Tentangsinopsis.com – Sinopsis The Glory 2 Episode 3 Part 1 , Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. EPISODE SEBELUMNYA.
Yeon Jin memukul kepala Myeong O dengan botol miras.
Myeong O terjatuh, dengan kepala terluka. Tapi dia masih sempat berdiri dan hendak melakukan perlawanan tapi Yeon Jin memukulnya lagi. Dia pun tersungkur. Tapi dia masih bergerak. Yeon Jin kaget melihat Myeong O bergerak ke arahnya. Myeong O memegang kaki Yeon Jin. Yeon Jin sontak menarik kakinya. Ketika menarik kakinya itulah, Myeong O mencakar kakinya.
Myeong O tak bergerak lagi. Yeon Jin mendekati Myeong O. Dia menyentuh lengan Myeong O dengan kakinya, tapi Myeong O tak bergerak lagi. Sementara darah Myeong O mengalir semakin banyak. Yeon Jin mulai panic. Dia mengambil tisu dan membersihkan noda darah di kakinya.
Setelah itu, dia mengganti baju mantel nya yang berlumur darah dengan baju mantel yang ada di depannya. Yeon Jin lalu memasukkan baju mantel nya ke dalam paper bag Siesta dan berlari ke pintu. Tapi kemudian langkahnya berhenti. Dia menoleh dan terhenyak.
Dua orang pria bermasker membawa kardus besar ke bagasi mobil. Kardus itu berisi jasad Myeong O. Terdengar suara Kepala Shin yang mengatakan bahwa dia akan mengurus semuanya. Dua pria itu pergi. Tapi sempat berhenti di jembatan, guna membuang ponsel Myeong O ke sungai. Mobil pria itu memasuki Rumah Duka Yeongsan, yang tidak terpakai.
Yeon Jin ada di atap gedung. Dia membakar paper bag yang berisi baju mantelnya sambil merokok. Setelah itu, Yeon Jin menghubungi Kepala Shin. Yeon Jin bilang, Myeong O mencakar kakinya. Kepala Shin bilang dia sedang mengurusnya jadi Yeon Jin tak perlu cemas.
Kepala Shin sendiri di Rumah Duka Yeongsan. Dia menatap dua orang pria bermasker tadi yang tengah membersihkan jejak Yeon Jin dari jari2 Myeong O. Yeon Jin tanya, bagaimana caranya. Kepala Shin bilang, dia akan menguburnya. Itu cara terbaik.
Kepala Shin : Nanti kukabari.
Yeon Jin berusaha menengkan diri.
Kepala Shin menyimpan ponselnya. Pria sewaannya bertanya, sebentar lagi fajar. Apa mereka akan mengubur Myeong O sekarang. Kepala Shin bilang jangan. Mereka akan kubur Myeong O saat hujan agar buktinya tercemar.
Kepala Shin menyalakan rokoknya. Lalu dia mendekati jasad Myeong O dan menyuruh dua pria sewaannya berhenti sebentar. Kepala Shin mengamati jasad Myeong O.
Yeon Jin akhirnya terbangun dari mimpi buruknya. Dia syok.
Yeo Jeong : Kau sudah bangun, Park Yeon Jin-ssi?
Yeon Jin menoleh, menatap Yeo Jeong. Dia merinding melihat Yeo Jeong senyum padanya.
Yeo Jeong menyuruh Yeon Jin agar berbaring lebih lama. Dia bilang, Yeon Jin sepertinya bermimpi buruk.
Yeon Jin : Kau siapa? Kau apakan aku?
Yeon Jin lalu mencari kamera pengawas.
Yein Jin : Kamera. Dimana CCTV nya?
Yeon Jin yang panic, turun dari tempat tidurnya.
Dokter UKS datang dan mencoba membantu Yeon Jin, tapi Yeon Jin segera menjauh darinya.
Yeon Jin : Tunjukkan kameranya! Kau apakan aku saat aku tidur? Apa yang kau lakukan!
Dokter UKS : UU Privasi melarang kamera di ruang prosedur!
Yeon Jin mencopot infusnya.
Yeo Jeong : Anestesinya belum hilang, kau pasti agak bingung. Bisa jelaskan perasaanmu saat ini?
Yeon Jin pun lagi.
Yeon Jin lari ke kamar mandinya. Dia menanggalkan pakaiannya dan memeriksa seluruh tubuhnya. Tapi tak ada apapun.
Yeon Jin pun terduduk lemas.
Dong Eun menatap Do Yeong. Tapi Do Yeong menatap luka2 di tubuh Dong Eun.
