Trolley Eps 1 Part 2

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Trolley Episode 1 part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.Baca juga episode sebelumnya disini.

Sebelumnya…

Joong Do keluar dari ruangan Ketum Woo. Woo Jae langsung mengikutinya.

Joong Do tanya agenda dia berikutnya.

Woo Jae : Anda memiliki wawancara dengan SBC.

Joong Do pun mengirimi pesan ke Hye Joo.

Joong Do : Sayang, aku akan pulang sekitar tengah malam malam ini. Tebak apa? Aku dipanggil muda dua kali hari ini. Bagaimana kau suka memiliki suami muda?

Hye Joo ke toko penggilingan deoksung, tapi tokonya terkunci dan tidak ada orang di dalam.

Ponsel Hye Joo berbunyi. Pesan dari Joong Do.

Joong Do : Bagaimana bisa kau memiliki suami muda?

Hye Joo tersenyum, bagus untukmu. Tapi aku akan selalu lebih muda darimu.

Joong Do membalas, ayolah. Kita hampir seumuran.

Lalu seorang halmeoni datang.

Halmeoni : Kau disini untuk ambil minyak?

Hye Joo : Ya.

Halmeoni : Tidak ada orang di dalam, kan?

Hye Joo : Dia pasti keluar.

Halmeoni : Cucu perempuannya meninggal dunia.

Hye Joo kaget, apa?

Kita beralih ke pemakaman cucu halmeoni pemilik toko.

Halmeoni yang tadi menjelaskan bahwa cucu si halmeoni pemilik toko adalah seorang mahasiswi. Dia tewas gantung diri setelah bertengkar dengan pacarnya dan dia diancam pacarnya akan disebarkan foto-foto tak senonoh dirinya.

Kamera menyorot foto cucu si nenek. Namanya Namgoong Sol.

“Tapi polisi bahkan belum menangkap bajingan itu. Rupanya dia mahasiswa kedokteran. Mereka tidak menangkapnya dengan mengatakan bahwa dia tidak akan melarikan diri.”

Hye Joo pun datang melayat.

Halmeoni bingung Hye Joo siapa. Tapi kemudian dia ingat Hye Joo adalah wanita yang memesan minyak kemarin.

Halmeoni menyuruh Hye Joo makan.

Halmeoni tanya, Hye Joo tahu darimana sampai datang jauh2 ke pemakaman cucunya.

Halmeoni : Sepeninggal orang tuanya saat dia masih kecil, aku membesarkannya bagai anak emas. Namun bajingan itu tidak ditangkap.

Halmeoni nangis. Hye Joo berusaha menenangkannya. Lalu Hye Joo melihat ke arah foto Sol.

Sebelum pergi, halmeoni minta Hye Joo menuliskan namanya di daftar pelayat. Halmeoni bilang dia hanya ingin mengingat nama Hye Joo sebagai ucapan terima kasih karena Hye Joo sudah datang.

Kamera menyorot daftar tamu yang masih kosong.

Halmeoni : Minyakmu sudah kubuatkan.

Hye Joo : Tenang saja, nanti bisa kuambil.

Halmeoni memegang tangan Hye Joo.

Halmeoni : Tadinya Sol menyuruhku menutup kios dan berhenti bekerja karena dia sudah mulai bekerja paruh waktu. Kini aku merasa bersyukur tak menutup kios, karena pelangganku datang berkatnya. Terima kasih banyak sudah datang.

Hye Joo : Tidak perlu berterima kasih. Aku pergi kalau begitu.

Hye Joo mulai beranjak, tapi kemudian dia berhenti sejenak dan menatap halmeoni.

Joong Do berencana membangun SLB. Tapi orang-orang tidak setuju. Tim nya bilang membangun sekolah pendidikan khusus di sebelah sekolah reguler, itu tak masuk akal.

Joong Do berkeras, penting bagi kita untuk membangun sekolah ini untuk anak-anak cacat yang berjuang untuk perjalanan jauh.

Seorang pria yang sepertinya pemilik bus mengatakan, mereka hanya memiliki bus dari Manil-dong ke Stasiun Jicheong setiap 20 menit, yang terlalu panjang. Semua bus lain datang paling lama setiap 6 hingga 13 menit.

