Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 10 part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini
Hye Joo dan JD bicara.
JD : Sulit dipercaya. Aku sedang belajar di luar negeri dan baru sempat pulang ke Korea setelah proses pemakaman Ji Hoon selesai karena ada urusan penting. Maafkan aku.
Hye Joo : Tidak masalah. Omong-omong, mengapa kau bisa memegang ponsel Soo Bin?
JD : Aku bertemu Soo Bin setelah pulang ke Korea, lalu dia minta aku menyimpannya. Setelah itu, dia tak bisa dihubungi hingga kini. Omong-omong, kau tahu Soo Bin dan Ji Hoon sempat berpacaran, ‘kan?
Hye Joo : Ya.
JD : Entah apa harus memberi tahu soal ini, tetapi kudengar Soo Bin mengandung anak Ji Hoon.
Hye Joo : Aku tahu.
JD : Kau dengar dari Soo Bin?
Hye Joo : Benar.
JD : Aku sempat khawatir Soo Bin bunuh diri karena dia tiba-tiba menghilang setelah mengaku hamil, dan itu terjadi usai musibah yang menimpa Ji Hoon. Syukurlah ternyata dia tinggal di rumahmu.
Hye Joo : Namun, aku tak tahu dia di mana sekarang.
JD : Terus terang, aku merasa tak enak menanyakan hal ini, tetapi apa ada uang atau barang berhargamu yang hilang setelah Soo Bin meninggalkan rumahmu?
Hye Joo : Apa?
JD : Sebenarnya Soo Bin seorang kleptomaniak dan bukan anak baik-baik. Aku juga sempat bergaul dengan geng nakal, dan itu gara-gara Soo Bin. Karena itu, aku bersekolah di luar negeri setelah sadar. Makanya, aku sempat mencegah Ji Hoon saat dia mengaku memacari Soo Bin.
Hye Joo dan JD keluar.
JD : Terima kasih sudah meluangkan waktu.
Hye Joo : Tak perlu sungkan. Bisa tolong minta Soo Bin meneleponku bila kau bisa berkontak dengannya?
JD : Baik. Namun, bisa jadi Soo Bin tak menghubungimu walau sudah kuberi tahu berkali-kali.
Hye Joo : Kendati begitu, tolong sampaikan saja.
JD : Baik, nanti kusampaikan.
Hye Joo : Hati-hati di jalan.
Hye Joo pergi.
JD kesal, berarti benar dia mengandung anak Ji Hoon. Menarik.
Hye Joo masuk ke kamarnya dan duduk di ranjang. Dia memikirkan kata2 JD tadi soal Soo Bin yang seorang klepto dan bukan anak baik-baik. Hye Joo yang terpengaruh omongan JD, memeriksa perhiasannya. Dia lega perhiasannya masih lengkap.
Sementara Yeo Jin menemui agen properti. Dia bilang dia tak perlu premi kedainya. Yang penting cepat. Selain itu, dia juga minta nomor agen properti daerah lain. Si agen properti tanya, apa Yeo Jin mau buka kedai lagi. Kalau iya, di daerah mana. Yeo Jin bilang, yang penting jauh dari tempat dia tinggal sekarang dan bukan untuk kedai tapi rumah.
Joong Do dan Woo Jae di dalam mobil, di tepi jalan. Woo Jae yakin sekali kalau Soo Bin akan kembali. Dia bilang, anak seperti Soo Bin mudah ditebak. Jadi dia pasti akan datang untuk memeras.
Joong Do : Memeras?
Woo Jae : Ya, memanfaatkan kehamilannya. Apa ada masalah lain yang bisa dia jadikan ancaman?
Joong Do : Mana ada?
Woo Jae : Baik. Intinya, meski Soo Bin membeberkan berita kehamilannya di internet, kita masih bisa mengemasnya jadi kisah menyentuh. Ditambah lagi, Ji Hoon….
Woo Jae gak enak ngomongnya, sudah tiada. Itu lebih menguntungkan.
Woo Jae : Jadi, tak perlu mencemaskan masalah itu selama bukan berita lain yang tersebar.
Joong Do : Berita lain?
Woo Jae : Maksudku, masalah obat terlarang atau mungkin yang lain. Ji Hoon memiliki sabu-sabu,tetapi penyelidikan tak berlanjut karena hak penuntutan gugur akibat kematian Ji Hoon. Maka itu, kita pun tak tahu alasan atas kepemilikannya, ‘kan?
Joong Do : Benar. Aku baru ingat kalau putraku seperti itu.
Ponsel Joong Do berbunyi.