Do Yeong : Aku punya banyak pertanyaan, tetapi kini percuma.
Do Yeong lalu bertanya, apa luka2 itu masih terasa sakit.
Dong Eun : Aku tak mau dengar itu. Bukan sesuatu yang santai. Meski semuanya percuma, ada pertanyaan yang harus kau ajukan. “Apa Yeon Jin melakukannya?”.
Do Yeong terdiam mendengar kalimat Dong Eun.
Dong Eun kemudian tanya, apa Do Yeong mencari Myeong O.
Dong Eun : Aku bahkan mengirimimu foto.
Do Yeong : Ada hal lain yang harus kuketahui?
Dong Eun : Kurasa kau cukup tahu untuk meninggalkan Yeon Jin. Begini, aku tak mau siapapun ada di sisi Yeon Jin. Terutama suaminya.
Do Yeong : Kenapa?
Dong Eun : Karena kurasa kau kejayaan Yeon Jin, Tuan Ha. Aku ingin kau mencari kehancuran Yeon Jin.
Do Yeong : Untuk orang dengan rencana itu, kau tak terlalu proaktif. Tak seagresif bayanganku.
Dong Eun pun menatap Do Yeong dengan tatapan penasaran.
Do Yeong : Aku takkan meninggalkan Yeon Jin.
Dong Eun : Kenapa?
Do Yeong : Entahlah. Aku benci bilang aku tak tahu sesuatu, tetapi aku belum tahu. Aku baru sadar aku takkan meninggalkan Yeon Jin. Jadi, mari bertemu lagi.
Dong Eun kecewa, sekaligus penasaran kenapa Do Yeong mau menemuinya lagi padahal takkan meninggalkan Yeon Jin.
Sekarang, Dong Eun selimutan di sofa. Dia tertidur lelap. Tapi kemudian, dia bangun karena mendengar suara orang memasak. Dong Eun melihat Yeo Jeong lagi memasak. Yeo Jeong menyuruh Dong Eun tidur lagi. Dia bilang masakannya akan matang 20 menit lagi.
Yeo Jeong membuka kulkas dan mengambil bahan masakan, tapi ada wadah putih bertuliskan ‘EP’ di atas tutupnya, disamping bahan yang diambil Yeo Jeong tadi. Yeo Jeong kembali menutup kulkas dan kembali ke meja masak. Dia bilang, dia belum makan dan akan membangunkan Dong Eun setelah selesai masak.
Dong Eun beranjak ke dapur. Dia bilang dia bangun karena bau masakan Yeo Jeong enak. Dia lalu tanya, ada buat dia juga.
Yeo Jeong : Luar biasa, ya? Benar, Park Yeon Jin datang dan melakukan prosedur.
Dong Eun : Aku bertemu Ha Do Yeong.
Dong Eun lantas ingin membantu Yeo Jeong masak. Dia bilang dia gak bisa masak tapi pandai membantu.
Yeo Jeong tersenyum dan beranjak ke sisi lain.
Dong Eun membereskan meja dapur dekat masakan yang lagi terjerang. Tapi Yeo Jeong langsung datang mencegah Dong Eun. Yeo Jeong bilang, itu panas. Dong Eun bisa terluka. Dong Eun melihat bekas luka bakarnya. Lalu dia bilang, orang lain lebih kesulitan melihat bekas lukanya dibanding dirinya.
Yeo Jeong : Bukan begitu. “Kenapa berdandan rapi untuk menemui Ha Do Yeong? Kau bisa saja pakai sweater”. Itu arti raut wajahku.
Dong Eun tersenyum, lalu dia bilang hanya lebih sejuk.
Dong Eun : Panggil aku setelah selesai. Aku bahkan belum cuci muka.
Dong Eun berbalik dan mulai beranjak.
Yeo Jeong : Biarkan aku merawatmu.
Dong Eun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Yeo Jeong.
Yeo Jeong : Mulai dari luka dekat pergelangan tangan dan paling dekat pergelangan kaki.
Dong Eun : Itu tak penting.
Yeo Jeong : Itu penting. Luka bisa disembuhkan dengan membuat luka yang lebih dalam. Agar bisa terisi dengan kulit baru. Biar aku yang membuat luka itu. Kau takkan sama seperti dulu, tetapi mirip.
Dong Eun : Itu tak penting karena itu tak menggangguku.
Dong Eun beranjak.
Yeo Jeong terdiam menatap Dong Eun sampai gak sadar rebusannya mulai mendidih.