Jadi, Joong Do ini mengundang para warga untuk mendengarkan pendapat mereka.

Seorang ibu mengatakan, mereka tidak bisa membiarkan kendaraan sebesar itu lewat di mana anak-anak bepergian. Meskipun zona sekolah, ada terlalu banyak ngebut.

Joong Do mencatat setiap pendapat mereka.

Joong Do dan tim nya mengantarkan para warga keluar.

Joong Do : Tolong hubungi aku melalui nomor di kartu namaku jika kau membutuhkan yang lain.

Seorang halmeoni melihat kartu nama Joong Do.

Halmeoni : Apakah ini nomor pribadimu? Bukan milik sekretarismu?

Joong Do : Ya itu milikku. Aku akan menerima langsung jadi hubungi aku kapan saja.

Mereka semua pergi.

Joong Do memuji kerja semua tim nya.

Jo Yeon Woo penasaran apa Joong Do benar-benar menjawab panggilan mereka semua sendiri.

Joong Do : Tentu saja. Aku mungkin tidak bisa menyelesaikan semuanya, tetapi itu memberikan kesempatan untuk melampiaskan rasa frustrasi mereka dan merasa didengarkan.

Berbicara langsung dengan anggota dewan memberikan jaminan. Beberapa dari mereka mengutukku begitu aku mengangkatnya, tapi aku akan hidup lebih lama berkat mereka.

Yoo Woon Kyu datang, aku akan memberikan ringkasan diskusi hari ini nanti.

Joong Do melihat jarum jam.

Joong Do : Kita selesai jauh lebih awal dari yang aku kira. Kapan makan malam dengan sponsor kita?

Woo Jae : Jam 7 malam di Haniljeong.

Hye Joo tiba di rumahnya. Sebelum membuka pagar, dia mengambil beberapa surat dari kotak surat.

Dia memeriksanya, salah satu surat dari penampungan perempuan dan pemuda Sinyang-gu.

Lalu Hye Joo melihat ada kotak di depan pagarnya. Dia membukanya, isinya kosong.

Hye Joo masuk membawa beberapa surat itu.

Lalu dia keluar dari dalam rumahnya membawa keranjang berisi banyak botol kecil. Dia memasukkan keranjang kecil itu ke dalam kotak di depan pagarnya tadi.

Hari sudah malam.

Di dapur belakang, Hye Joo lagi mencuci daging.

Yoon Seo pulang dan marah-marah karena ibunya meminta namanya dicoret dari daftar kunjungan ke UNS.

Yoon Seo : Orang tua temanku berusaha semaksimal mungkin untuk memperkuat resume anak-anak mereka. Aku tidak meminta bantuan ayah. Jadi mengapa kau menolak bantuan mereka?

Hye Joo : Bagaimana seorang siswa sekolah menengah dapat dikreditkan sebagai rekan penulis? Apa yang dapat kau lakukan untuk membantu seorang profesor dengan tesisnya?

Yoon Seo : Pasti ada sesuatu. Dia menyuruh kami datang. Kau bahkan tidak tahu apa-apa. Tentu saja. Kau bahkan tidak pergi ke universitas.

Hye Joo pun diam menatap Yoon Seo.

Yoon Seo minta maaf sudah mengatai ibunya tidak kuliah.

Hye Joo : Itu mungkin benar, tapi aku tahu itu tidak masuk akal bagimu untuk dikreditkan sebagai rekan penulis. Ayah juga akan mengatakan tidak jika dia–

Yoon Seo : Ayah lagi! Berhenti menggunakan dia sebagai alasanmu. Mengapa aku tidak bisa melakukan semua yang dilakukan temanku hanya karena dia? Astaga. Ini sangat menjengkelkan.

Yoon Seo kabur ke kamarnya.

Hye Joo menyusul Yoon Seo, Yoon Seo-ya, kita belum selesai bicara.

Yoon Seo : Lupakan. Aku tidak akan pergi, oke?

Yoon Seo mengunci pintu kamar.

Hye Joo : Apa kau mengunci pintu? Buka.

Yoon Seo : Pergilah. Aku akan belajar.

