The Glory Eps 1 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis The Glory Episode 1 Part 1 , Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.

Sebuah mobil memasuki jalan tol. Saat itu, musim panas tahun 2022. Mobil itu terus melaju di jalanan. Si pengendara, adalah Moon Dong Eun. Dong Eun melajukan perjalanan yang sangat panjang, sebelum dia akhirnya berhenti di depan Apartemen Eden.

Di rooftop, Dong Eun melahap kimbab sambil menatap kediaman mewah yang ada di depannya.

Seseorang kemudian menyapanya, apa kau baru pindah?

Dong Eun menoleh. Dia lalu mendekati halmeoni yang menyapanya.

Dong Eun : Apa kabar?

Halmeoni memetik sebuah bunga. Ada banyak sekali bunga di rooftop.

Halmeoni : Kau akhirnya datang. Selamat datang.

Halmeoni mengenalkan bunga yang dipetiknya tadi. Itu adalah bunga trompet iblis. Disebut begitu karena meniup trompet ke langit. Lalu dia menunjuk bunga yang lain. Itu trompet malaikat karena meniup trompet ke bumi.

Halmeoni : Rupanya Tuhan pikir itu tak sopan. Makanya aromanya hanya bisa dicium di malam hari.

Halmeoni lalu memecahkan pot tembikar.

Halmeoni : Pot tembikar harus dipecahkan sebelum dibuang.

Melihat itu, Dong Eun pun teringat masa lalunya yang pahit.

Dia mengalami perundungan di masa lalu.

Hari sudah pagi. Dong Eun tengah menstaples beberapa foto dan artikel di dinding apartemennya. Tubuhnya penuh bekas luka. Kamera menyorot artikel yang distaples Dong Eun di dinding. Itu adalah artikel tentang prediksi cuaca cerah dari penyiar cuaca Park Yeon Jin.

Narasi Dong Eun terdengar.

Dong Eun : Yeon Jin yang kurindukan. Apa kau ingat bahwa dahulu aku benci musim panas?Untung aku pindah sebelum terlalu panas. Aku menyusun foto sejak kemarin, tetapi butuh waktu lama karena semua wajah ramah. Aku mulai membayangkan bahwa kelak kau membuka pintu depan itu dan masuk.

Yeon Jin masuk dan melihat foto-foto nya, juga foto-foto lain yang ada di dinding.

Yeon Jin : Apa semua ini? Itu Jae Jun dan Sa Ra. Ini foto-foto kami. Hei, kau siapa?

Dong Eun berbalik dan mengenalkan dirinya.

Dong Eun : Ini aku, Yeon Jin-ah. Kau sama sekali belum berubah. Masih sangat kasar. Kau harus melepas sepatu saat memasuki rumah orang.

Dong Eun memukul wajah Yeon Jin dengan staples. Yeon Jin pun jatuh. Darah mengalir dari pipinya. Dong Eun bilang satu lagi alasan untuk membunuh Yeon Jin. Yeon Jin seharusnya mengenalinya.

Yeon Jin tertawa, membunuhku? Kau pikir kau bisa?

Dong Eun : Akan kulakukan. Aku akan berusaha maksimal membunuhmu. Cepatlah datang, Yeon Jin-ah. Aku sudah di sini. Kau mau dengar bagaimana aku bisa begini selagi kau kemari?

Dong Eun tertawa, tawanya sangat menakutkan.

Kita kembali ke tahun 2004, dimana Yeon Jin ada di ruangan Wakil Kepala Sekolah. Wakil Kepala Sekolah tengah berbicara di telepon dengan seseorang. Ada laporan resmi yang diajukan, jadi wali Yeon Jin harus datang dan mengikuti prosedur.

Kepala Sekolah : Akan kulepas. Jangan cemas. Ya, akan kutelepon.

Selesai menelpon, Wakil Kepala Sekolah memanggil Yeon Jin. Dia bertanya alasan Yeon Jin melakukan perundungan. Lalu dia meminta Yeon Jin tidak mengulangi itu lagi. Dia juga memberitahu Yeon Jin bahwa ibu Yeon Jin hampir tiba. Yeon Jin bilang, Dong Eun bukan temannya.