Besoknya, Dong Eun dihubungi seseorang terkait Sun A. Dia bilang, Sun A tampil bagus saat wawancara di kedutaan dan Dong Eun sudah bisa membayar dan beli tiket pesawat untuk keberangkatan Sun A.
Dong Eun sendiri di depan jendela, menatap Pak Chu yang lagi memotret anak2 yang tengah bermain di halaman sekolah. Dong Eun berterima kasih dan meminta nomor rekening orang itu.
Pak Chu tersenyum melihat hasil fotonya.
Tapi kemudian dia terdiam dan menoleh ke jendela. Dia melihat bayangan Dong Eun melintas di depan jendela.
Pak Chu menghela nafas dan menatap anak2.
Pak Chu : Siapa punya senyum V termanis?
Ye Sol dan temannya tersenyum sambil membuat huruf V di tangan.
Malamnya, Ye Sol terdiam melihat dua apel dengan warna berbeda di layar laptopnya.
Sementara pengasuhnya sedang mengeringkan rambutnya. Apel itu, berwarna hijau dan merah, tapi yang dilihat Ye Sol, berwarna hijau dan hitam. Kesal, Ye Sol membuang laptopnya ke dalam bak berisi air. Pengasuhnya terkejut melihat kelakuannya. Laptop Ye Sol langsung mati.
Hyeon Nam menerima paket tapi dia tak merasa memesan paket. Hyeon Nam membuka pintu dengan hati2. Seong Hee pun muncul dengan seragam kurir, membawa paket. Dia bilang, itu dari Dong Eun. Hyeon Nam senang dan langsung membuka paketnya di dalam. Isinya, sebuah ponsel dengan foto Sun A di dalam casing. Sebuah lipstick dan beberapa berkas. Berkas itu isinya adalah data2 keluarga yang akan menampung Sun A di AS.
Dong Eun bilang, itu akan menjadi keluarga angkat Sun A.
Dong Eun menyuruh Hyeon Nam menuliskan sesuatu di kertas jika ada yang mau dikatakan, dan dia bakal bantu terjemahin untuk dikirimkan ke keluarga angkat Sun A.
Hyeon Nam membaca nama dan melihat foto ibu angkat Sun A.
Hyeon Nam : Laura Wilson.
Lalu dia melihat lipstick.
Dong Eun : Kukirimkan lipstick nya karena kurasa akan bagus padamu. Mulai sekarang, aku menghubungimu lewat ponsel Sun A.
Asisten dukun memasukkan bungkusan ke bagasi mobil Nyonya Park.
Asisten dukun : Ibu kembali dari berdoa di Gyeryongsan. Dia mendoakan makanan ini.
Nyonya Park : Tak perlu repot-repot. Aku akan menikmatinya.
Nyonya Park mau menutup bagasinya, tapi ponselnya berbunyi. Telepon dari pegawai RS Seoul Joo. Nyonya Park langsung menjauh dari si asisten dukun dan menjawab teleponnya.
Sekarang, Nyonya Park di mobilnya bersama Dokter Han di depan RS Seoul Joo.
Nyonya Park tanya, kenapa putra direktur mencari jasad So Hee.
Hmmm… Rupanya Dokter Han ngasih tahu Nyonya Park soal Yeo Jeong yang nyari jasad So Hee.
Dokter Han : Entahlah. Mungkin dia mau mewarisi rumah sakit.
Dokter Han lalu celingukan keluar. Setelah itu dia ngasih tahu kalau jasad So Hee bukan di kamar mayat, tetapi di lemari pendingin dan itu aneh.
Nyonya Park : Pendingin? Apa maksudmu?
Dokter Han : Aku tak tahu detailnya. Ada tamu juga. Aku terlalu takut untuk meneruskan ini.
Nyonya Park : Tamu? Apa keluarganya datang?
Dokter Han : Tidak. Son Myeong O. Dia bilang dia temannya.
Nyonya Park : Myeong O?
Nyonya Park panic, kenapa dia muncul? Apa yang terjadi sekarang?
Yeon Jin di depan klinik Yeo Jeong, tapi dia hanya diam di mobilnya sambil menatap klinik Yeo Jeong dengan ragu2. Dia bertanya-tanya, apa dia sungguh mendengar pertanyaan Yeo Jeong soal perbuatannya terhadap Myeong O.
Yeon Jin kesal, sial, ini menyiksaku.
Seseorang mengetuk kacanya di kursi sebelah. Dia menoleh dan kaget itu Yeo Jeong.
Dia membuka kaca dan pura2 senyum pada Yeo Jeong.
Yeo Jeong : Mau perbaikan? Jadwalnya bukan hari ini.