Hye Joo : Betulkah? Kau akan berada dalam masalah serius, nona muda. Nam Yoon Seo!

Hye Joo pun minum ditemani Yeo Jin.

Hye Joo memeriksa ponselnya.

Hye Joo kemudian melirik Yeo Jin dan minta maaf. Dia bilang, Joong Do mengiriminya pesan mengatakan dia hampir tiba di rumah.

Yeo Jin kemudian bertanya, kenapa Hye Joo murung. Dia menebak itu karena Yoon Seo.

Hye Joo : Dia semakin membangkang.

Yeo Jin : Dia mengalami pubertas. Ji Hoon juga sama.

Hye Joo : Aku merasa tidak enak saat aku selesai memarahi mereka. Mungkin karena dia seorang politikus, tapi aku tidak berpikir kami melakukannya sebaik orang tua lainnya.

Yeo Jin : Kalian berdua melakukan pekerjaan yang hebat.

Hye Joo : Benar. Apakah kau ingin menggunakan kamar Ji Hoon?

Yeo Jin : Aku? Mengapa? Aku sudah punya kamar.

Hye Joo : Kamarmu terlalu kecil karena itu gudang mendiang ibu mertuaku. Seandainya kami tahu kau akan tinggal bersama kami, kami akan membangun kamar untukmu di lantai atas ketika kami pertama kali pindah.

Yeo Jin : Lupakan. Lantai atas adalah untuk keluargamu. Aku baik-baik saja dengan kamarku.

Hye Joo : Yeo Jin, kamu tahu betapa bersyukurnya aku untukmu, kan? Ketika ibu mertuaku meninggal dan aku mengandung Yoon Seo, aku mengalami begitu banyak hal. Seandainya kau tidak menawarkan untuk hidup bersama, aku tidak akan bisa menanggung semuanya. Terima kasih banyak.

Joong Do pulang.

Yeo Jin dan Hye Joo langsung berdiri.

Hye Joo beranjak mendekati Joong Do.

Hye Joo : Kau pulang sangat awal hari ini.

Joong Do : Aku juga harus bernafas.

Joong Do melirik Yeo Jin, kakak masih bangun? Itu terlambat.

Yeo Jin : Dia ingin minum bir.

Joong Do : Mengapa? Apakah aku melakukan sesuatu yang salah?

Hye Joo : Mengapa? Apakah kau merasa bersalah?

Joong Do : Daur ulang adalah besok. Aku tidak melakukan sesuatu yang salah.

Hye Joo tertawa, berikan padaku.

Joong Do memberikan termos pada Hye Joo dan berterima kasih. Dia bilang dia menikmatinya.

Yeo Jin : Berikan padaku. Aku akan mencucinya dengan sisanya.

Hye Joo : Tidak, aku bisa melakukannya.

Yeo Jin : Berikan saja padaku. Bagaimana kau bisa membuatnya jus sayuran setiap pagi selama delapan tahun terakhir?

Hye Joo : Tapi ini adalah satu-satunya hal yang aku lakukan untuknya.

Joong Do : Tepat. Aku tidak menawar dengan baik. Aku seharusnya meminta beberapa hal lain juga.

Yeo Jin menyuruh keduanya istirahat.

Hye Joo sudah memejamkan matanya tapi dia belum benar-benar tidur.

Hye Joo : Kau pasti kelelahan. Mandi dan pergi tidur, sayang.

Tapi Joong Do nya malah duduk menatap Hye Joo.

Hye Joo : Kenapa kau menatapku? Wajahku memerah, bukan?

Joong Do : Kau cantik.

Hye Joo : Apakah kau mabuk?

Joong Do : Tidak.

Joong Do mengecup bibir Hye Joo.

Hye Joo pun membuka matanya.

Hye Joo : Ada apa denganmu? Pergi tidur.

Joong Do : Aku pulang lebih awal sekali. Aku tidak bisa tidur begitu saja.

Hye Joo : Apa yang salah denganmu?

Joong Do mulai mencumbui Hye Joo, tapi tiba2 ponsel Joong Do bunyi.

Joong Do malas menjawab. Hye Joo mengambil ponsel Joong Do dari atas meja.

Hye Joo : Itu Woo Jae. Itu pasti sesuatu yang mendesak.