Yeon Jin : Tapi, Pak. Apa hubunganmu dengan ibuku?

Wakil Kepala Sekolah bilang dia dan ibu Yeon Jin dahulu teman SMP.

Yeon Jin : Kau seperti pesuruh ibuku? Makanya kau membantu dengan perceraiannya. Mengumpulkan bukti selingkuh ayahku. Kukira kau tidur dengan ibuku.

Yeon Jin beranjak keluar.

Ada beberapa siswa duduk di kantor polisi. Mereka adalah Dong Eun, Sa Ra, Hye Jeong dan Jae Jun. Hye Jeong dan Sa Ra dijemput ibu mereka masing2.

Tinggal lah, Dong Eun dan Jae Jun. Tak lama, wali Dong Eun datang. Tapi bukan ortunya, melainkan Wali Kelas nya, Pak Kim Jong Moon.

Jong Moon menatap Dong Eun lekat2. Bukannya simpati, dia malah memarahi Dong Eun.

Pak Kim : Kau kemari berseragam sekolah? Kau lapor polisi soal lelucon antara teman? Wakil Kepsek ditelepon… Akan kuurus kau nanti. Ayo!

Pak Kim mengajak Dong Eun pergi, tapi Jae Jun minta Pak Kim membawanya juga. Jae Jun mengaku dia yatim selama seminggu. Orang tuanya di luar negeri. Pak Kim pun berkata pada polisi bahwa dia juga akan membawa Jae Jun.

Lalu kemudian, Pak Kim bicara dengan Jae Jun. Pak Kim mengkhawatirkan Jae Jun.

Pak Kim : Aku heran kenapa kau masih di sini. Bagaimana kau makan? Ada pengurus rumah.

Dong Eun yang melihat itu, syok.

Di depan rumah, Yeon Jin dimarahi ibunya. Dia juga dilempar garam sama ibunya.

Nyonya Park : Kubilang hari ini penting. Kau sangat mengecewakanku hari ini. Aku tak tahu akan ke polisi. Makanya aku kecewa. Kau tak bisa tangani gadis miskin. Sudah kusuruh bergaul dengan Jae Jun saja! Juga Sa Ra kalau bosan. Peramal bilang hindari orang dengan nama O, mereka bisa bawa sial bagimu. Son Myeong O dan Choi Hye Jeong! Maksudku mereka!

Nyonya Park lalu menyuruh Yeon Jin masuk.

Hari sudah malam. Nyonya Park mengadakan ritual pengusiran arwah.

Yeon Jin berdiri di belakang, menunggu ibunya sambil main game.

Tapi tiba2 dia ingat sama Dong Eun.

Paginya, Myeong O dan Hye Jeong membawa Dong Eun ke lapangan basket.

Yeon Jin yang sudah menunggu di sana, senang saat Dong Eun datang.

Yeon Jin memegangi kedua pipi Dong Eun. Dong Eun ketakutan.

Yeon Jin : Dong Eun sama yang bisa dilihat setiap hari! Maaf merundungmu selama ini. Aku mau minta maaf. Kau tak marah, bukan? Tak perlu lapor polisi. Kami jadi takut.

Dong Eun heran Yeon Jin mendadak minta maaf.

Yeon Jin : Omong-omong, Dong Eun-ah, mulai kini bisa periksa, apa alat catoknya cukup panas?

Dong Eun awalnya tak mengerti maksud Yeon Jin, tapi tak lama dia paham maksud Yeon Jin apa. Dong Eun mau lari, tapi Myeong O dan Hye Jeong memeganginya lalu menyeretnya ke atas panggung.

Sa Ra pergi mengambil alat catok. Sementara Jae Jun, sibuk main basket di depan mereka.

Dong Eun teriak minta dilepaskan. Dia bilang itu dilepaskan.

Sa Ra : Hei, hanya bantuan kecil. Jahat apanya? Dia sudah minta maaf. Aku hanya mau kau periksa panas atau tidak.

Sa Ra pun mencatok lengan Dong Eun. Dong Eun menjerit dan menangis.

Yeon Jin tertawa, apa sudah panas?

Yeon Jin lalu mencatok rambutnya, dibantu Sa Ra.

Dong Eun berteriak meminta tolong.