Yeon Jin : Bukan, aku mau ke toko bahan makanan. Maaf atas kejadian waktu itu. Aku agak kacau. Ngomong2, apa aku mengucapkan hal aneh waktu itu?
Yeo Jeong berpikir sejenak. Yeon Jin cemas.
Yeo Jeong : Son Myeong O.
Yeon Jin mulai tenag.
Yeo Jeong tersenyum, kau sebut itu beberapa kali. Itu biasa saat anestesi belum sepenuhnya hilang. Karena pasien berada di antara mimpi dan fantasi.
Yeon Jin : Benar, aku bermimpi buruk.
Yeo Jeong : Itu juga biasa saat kau sangat lelah. Minum vitamin. Sampai jumpa lagi.
Yeo Jeong beranjak pergi. Dia menyebrangi jalan , menuju kliniknya.
Yeon Jin terdiam menatap Yeo Jeong dengan ragu.
Sekarang Yeon Jin di toserba. Dia mengirimi Do Yeong pesan. Dia meminta Do Yeong makan malam di rumah karena dia membuat kepiting rebus.
Yeon Jin : Aku takkan ada, jadi datang dan makanlah.
Yeon Jin pulang membawa belanjaan tapi Do Yeong ada di rumah dan lagi makan.
Yeon Jin : Kenapa kau makan selada? Kau tak lihat pesanku?
Do Yeong : Sudah.
Yeon Jin : Kenapa tak dibalas?
Do Yeong : Sudah, dengan diam.
Yeon Jin kesal dan membuang belanjaannya ke tong sampah.
Yeon Jin : Kau main Go dengan Dong Eun? Apa ini? Apa yang kalian lakukan! Aku hanya penasaran. Bagaimana orang macam Dong Eun bisa menarik perhatianmu?
Do Yeong : Saat pertama bertemu, aku penasaran. Saat dia menghilang sebentar, aku menunggu. Saat bertemu lagi, aku mau mengalahkannya. Namun aku kalah telak dan bingung. Aku tak berdaya. Namun, aku menginginkan saat2 itu. Merasa tak berdaya saat bertanding Go.
Yeon Jin : Itu namanya selingkuh. Bagaimana pun menjelaskannya, itu selingkuh.
Do Yeong tertawa, tak adil kau yang mengatakannya, tetapi aku takkan mengeluh.
Do Yeong lalu menatap Yeon Jin.
Do Yeong : Makanya aku tak tanya soal kau dan Jeon Jae Joon.
Yeon Jin tak berkutik. Dia terkejut Do Yeong sudah tahu hubungan dia dengan Jae Joon.
Sun A menemui Dong Eun di kelas.
Sun A : Kau takkan ke bandara, ya?
Dong Eun mengangguk.
Sun A : Ibu juga tidak?
Dong Eun mengangguk.
Sun A bilang tidak apa-apa. Dia bisa sendiri. Tapi matanya menahan tangis. Sun A lantas berterima kasih pada Dong Eun karena sudah membantunya lari dan memberinya hidup baru. Dong Eun bilang, dia bukan membantu Sun A lari, tapi memberi harapan.
Dong Eun : Jaga dirimu.
Sun A memeluk Dong Eun.
Sun A : Aku akan ke museum seni. Aku janji akan menjadi orang baik. Sama sepertimu, aku akan menjadi orang yang bisa mengubah hidup seseorang.
Dong Eun : Itu mimpi yang bagus. Jangan jadi sepertiku. Aku bukan orang baik.
Dong Eun menepuk2 pelan punggung Sun A.
Hye Jeong di depan bandara. Dia membaca pesan dari Myeong O, yang dikirim tanggal 14 Oktober.
Myeong O : Hei, mantan istri Tae Uk. Berapa lama lagi?
Hye Jeong kemudian membalas pesan Myeong O.
Hye Jeong : Hei, kau di Rusia? Dong Eun juga mempermainkanmu?
Hye Jeong lalu berkata, kalau dia butuh petunjuk soal keberadaan Myeong O. Hye Jeong lalu ingat tablet Myeong O.
Hye Jeong pun ke mobil Jae Joon. Sopir Jae Joon lagi mengelap mobil.
Hye Jeong : Hei, ada tablet di mobil penumpang. Bisa tolong ambilkan?
Sopir : Kau siapa?
Hye Jeong : Aku pacar Jae Joon.
Sopir : Pacar Tuan Son….
Si sopir Jae Joon kemudian ingat siapa pacar Jae Joon.
Sopir : Aku tahu pacarnya karena pernah kuantar tetapi tak pernah melihatmu.
