The First Responders 1 Eps 2 Part 2

Tentangsinopsis.com – Sinopsis The First Responders Season 1 Episode 2 Part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Episode Sebelumnya DISINI.

Seol membuka lokernya. Tapi kemudian, dia terdiam teringat kata2 Dokter Cha tentang oksigen yang mempercepat kematian Hyun Seo.

Seol lantas berusaha menenangkan dirinya.

Seol latihan memanjat untuk mengalihkan pandangannya.

Lah di bawah ada Ho Gae yang berdiri menatap Seol sambil makan apel.

Ho Gae : Kau tidak mau minta maaf kepadaku?

Seol menatap Ho Gae, untuk apa?

Ho Gae : Investigasi itu seperti menyusun teka-teki. Tapi kita kehilangan satu bagian. Seseorang merusak TKP, jadi, kita dalam masalah.

Seol : Tunggu sebentar.

Seol turun. Lalu dia tanya, apa informasinya akan membantu.

Seol memberitahu Ho Gae apa yang dibisikkan Hyun Seo terakhir kali kepadanya.

Hyun Seo : Mereka bilang aku tidak akan mati meski mengonsumsi pestisida…

Ho Gae pun berkata, ada orang lain yang terlibat.

Seol : Jadi, kemungkinan bukan bunuh diri?

Ho Gae : Petugas damkar sangat berpikiran sederhana.

Seol : Apa?

Ho Gae menjelaskan, jika dia diperdaya untuk mati, itu pembunuhan menipu. Jika dia diancam, itu pembunuhan dipaksakan. Jika seseorang memerintahkannya, itu perjanjian pembunuhan. Jika dia tidak ingin bunuh diri, itu penghasutan bunuh diri. Jika mereka membantunya bunuh diri, itu membantu dan bersekongkol. Jika dia dipaksa, itu pembunuhan. Ini teka-teki besar.

Ho Gae lalu berkata, karena ini respons bersama, bantu dia.

Seol tanya, bagaimana caranya?

Pil datang, Detektif, kau tak ikut?

Ho Gae pun menyuruh Seol ganti baju dan ikut dengannya.

Mereka ke pemakaman Hyun Seo. Bu Geum Hwang menampar Seol. Dia menyalahkan Seol yang sudah memberi masker oksigen pada Hyun Seo.

Seol : Maafkan aku. Sungguh.

Seol kemudian beranjak mendekati teman2nya.

Ho Gae mendekati Bu Geum Hwang.

Ho Gae : Aku turut berdukacita.

Lah Ho Gae ikutan ditampar Bu Geum Hwang.

Seol dan yang lain kaget Ho Gae ditampar juga.

Seol dan Ho Gae bicara diluar. Seol kaget, apa? Tes usap vagina?

Pil mengikuti mereka.

Ho Gae : Sperma bisa bertahan di rahim selama sepekan. Aku yakin kau sudah tahu itu.

Seol : Tetap saja, dia baru kehilangan putrinya.

Ho Gae : Semua bukti akan hilang begitu jasadnya dikremasi.

Seol : Kau sungguh membutuhkannya, bukan?

Dan, mereka melihat Do Jin tengah membujuk Bu Geum Hwang.

Do Jin : Bu, Hyun Seo harus menemukan kedamaian. Tolong bantu kami.

Bu Geum Hwang hanya tertunduk mendengar kata2 Do Jin.

Melihat itu, Ho Gae tak yakin Do Jin berhasil membujuk Bu Geum Hwang.

Ho Gae : Itu tidak akan berhasil. Dia mencoba membujuknya secara emosional. Kuno sekali. Sial.

Do Jin selesai membujuk dan beranjak keluar. Pil yang melihat Do Jin keluar, memberitahu Ho Gae.

Ho Gae : Dia pasti gagal. Pikirkan cara lain.

Do Jin : Kalian bisa pergi lebih dahulu.

Seol : Terima kasih atas usahamu.

Ho Gae : Hubungi BFN.

Lalu dia memuji Do Jin dengan setengah hati. Katanya, lumayan.

Do Jin : Aku hanya membantu. Sebaiknya kau tangkap pelakunya.

Ho Gae : Tentu saja.

Do Jin dan Seol pergi.

Ho Gae menatap kepergian Do Jin.

Ho Gae : Entah kenapa aku tersinggung.

Pil : Tidak ada yang mustahil bagi Buldoser.

Ho Gae : Apa maksudnya?

Pil : Julukan Pak Bong. Dia dipanggil begitu karena tidak ada yang bisa menghalanginya.