Hye Jeong : Jangan buang tenaga! Kau bebas berteriak, tak akan ada yang tahu. Tak ada yang datang. Guru olahraga beri kami kuncinya!

Hye Jeong menunjukkan kunci gedung olahraga.

Kita diperlihatkan flashback, bagaimana Hye Jeong bisa mendapat kunci itu.

Dia merayu guru olahraga dengan ciuman.

Flashback end…

Dong Eun minta penjelasan kenapa mereka melakukan itu kepadanya.

Yeon Jin kesal dan mendekati Dong Eun membawa alat catoknya.

Yeon Jin : Aku muak mendengarnya. Kenapa kalian semua tanya itu? Karena aku tak akan dihukum, dan tak ada yang berubah bagimu. Lihat dirimu sekarang. Lapor polisi, tetapi di sini lagi. Ada yang berubah? Intinya, tak ada yang melindungimu, Dong Eun-ah. Polisi, sekolah, maupun orang tuamu. Orang begitu disebut apa? Orang lemah.

Giliran Sa Ra mendekati Dong Eun.

Sa Ra : Kau tinggal di losmen? Aku tahu istilah “kamar bulanan” berkatmu.

Sa Ra memberitahu Myeong O bahwa Dong Eun membayar sewa saat bulan purnama.

Mereka semua tertawa.

Sa Ra : Hidupmu bagaikan dongeng!

Yeon Jin : Wah, Dong Eun pasti ibu periku. Bahkan memeriksa panas untuk rambutku.

Dong Eun menjerit karena lengannya dicatok oleh Yeon Jin.

Sa Ra lalu menyuruh Myeong O membuat Dong Eun diam.

Yeon Jin, Sa Ra dan Hye Jeong pergi sambil menertawakan Dong Eun.

Myeong O mencium bibir Dong Eun.

Dong Eun tak bisa melawan.

Jae Jun yang melihat itu, diam saja.

Dong Eun ke UKS, minta hidrogen peroksida?

Dokter pun kaget, hidrogen peroksida?

Dong Eun memaksa, berikan saja, biar kulakukan. Ada noda di kemejaku.

Dokter : Noda apa? Apa itu darah?

Dong Eun : Tolong beri aku hidrogen peroksida.

Dokter memeriksa lengan Dong Eun. Dia menggulung lengan jaket Dong Eun dan terkejut melihat luka bakar yang begitu besar di lengan Dong Eun. Dokter pun tanya, siapa pelakunya.

Dokter : Sudah beri tahu wali kelasmu? Aku pernah melihatmu begini. Jika berat sendirian, akan kutemani. Siapa orangnya?

Lalu Dong Eun terdiam mendengar suara Yeon Jin. Dia menatap sekeliling UKS dan melihat ada satu ranjang yang ditutupi tirai. Tirai dibuka. Itu Yeon Jin, yang lagi mengobrol dengan ibunya di telepon.

Yeon Jin : Ya, Ibu. Nanti kutelepon lagi.

Yeon Jin lalu memberitahu dokter bahwa dia pelakunya dan sebelumnya juga dia pelakunya.

Dokter terhenyak mendengarnya.

Kembali ke masa sekarang, dimana Dong Eun tengah beranjak mendekati Ha Ye Seol yang lagi gelantungan di tiang pull Up. Ye Sol adalah putri Yeon Jin. Lalu kita mendengar narasi Dong Eun.

Dong Eun : Kau tahu, Yeon Jin -ah? Putrimu suka melihat dunia terbalik. Apa karena saat dunia terbalik, orang akan memahami kita,meski warnanya kacau?

Ye Sol pun turun dan melihat sepatu Dong Eun.

Ye Sol : Sepatumu seperti sepatu ibuku.

Dong Eun : Jadi, ini kau. Putri Park Yeon Jin, Ha Ye Sol.

Ye Sol : Kau kenal ibuku?

Dong Eun : Aku memikirkannya setiap hari. Kadang kebencian mirip dengan kerinduan. Sulit untuk dibuang.

Ye Sol : “Kebencian?” Aku tak tahu kata itu. Apa artinya?

Dong Eun mendekatkan wajahnya ke Ye Sol.

Dong Eun : Apa arti kebencian?

Flashback…

Hari sudah malam.

