Tentangsinopsis.com – Sinopsis The Glory 2 Episode 8 Part 2 , Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. EPISODE SEBELUMNYA.
Pemilik apartemen memasang pengumuman di pintu kacanya.
“APARTEMEN EDEN. KAMAR 301 TERSEDIA UNTUK DISEWA.”
Lalu dia teringat surat dari Dong Eun.
Dong Eun : Maaf aku tak berpamitan. Kau bisa menyewakan kamarnya. Kini aku tahu kenapa Kamar 301 lebih murah dari yang lain di kawasan ini. Kini aku ingat semuanya.
Pemilik apartemen mendongak, menatap langit.
Pemilik apartemen : Kau butuh waktu lama. Aku tahu begitu melihatmu.
Kita diperlihatkan flashback saat pemilik apartemen menyelamatkan Dong Eun yang mau bunuh diri.
Saat itu, Dong Eun sudah berjalan ke air. Namun, dia melihat ada wanita yang masuk ke air seperti dirinya juga. Dong Eun pun bergegas mendekati wanita itu. Dia membawa wanita itu ke tepi. Wanita itu pemilik apartemen Eden.
Wanita itu melihat Dong Eun bertelanjang kaki.
Pemilik apartemen : Nak. Kau baik-baik saja dengan kaki telanjangmu? Astaga, kenapa kau memakai sweter? Berat saat basah.
Dong Eun : Kaulah alasanku jadi begini, Nenek!
Pemilik apartemen : Astaga, sulit dipercaya. Kau menyalahkanku? Aku melihatmu masuk ke air tanpa sepatu. Namun, airnya terlalu dingin, bukan? Aku kedinginan. Ayo mati saat musim semi tiba. Musim semi.
Tangis Dong Eun pecah.
Pemilik apartemen memeluk Dong Eun.
Flashback end….
Pemilik apartemen Eden membaca surat dari Dong Eun di rooftop nya yang dipenuhi bunga.
Dong Eun : Untuk sementara, aku punya pikiran ini. “Bagaimana jika ada seseorang, atau sesuatu, yang mencoba menolongku?” Sudah 18 musim semi berlalu sejak itu. Kini akhirnya kusadari bahwa ada orang dewasa baik di sekitarku juga.
Teman, cuaca, dan campur tangan Tuhan juga. Saat kau bilang kita harus mati di musim semi, maksudmu kita harus mekar di musim semi. Terima kasih sudah menyelamatkanku. Aku tak tumbuh menjadi orang baik. Namun, kelak, suatu musim semi, aku akan mekar sepenuhnya. Semoga kau panjang umur dan sehat.
Pemilik apartemen menatap bunganya.
Pemilik apartemen : Aku ingin tahu apa dia akan mampir untuk melihat bunganya.
Dong Eun sendiri fokus mengikuti kuliah.
Dua orang di belakang Dong Eun, menggosipi Dong Eun.
“Dia gadis portofolio teratas?”
“Ya. Terlebih lagi, dia dari luar jurusan. Kau lihat lengannya?”
Mereka melihat luka bakar di lengan Dong Eun.
Dong Eun beranjak keluar dari gedung kampusnya. Dia melepas jaketnya karena cuaca panas.
Dia tak malu lagi melihatkan bekas luka bakarnya.
Dan ada tato di lengannya juga. Dong Eun sekarang sudah bisa tersenyum.
Kamera menyorot kartu tanda pegawai Yeo Jeong di atas meja.
Yeo Jeong bekerja sebagai petugas medis di Penjara Jisan.
Yeo Jeong tengah memasak. Di depannya, Dong Eun tengah sibuk dengan ponsel.
Yeo Jeong : Ayolah. Kau mengajar lagi, ya?
Dong Eun : Tentu. Balas dendam butuh banyak uang. Aku membantumu setelah membantu ujian.
Yeo Jeong : Kurasa kau akan terus pulang larut.
Dong Eun mendekati Yeo Jeong.
Dong Eun : Kupilih hari Senin, Rabu, dan Jumat agar tak setiap malam. Ayah siswa ini bekerja di Lembaga Pemasyarakatan Korea.
Yeo Jeong : Ujian memang penting. Omong-omong, menurutmu Jeon Jae Joon ke mana?
Dong Eun : Entahlah. Kurasa bukan hanya aku yang mau membalasnya.
Kita diperlihatkan flashback apa yang terjadi pada Jae Joon setelah dia ditabrak truk melon.
Jae Jun merangkak dan berhasil tiba di atap gedung. Matanya sudah tak bisa dibuka. Kepalanya mengucurkan darah.
Jae Joon waspada dengan sekilingnya.
Jae Joon : Siapa itu? Di mana aku? Siapa kau, Bajingan? Mataku sakit sekali. Kurasa aku harus ke dokter. Itu kau, Choi Hye Jeong? Atau dia mengirimmu? Permisi. Tolong katakan sesuatu. Kenapa kau lakukan ini padaku? Bajingan!
Seorang pria menendang Jae Joon ke bawah.
Kamera menyorot dasi pria itu.
Jae Joon jatuh ke dalam semen yang masih basah dan tak bisa keluar lagi. Dia tenggelam.
Besok paginya setelah Jae Joon tenggelam di dalam semen, Do Yeong dan Ye Seol ada di bandara. Mereka mau terbang ke Inggris.
Kamera menyorot dasi Do Yeong, sama dengan dasi pria yang membunuh Jae Joon.
Dong Eun membawa Yeo Jeong menemui 3 preman yang dulu bekerja dengannya. Si Kepala Preman memberi Dong Eun ponsel dan kunci mobil.