Hye Jeong pun meraih ponselnya.
Hye Jeong : Jae Joon memacari gadis berambut merah?
Hye Jeong menghubungi Jae Joon.
Hye Jeong : Ini aku. Kau bicara memakai pengeras suara? Tabletku tertinggal di mobilmu, aku mau ambil. Namun sopirmu….
Jae Joon : Berikan.
Sopir Jae Joon langsung memberikan tablet itu.
Di kamarnya, Hye Jeong memeriksa tablet Myeong O. Ada notifikasi baru. Kiriman rekaman baru.
Hye Jeong memasukkan sandi layar. Begitu layarnya terbuka, dia melihat ada rekaman baru yang diterima tanggal 19 Oktober.
Hye Jeong mendengarkan rekaman. Dia bahkan mempercepatnya.
Terdengar suara Myeong O dan Yeon Jin.
Myeong O : Hei, selamat datang. Kau lihat apa?
Yeon Jin : Satu menit. Itu waktumu.
Hye Jeong pun penasaran dan bertanya2, itu apa.
Hye Jeong lantas mendekatkan tablet ke telinganya dan berusaha mendengar isi rekaman.
Jae Joon baringan di sofanya, sambil membaca pesannya untuk Myeong O.
20 Oktober, Jae Joon : Kau menjual barujuku ? Kau tahu berapa harganya?
21 Oktober, Jae Joon : Aku akan memberimu koin.
22, Oktober, Jae Joon : Hei!
27 Oktober, Jae Joon : Hei!
28 Oktober, Jae Joon : Sial, Hei!
Jae Joon lalu memikirkan kata2 Gyeong Ran saat mereka sama2 memeriksa CCTV.
Gyeong Ran : Kita simpan selama 30 hari. Namun, tak ada apa-apa sebelum tanggal 19 Oktober. Kuformat ulang.
Jae Joon : Diformat ulang?
Jae Joon pun menyadari sesuatu dan lekas pergi.
Jae Joon membaca kamera pengawasnya ke toko reservasi. Dia bilang, dia mau memformat ulang CCTV nya dan tanya butuh waktu berapa lama.
Si pemilik toko bilang, antara 7-10 hari.
Pemilik toko : Seperti kau lihat. Aku banyak pekerjaan. Itu saja sudah cepat.
Jae Joon : Bisa lebih cepat. Aku orang yang sangat penasaran. Butuh lebih cepat.
Pemilik toko : Kau harus mengantri.
Jae Joon : Katakanlah kau baru selesaikan ini.
Jae Joon menggeser satu HDD di atas meja dan menaruh beberapa lembar uang.
Si pemilik toko langsung memindahkan semua HDD di atas meja dan berkata, dia bisa selesaikan dalam 5 hari.
Jae Joon menambah uangnya, 3 hari.
Preman sewaan Kepala Shin bicara dengan seseorang di telepon.
Dia bilang, dia sudah ngasih uangnya ke Lee Sook Jae, suami Hyeon Nam. Dan dia juga mengaku merekrut beberapa orang.
Preman : Kau yakin dia punya putri? Aku belum melihatnya. Bahkan tak di sekolah.
Yeon Jin : Terus awasi dia. Nanti kutelpon lagi.
Yeon Jin lantas menghubungi SMP Semyeong.
Yeon Jin : Ya, apa ini SMP Semyeong?
Malamnya, Dong Eun menemui Seong Hee di warung. Seong Hee ngasih tahu Dong Eun kalau dia sudah mengirimkan paketnya ke Hyeon Nam. Dong Eun tanya keadaan Hyeon Nam.
Seong Hee : Sangat kacau. Namun dia tersenyum saat dengar namamu.
Dong Eun terdiam dan memasukkan sepotong kimpab ke mulutnya.
Seong Hee : Putri Bu Kang akan meninggalkan negara ini besok?
Dong Eun minum. Setelah itu, dia tanya apa Seong Hee masih berhubungan dengan pria bertato itu.
Dong Eun : Aku butuh bantuan mereka. Apa bisa?
Seong Hee menyernyit heran.
Dua preman mengawasih rumah Hyeon Nam.
Tapi tiba2, seorang pria bertato datang.
Dua preman itu awalnya sok berani, tapi dia terkejut melihat teman2 si pria bertato datang.
Hari sudah siang. Hyeon Nam menunggu di rumahnya. Tak lama, pesan dari Dong Eun masuk.
Dong Eun : Pergilah ke bandara. Pesawat Sun A berangkat pukul 15.00. Jangan cemas soal diikuti.
Hyeon Nam langsung siap2.