Hujan turun. Dong Eun baru saja kembali ke tempat tinggalnya, tapi kemudian dia terkejut mendengar suara yang dikenalinya dari dalam sebuah kamar.

Dong Eun yang takut, mau lari. Tapi Myeong O muncul di pintu keluar.

Myeong O : Kau akan lari?

Hye Jeong membuka pintu kamar. Itu kamarnya.

Dong Eun kaget melihat di kamarnya, ada Sa Ra dan Yeon Jin juga.

Yeon Jin menatap Dong Eun.

Yeon Jin : Kenapa lama sekali? Aku sangat merindukanmu.

Narasi Dong Eun terdengar.

Dong Eun : Matanya menggelap saat dia senang. Bibirnya mengerucut saat tersenyum. Setiap helai rambut indahnya. Satukan semuanya, itulah kebencian.

Dong Eun melepas sepatunya. Hye Jeong dan Myeong O membawanya masuk. Mereka menertawakan Dong Eun yang melepas sepatu sebelum masuk.

Myeong O membawa bungkusan.

Yeon Jin pun berdiri mendekati Dong Eun. Dia menunjukkan celengan babi milik Dong Eun.

Yeon Jin : Ini milikmu? Kutemukan ini di wadah beras. Aku tak percaya mataku.

Dong Eun : Kembalikan.

Yeon Jin : Gawat. Apa Dong Eun marah?

Yeon Jin melemparkan celengan babi Dong Eun ke Myeong O. Myeong O menangkapnya.

Yeon Jin : Tangkapan bagus!

Myeong O menoreh celengan babi Dong Eun dengan pisau.

Lalu, dia membuang isinya ke atas meja.

Myeong O : Cukup banyak!

Sa Ra : Sungguh? Sedih sekali. Dong Eun-ah, kau hemat sekali!

Myeong O : Jalang gila. Kau pakai apa kali ini? Obat flu atau lem?

Dong Eun nangis, berhenti! Hentikan!

Myeong O : Dong Eun kaya raya! Sekitar 200,000 won.

Sa Ra : Kau bayar semua ini?

Dong Eun : Kalian kaya! Tak butuh uang itu!

Dong Eun memohon pada Yeon Jin agar mengembalikan celengannya.

Yeon Jin : Kulihat sikapmu sopan sekarang. Baik. Kukembalikan. Namun, kau menari saat kami minum. Uangnya tak akan kusentuh. Bagaimana?

Dong Eun kaget, apa?

Yeon Jin : Kubilang menari. Nyanyi dan menari cocok dengan minum.

Dong Eun terhenyak dengan permintaan Yeon Jin.

Yeon Jin : Kenapa? Kau tak mau? Jika tak mau, ada pilihan lain. Kutemukan ini di rumahmu.

Yeon Jin menendang setrika ke dekat kaki Dong Eun.

Yeon Jin : Kau berantakan sekarang. Jika coba bersikap sombong, maka kau benar-benar akan sangat berantakan. Jadi, menarilah. Dengan terhina.

Yeon Jin lantas tertawa.

Dong Eun membeku.

Yeon Jin : Tak apa jika tak mau. Namun, melihatmu hari ini, Dong Eun-ah….

Yeon Jin menatap kaki Dong Eun.

Yeon Jin : Kakimu indah. Aku pilih lagunya.

Semua menertawakan Dong Eun.

Kamera menyorot sepatu Dong Eun.

Petir menggelagar. Kamera lantas menyorot koridor tempat tinggal Dong Eun.

Paginya, Dong Eun terkejut membaca pengumuman di depan pintu UKS.

UKS ditutup sementara karena dokter berhenti. Dong Eun merasa semua jalannya telah buntu.

Malamnya, Dong Eun berdiri di tepi sebuah gedung.

Dia mendongak, menatap salju yang turun lebat sekali.

Dong Eun lalu menatap ke bawah. Omo! Dia mau bunuh diri!

Tapi, Dong Eun tak punya nyali untuk loncat.

Dong Eun pun turun dan jatuh terduduk. Tangisnya pecah.

Kamera menyorot luka bakar di kedua kaki Dong Eun.

Itu luka bakar bekas setrika.