Kepala Preman : Ponsel dan mobil tak terdaftar. Nomornya ada di belakang ponsel. Mobilnya di tempat parkir. Semoga beruntung.
Yeo Jeong membayar para preman itu.
Kehidupan Hyeon Nam juga membaik. Dia tengah berbelanja di pasar.
Saat memilih sayuran, dia mendengar suara anak perempuan memanggil eomma.
Dia menoleh dan melihat seorang ibu bersama anak perempuannya.
Tentu saja Hyeon Nam langsung ingat Sun A.
Hyeon Nam bekerja di restorannya.
Dia sudah memiliki restoran sendiri.
Saat hari sudah malam, dia tutup. Hyeon Nam mengisi perutnya. Tapi tiba2 dia menerima sebuah pesan.
“Mencari pekerja wanita. Tolong hubungi aku.”
Hyeon Nam pun langsung pergi.
Namun sebelum pergi, dia memakai lipstick merahnya dulu.
Yeong Cheon tengah bekerja ketika para tahanan tiba2 mendekatinya.
Para tahanan itu masing2 membawa kayu dan besi.
Yeong Cheon terdiam melihat mereka.
Para tahanan dikumpulkan di aula.
Sipir berkata, dia akan mengenalkan guru sukarelawan yang akan memimpin kelas debat.
Guru itu adalah Dong Eun. Para tahanan langsung bersorak melihat gurunya perempuan.
Dong Eun : Salam kenal. Kedengarannya agak serius saat disebut debat. Karena kelas ini untuk kalian yang dijadwalkan akan dibebaskan, bisa anggap ini sebagai klub buku tempat kita membahas yang kita baca. Bagi yang bersedia, kita bisa coba menulis resume dan riwayat hidup.
Yeo Jeong mengukur tensi seorang tahanan.
Tahanan itu bercerita, kalau dia baru dikunjungi adiknya.
“Dia tersenyum kepadaku. Sebelumnya dia selalu menangis. Jadi, terima kasih. Terima kasih banyak, Dokter.”
“Dia masih butuh perawatan laser, tetapi kini bisa ditutupi dengan riasan. Sedang kau, jangan lupa minum obat darah tinggi.”
“Benar, aku tak boleh mati sebelum bajingan penguntit itu.”
“Kau di sini karena kekerasan khusus, ya?”
“Ya. Aku menyesal tak bisa membunuh bajingan itu. Kau lihat sendiri bekas lukanya. Perbuatan bajingan itu. Dia merusak wajah adikku karena tak memacarinya.”
“Jangan cemaskan adikmu. Aku ahli dalam pekerjaan satunya.”
“Ya, tentu saja. Kau tak perlu memberitahuku. Kudengar menghilangkan bekas luka adalah prosedur yang sangat mahal. Saat keluar, aku akan melakukan apa pun, bahkan pekerjaan kasar jika perlu, dan membayarmu kembali.”
“Kau pembantu di Ruangan 1, ya? Apa kau bisa membayarku dengan sesuatu selain uang?”
“Hanya itu yang kau mau?”
“Bagiku, itu sangat berharga.”
Yeong Cheon tiba di Penjara Jisan. Tapi dia babak belur. Yeong Cheon dibawa masuk oleh petugas, namun dia terdiam melihat seseorang berjas putih yang berdiri membelakanginya. Yeong Cheon langsung ingat ketika Yeo Jeong mengunjunginya di penjara sebelumnya.
Yeong Cheon : Kau mau menghukumku?
Yeo Jeong : Ya!
Yeong Cheon : Sayang sekali. Aku sudah dihukum.
Yeo Jeong : Tidak cukup.
Yeong Cheon : Apa yang akan membuatnya cukup?
Yeo Jeong : Aku harus membunuhmu.
Yeong Cheon : Itu akan menyakitkan. Namun, kau dokter. Ada batas yang tak bisa kau langgar. Aku tak pintar di sekolah, tetapi tahu itu. Aku tahu kau punya sumpah yang harus kau taati.
Yeo Jeong tertawa mendengar itu.
Yeo Jeong : Kau salah. Aku akan jadi dokter hewan jika mau menyelamatkan hewan. Aku akan jadi pendeta jika mau menyelamatkan iblis. Aku hanya selamatkan orang. Sumpah itu hanya berlaku saat aku selamatkan orang. Jika kita bertemu lagi, berhati-hatilah. Orang yang melewatimu, makanan yang kau makan, obat yang kau minum. Apa pun itu, berhati-hatilah.
Yeong Cheon : Kau dokter, tak bisa begitu.
Yeo Jeong : Jangan cemas. Aku tak akan tertangkap. Karena aku dokter.
Yeong Cheon terkejut mendengar itu.
Flashback end…
Yeo Jeong berbalik, menatap Yeong Cheon.
Yeong Cheon kaget tahu itu Yeo Jeong.
Dong Eun mengunjungi makam So Hee.
Dong Eun : Waktu akhirnya berjalan lagi, So Hee. Selamat. Kita 19 tahun sekarang, kau dan aku.
Dong Eun dan Yeo Jeong ke Penjara Jisan.
Mereka turun dari mobil beranjak mendekati pintu gerbang.
Namun tiba2, langit berubah mendung.
Dong Eun dan Yeo Jeong mendongak menatap langit.
Tak lama kemudian, mereka saling berpandangan.
Yeo Jeong : Aku mencintaimu.
Dong Eun : Aku juga.
Lalu bersama mereka melangkah masuk ke Penjara Jisan.
TAMAT!!!