Telepon dari Ki Young.
Ki Young bilang, dia ingin memberi bukti investasi properti spekulatif ibu mertuanya dan Anggota Dewan Kang Soon Hong.
Joong Do kaget mendengarnya.
Seung Hee sudah tidur. Ki Young masuk ke kamar dan melihat Seung Hee terlelap.
Lalu Ki Young ingat penolakan Seung Hee saat dia mengajak Seung Hee pindah ke Australia.
Seung Hee : Aku tak bisa meninggalkan ibu sendirian.
Joong Do pun kembali ke kantor dan melihat Anggota Dewan Kang hendak pergi.
Anggota Dewan Kang : Kau kembali ke kantor malam-malam begini?
Joong Do diatas angin, aku mendadak harus menemui seseorang.
Anggota Dewan Kang mau masuk mobil, tapi Joong Do memanggilnya.
Ketum Woo di ruangannya bersama ajudannya. Mereka tengah memeriksa berkas2, dengan TV menyala menampilkan liputan kasus Chae Eun.
Ajudan Ketum Woo : Saat jalan tadi aku sempat berpapasan dan dengar sekilas pembicaraan asisten Anggota Dewan Nam yang mengatakan video besuk itu tersebar di waktu yang sangat tepat. Dia polos sekali menganggap video itu direkam dan diunggah orang biasa.
Ketum Woo : Alih-alih polos, itu bisa disebut kepercayaan terhadap anggota parlemennya.
Ajudan : Apa kau memercayai Anggota Dewan Nam juga?
Ketum Woo : Kata itu sangat tidak cocok dipakai di Yeouido.
Ajudan : Lalu, apa yang membuatmu memilihnya?
Mereka pun melihat ke arah TV.
Joong Do : Sementara sanksi membunuh keturunan delapan tahun lalu relatif ringan seperti pembunuhan biasa karena tak memiliki ketentuan khusus. Maka itu, kami mengajukan pengaduan konstitusional pada 2006 lalu yang meminta agar pembunuhan keturunan pun diberi sanksi pidana berat.
Seorang ibu diwawancara.
“Tentu harus sama-sama dihukum berat. Saya harap pengaduan konstitusional ini bisa mengubah hukum yang berlaku.”
Ketum Woo membahas itu.
Ketum Woo : Kau ingat pengaduan konstitusional yang diajukan Pak Nam waktu itu?
Ajudan : Aku ingat, tetapi hasilnya benar-benar nihil. Hanya jadi perdebatan sengit kala itu.
Ketum Woo : Menurutmu hasilnya sungguh 100 persen nihil?
Ajudan : Apa?
Ketum Woo : Bukankah kau tadi bertanya apa kelebihan Pak Nam sehingga aku memilihnya?
Mereka kembali melihat ke TV. Dilaporkan ada perhatian dan partisipasi aktif dari masyarakat saat mengajukan pengaduan konstitusional demi sanksi pidana berat pelaku dahulu. Publik membuat tanda tangan. Sebanyak 500.000 warga turut serta menandatangani petisi demi merevisi UU selama kira-kira dua bulan.
Anggota Dewan Kang bicara dengan Joong Do di mobilnya.
Joong Do : Kerja Pak Park dari Yangcheon-ri, Youngsan, bagus juga.
Anggota Dewan Kang terkejut Joong Do tahu soal itu.
Joong Do : Namun, pemilu tak lama lagi. Kita sendiri yang rugi kalau membuat kegaduhan.
Tapi Anggota Dewan Kang berusaha bersikap tenang.
Anggota Dewan Kang : Kurasa begitu. Tampaknya kau tidak suka berbasa-basi.
Soo Bin menghubungi JD.
Soo Bin : Oppa.
JD : Kau sudah dapat satu juta won? Hebat juga. Ya. Baiklah. Kalau begitu, kita bertemu di bar Jae-ik pukul 14.00.
Seorang wanita dengan baju handuk keluar dan menatap JD sejenak.
Lalu dia mengambil minuman di kulkas dan kembali ke kamar. *Ceweknya yg jadi Sa Ra di The Glory.
JD lalu membaca pesan Ji Hoon untuk Soo Bin.
Ji Hoon : Jangan coba-coba minta putus.
JD lantas ingat saat dia dan Ji Hoon di kelab.
JD : Hari ini kau sudah bertemu Soo Bin?
Ji Hoon : Soo Bin? Belum.
JD : Dia tak bisa dihubungi seharian. Ke mana dia?
Lalu dia ingat saat Hyung Tae menujukkan foto Soo Bin keluar dari rumah Joong Do.
