The Glory 2 Eps 8 Part 1 (Last Eps)

Tentangsinopsis.com – Sinopsis The Glory 2 Episode 8 Part 1 , Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. EPISODE SEBELUMNYA.

Di lobi RS Seoul Joo, Dong Eun dan Yeo Jeong bertemu. Dong Eun tanya, apa selama ini Yeo Jeong tahu bahwa dia sengaja mendekati Yeo Jeong. Pasalnya, Dong Eun baru tahu kalau Yeo Jeong adalah wali ibunya So Hee. Yeo Jeong pun mengaku, kalau dia tahu Dong Eun sengaja mendekatinya. Dong Eun tanya, sejak kapan Yeo Jeong tahu dan bagaimana Yeo Jeong tahu hubungan dia dan So Hee.

Yeo Jeong menjawab semua pertanyaan Dong Eun dengan jujur, bahwa dia sudah tahu jasad Yoon So Hee ada di kamar mayat.

Yeo Jeong : Aku melihat salinan kartu pelajarmu sebelum memberimu resep, dan kau seusia dengannya. Kutebak kalian berteman. Karena aku mengikutimu saat kau keluar dari IGD seperti itu.

Dong Eun ingat saat Yeo Jeong membantunya melepas infus saat itu. Yeo Jeong mengenalkan diri sebagai dokter magang. Saat membantu Dong Eun, Yeo Jeong terdiam melihat bekas luka bakar di lengan Dong Eun. Dong Eun langsung menutupi bekas lukanya dan pergi.

Yeo Jeong mengikuti Dong Eun. Dia melihat Dong Eun terdiam di depan kamar mayat.

Kita juga diperlihatkan flashback, saat Dong Eun mencari tahu tentang RS Seoul Joo.

Dan dia menemukan artikel dengan foto keluarga pemilik RS Seoul Joo di sana.

Besoknya, Dong Eun sengajak mendekati Yeo Jeong.

Dia menunggu Yeo Jeong di tepi jalan, sambil menikmati gimbapnya. Tak lama, dia melihat Yeo Jeong datang. Yeo Jeong terus berjalan, menuju RS. Namun, saat di depan pintu masuk yang terbuat dari kaca, Yeo Jeong melihat bayangan Dong Eun tengah menatapnya. Yeo Jeong menoleh, menatap ke arah Dong Eun. Bersamaan dengan itu, Dong Eun melangkah pergi.

Dong Eun melihat para lansia bermain Go-Stop di taman.

Tiba2, seseorang menabraknya. Dan orang itu Yeo Jeong.

Yeo Jeong minta maaf pada Dong Eun. Dia bilang, sejak awal, dia tahu kenapa Dong Eun mau memakainya.

Yeo Jeong : Putra direktur rumah sakit. Saat tahu semuanya, aku tahu aku orang yang tepat. Sebagai algojomu. Jadi, kuyakinkan diriku aku akan berguna, dan aku akan datang kapan pun kau mau memakaiku. Di mana pun itu, aku ingin tiba lebih dahulu sebelum rasa bersalah menguasaimu. Namun, kau pergi.

Yeo Jeong ingat saat Dong Eun mengucapkan rasa terima kasih karena sudah mengajarinya bermain Go-Stop.

Dong Eun : Semoga kau jadi dokter hebat.

Yeo Jeong : Ini pelajaran terakhir?

Yeo Jeong : Kenapa? Saat itu, kenapa kau meninggalkanku? Kau memutuskan untuk memakaiku. Seharusnya kau pakai. Namun, aku tak bisa memahami kenapa kau berhenti memakaiku. Aku penasaran.

Dong Eun : Kudengar dari ibu So Hee tentang hal yang menimpa ayahmu. Katanya penyelamatnya sudah meninggal. Jadi, aku takut jasad So Hee akan dipindahkan dari lemari pembeku. Lalu, aku tahu bahwa dokter magang yang kulihat di IGD adalah putra direktur. Kupikir aku menemukan caranya. Jadi, aku mendekatimu. Lalu kusadari sesuatu. “Bagaimana aku bisa berniat melakukan itu hanya karena aku seorang korban? Pria ini juga seorang korban.”

