tahu aku istrimu dan bahwa Ki Young akan pergi menemuimu. Aku menghubungimu karena takut itu jadi masalah, dan kau direpotkan.

Joong Do : Baiklah. Kau pasti kaget.

Hye Joo : Aku tak apa.

Joong Do : Biar kuurus masalah ini. Jangan khawatir. Kau percaya aku, ‘kan?

Hye Joo : Ya.

Joong Do : Kau di mana sekarang? Pulanglah lebih cepat, dan segera hubungi aku bila dia menemuimu lagi.

Hye Joo : Ya, baik.

Joong Do : Satu lagi, Sayang. Soal yang tadi maafkan aku. Pulanglah.

Telepon selesai.

Joong Do memberitahu Woo Jae bahwa Nyonya Lee sudah tahu semuanya.

Woo Jae : Tak masalah. Kita tinggal bergegas.

Pelayan datang membawakan minum.

Tapi Soo Bin menolak untuk minum.

Soo Bin : Aku tak mau. Kau minum saja.

JD : Mengapa? Takut sudah kucampur obat? Hei.

JD lalu tertawa menatap Soo Bin.

JD : Aku bukan berandalan macam itu. Jangan khawatir. Minum saja.

Soo Bin pun minum. Tapi dia langsung batuk2 usai minum.

JD tertawa lagi.

Soo Bin lalu mengajak mereka putus.

JD dengan santainya bilang baiklah.

Soo Bin kaget bercampur heran.

Yeo Jin di depan lift, memegang sebuah kertas.

Lift terbuka. Yeo Jin terkejut ada Ji Soo di dalam.

Yeo Jin pun resah. Dia menyembunyikan kertasnya tadi. Kamera menyorot kertas itu. Tulisannya adalah “Klinik Psikiater Ahn”.

Ji Soo : Aku sampai tak mengenalimu sebab terakhir bertemu adalah saat itu.

Flashback…

Ji Soo ke kamar Soo Bin.

Ji Soo : Kim Soo Bin-ssi?

Ada Yeo Jin di sana.

Flashback end…

Ji Soo : Kau pasti kaget waktu itu karena sakit perut pasien yang kau antar itu parah.

Yeo Jin : Maaf, Dok. Sebagaimana kuminta, tolong jangan beri tahu siapa pun soal pertemuan kita waktu itu.

Ji Soo : Ya, tentu saja.

Yeo Jin di depan klinik, menghubungi agen properti.

Yeo Jin : Apa kedaiku bisa dijual secepatnya? Mohon bantuanmu. Ya. Terima kasih.

Soo Bin buru2 pergi dari JD.

Dia pun berhenti berlari setelah agak jauh. Soo Bin lalu melihat isi paper bag nya. Isinya, kaos putih yang diberikan Hye Joo saat dia pertama kali datang ke rumah Hye Joo.

Sementara itu, JD terdiam menatap gelas miras Soo Bin yang sudah kosong.

JD : Apa kandungannya sudah digugurkan, ya? Benar. Tidak ada salahnya memastikan.

JD lantas menghubungi seseorang.

JD : Hei, Ye Eun-ah. Bisa mampir ke suatu tempat?

Ketum Woo di depan gedung pemerintahan, bersama ajudannya. Mereka hendak pergi, tapi murid2 TK datang, tengah melakukan study tour didampingi dua guru mereka. Seorang anak laki2 menunjuk ke arah Ketum Woo seraya berkata, dia orang yang di TV.

“Orang yang dimaki orang tuaku tiap hari.”

Mendengar itu, Ketum Woo tertawa. Ketum Woo lalu mendekati anak itu.

“Memang orang tuamu bilang apa?”

“Katanya kau selalu berebutan tiap hari, bukannya bekerja. Belum lama ini aku berebutan dengan kakakku di meja makan sampai mangkuk makanannya jatuh. Jadi, sekarang ibu memisahkan makanan kami di piring masing-masing. Jadi, lebih baik kau jangan berebutan, dan pakai piring sendiri saja.”

“Baiklah.”

Guru mereka minta maaf pada Ketum Woo.

Ketum Woo menyuruh ajudannya bergegas. Anak2 TK itu pergi.

Bersambung ke part 2…

1 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like