Dong Eun yang kesakitan, mencoba menggosokkan tumpukan salju ke luka bakarnya.

Dia bahkan membuka bajunya dan berusaha menghilangkan perih di kulitnya dengan salju yang dingin.

Dong Eun kemudian berbaring, di atas tumpukan salju. Tangisnya terdengar pilu.

Besoknya, Hye Jeong di arena ski, menerima telepon dari seseorang.

Dia terkejut, sungguh? Kapan? Nanti kutelepon.

Hye Jeong lalu memberitahu Sa Ra dan Myeong O bahwa Dong Eun berhenti sekolah.

Hye Jeong : Namun, dia tulis nama kita di formulir. Dia berikan ke wakil kepsek yang kini merongrong guru kita.

Myeong O : Guru olahraga? Yang memukul terbanyak? Atau secara abjad? Nomor berapa namaku?

Hye Jeong : Kau tak paham ini serius?

Sa Ra merokok. Wajahnya terlihat kesal.

Hye Jeong kemudian berteriak, memanggil Jae Jun dan Yeon Jin yang lagi makin ski.

Jae Jun dan Yeon Jin datang.

Hari sudah malam.

Dong Eun berada di bawah gedung, tempat dia hendak bunuh diri semalam.

Dia diteriaki Pak Kim di telepon.

Pak Kim : Kau jalang gila! Jika mau berhenti, diam-diam saja! Kau tak berbuat salah? Sekali pun? Jika jadi begini, kau juga bermasalah! Ubah formulirmu sekarang!

Besoknya, Dong Eun sudah berdiri di depan Pak Kim. Pak Kim tengah menatap formulir undur diri Dong Eun. Guru lain memprovokasi Pak Kim. Dia bilang, jika itu sampai dilihat oleh Kepala Sekolah, evaluasi kerja Pak Kim akan terpengaruh.

Pak Kim lalu meminta penjelasan Dong Eun.

Dong Eun : Kekerasan sekolah. Park Yeon Jin, Lee Sa Ra, Jeon Jae Jun, Choi Hye Jeong dan Son Myeong O pelakunya.

Dong Eun lalu menunjukkan bekas luka bakar di lengannya.

Dong Eun : Kau hanya diam.

Pak Kim : Apa lengan atau kakimu dipatahkan? Tak ada bagian tubuhmu yang patah. Kekerasan bagaimana? Bagaimana aku diam saja? Kau ini sinting, kau tahu itu? Tak ada salahnya teman menampar!

Dong Eun : Kenapa boleh menampar teman? Kau bangga putramu bisa kuliah, bukan? Jadi, tak apa jika putramu ditampar temannya juga…

Pak Kim menggeplak kepala Dong Eun dengan map tebal.

Setelah itu, dia melepas arlojinya dan menggulung lengannya.

Pak Kim : Aku sudah bersikap baik. Kini kau yang meminta.

Pak Kim menampar Dong Eun. Berkali-kali!

Guru lain bertindak, mereka mencoba menjauhkan Pak Kim dari Dong Eun tapi Pak Kim terus menampar Dong Eun.

Dong Eun tak takut sama sekali.

Di salon, Nyonya Jung sedang mem-facial wajah pria hidung belang. Pria itu lalu menepok bokong Nyonya Jung tapi Nyonya Jung membiarkan saja.

Seorang pria berjas dokter yang juga lagi sibuk sama pelanggan, memberitahu Nyonya Jung bahwa ponsel Nyonya Jung berdering.

Nyonya Jung bergegas menjawab ponselnya.

Nyonya Jung : Ya. Aku ibunya. Siapa ini?

Nyonya Jung ditemani seorang pria, menemui Pak Kim dan Nyonya Park.

Nyonya Park mengeluarkan amplop dari tasnya. Dan Pak Kim yang memberikan amplop itu pada Nyonya Jung.

Nyonya Jung membuka amplop. Isinya, uang satu juta won.

Lalu Nyonya Park menyuruh pria itu tanda tangan surat sebagai ayah Dong Eun.

Pria itu bilang, secara teknis, dia bukan ayah Dong Eun. Namun dia sudah seperti ayahnya.

Nyonya Park mengambil kembali surat itu dan menyodorkannya pada Nyonya Jung.