Yeo Jeong mendengar itu lega.

Yeo Jeong : Kukira kau meninggalkanku karena aku bukan tipemu. Sekarang kau tak punya alasan untuk tak memakaiku. Jika kau menolakku, itu karena cinta. Bukan balas dendam.

Dong Eun : Kalau begitu bantu aku. Sampai akhir.

Yeo Jeong : Aku akan melayanimu sampai akhir.

Hye Jeong terkejut Dong Eun mendatanginya.

Dong Eun : Bibirmu yang mentertawakan kemalangan orang. Akhirnya diam setelah kemalangan menimpamu.

Hye Jeong mau memaki Dong Eun tapi dia tak bisa ngomong.

Dong Eun : Bekas lukanya akan selalu gatal, pedih, dan terasa membakar. Itu kualami.

Hye Jeong ngamuk dan melempari Dong Eun dengan barang2 yang ada di sekitarnya.

Dong Eun : Kau tahu kenapa aku balas dendam? Selama 18 tahun terakhir, kalian semua sudah melupakanku. Itu sebabnya. Agar kalian ingat. Kau juga ingin diingat oleh seseorang, bukan? Yeon Jin hampir tamat. Sedang Sa Ra, aku mudah menanganinya berkat kau. Jadi, jadwalku kosong. Jika kau mau balas dendam, beri tahu aku. Akan kubantu. Apa kau tak mau membalas? Jung Jae Joon.

Mendengar itu, Hye Jeong terdiam.

Jae Joon lagi main sama Louis saat mendengar seseorang membuka pintunya. Dia yang tahu itu siapa, langsung membuka pintu. Benar saja, sesuai dugaannya, itu Hye Jeong. Hye Jeong datang membawa koper.

Hye Jeong berusaha bicara, kau di dalam? Aku datang untuk mengambil barangku.

Jae Joon : Ya, aku di dalam. Ambil yang kau butuhkan.

Hye Jeong di kamar mandi Jae Joon. Dia memasukkan beberapa barangnya ke dalam koper yang dia bawa.

Hye Jeong lalu melihat obat tetes mata Jae Joon di meja toilet. Dia pun ingat kata2 Dong Eun tadi bahwa Jae Joon mengidap glaukoma dan pakai tetes mata sekali sehari untuk menurunkan tekanan intraokular.

Dong Eun memberi Hye Jeong suntikan dan obat.

Dong Eun : Namun, kita sering dengar kecelakaan soal cairan pencuci kaca mobil atau pembersih tangan masuk ke mata. Yang penting Jae Joon tak akan bisa melihat model berambut merah, gadis pameran mobil, atau Yeon Jin lagi dengan matanya. Apa pendapatmu? Kau mau?

Flashback end…

Kamera menyorot obat Jae Joon.

Hye Jeong merogoh sakunya. Namun Jae Joon masuk.

Jae Joon : Masih butuh waktu? Aku mau mandi sebelum pergi.

Jae Joon lalu minta maaf karena dia terus lupa Hye Jeong gak bisa bicara.

Jae Joon : Tepuk tangan saja. Sepuluh menit. Dua puluh menit.

Hye Jeong ngasih Jae Joon jari tengah.

Jae Joon : Kau sudah mahir bahasa isyarat. Aku paham semuanya. Sepuluh menit.

Hye Jeong yang kesal, mengeluarkan suntikan dan obat dari sakunya.

Lalu dia mengganti isi dari dalam botol obat tetes mata Jae Joon dengan cairan yang diberikan Dong Eun.

Dia lalu tertawa setelah menukar obat Jae Joon.

Dua preman, anak buah Kepala Shin, mencoba membobol brankas Kepala Shin. Tapi, Kepala Shin tiba2 masuk dan melihat kelakuan mereka.

Kepala Shin : Ada apa ini?

Si Kepala Preman bilang, dia mendengar motel itu dijual. Dia bilang, dia dan temennya layak dapat pesangon usai membereskan semua kekacauan Kepala Shin.

Kepala Shin : Berapa banyak? “Pesangon”? Kenapa tak minta kubayar asuransimu juga?

Kepala Shin menampar si Kepala Preman. Dua kali!