Hyung Tae : Ini rumah Nam Joong Do, seorang anggota parlemen.
Terakhir dia ingat saat melihat rekam medis Soo Bin.
JD pun kesal.
JD : Ji Hoon menghamilinya, lalu diputuskan, dan akhirnya bunuh diri? Dia pasti mati di tanganku jika tak bunuh diri.
Malanya, Hye Joo cerita sama Joong Do soal temannya Ji Hoon itu.
Joong Do : Teman Ji Hoon? Kau bertemu teman Ji Hoon?
Hye Joo : Ya.
Joong Do : Bagaimana bisa?
Hye Joo : Dia yang menghubungiku.
Joong Do : Dia menghubungi dahulu? Lalu kalian membicarakan apa?
Hye Joo : Membicarakan Ji Hoon.
Joong Do : Jangan temui atau berkontak dengannya. Aku mencemaskanmu.
Hye Joo : Mengapa cemas? Dia teman Ji Hoon.
Joong Do : Aku cemas karena dia teman Ji Hoon. Sayang, menurut pendapatku sabu-sabu Ji Hoon itu milik Soo Bin.
Hye Joo : Kau tahu sendiri hasil tes narkoba Soo Bin negatif.
Joong Do : Para pengedar biasanya tidak memakai. Hanya untuk cari uang. Jadi, sayang, lupakan Soo Bin.
Hye Joo merasa berat melakukanya.
Joong Do : Aku paham kau sudah memberi hati kepadanya, tetapi jangan terlibat dengan anak macam itu lagi. Aku hanya takut kau kembali terluka. Sebagaimana kau katakan, kita tak bisa mengintervensi keputusannya soal bayi itu. Maka, lupakanlah. Terus terang, Ji Hoon bunuh diri gara-gara dia, bukan? Terlepas dari hal lain, aku tak sanggup melihatnya bila mengingat hal itu.
Hye Joo : Baiklah. Aku juga sedih setiap melihat pesan itu, tetapi Ji Hoon… Ji Hoon kita… bukan meninggal di tangan Soo Bin.
Joong Do : Logisnya memang begitu, tetapi aku tak mampu berpikir logis karena dia putraku. Dalam benakku, Ji Hoon sama saja meninggal di tangan Soo Bin.
Hye Joo agak terdiam mendengarnya.
Joong Do : Jangan salah paham. Maksudku ini tidak ada hubungannya dengan tragedimu dahulu.
Hye Joo : Aku tahu. Namun, sayang, kuharap Soo Bin tidak tahu soal pesan terakhir yang belum dia terima. Kuharap dia tak menyalahkan dirinya sendiri seperti aku, atas musibah yang tak diinginkan siapa pun itu. Jadi, apabila Soo Bin menghubungimu, tolong jangan bahas pesan itu. Aku mohon. Aku mengerti kau menyimpan dendam terhadap Soo Bin, tetapi kumohon. Ya?
Joong Do : Baiklah. Walau dia mustahil menghubungiku.
Hye Joo : Terima kasih.
Joong Do : Omong-omong, Sayang. Pak Kang Soon Hong, paman Ibu Jin Seung Hee tahu kau istriku sekarang.
Mendengar itu, Hye Joo langsung resah. Joong Do bilang dia sudah membungkam Anggota Dewan Kang untuk sementara dengan bukti investasi spekulatif dari Ki Young.
Joong Do : Namun, Sayang bagaimana kalau kita ungkap tragedimu itu lebih dahulu?
Hye Joo : Mengapa? Katamu sudah membungkamnya. Lantas mengapa?
Joong Do : Aku tak memercayai Pak Choi. Bukti yang dia berikan hari ini memang benar, tetapi aku tak memercayainya. Bisa saja dia bersekongkol dengan Pak Kang dan menusukku dari belakang.
Hye Joo : Ki Young bukan orang macam itu.
Joong Do : Kemungkinan itu pasti ada. Meski Pak Choi berada di pihak kita, ada Ibu Jin Seung Hee dan ibunya di keluarga itu. Tragedimu pasti terungkap suatu saat. Jadi, kita harus bertindak lebih dahulu dengan mengungkapnya sebelum mereka buka mulut.
Hye Joo : Kau tidak tahu apa yang kutakutkan. Mendengar seseorang mati gara-gara aku itu amat menyakitkan.
Joong Do : Mana mungkin aku tak tahu? Orang bilang aku penyebab kematian mahasiswa kedokteran itu. Aku akan menunggu sampai kau mengizinkanku mengungkap masa lalumu. Bila kau sungguh tak bersedia, kami tidak akan pernah mengungkapnya lebih dahulu. Akan tetapi tragedimu itu dapat sangat membantu dalam proses revisi UU yang kuceritakan waktu itu.