Nyonya Park menyuruh Nyonya Jung tanda tangan.

Nyonya Jung : Kadang, masalah hukum itu penting.

Nyonya Park : Aku tak punya tanda tangan. Boleh tulis nama saja?

Pak Kim : Tentu saja. Tulis nama di situ, dan alasannya bagi kami.

Nyonya Jung : Alasan?

Pak Kim : Singkat saja. “Gagal menyesuaikan diri.”

Dong Eun terdiam membaca pengumuman, tentang kamarnya yang disewakan.

Pemilik kamar datang.

“Ada yang tertinggal? Hei, kau tak tahu? Ibumu kosongkan kamar tadi pagi.”

Lalu si pemilik kamar memberikan seragam Dong Eun.

“Astaga, ini seragam sekolahmu. Pasti dia akan menghubungi. Dia ibumu.”

Pemilik kamar pergi.

Dong Eun menatap barang2nya yang diletakkan di depan kamar.

Dan, dia menemukan formulir undur dirinya yang sudah dicap ibunya.

Disana tertulis alasannya mengundurkan diri karena gagal menyesuaikan diri.

Dong Eun pun mulai bekerja, di restoran kimbap.

Dia putus sekolah.

Waktu terus berlalu.

Dong Eun bekerja di spa, sebagai cleaning service. Tapi saat tengah bekerja, tiba2 saja kulitnya terasa getal dan perutnya sakit.

Narasi Dong Eun : Bekas lukaku gatal dan perutku sakit sekali karena keram haid. Saat itulah aku berpikir begini. “Apotek buka pukul 09,00 dan sungai Han 20 menit jalan kaki.

Sekarang, Dong Eun sudah di tepi Sungai Han.

Dong Eun : Airnya akan dingin, lalu semua akan baik-baik saja. Bekas luka tak gatal lagi. Aku mau apa lagi? Mungkin ini yang tepat.

Tapi kemudian tangis Dong Eun pecah.

Jae Jun tidur di pangkuan Yeon Jin.

Yeon Jin : Apa Dong Eun berwajah cantik? Dari mata pria.

Jae Jun : Entahlah.

Yeon Jin : Jangan bodoh.

Jae Jun : Bukan hanya wajahnya yang cantik.

Yeon Jin kesal, lalu kenapa tak tutup mulutnya? Minggir, kau berat.

Jae Jun bangun.

Sa Ra dan Hye Jeong keluar dari kamar.

Sa Ra mau pergi.

Yeon Jin : Mau ke mana? Beli minuman lagi? Suruh Hye Jeong.

Hye Jeong : Aku mau jika minuman.

Sa Ra : Ini ibadah fajar. Ayahku akan singkirkan studioku jika aku tak datang. Sial. Itu ibadah khusus lansia. Aku harus cegah dia menelepon kalian.

Yeon Jin : Hei, kau mau dia berhenti menelepon? Kau punya berapa kaus putih?

Ternyata mereka ada di studionya Sa Ra.

Pak Lee lagi memimpin khutbah di tengah jemaatnya.

Lah, Yeon Jin, Sa Ra, Hye Jeong malah main-main. Mereka juga memakai kaus putih.

Pak Lee : Y berkata “Jika pipi kananmu ditampar, berikan pipi kirimu juga! Jika orang ingin ambil bajumu, berikan juga mantelmu. Jika kau dipaksa jalan satu mil, ikut sejauh dua mil…”

Sekarang di kantin, Hye Jeong lagi ngetawain ayahnya Sa Ra.

Hye Jeong : Suara serak ayah Sa Ra itu kocak. Andai kau lihat wajahnya!

Jae Jun : Mungkin dia terkejut tak bisa lihat?

Hye Jeong dan Sa Ra langsung ngacungin jari tengah ke Jae Jun.

Sa Ra : Aku mau susu cokelat.

Hye Jeong memasang wajah kesal, baiklah.

Hye Jeong berdiri.

Hye Jeong : Kalian bagaimana?

Yeon Jin : Kubilang aku puasa minggu ini!

Jae Jun kesal dan menoleh ke belakang.

Jae Jun : Hei, Gyeong Ran, kapan kau berhenti menangis? Besok pagi?