Si Kepala Preman kesal dan langsung memukul kepala Kepala Shin dengan palu. Kepala Shin terjatuh sambil memegangi kepalanya yang langsung mengucurkan darah. Tak lama kemudian, dia berdiri. Si Kepala Preman menyuruhnya melihat keluar jendela. Dia bilang, sedang hujan. Buktinya akan hilang, dan lebih mudah menggali lubang.

Kepala Shin melihat keluar jendela. Tak lama, dia menatap si Kepala Preman. Kepala Preman langsung memukul kepalanya dengan palu. Kepala Shin tamat sudah.

Yeon Jin di ruang ganti di kamarnya, duduk di lantai. Penampilannya kacau. Yeon Jin menatap label namanya dengan tatapan kosong. Tak lama, senyum tersungging dari bibirnya.

Yeon Jin : Jangan bergegas atau buru-buru. Terlihat keren saat kau datang kepadaku.

Yeon Jin lalu bersenandung. Senandung yang dia senandungkan saat mau merundung Dong Eun dulu.

Yeon Jin : Hatiku berkobar dengan cinta.

Sebuah kiriman video masuk ke ponsel Yeon Jin.

Yeon Jin melihat. Itu video rekaman ruangan Jae Joon di Siesta.

Yeon Jin terkejut melihat botol minuman yang dia pakai untuk membunuh Myeong O dulu.

Yeon Jin pun langsung ke Siesta. Dan, dia terkejut melihat para petugas yang tengah melakukan olah TKP. Dia makin tak berkutik melihat botol minuman keras kini dipegang petugas.

Yeon Jin pun ditangkap malam itu juga.

Rekan2 Detektif Choi membawa Yeon Jin keluar.

Yeon Jin yang masih memegang ponsel, berusaha menghubungi orang yang mengiriminya video.

Orang itu adalah Dong Eun. Ponsel di tangan Dong Eun berbunyi. Itu nomor Yeon Jin. Dong Eun berdiri di depan Siesta, dia melihat polisi menangkap Yeon Jin.

Dong Eun kemudian beranjak pergi usai melihat penangkapan Yeon Jin. Sembari berjalan, dia membuang ponselnya yang dia pakai untuk mengirimi video ke Yeon Jin, ke tong sampah yang dia lewati.

Detektif Choi dan rekannya yang lain masih di TKP.

Rekan Detektif Choi bilang, NFS menduga senjata pembunuhnya adalah benda bulat dengan area permukaan luas. Dan menurut rekannya, senjata pembunuhan adalah botol miras itu. Tapi dia juga mengatakan itu tak masuk akal karena bukti pembunuhan ada di tempat itu.

Detektif Choi : Semua kamera CCTV kosong. Rupanya, pemiliknya mengambil komputer. Itu juga tak masuk akal!

Rekan Detektif Choi : Namun, dari mana kau tahu tempat ini?

Detektif Choi : Laporan anonim.

Besoknya, Jae Joon ke sekolah Ye Sol. Dia memanggil Ye Sol yang ada di lapangan.

Jae Joon : Ye Sol-ah, ini paman Jae Joon.

Tapi kemudian dia meralat ucapannya. Dia bilang dia ayah kandung Ye Sol. Sontak lah wali murid yang duduk di lapangan kaget mendengar itu.

Jae Joon : Kau tak tahu itu, bukan? Aku ayah kandungmu. Nanti kujelaskan semua. Aku bahkan beli saham Samsung Electronics dan Kakao!

Seorang wali berkata, yang dilihat Jae Joon Sae Mi, temannya Ye Sol. Ye Sol nya udah keluar negeri.

Jae Joon kaget, luar negeri?

Dia pun sadar Do Yeong telah membawa Ye Sol.

Dia marah, Ha Do Yeong, bajingan itu.

Kocaknya, dia memarahi wali murid karena baru ngasih tahu dia sekarang.

Jae Joon pun menghubungi Do Yeon namun Do Yeong tak bisa dihubungi.

Jae Joon lantas menghubungi Dong Eun.

Jae Joon : Di mana Ye Sol? Di mana putriku? Kau sembunyikan di mana?