Joong Do tak mau menjawab.

Hye Joo memaksa. Terpaksalah Joong Do menjawab.

Selesai menjawab telepon Woo Jae, Joong Do pun bilang ke Hye Joo kalau dia harus melayat.

Hye Joo : Melayat siapa?

Joong Do : Ibu mertua pemimpin Pusat Perbelanjaan Taeyang meninggal dunia.

Hye Joo : Tapi bukankah sekarang sudah terlambat?

Joong Do : Jadwalku padat besok. Lebih baik pergi sekarang. Tidurlah.

Hye Joo kembali tidur. Joong Do menyelimuti Hye Joo, lalu mencium keningnya dan mematikan lampu.

Joong Do pergi.

Hye Joo yang sudah terlelap, tiba-tiba terbangun.

Dia ingat rendaman iganya.

Pas turun dari tempat tidur, dia menginjak sesuatu. Ternyata pin Joong Do. Hye Joo mengambilnya dan menaruhnya di meja.

Hye Joo : Dia pasti buru-buru.

Hye Joo mengganti air rendaman iganya.

Setelah itu, dia menutup pintu dapur.

Hujan turun.

Sebelum kembali ke kamarnya, Hye Joo ke kamar Yoon Seo.

Dia mencoba membuka pintu kamar Yoon Seo. Tidak terkunci. Dia masuk dan duduk di kasur Yoon Seo.

Dia meraba selimut dan terkejut karena kasurnya kosong. Yoon Seo pergi.

Hye Joo dan Yeo Jin pun langsung berkeliaran di jalan mencari Yoon Seo.

Hye Joo menelpon ibunya Da Som.

Hye Joo : Aku mengerti. Jadi dia tidak ada di sana? Sudahlah. Dia pasti sedang keluar di tempat lain. Oke. Maafkan aku karena membangunkanmu.

Hye Joo menyudahi teleponnya.

Yeo Jin : Dia tidak di rumah Da Som, kan? Kemana dia pergi dalam hujan ini? Ponselnya masih mati.

Hye Joo : Joong Do juga tidak mengangkatnya. Aku harus pergi ke kantor polisi. Bisakah kau kembali ke rumah? Bagaimana jika Yoon Seo kembali dan tidak ada–

Yeo Jin : Oke. Aku akan tinggal di rumah. Jangan terlalu khawatir.

Hye Joo memanggil taksi dan menguncupkan payungnya.

Yeo Jin memayungi Hye Joo sampai masuk ke taksi.

Yeo Jin : Hubungi aku jika ada sesuatu yang muncul.

Karena itulah Hye Joo di kantor polisi.

Hye Joo : Aku datang ke sini setelah itu.

Polisi 1 : Saat kami mendapat laporan pelarian, kita mulai dengan melacak keberadaan mereka. Tapi kami tidak bisa melakukannya karena ponsel putri anda mati. Kami akan keluar dan bertanya-tanya. Apakah ada tempat yang sering dia kunjungi? Apa yang dia pakai?

Hye Joo ingat jaket yang tadi dipakai Yoon Seo pas Yoon Seo pulang.

Hye Joo : Warnanya merah bata. Dia mungkin memakai jaket merah bata. Tipis dan ada hoodienya. Dia terus-menerus memakainya sejak kami mendapatkannya baru-baru ini.

Hye Joo pun langsung bergerak bersama dua detektif.

Bersamaan dengan itu, Joong Do datang dengan taksi.

Joong Do langsung memeluk Hye Joo. Hye Joo nangis.

Joong Do : Tidak masalah. Aku yakin dia baik-baik saja.

Polisi 1 : Apakah anda suaminya?

Joong Do : Ya.

Polisi 1 : Harap ikut dengan kami.

Mereka semua berpencar mencari Yoon Seo.

Woo Jae memanggil Joong Do.

Joong Do : Kau menemukannya?

Woo Jae : Masih belum. Aku akan memarkir mobil dan lihat ke sana.

Joong Do : Lalu aku akan pergi ke sana.

Hye Joo mencari Yoon Seo ke warnet.

Dia melihat seseorang mengenakan jaket merah bata. Dia mendekat, tapi itu bukan Yoon Seo.