Tapi pas buka pintu, Yeon Jin datang.
Sontak dia kaget.
Yeon Jin : Kau masih belum belajar?
Hyeon Nam bilang dia mau belanja dan bisa pergi nanti.
Yeon Jin masuk dengan wajah kesal. Kau mau mengilang lagi?
Hyeon Nam : Kubilang aku mau pergi belanja.
Namun Hyeon Nam terus melihat ke arah jam.
Yeon Jin melihat itu, kenapa melihat jam? Tamumu jadi merasa bersalah. Kau mau naik pesawat?
Hyeon Nam : Katakan mau apa kau kemari. Kau mau aku bagaimana? Aku harus apa?
Yeon Jin : Aku tak lihat koper. Jadi bukan kau yang beli tiketnya. Putrimu, ya? Kau bahkan membuatnya putus sekolah.
Hyeon Nam : Tidak. Dia tak kemana-mana. Kami tak mampu. Kenapa kau kemari?
Yeon Jin : Dimana putrimu? Jawablah. Makanya aku kemari.
Hyeon Nam terdiam.
Yeon Jin menebak, Sun A berangkat hari ini.
Hyeon Nam langsung menyangkal.
Yeon Jin : Jadi benar hari ini. Aku sungguh kecewa. Jadi kau tak menggertak. Kau sungguh tak takut kepadaku? Kau akan menemui putrimu sekarang dengan tas palsumu itu? Kau tak pergi hari ini? Kau sudah tahu Hye Jeong pramugari. Mau kutemukan putrimu?
Yeon Jin meraih ponselnya.
Hyeon Nam langsung berlutut, aku takkan pergi, samonim. Aku akan maksimal bekerja denganmu. Sungguh. Katakan saja.
Yeon Jin menarik kursi dan duduk.
Yeon Jin : Apa Dong Eun punya pembantu lain sepertimu?
Hyeon Nam : Ada. Seorang pria.
Yeon Jin : Dong Eun punya pria? Apa yang dia lakukan?
Hyeon Nam : Aku tak terlalu yakin. Aku akan selidiki. Aku akan cari tahu soal dia dan menelponmu, Samonim.
Yeon Jin : Coba macam-macam, kuseret putrimu kembali kemari.
Hyeon Nam : Takkan. Aku sungguh-sungguh, Samonim.
Yeon Jin : Kurasa aku harus memercayaimu. Satu hal lagi. Aku ingin kau terus melakukan yang kau lakukan. Jeon Jae Joon, Lee Sa Ra dan Choi Hye Jeong. Mulai buntuti mereka lagi. Cari tahu siapa yang bertemu, dimana dan kapan. Paham?
Hyeon Nam : Baik, Samonim.
Yeon Jin senang dan beranjak ke pintu tapi dia mengancam Hyeon Nam lagi.
Yeon Jin : Suamimu belum pulang belakangan ini, ya? Kuberi uang untuknya berjudi. Namun, tak kuberi lagi hari ini. Dia akan pulang lebih awal. Itu hukuman paling ringan bagimu.
Yeon Jin pergi.
Hyeon Nam syok.
Nyonya Park menemui Kepala Shin di dalam garasi.
Kepala Shin : Putra direktur rumah sakit?
Nyonya Park : Ya. Dia mulai curiga. Apa tindakanmu? Kau bilang jangan cemas. Kau bilang dia akan menghitam setelah membusuk 18 tahun di kamar mayat. Ternyata dia dibekukan. Bagaimana jika dia diautopsi?
Kepala Shin : Beku? Apa artinya?
Nyonya Park : Jangan tanya itu padaku. Kau seharusnya tahu artinya!
Kepala Shin : Kau yang tak bisa mengurus mayat dan menyebabkan kekacauan ini! Kau yakin itu beku? Bukankah itu ilegal? Apa niat mereka?
Kepala Shin pun langsung kembali ke kantornya dan menemui anak buahnya.
Kepala Shin : Bagian mana yang mengawasi penyimpanan jenazah di rumah sakit umum?
Anak buahnya tanya jenazah apa.
Kepala Shin bilang ada keluarga menyimpan jenazah di sana sepuluh tahun lebih. Namun rumah sakit membekukannya. Aku ingin tahu apa UU mengenai itu. Bukankah itu ilegal?
Anak buah : Sepuluh tahun lebih? Kurasa Kemenkes atau kantor distrik akan menanganinya. Akan kuteliti.
Kepala Shin : Aku ingin mencari celahnya. Bisa kau wujudkan?
Anak buah : Ya, akan kucari tahu.