Dong Eun : Aku selalu penasaran, Jae Joon soal wajah siapa yang akan terakhir kau lihat. Kurasa kini kita tahu bukan wajah putrimu.

Jae Joon : Kau di mana? Di mana kau sekarang? Dasar jalang!

Do Yeong di toserba. Dia berdiri di depan jendela, sambil mencoba gimbap yang dahulu dia tolak saat ditawari Dong Eun.

Jae Joon berputar2 mencari Gedung B. Dia janjian dengan Dong Eun di sana. Namun pandangannya mengabur. Jae Joon pun memakai obat tetes matanya. Seketika matanya perih dan tak bisa dibuka. Jae Joon menghentikan mobilnya di tengah jalan. Di saat matanya lagi perih2nya, tiba2 aja dia merasakan sebuah cahaya yang sangat terang. Tak lama dia mendengar suara mesin mobil mendekat. Mobil Jae Joon ditabrak oleh sebuah truk.

Detektif Choi menunjukkan foto Bu Hong ke Dong Eun. Dia tanya, apa Dong Eun mengenal Bu Hong.

Dong Eun : Itu ibu Yeon Jin.

Detektif Choi : Ya. Nyonya Hong Young Ae. Dia menabrak orang baru-baru ini. Kasusnya ditutup sebagai kecelakaan mobil biasa, tetapi kami meneliti riwayat ponselnya dan mendapati bahwa dia diperas oleh korban. “Aku tahu putrimu membunuh seseorang.”

Dong Eun : Kenapa kau memberitahuku?

Detektif Choi : Kukira kau akan tahu. Kurasa kau yang memberi informasi itu kepada Lee Seok Jae. Namun, aku tak bisa menemukan hubunganmu dan Lee. Lalu aku meneliti riwayat ponsel istrinya. Kang Hyeon Nam. Kau tahu siapa dia, bukan?

Dong Eun : Masalahnya, Detektif, katakanlah aku banyak mulut, dan mengatakan sesuatu kepada korban atau istrinya. Apa itu melanggar hukum? Lagi pula, dia yang mengemudi.

Detektif Choi : Itu tak melanggar hukum.

Dong Eun : Lalu bagaimana Nyonya Hong Hong sekarang?

Nyonya Hong menggedor2 kediaman Hyeon Nam. Pengacaranya bilang, dia harus nyamperin Yeon Jin di kantor polisi sekarang juga. Nyonya Hong marah.

Nyonya Ho : Aku dalam kekacauan ini karena kau tak becus! Sesulit itukah membuatnya berdamai?

Nyonya Hong kembali menggedor2 pintu sambil teriak2 kayak orang gila.

Nyonya Hong : Apa kau tak di rumah? Permisi, Bu! Kau sungguh tak di dalam? Hei! Kau di dalam atau tidak? Keluar!

Tiba2, seseorang memanggilnya dari tangga.

“Nyonya Hong.”

Nyonya Hong dan pengacaranya menoleh.

Sepertinya polisi.

Detektif Choi menerima telepon. Setelah itu, dia memberitahu Dong Eun bahwa Nyonya Hong baru saja ditahan atas pembunuhan. Mendengar itu, Dong Eun berkaca-kaca.

Detektif Choi : Inikah akhir permainannya? Kau mengatur semuanya, ya? Bahkan laporan anonim.

Dong Eun : Terima kasih sudah mendengarkanku selama ini.

Detektif Choi : Sudah seharusnya. Meski aku 18 tahun terlambat. Penyelidikan ini kini berakhir. Sampai jumpa.

Sebelum pergi, Detektif Choi ngasih tahu kalau dia akan sangat sibuk jadi tak bisa mengurus hal lain.

Yeon Jin di penjara, didatangi Do Yeong. Do Yeong membawa surat cerai. Yeon Jin tak punya pilihan selain menandatangani surat itu. Pengacara Do Yeong menyimpan surat cerai yang sudah ditandatangani Yeon Jin ke dalam tasnya. Lalu dia meninggalkan Do Yeon dan Yeon Jin berdua.

Do Yeong berdiri, carilah pengacara bagus. Kau bisa menghemat uang untuk hal lain dalam hidup, tidak untuk pengacara.