Hari sudah pagi.

Hye Joo dan Joong Do di kantor polisi bersama kedua detektif.

Detektif 1 : Bu, karena shift kami telah berakhir, mereka berdua akan mengambil alih untuk kita. Kami secara teratur memeriksa kamera CCTV.

Hye Joo : Maafkan aku, tetapi bisakah kau mendapatkan beberapa detektif lagi untuk membantu kami?

Detektif 1 : Ini adalah prosedur standar untuk pelarian. Kami melakukan yang terbaik yang kami bisa, jadi jangan terlalu khawatir–

Hye Joo : Bagaimana aku tidak khawatir?

Joong Do : Yeobo.

Hye Joo : Dia sudah pergi selama lebih dari 12 jam sekarang. Bisakah kau membawa setidaknya dua detektif lagi?

Joong Do : Sayang, tenanglah.

Hye Joo : Bagaimana aku bisa tenang sekarang? Ini anak kita yang sedang kita bicarakan.

Detektif 2 : Bu, cobalah untuk tenang. Kami melakukan yang terbaik. Kami sedang memeriksa kamera.

Detektif 2 mengirim pesan ke detektif 1.

Detektif 2 : Periksa ponselmu.

Detektif 1 membaca pesan detektif 2.

Detektif 2 : Pelapor adalah Anggota Dewan Sinyang-gu, Nam Joong Do.

Detektif 1 langsung menanyakan itu ke Joong Do.

Detektif 1 : Anda Anggota Majelis Nam Joong Do, kan?

Joong Do terpaksa mengiyakan.

Kedua detektif langsung berdiri.

Detektif 2 : Kenapa tidak memberitahu kami sejak awal. Satu menit. Biarkan aku melaporkan ini ke atasan …

Joong Do : Itu tidak perlu. Harap perlakukan kasus ini seperti kasus lainnya. Aku tidak ingin bantuan apapun.

Hye Joo : Yeobo, mari kita minta bantuan mereka. Sekali ini saja, sayang. Bagaimana jika sesuatu terjadi pada Yoon Seo? Kau adalah ayahnya sebelum menjadi anggota dewan. Tolong?

Detektif 1 membuatkan kopi untuk mereka.

Ponselnya berbunyi. Telepon dari Kepalanya.

Detektif 1 menyerahkan ponselnya ke Joong Do.

Detektif 1 : Ini Kepala kami.

Joong Do : Halo Pak. Anda membuatnya menjadi kasus orang hilang? Aku mengerti. Maafkan aku telah mengganggumu di hari liburmu. Oke. Selamat tinggal.

Joong Do mengembalikan ponsel Detektif 1.

Hye Joo lega setengah mati banyak orang mencari Yoon Seo.

Para detektif dikerahkan mencari Yoon Seo.

Mereka mencari ke sekolah Yoon Seo, juga ke warnet.

Hari kembali malam.

Hye Joo membagikan selebaran mencari Yoon Seo ke orang2 di jalan.

Tapi orang2 tak ada yang peduli, mereka tidak membaca selebaran itu.

Hye Joo terdiam melihat itu.

Joong Do memungut selebaran itu di jalan dekat Hye Joo berdiri.

Lalu dia berdiri dan menatap Hye Joo.

Hye Joo menahan tangis.

Joong Do pun mendekat, lalu memeluk Hye Joo. Tangis Hye Joo langsung pecah.

Ponsel Hye Joo tiba2 berdering.

Nomornya tidak dikenal.

Di tepi sungai, orang2 dan juga para polisi serta petugas medis berkumpul.

Tak lama, Joong Do dan Hye Joo datang.

Joong Do langsung turun ke bawah. Sebuah mayat ditemukan.

Hye Joo sudah lemas. Dia teringat saat Ji Hoon menemani Yoon Seo yang masih bayi.

Flashback…

Ji Hoon menatap adiknya yang masih bayi.

Ji Hoon : Bu, apakah ini adikku Yoon-seo?

Ji Hoon lalu mengajari Yoon Seo naik sepeda.

Flashback end…

Yoon Seo mendekat dan melihat Joong Do tengah memeriksa kantong mayat.