Myeong O menyuruh Gyeong Ran diam.

Myeong O : Berhentilah menangis, Jalang.

Sa Ra : Sial, kau berisik sekali.

Sa Ra mendekati Gyeong Ran membawa catokan. Dia mengancam akan memasukkan catokan yang menyala ke mulut Gyeong Ran jika Gyeong Ran masih berisik.

Yeon Jin tiba-tiba kaget.

Yeon Jin : Kenapa dia kemari?

Ternyata Dong Eun datang. Yeon Jin senang dan langsung mendekati Dong Eun.

Dong Eun : Impianmu yang kau tulis di laman Cyworld. “Ibu bijak dan istri yang baik.” Kau serius?

Mendengar itu, teman2 Yeon Jin tertawa.

Yeon Jin : Dari mana semua ini?

Dong Eun : Sa Ra mau melukis. Jae Jun akan mewarisi lapangan golf. Hye Jeong, jadi pramugari. Mimpimu jadi ibu bijak dan istri yang baik?

Yeon Jin : Apa-apaan? Aku tak punya mimpi, Dong Eun-ah. Mimpi itu untuk orang sepertimu. Kau, dia, dan dia. Aku mengupahmu setelah mimpimu nyata. Aku butuh pekerjaan, bukan mimpi. Pekerjaan yang lumayan bagus. Lalu mungkin aku akan menikah saat masih muda dan cantik. Pilih pria yang baik dan punya satu atau dua anak. Lalu hidup bahagia selamanya. Tak ada kata yang bisa simpulkan itu.

Sa Ra : Ya, ada. Omong kosong.

Yeon Jin menyuruh Sa Ra diam.

Lalu Yeon Jin kembali menatap Dong Eun.

Yeon Jin : Jadi? Apa mimpimu?

Dong Eun : Kau. Mulai hari ini, kau mimpiku. Aku berharap kita akan bertemu lagi.

Dong Eun tersenyum. Semua kaget melihat senyum Dong Eun.

Sekarang sudah musim panas 2006.

Dong Eun tak kenal lelah bekerja. Dia bekerja di pabrik kain.

Dong Eun lalu terdiam menatap tumpukan kertas tebal.

Manajernya datang dan menggeplak tubuhnya.

“Jangan main-main. Simpan itu!”

Pekerja lain meminta manajer tidak terlalu keras pada Dong Eun.

Dia bilang banyak bekas luka di tubuh Dong Eun.

Seorang wanita berambut keriting menatap Dong Eun.

Di sela2 waktu bekerjanya, Dong Eun memeriksa hasil ujiannya GED nya.

Dia dinyatakan lulus!

Sekarang, Dong Eun belajar di depan asramanya. Hari sudah malam, tapi dia masih memakai seragam kerjanya. Di sela2 belajar, Dong Eun pun tertidur karena terlalu lelah.

Wanita berambut keriting tadi melihat Dong Eun. Lalu dia mencopot sepatunya dan pelan2 masuk ke kamar.

Tahun demi tahun berlalu.

Wanita berambut keriting yang biasanya melihat Dong Eun belajar di depan kamar, heran sendiri karena tidak melihat Dong Eun sekarang.

Saat itu, sudah musim gugur tahun 2008.

Para pekerja tengah bekerja. Bel istirahat berbunyi.

Wanita berambut keriting melihat Dong Eun. Dia pun memanggil Dong Eun.

Dong Eun menoleh. Mereka sudah dewasa sekarang.

“Aku tak bermaksud mengganggumu. Usiaku 20 tahun, namaku Koo Seong Hee. Kudengar kau keluar dari pabrik akhir bulan ini. Aku ingin mengobrol denganmu sebelum kau berhenti.”

“Aku juga. Terima kasih.”

“Untuk apa?”

“Jingkat-jingkat.”

“Kau melihat itu? Selamat, Kak. Kudengar kau masuk kuliah. Kau pasti senang sekali. Kau bisa kencan kelompok dan dapat pacar di kampus!”

“Bukan itu yang kucari. Aku kuliah karena ada tempat yang harus kutuju.”

“Apa yang ingin kau tuju? Samsung? Hyundai?”

Dong Eun terdiam.

Bersambung ke part 2….

2 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like