Do Yeong mau pergi, tapi Yeon Jin bilang dia kejam.

Yeon Jin : Teganya kau datang sendiri untuk surat cerai?

Do Yeong menoleh, menatap Yeon Jin.

Yeon Jin : Kau mau ke mana?

Do Yeong diam.

Yeon Jin : Tenang, aku tak akan mengikutimu.

Do Yeong : Inggris. Ye Sol suka sepak bola.

Yeon Jin : Jika aku menulis surat kau akan berikan suratnya kepada Ye Sol?

Do Yeong tak menjawab pertanyaan Yeon Jin. Dia hanya menyuruh Yeon Jin jaga kesehatan, lalu pergi.

Hyeon Nam melakukan tugas terakhirnya dari Dong Eun. Dia menemui Seong Hee dan menyerahkan mobil beserta kuncinya.

Hyeon Nam : STNK ada di dalam dan atas namamu. Bu Moon memintaku menyerahkan kepadamu. Dia sangat berterima kasih. Dia mau kau memakainya, berharap bisa membawamu ke tempat bagus.

Seong Hee khawatir, eonni ke mana?

Hyeon Nam lalu menemui si dokter UKS. Dia menyerahkan tas yang berisi uang.

Hyeon Nam : Dia bilang mau menyerahkan ke orang yang akan memanfaatkannya. Entah kau sumbangkan atau untuk membuka pusat konseling, dia akan mendukung keputusanmu. Juga jangan lupa traktir dirimu makan. Bu Moon menyuruhku memberitahumu bahwa dia sangat berterima kasih.

Dokter UKS : Apa Dong Eun pergi? Dia ke mana?

Yeo Jeong baru masuk ke rumah. Dia istirahat sejenak di sofanya. Diluar masih hujan.

Tiba2, Dong Eun menelponnya.

Dong Eon : Kau mau melihat laut bersamaku?

Yeo Jeong tertawa, itu kalimat rayuan lama.

Dong Eun dan Yeo Jeong di perjalanan. Salju turun dengan lebat.

Yeo Jeong : Kau bisa pasang musik kalau mau, atau tidur kalau lelah. Lalu lihatlah wajahku sesekali. Aku terlihat paling tampan dari sudut kursi penumpang.

Dong Eun tertawa mendengar itu.

Dong Eun : Tak ada lagu di ponselku. Kau menyanyi saja.

Yeo Jeong : Wah, akhirnya! Kau pasti akan terkejut.

Yeo Jeong mulai bernyanyi dengan wajah penuh semangat.

Dong Eun tak bisa menghentikan tawanya mendengar nyanyian Yeo Jeong.

Dong Eun dan Yeo Jeong menghabiskan waktu di dermaga.

Mereka minum bir, dan Dong Eun terus tertawa mendengar nyanyian Yeo Jeong.

Yeo Jeong lalu mampir ke toserba. Dia membeli beberapa bir. Dong Eun menghubunginya.

Yeo Jeong : Aku sudah beli birnya. Kau butuh yang lain?

Dong Eun : Kita sudah di tujuan akhir. Inilah akhirnya. Selamat tinggal.

Sontaklah Yeo Jeong kaget.

Yeo Jeong pun langsung kembali ke dermaga.

Tapi Dong Eun sudah pergi.

Besoknya, Dong Eun menemui Yeon Jin di penjara. Lah si Yeon Jin masih bisa menyeringai sama Dong Eun. Yeon Jin tanya kenapa Dong Eun lama sekali. Dia bilang dia merindukan Dong Eun.

Dong Eun : Sama. Aku sangat ingin melihatmu seperti ini. Benar-benar sendirian, tanpa siapa pun, tanpa cinta sama sekali.

Yeon Jin : Kau pikir aku akan lama di sini?

Dong Eun : Ya. Meski keluar pun, kau akan sangat tua.

Yeon Jin marah, jalang!

Sipir menegur Yeon Jin, narapidana 2695! Tenanglah.

Yeon Jin langsung diam dengan wajah kesal.

Dong Eun : Kuharap, pada akhirnya, entah aku hidup atau mati, duniamu akan penuh denganku. Aku ingin kau sakit hati setiap saat, hingga kau merasakannya sampai ke tulang.