Kantor mayat dibuka.

Kamera menyorot foto upacara kelulusan sekolah menengah Jicheong.

Yang meninggal Ji Hoon. Hye Joo langsung terduduk lemas melihat jasad Ji Hoon.

Meninggalnya Ji Hoon langsung menjadi berita.

Putra sulung Anggota Majelis Nam Joong Do ditemukan tewas di tepi Sungai Han sekitar pukul 20.55 malam ini. Polisi menyatakan mereka menemukan mayat tadi siang, sementara mereka mencari putri Anggota Majelis Nam yang hilang di daerah itu.

Investigasi lebih lanjut atas kematiannya dilakukan setelah jenazah dievakuasi. Nam telah dalam masa percobaan Maret lalu untuk kasus penyerangan mabuk di sebuah klub di Gangnam ketika dia menyerang pejalan kaki lain saat mabuk, mengakibatkan luka-luka…

Yoon Seo pulang dan tidak ada siapa-siapa di rumah.

Yeo Jin yang berdiri di dekat mobil ambulans nangis.

Joong Do menangis memegangi wajah putranya.

Hye Joo teringat pertanyaan si pelanggan tadi, tentang siapa yang lebih dia sayangi diantara putra dan putrinya.

Lalu dia ingat kata-katanya ke Ji Hoon.

Hye Joo : Baik. Aku lebih suka kau menghilang daripada menimbulkan masalah seperti ini!

Flashback end…

Hye Joo pun merasa bahwa dia sedang dihukum karena dia tidak jujur menjawab pertanyaan si pelanggan saat itu. Saat itu dia bilang dia sama-sama menyayangi kedua anaknya.

Hye Joo langsung sesak, Ji Hoon-ah, Ji Hoon-ah.

Sekarang, dua detektif tengah menanyai Joong Do dan Hye Joo.

Hye Joo sudah tidak sanggup. Joong Do pun memegang tangan Hye Joo.

Polisi 1 : Jadi ibu kandung putra anda telah meninggal dunia?

Joong Do : Ya.

Polisi 1 : Putramu dibebaskan dari penjara 15 hari yang lalu.

Joong Do : Betul sekali.

Polisi 1 : Apakah anda tahu keberadaannya antara hari itu dan waktu kematiannya?

Hye Joo : Aku pergi menjemputnya pada hari pembebasannya.

Flashback…

Hye Joo menunggu Ji Hoon di depan penjara.

Tak lama, Ji Hoon keluar. Dia menatap kesal Hye Joo.

Di perjalanan, Ji Hoon sibuk bermain ponsel.

Hye Joo menyuruh Ji Hoon makan tahu putih yang dia bawa. Dia bilang dia membeli itu di pasar tadi pagi.

Hye Joo : Kau dulu suka tahu dari sana. Makanlah. Hanya satu gigitan.

Ji Hoon memakannya satu gigitan lalu mencampakkan tahu itu ke lantai mobil.

Hye Joo menahan diri melihat itu.

Hye Joo membawa Ji Hoon ke apartemen.

Ji Hoon : Apakah kau mengusirku sekarang karena aku mantan narapidana?

Hye Joo : Kamarmu di rumah akan tetap ada. Jangan ragu untuk pindah kembali kapan pun kau mau. Tapi kau menginginkan ini lebih dari kami, bukan? Aku akan membayar sewa dan biaya pemeliharaan. Ada 1,5 juta won di kartu ini. Ini untuk biaya hidupmu. Sisanya kau urus sendiir.

Ji Hoon : Kau harus punya banyak uang untuk membelikanku rumah dan uang saku.

Hye Joo : Ini tabungan kuliahmu. Jaga rumah tetap rapi. Dan pulang makan minimal seminggu sekali. Jawab aku, maukah kau?

Ji Hoon : Oke.

Hye Joo : Jangan minum terlalu banyak. Dan menelepon ayahmu. Jaga dirimu.

Hye Joo : Dan ini, aku membelikanmu sesuatu untuk dipakai.

Hye Joo memberikan paper bag yang dipegangnya. Isinya jaket merah bata.

Hye Joo : Ji Hoon-ah, mengapa kita tidak berhenti saling menghancurkan hati sekarang?