Sun A sudah di bandara bersama pendampingnya.
Tapi dia celingukan mencari ibunya dan meminta pendampingnya menunggu 5 menit lagi.
Hyeon Nam dipukuli suaminya. Bersamaan dengan itu, terdengar isi surat yang ditulis Hyeon Nam untuk Laura sebelumnya.
Hyeon Nam : Laura Wilson, aku ibu Lee Sun A, yang seharusnya sudah tiba dengan surat ini.
Pak Lee mengambil uang dari dompet Hyeon Nam, sementara Hyeon Nam terkapar di lantai.
Habis itu, Pak Lee kembali memukuli Hyeon Nam.
Pak Lee : Jalang, dimana kau sembunyikan Sun A! Hah!
Hyeon Nam : Sun A satu-satunya kebahagiaan dalam hidupku yang malang. Aku takkan meminta banyak. Sun A tak punya alergi dan dia sehat. Jadi, biarkan dia mencoba semua jenis makanan. Kukirimkan sukacitaku kepadamu, jadi tolong, cintai dia.
Kita lalu diperlihatkan flashback, ketika Hyeon Nam membawa Sun A ke pantai di tengah pelarian mereka dari Yeon Jin.
Sun A terlihat bahagia bermain air.
Hyeon Nam duduk di tepian pantai, menatap Sun A dengan tatapan lirih.
Hyeon Nam terus dipukuli, juga ditendang oleh Pak Lee.
Dalam kesakitannya, Hyeon Nam berkata, separah apapun dia dipukuli, dia takkan takut lagi pada Pak Lee.
Hyeon Nam : Aku akan memakai lipstick merah. Aku juga akan memakai jaket kulit.
Pak Lee : Kau masih bicara omong kosong. Mau dipukuli lagi, ya?
Pak Lee pun memukuli wajah Hyeon Nam lagi.
Hyeon Nam bicara lagi. Dia bilang, dia akan pergi ke negeri yang jauh dan terus berkendara.
Hyeon Nam kembali ditampar. Pak Lee bilang dia tak peduli dengan omongan Hyeon Nam dan menyuruh Hyeon Nam melakukan apapun.
Pak Lee kemudian bilang, hari ini Hyeon Nam akan mati.
Pak Lee memukuli tubuh Hyeon Nam dengan jemuran kain.
Sun A masih menunggu ibunya dengan wajah cemas, tapi sang ibu tak kunjung datang.
Sun A pun akhirnya pergi karena dia tak bisa menunggu lagi.
Tanpa dia sadari, Dong Eun menatapnya. Ya, Dong Eun datang. Dan Dong Eun melihat Sun A yang terus celingukan mencari Hyeon Nam. Tapi Dong Eun tak bisa apa-apa. Setelah Sun A masuk, Dong Eun pun pergi.
Hari sudah malam. Dong Eun di tempat Yeo Jeong.
Ponselnya bunyi. Telepon dari ibunya dan Dong Eun tak menjawab.
Tak lama, pesan dari sang ibu masuk, yang meminta dibawakan uang karena berasnya habis.
Dong Eun tak membaca.
Lalu Yeo Jeong datang membawa segelas air dan vitamin berbuih.
Yeo Jeong : Pejamkan matamu dan senderkan kepalamu ke meja. Suara ini sangat membantuku. Memberiku kedamaian sesaat.
Yeo Jeong memasukkan vitamin ke dalam air. Dong Eun pun jadi paham kenapa banyak vitamin berbuih di laci Yeo Jeong.
Dong Eun : Jadi itu gunanya. Hal bagus untuk pikiranmu.
Dong Eun duduk di lantai dan menatap vitamin berbuih.
Yeo Jeong menatap Dong Eun.
Yeo Jeong : Pejamkan matamu.
Yeo Jeong memejamkan mata.
Dong Eun menatap Yeo Jeong, lalu dia mulai memejamkan mata.
Yeo Jeong memejamkan mata dan terdiam menatap Dong Eun.
Nyonya Jung di rumah Dong Eun bersama seorang pria.
Di dekat mereka, ada selembar kertas bertuliskan kontak darurat orang tua, yang sudah dicoret2.
Nyonya Jung sibuk menghitung uang.
“Bagaimana jika dia menjawab?” tanya pria itu.
“Dia tak menjawab, ya? Jangan cemas. Kita harus terus menelponnya agar dia tak kemari.”
“Kalau begitu aku akan terus bekerja keras.” ucap pria itu.
Lah tapi ponsel Nyonua Jung mendadak bunyi.