Yeon Jin : Aku sakit hati. Aku bisa saja lolos. Tentu saja sakit hati. Namun, kau tahu? Seharusnya aku yang bilang begitu. Kenapa kau? Kenapa aku harus sakit hati?

Kita diperlihatkan flashback, ketika Yeon Jin memukul Myeong O dua kali dengan botol miras. Setelah Myeong O tak berdaya, Yeon Jin lari.

Gyeong Ran yang menginap di gudang, mendengar suara ribut. Dia duduk dan melepas earphone nya. Lalu dia menempelkan telinganya ke pintu. Gyeong Ran yang tak yakin, akhirnya memeriksa CCTV. Dan dia melihat Yeon Jin yang hendak masuk ke mobil.

Lalu Myeong O teriak, memanggil Gyeong Ran. Dia tahu Gyeong Ran ada di dalam gudang.

Gyeong Ran keluar dan terkejut melihat Myeong O terkapar bersimbah darah di lantai.

Myeong O minta tolong Gyeong Ran mengambilkan ponselnya. Namun Gyeong Ran membeku menatap Myeong O.

Myeong O marah, tolong aku, Jalang!

Dia memegang kaki Gyeong Ran. Sontak Gyeong Ran kaget dan terjatuh.

Gyeong Ran ingat saat Myeong O melecehkan di gudang Siesta.

Trauma Gyeong Ran pun kambuh. Gyeong Ran yang ketakutan dilecehkan lagi, langsung memukul kepala Myeong O dengan botol miras itu.

Myeong O pun tewas.

Setelah semua itu, barulah Gyeong Ran memberikan botol itu ke Dong Eun.

Dong Eun yang sedang di laundry, dihubungi Gyeong Ran. Gyeong Ran minta tolong.

Dong Eun pun langsung menemui Gyeong Ran.

Gyeong Ran : Kau bilang Yeon Jin harus jadi pembunuhnya. Aku takut sekali. Tolong aku, Dong Eun-ah.

Gyeong Ran lalu menatap botol miras yang sudah dia masukkan ke dalam plastik.

Gyeong Ran : Aku harus apa dengan ini?

Dong Eun : Ini harus kembali ke tempatnya Jangan khawatir. Yeon Jin pembunuhnya. Itu tak berubah.

Dong Eun memasukkan botol miras itu ke tasnya. Gyeong Ran berterima kasih Dong Eun sudah mau membantunya. Dia juga minta maaf atas sikapnya dulu yang mengabaikan Dong Eun.

Dong Eun : Aku bukan membantumu. Di mana pun kau berada atau apa yang kau lakukan, kau harus menanggung beban ini. Juga, aku tak berdiri di lorong itu lagi. Kau juga harus begitu. Jangan berdiri di ruang olahraga itu lagi.

Dong Eun beranjak pergi.

Namun langkahnya terhenti mendengar tangis Gyeong Ran.

Tangis Dong Eun mengalir. Tapi tak lama, dia pun pergi.

Flashback end…

Dong Eun tersenyum lebar menatap Yeon Jin. Yeon Jin tanya, kenapa dia harus sakit hati.

Sipir menegur Yeon Jin lagi karena Yeon Jin terus ngamuk. Dia bilang, kunjungan Yeon Jin udah selesai.

Dong Eun : Aku juga sakit hati. Lihat dirimu. Tuhan tak memihakku. Penjara? Hanya itu? Jadi, aku tak punya pilihan, selain berharap penjara ini jadi nerakamu. Aku hanya bisa berdoa agar kau panjang umur di neraka ini tanpa pernah tahu alasannya.

Yeon Jin ngamuk, apa itu? Apa yang tak kuketahui?

Dua sipir bergegas membawa Yeon Jin. Yeon Jin terus teriak, bahwa dia akan membunuh Dong Eun.

Sekarang, Dong Eun di atap gedung. Dia membakar semua foto2 geng catok serta artikel2 yang dia kumpulkan tentang mereka.