Ji Hoon : Berhenti berbelit-belit. Kau ingin aku mati saja daripada merusak karir ayah, kan?

Hye Joo : Ji Hoon-ah!

Ji Hoon : Berhenti berpura-pura. Kau tahu itu yang diinginkan semua orang.

Hye Joo terpancing, baik. Aku lebih suka kau menghilang daripada menimbulkan masalah seperti ini!

Ji Hoon terhenyak mendengarnya.

Hye Joo : Apakah kau senang sekarang? Apa itu yang kau ingin dengar dari ibu?

Hye Joo beranjak pergi.

Flashback end…

Hye Joo : Itu saja. Pada hari pembebasannya, aku mengantarnya ke tempat barunya.

Polisi 1 : Jadi, apakah kau melihatnya sejak saat itu sampai hari kecelakaan?

Hye Joo : Tidak.

Hye Joo nangis dan berkata kalau tadinya dia hendak mengantarkan lauk pauk kemarin…

Polisi 1 lalu bertanya pada Joong Do apa Joong Do pernah menemui Ji Hoon.

Joong Do : Tidak.

Polisi 1 : Baiklah. Pertama kami menemukan satu gram sabu di sakunya.

Joong Do dan Hye Joo kaget mendengarnya.

Hye Joo membela Ji Hoon.

Hye Joo : Tidak. Itu tidak mungkin miliknya. Ji Hoon tidak akan pernah…

Joong Do menenangkan Hye Joo.

Polisi 1 : Dan telepon yang dia bawa bersamanya ternyata menjadi telepon burner.

Joong Do : Apa kau yakin?

Polisi 1 : Ya. Telepon yang dia miliki atas namanya saat ini masih dimatikan. Tapi sinyal terakhir berasal dari sekitar 4,5 km ke hulu. Kami sedang mencarinya. Kami sedang memeriksa semua kamera CCTV, tetapi terjadi hujan lebat pada saat perkiraan kematiannya.

Dan tidak ada kamera di dekat Sungai Han. Sejujurnya, kami mengalami beberapa kesulitan. Meskipun seorang pelayan di sebuah klub di Gangnam bersaksi bahwa dia telah melihat putramu di klub sendirian, banyak minum, hanya beberapa jam sebelum kematiannya.

Kami telah memperoleh rekaman CCTV putra anda di sana. Hasil otopsi akan keluar dalam 10 hingga 15 hari. Tim forensik harus memeriksa ponselnya, tapi menilai dari keadaan dan tidak adanya tanda-tanda trauma, itu kemungkinan besar bahwa dia tenggelam setelah kehilangan pijakannya sementara di bawah pengaruh alkohol atau narkotika.

Kami tidak tahu bagaimana dia mendapatkan methamphetamine, tapi karena dia sudah mati, kami tidak akan bisa menuntutnya, dan kasusnya akan ditutup.

Yoon Seo datang.

Yoon Seo : Eomma, appa!

Hye Joo langsung memeluk Yoon Seo. Dia lega Yoon Seo baik-baik saja.

Yoon Seo nangis, aku hanya ingin membuatmu dan ayah mengkhawatirkanku. Karena aku tidak harus pergi ke sekolah hari ini, aku berencana untuk tinggal di sauna di suatu tempat yang jauh dari rumah… Jadi mengapa Kak Ji Hoon…. Mengapa… Maafkan aku. Itu semua salah ku.

Hye Joo menatap Yoon Seo.

Hye Joo : Tidak, Yoon Seo-ya. Itu bukan salahmu.

Hye Joo kembali memeluk Yoon Seo.

Sekarang, para pelayat sudah memenuhi rumah duka.

Seorang pria menemui Joong Do dan Hye Joo di ruang duka.

Joong Do : Ini Tuan Bae Gyeong Guk, pemimpin Pusat Perbelanjaan Taeyang.

Hye Joo : Halo. Terima kasih sudah datang.

Pak Bae : Aku tidak percaya ini. Pemakaman ibu mertuaku berlangsung di sini, dan peti matinya dibawa keluar pagi ini. Tetaplah kuat.

Para anggota dewan sibuk menggosipkan keluarga Joong Do diluar.