Hye Joo : Aku mau mencari angin sebentar.
Joong Do : Udara malam dingin. Jangan lama-lama, ya?
Hye Joo pun pergi.
Dia ke restoran dan melihat Yeo Jin menyendiri.
Tak lama, Woo Jae datang.
Mereka bicara di dalam.
Hye Joo : Ada perlu apa kemari?
Woo Jae : Begini…Ini hari peringatan kematian Chae Eun. Jadi, aku mampir sebentar dalam perjalanan pulang. Dipikir-pikir, aku sampai tak sempat bawa apa-apa.
Hye Joo : Biar aku yang beli. Tunggu di sini.
Yeo Jin : Tidak perlu. Jangan beli apa-apa. Aku memang hendak pulang habis minum ini.
Kamera menyorot bir Yeo Jin di atas meja.
Hye Joo : Baiklah. Santai saja minumnya, ya.
Mereka pun duduk.
Hye Joo : Kudengar kau amat banyak membantu dalam pemberitaan pengaduan konstitusional di berbagai media elektronik dahulu.
Woo Jae : Tidak juga. Semua itu ide Pak Nam. Aku hanya membantu. Aku tidak akan terpikir untuk memberitakannya bila Pak Nam tak minta bantuan. Kalau diingat lagi, mungkin aku tidak akan membanting tulang di Majelis Nasional jika tak melihat kerja keras Pak Nam kala itu.
Hye Joo : Woo Jae-ssi, maksudku Pak Jang, terkadang aku merasa takjub melihatmu begitu memercayai suamiku. Kau bahkan melepas pekerjaan tetap untuk mengikuti suamiku. Suamiku memang orang baik, tetapi dia tetap orang lain bagimu.
Woo Jae : Aku juga tidak menganggap Pak Nam orang sempurna. Dia pun suka melakukan kesalahan janggal sesekali. Karena itu, dia tampak manusiawi. Sebagaimana kau tahu, dia tidak pernah melakukan kesalahan yang sama.
Anehnya, Woo Jae mengatakan itu sambil melirik Yeo Jin.
Yeo Jin diam saja, dengan wajah tegang.
Woo Jae : Saat masih menjadi wartawan, adakalanya aku merasa bahwa kita perlu melakukan sesuatu yang lebih daripada sekadar menginformasikan fakta. Kebetulan Pak Nam meminta bantuanku saat itu. Seraya memperhatikan Pak Nam, aku bisa merasakan apa yang harus dan ingin kulakukan ke depannya.
Aku hanya beruntung bertemu dengan orang yang ingin menciptakan dunia yang sama seperti dambaanku. Aku dan Pak Nam memang orang lain. Namun, awalnya kau dan Pak Nam pun tak saling kenal, ‘kan? Dahulu, kalian memang tak saling kenal, tetapi kini kalian keluarga. Keluarga yang saling mengasihi dan memercayai.
Woo Jae melirik Yeo Jin lagi.
Ponsel Hye Joo berdering. Telepon dari Joong Do. Hye Joo pun keluar.
Joong Do : Kau di mana? Biar kujemput.
Hye Joo : Tidak perlu. Aku bersama Kak Yeo Jin. Tenang saja. Aku segera pulang. Yoon Seo sudah pulang? Belum? Baiklah.
Kembali ke Yeo Jin dan Woo Jae.
Yeo Jin : Kau datang karena ingin bicara, ‘kan?
Yeo Jin lalu ingat kata2 terakhir Woo Jae padanya, saat Woo Jae datang malam2 ke restonya ketika ia sedang menyendiri.
Woo Jae : Jangan berbuat apa-apa.
Flashback end…
Woo Jae : Aku benar-benar datang karena ini hari kematian Chae Eun.
Woo Jae keluar dan bertemu Hye Joo.
Hye Joo : Kau mau pulang?
Woo Jae : Ya, aku pamit.
Hye Joo : Baik. Hati-hati di jalan.
Yoon Seo pulang dan terkejut melihat ayahnya lagi mem-vacuum lantai.
Mereka kemudian bersantai bersama. Joong Do memberikan snack untuk Yoon Seo.
Yoon Seo mau makan snack nya terdiam karena melihat ayahnya tengah menatapnya.
Yoon Seo : Ayah mau?
Joong Do : Tidak. Ayah sudah menyikat gigi.
Yoon Seo : Makan saja.
Yoon Seo menyuapi ayahnya.