Nyonya Jung : Astaga, jalang itu akhirnya menelponku! Dia yang pertama kukirimi pesan.
Nyonya Jung menjawab dengan manis, halo, apa ini ibu Seung A? Benar, akan kuberi waktunya.
Nyonya Jung pergi menemui ibu Seung A.
Seung A adalah murid Dong Eun. Dan daftar kontak tadi, adalah daftar kontak orang tua murid2 Dong Eun.
Nyonya Jung : Wajah cantik Seung A pasti darimu. Dia Ketua Kelas, kan? Astaga, kau pasti bangga kepadanya.
Ibu Seung A : Ya, kenapa kau mau menemuiku?
Nyonya Jung : Aku ibu Moon Dong Eun.
Ibu Seung A : Lalu?
Nyonya Jung : Aku ibu dari Wali Kelas Seung A. Apa ibu2 lain tak beritahu?
Ibu Seung A tertawa, kau gila.
Nyonya Jung kesal dikatai gila.
Paginya, Yeo Jeong menemui seorang pria. Pria itu bilang, saldo pembayaran sudah terkonfirmasi dan pendaftaran akan tersedia dalam seminggu. Pria itu lalu memberi berkas pada Yeo Jeong.
“Maaf, tetapi kenapa kau beli rumah duka yang ditutup?” Apa mau dikembangkan tanya pria itu.
“Jika mau cokelat, harus beli sekotak dulu, kan? Seperti itu.”
“Itu sudah lama ditawarkan. Kau beli dengan harga bagus.”
Diluar, tepatnya di belakang Yeo Jeong, ada Dong Eun.
Dong Eun berdiri menunggu Yeo Jeong.
Hyeon Nam termenung di lantai rumahnya. Pak Lee sudah pergi.
Dia terus termenung, sampai hari kembali malam.
Tak lama, ponselnya berbunyi. Pesan dari Sun A. Sun A bilang, dia sudah tiba dengan selamat.
Hyeon Nam nangis.
Sun A : Kupikir ibu punya ponselku. Aku menunggu ibu di bandara. Aku sedih tak bisa bertemu, tetapi aku akan menunggu ibu di sini karena ibu akan segera datang. Saranghae eomma. Jeongmal saranghae.
Tangis Hyeon Nam kian pecah.
Tak lama, dia melihat kedatangan suaminya dari jendela.
Hyeon Nam pun bergegas menyembunyikan ponsel Sun A di dalam mesin cuci.
Lalu dia mengambil tas dan ponselnya. Ponsel Hyeon Nam berbunyi. Telepon dari Dong Eun. Hyeon Nam mematikan ponselnya dan menyimpan ponselnya di dalam tas dan meletakkan tasnya di atas rak.
Dong Eun yang menunggu Yeo Jeong di depan toserba, merasa aneh panggilannya ditolak Hyeon Nam.
Lalu Dong Eun melihat Yeo Jeong keluar.
Hyeon Nam memotong-motong sayuran. Sementara di belakangnya, Pak Lee menonton televisi.
Hyeon Nam sesekali melirik ke tasnya. Dia tegang.
Tak lama, Hyeon Nam pun mengambil tasnya. Tapi Pak Lee melihatnya dan merebut tasnya juga mendorongnya.
Pak Lee menyerakkan isinya. Uang Hyeon Nam pun berhamburan ke lantai.
Pak Lee mendekati Hyeon Nam, sudah kuduga jalang. Dapat darimana ini? Kau bilang tak punya uang.
Hyeon Nam : Bukan uangku. Harus kukembalikan.
Pak Lee : Jangan bicara omong kosong. Sun A bekerja di suatu tempat, ya? Bar yang mana. Sial, seharusnya kau minta lebih bodoh!
Hyeon Nam marah, usia Sun A baru 14 tahun. Kenapa kau pikir….
Hyeon Nam ditampar lagi.
Pak Lee : Lalu dapat darimana jalang!
Hyeon Nam : Seorang wanita memintaku mengirim pesan dengan ponselku. Orang lain sudah tahu nomornya. Dia bilang mau menakuti orang itu. Namun isi pesannya tampak aneh bagiku. Aku tak bohong.
Pak Lee : Aneh bagaimana?
Hyeon Nam bilang akan mengembalikan uang itu.
Tapi Pak Lee terus mendesak Hyeon Nam mengatakan pesan apa itu.
Hyeon Nam menyalakan ponselnya dan mengirimkan pesan2 itu ke Pak Lee.
Pak Lee tertawa setelah membaca pesan2 itu.
Pak Lee : Jadi ini yang kau lakukan?
Bersambung ke part 2….