“Sejujurnya, putranya pasti sangat memusingkannya.”

“Putranya mendapat masalah tepat sebelum pemilihan umum terakhir dan hampir membuatnya kehilangan pemilihan.”

“Ini sebenarnya bisa menjadi yang terbaik dengan pemilihan berikutnya di tikungan.”

Ketum Woo lewat dan berhenti melangkah saat mendengarkan mereka menggosipkan keluarga Joong Do.

Ketum Woo : Paling tidak yang bisa kalian lakukan adalah tutup mulut jika kalian tidak bisa berempati dengannya.

Mereka pun minta maaf pada Ketum Woo.

Para ibu2 temennya Hye Joo juga membicarakan Hye Joo.

Mereka melihat Hye Joo duduk dengan Joong Do dan seorang halmeoni.

Ibu yang tadi duduk di tengah saat pertemuan bertanya, apakah halmeoni itu adalah kerabat mereka.

Ji Soo : Aku pikir dia adalah nenek dari pihak ibu Ji Hoon.

Ibu yang duduk di tengah kaget, sisi ibunya?

Ji Soo : Maksudku, ibu kandungnya.

Ibu duduk di tengah : Omong-omong, aku tidak tahu suaminya adalah anggota dewan. Bagaimana bisa kau menyembunyikannya dari semua orang?

Sekarang di ruang duka, tinggallah Hye Joo berdua dengan Joong Do. Hye Joo melamun, dengan tatapan kosong. Joong Do yang melihat itu, memeluk Hye Joo.

Tanpa mereka sadari, seseorang datang melihat pemakaman Ji Hoon.

Seorang gadis berambut panjang pun beranjak pergi.

  • 2 Minggu Kemudian-

Hye Joo membersihkan sampah di apartemen Ji Hoon.

Lalu dia terdiam melihat beberapa botol bir di sana.

Ponsel Hye Joo berbunyi. Telepon dari si pemilik apartemen.

“Apakah kau benar-benar pindah? Ini baru satu bulan.”

“Ya. Aku akan meneleponmu setelah semuanya siap.”

Setelah itu, Hye Joo membuat sertifikat kematian Ji Hoon.

Dia menangis saat menuliskan nama Ji Hoon.

Hye Joo pulang dan mendapati seorang kurir di depan rumahnya.

Kurir : Apa kau baru saja kembali dari berlibur?

Hye Joo : Apa?

Kurir : Kotak itu sudah lama kosong.

Hye Joo melihat kotak di depan pagar rumahnya. Ternyata kotak itu memang disediakan khusus keluarga Hye Joo, untuk menaruh minuman yang mereka bagian pada para kurir yang melintas.

Hye Joo : Maafkan aku. Aku sudah cukup sibuk.

Kurir : Tolong, jangan minta maaf. Apakah anda mengunjungi tempat yang bagus?

Hye Joo terdiam.

Si kurir kemudian pamit.

Hye Joo masuk tapi bel nya berbunyi. Hye Joo keluar lagi. Seorang gadis muda mendatanginya.

Hye Joo : Maaf, tapi siapa kau?

Gadis muda : Aku….

Seorang pengendara motor lewat, membuat kebisingan dengan suara motornya.

Hye Joo : Maaf, aku tidak bisa mendengarmu. Apa katamu?

Gadis itu mengaku hamil anak Ji Hoon.

Sontak lah Hye Joo kaget.

Di ruangannya, Joong Do menonton berita tentang Ji Hoon.

Di berita disebutkan bahwa polisi menemukan satu gram methamphetamine di saku putra Anggota Majelis Nam yang jasadnya ditemukan 15 hari lalu. Menurut Kantor Polisi Sinyang, mereka menemukan tas kecil yang bisa ditutup kembali mengandung satu gram sabu serta telepon burner. Untuk menyelidiki detail kematiannya …

Joong Do mematikan televisi.

Kembali ke Hye Joo dan si gadis muda.

Hye Joo kaget, kau hamil anak Ji Hoon ku?

Gadis muda : Ya.

Bersambung….

Next episode : Joong Do terancam mundur dari jabatannya di kursi pemerintahan karena ulah Ji Hoon.

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like