Yoon Seo : Omong-omong, mengapa Soo Bin mendadak pergi? Bagaimana kalau dia menyebar isu kalau dia mengandung anak kakak? Nanti ayah yang rugi, ‘kan?
Joong Do : Yoon Seo-ya, apa selama ini ayah pernah membuatmu khawatir?
Yoon Seo : Tidak.
Joong Do : Jika begitu, percayalah pada ayah. Kau hanya perlu rajin belajar dan menjalankan tugasmu. Mengerti?
Yoon Seo : Baik. Namun, ayah, kata2 ayah tadi kolot sekali.
Joong Do : Ayah tidak mau jadi ayah yang kolot. Berarti belajar secukupnya saja, tak perlu rajin, karena kau pintar. Setuju?
Yoon Seo : Setuju.
Yoon Seo memeluk ayahnya.
Joong Do : Ayah menyayangimu, Yoon Seo-ya.
Yoon Seo : Aku juga.
Di kamarnya, Yoon Seo menatap foto keluarganya. Tapi, foto ibu dan kakaknya, dia ditutupi dengan fotonya waktu masih bayi. Yoon Seo lalu mencabut foto bayinya dan menatap foto ibu dan kakaknya.
Yoon Seo pun ingat saat ibunya bilang tidak punya banyak foto Ji Hoon.
Hye Joo : Apa kau punya?
Yoon Seo : Untuk apa?
Yoon Seo juga ingat pemakaman kakaknya.
Yoon Seo menatap foto kakaknya dengan tatapan kecewa.
Yoon Seo : Kau senang sudah membuat kami sedih?
Hye Joo bicara dengan Yeo Jin.
Hye Joo : Seperti kata Joong Do, cepat atau lambat tragedi itu mungkin akan terungkap. Namun aku takut.
Yeo Jin : Mengapa? Takut jadi perseteruan sengit? Kendati begitu, apa tak sebaiknya kau percaya pada Joong Do?
Hye Joo : Aku percaya. Karena itu, aku takut. Selain takut dikritik orang-orang…
Hye Joo ingat saat dia berdebat dengan Joong Do.
Hye Joo : Mahasiswa kedokteran itu memang pelaku tindak kejahatan, tetapi ibunya? Keluarga yang ditinggalkan akan terus merasa tersiksa. Jika ada yang bunuh diri lagi, bagaimana nasib yang ditinggalkan?
Dia juga ingat permintaan Ki Young kepadanya.
Ki Young : Seung Hee kerap merasa gelisah karena mental Ibu Mertua tidak stabil.
Flashback end…
Hye Joo : Apa jadinya bila terjadi sesuatu lagi pada keluarga itu? Aku bingung tindakan apa yang benar. Apa aku harus mengizinkannya selama UU itu bisa diubah meski aku dan keluarga itu menderita?
Joong Do tengah bekerja di ruang kerjanya.
Hye Joo pulang.
Hye Joo : Sebab itu demi kepentingan orang banyak. Tragedi Youngsan itu boleh kau ungkap. Aku setuju karena katamu tragedi itu dapat membantu revisi UU yang kau ajukan. Namun, tidak lebih daripada itu. Aku tidak mau tampil di depan umum. Berjanjilah kepadaku.
Joong Do pun langsung memeluk Hye Joo.
Joong Do : Terima kasih atas keputusanmu. Maaf aku membuatmu menderita. Percayalah padaku. Aku akan melindungimu apa pun yang terjadi.
Hye Joo : Aku percaya. Aku tak meragukanmu.
Joong Do : Aku mencintaimu.
Joong Do pun mengecup bibir Hye Joo.
Besoknya, Hye Joo yang mau berangkat kerja malah diserbu wartawan yang sudah mengerubungi rumahnya.
Wartawan : Ibu Kim Hye Joo, benarkah anda membunuh orang 20 tahun lalu? Mohon penjelasan!
Hye Joo pun langsung ingat saat Seung Ho mencoba melecehkannya.
Lalu dia ingat kata2 Seung Hee.
Seung Hee : Kau yang membunuhnya. Dasar pembunuh.
Juga saat dia diusir Nyonya Lee dari pemakaman Seung Ho.
Nyonya Lee : Keluar! Beraninya kau kemari! Pergi sana! Enyah kau! Anakku meninggal gara-gara kau. Pembunuh!
Flashback end…
Wartawan terus mendesak penjelasan Hye Joo.
Narasi Joong Do terdengar, kalau dia akan melindungi Hye Joo apapun yang terjadi dan meminta Hye Joo percaya kepadanya.
Bersambung….