Narasi Dong Eun : Biar aku saja yang membunuhku. Jadi, bagi kita, saatnya mengucapkan selamat tinggal. Yeon Jin yang ingin kubunuh, selamat tinggal. Ini surat terakhirku untukmu. Aku juga pamit kepada semuanya. Semoga terbakar bagi kalian seperti bagiku dahulu. Semoga itu menyakitkan.

Dong Eun lalu beranjak ke tepi gedung. Dia mau bunuh diri, hal yang dulu tak bisa dia lakukan.

Saat dia sudah memantapkan hatinya untuk melompat, ibu Yeo Jeong datang.

Direktur Hong : Tolong selamatkan putraku! Aku ibu Yeo Jeong. Jika ini tujuan akhirmu, kau seharusnya sudah tahu. Bagaimana jika Yeo Jeong begini juga? Aku bertemu ibu So Hee. Dia cerita tentang dirimu. Dia cerita tentang asal usulmu, dan bagaimana kau jadi begini. Namun, bukan begini caramu mengakhiri semua. Saat Yeo Jeong bilang mau membantumu balas dendam, aku memberinya izin. Jadi, tolong beri aku izin untuk menyelamatkanmu hari ini. Entah aku harus berpegangan padamu atau melompat bersamamu, aku akan tetap menyelamatkanmu! Jadi, tolong keluarkan putraku dari neraka ini, agar dia memilih untuk hidup. Kumohon kepadamu.

Dong Eun berkaca-kaca mendengar itu. Lalu dia tanya apa Kang Yeong Cheon adalah neraka Yeo Jeong. Apa 3724 adalah nomor tahanannya.

Direktur Hong : Benar. Bajingan menjijikkan itu!

Kita diperlihatkan flashback, saat Direktur Hong dan rekannya berusaha menyelamatkan mendiang dulu. Sementara Yeong Cheon sudah diamankan oleh satpam.

Narasi Yeong Cheon terdengar.

Yeong Cheon : Saat ini pun, kejadian hari itu masih sangat jelas dalam ingatanku. Bau darah di lubang hidungku. Suara sayatan pisau saat menusuk lehernya. Suhu darah yang mengalir di tanganku. Bahkan tatapan terakhirnya yang berkedip.

Lalu Yeo Jeong datang. Yeo Jeong mau mendekati ayahnya sambil teriak memanggil sang ayah, namun rekan2 sang ayah menghalanginya.

Yeong Cheon yang melihat Yeo Jeong, malah memancing emosi Yeo Jeong.

Dia sengaja berteriak, appa! Appa! Dia bilang appa! Bangun, Ayah! Panggil ibu!

Yeo Jeong hanya bisa terdiam emosi menatap Yeong Cheon.

Hakim membacakan putusannya. Yeo Jeong duduk di kursi pengunjung sama ibu dan rekan2 sesama dokter.

Hakim : Terdakwa digugat atas tiga pembunuhan bersama dengan penodaan dan pembuangan mayat. Berdasarkan bukti yang diberikan oleh penelitian proses hukum, pengadilan menyatakan semua gugatan terhadap terdakwa dinyatakan bersalah. Juga, terdakwa melanggar prinsip moral, saat dia membunuh korban yang memberinya perawatan medis karena niat baik. Tindakannya tak hanya berkonsekuensi serius, tetapi metode kejahatannya sangat kejam. Hasilnya, pengadilan menghukum terdakwa. Putusannya, terdakwa dihukum mati.

Namun Yeong Cheon sama sekali tidak merasa bersalah.

Dia tersenyum lebar menatap Yeo Jeong.

Yeo Jeong emosi. Dia merangsek maju, mau membunuh Yeong Cheon tapi dihalangi polisi dan rekan2nya. Yeong Cheon pun dibawa pergi.

Semenjak itu, hidup Yeo Jeong tak pernah tenang. Dia terus dikirimi surat oleh Yeong Cheon.

Yeong Cheon : Aku selalu mengagumi tatapan terakhir orang yang sekarat. Pembuluh darah di mata pecah dan perlahan mewarnai bagian putih mata. Bagai matahari terbenam. Aku akan menyuratimu lagi.

Yeo Jeong nangis dan meremuk surat dari Yeong Cheon.

Enam bulan kemudian….

Musim panas, 2023…

Yeo Jeong termenung di Taman Go. Dia menatap papan Go, serta dua cangkir kopi dan kotak kecil berwarna putih di depannya. Dia berharap Dong Eun datang.

Di penjara, Yeon Jin dan rekan2 di bangunan sel nya, berjalan di koridor penjara didampingi sipir. Bersamaan dengan itu, tahanan dari bangunan lain juga berjalan dari arah berlawanan. Nyonya Hong papasan dengan Yeon Jin. Yeon Jin kaget liat ibunya. Namun sang ibu, terus berjalan menuju sel nya, tanpa sedikit pun menatapnya.

Yeon Jin mau mengejar ibunya, tapi dihalangi petugas. Yeon Jin teriak memanggil ibunya.

Di sel nya, Yeon Jin hanya bisa terdiam dengan mata bengkak.

Lalu rekan satu sel nya bertanya soal cuaca padanya.

Dia langsung berdiri di dekat jendela dan mengikat bagian bawah seragam tahananannya dan membacakan cuaca sambil menatap tangis dan menjaga senyumnya.

Dong Eun di kuil, dia bekerja di sana bersama ibu Tae Seok dan para relawan lain.

Di tengah pekerjaan, Dong Eun istirahat sejenak. Dia duduk di teras kuil bersama ibu Tae Seok.

Ibu Tae Seok : Kukira kau tak akan bertahan sebulan, tetapi aku salah. Sudah enam bulan?

Dong Eun : Ya. Sudah musim panas.

Ibu Tae Seok : Aku mencari tahu si jalang dan bajingan itu. Kau benar, Nona Moon. Kau membuatku lebih tenang. Namun, aku tahu tak ada yang gratis di dunia ini. Kini ceritakan kenapa kau selalu mengikutiku.

Dong Eun : Aku mau minta tolong.

Ibu Tae Seok : Ada tahanan seumur hidup di Penjara Cheongsong. Biasanya, tahanan dikategorikan dari S1 sampai S5.

Dong Eun : Tahanan S4 masuk Penjara Cheongsong.

Ibu Tae Seok : Aku tak tahu siapa itu, tetapi pasti penjahat tak berguna.

Dong Eun : Ya. Dua dari tiga korban pembunuhan adalah wanita. Bisa dia dipindahkan ke penjara lain?

Ibu Tae Seok : Maka aku harus buat masalah di penjara. Hanya satu tempat yang lebih buruk dari Penjara Cheongsong. Penjara Jisan. Apa tempat itu cocok?

Dong Eun lalu mengantar ibu Tae Seok ke mobil.

Ibu Tae Seok : Cari aku jika butuh pinjaman. Untukmu, aku tak akan ambil bunga di muka.

Ibu Tae Seok beranjak pergi.

Yeo Jeong kembali ke rumah. Dia masih kurang semangat. Tapi kemudian dia terkejut menatap papan go nya sudah berisi.

Seseorang membuka pintunya. Yeo Jeong harap2 cemas menatap ke pintu. Ternyata Dong Eun.

Dong Eun tersenyum dan menunjukkan bir yang dia bawa.

Yeo Jeong membeku.

Dong Eun : Kau baik-baik saja?

Yeo Jeong : Apa katamu? Kau sungguh jahat…

Yeo Jeong mendekati Dong Eun.

Yeo Jeong : Teganya kau… Apa kau tahu betapa…

Dong Eun : Aku merindukanmu.

Yeo Jeong : Lalu kenapa kau meninggalkanku lagi?

Dong Eun : Mungkin itu cinta, bukan balas dendam.

Yeo Jeong : Aku tak baik-baik saja. Balas dendamku tak berjalan lancar.

Dong Eun : Kurasa kau butuh pelajaran. Kau mau kuberi pelajaran soal balas dendam? Kini aku yang jadi algojomu. Aku akan menjadi 1% yang hilang. Katakan. Siapa yang harus kubunuh?

Yeo Jeong tak bisa menerimanya.

Dong Eun : Kali ini kau punya batu hitam karena ini yang pertama. Biarkan aku bergerak untukmu.

Dong Eun lalu mencium Yeo Jeong.

Bersambung ke part 2…

4 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like