Ho Gae : Bergabunglah dengan divisinya besok jika kau sangat menyukainya.

Pil : Ayolah. Bukan begitu.

Mereka lalu melihat ke arah teman2 sekolah Hyun Seo yang berkumpul di satu meja di ruang duka.

Ho Gae : Benar juga. Haruskah aku bicara dengan mereka? Kau pikir mereka akan mendengarkan?

Pil : Kenapa tidak? Buldoser saja bisa.

Pil beranjak duluan ke dalam.

Ho Gae sewot Pil memuji Do Jin lagi.

Ho Gae : Hei!

Pil : Sssst!

Pil memberikan mereka secangkir minum. Lalu dia duduk di depan anak2.

Sementara Ho Gae duduk di meja depan dan menatap seorang teman laki2 Hyun Seo yang fokus menonton video di ponsel.

Anak laki2 itu tanya, tapi matanya tetap fokus ke video. Dia seakan tidak peduli temannya meninggal.

“Kudengar Kim Hyun Seo bunuh diri. Jadi, kenapa ada polisi terlibat?”

Pil mau jelasin, begini…

Anak2 perempuan yang duduk di sebelah Pil tanya, apa Pil sungguh polisi.

Mereka bilang Pil sama sekali tidak seperti polisi.

Pil tersenyum mendengar pujian itu.

Pil : Hentikan, ceritakan saja lebih banyak tentang Hyun Seo. Bagaimana dia di sekolah?

Seorang anak perempuan bercerita, kalau mereka datang ke pemakaman karena disuruh oleh Wali Kelas dan mereka tidak dekat dengan Hyun Seo.

Ho Gae menyuruh mereka berhenti bermain ponsel.

Ho Gae : Aku menyuruh rumah sakit mematikan Wi-Fi.

Anak2 protes.

Ho Gae menarik kursi dan duduk di depan anak2.

Ho Gae : Kalian merasa sedih untuknya sekarang?

Seorang anak sibuk merekam.

Ho Gae : Kau sedang apa?

Anak itu bilang, ini kali pertamanya di aula pemakaman, jadi dia membuat vlog.

“Paket dataku tidak terbatas.”

Ho Gae kesal, sekalian saja kau berswafoto dengan fotonya di sana.

Anak itu tanya, Ho Gae mau apa darinya.

Anak itu lalu mengajak teman2nya pergi.

Ho Gae menatap kepergian anak yang menonton video tadi.

Kamera menyorot cangkir anak2 di atas meja.

Anna turun dengan terburu2 dari tangga. Rekan2nya sudah menunggu di bawah.

Anna : Aku sudah dapat DNA-nya. Akan segera kubawa ke BFN.

Ho Gae : Baiklah.

Ho Gae cs mau pergi, tapi seorang pria menabrak Ho Gae.

Pria itu minta maaf. Lalu mereka papasan dengan Bu Geum Hwang. Bu Geum Hwang dipapah kerabatnya ke lantai atas.

Ho Gae berbalik, menoleh ke belakang dan melihat gerak gerik mencurigakan dari pria itu.

Pria itu gelisah dan terus menatap ke arah Bu Geum Hwang.

Sekarang, Ho Gae, Pil sudah di ruangan mereka bersama Kepala Baek. Mereka membahas kasus Hyun Seo.

Pil : Hyun Seo tidak dianggap di sekolahnya. Dengan kata lain, dia dikucilkan. Dia tidak punya teman dan selalu sibuk dengan ponselnya.

Ho Gae sibuk memeriksa berkas. Dia berdiri di belakang Kepala Baek.

Kepala Baek tanya, bagaimana dengan pesan ancaman di ponsel Hyun Seo.

Kepala Baek : Tim investigasi internasional sedang menyelidiki pengirimnya?

Pil : Ya, kita sudah mengajukan permintaan. Kita bisa mengidentifikasinya begitu server luar negeri diperiksa.

Kepala Baek : Kurasa kita hanya perlu menunggu balasan resmi.

Ho Gae menaruh berkas yang tadi dia baca.

Ho Gae : Sejak kapan kita bisa mengandalkan dokumen resmi?

Ho Gae pun duduk di samping Kepala Baek.

Kepala Baek menatap Ho Gae, astaga. Sudah cukup lama.

Kepala Baek : Sejak masuk akademi polisi, aku selalu bilang bahwa detektif harus tenang dan menguasai diri. Jadi, sejak kapan kau menjadi gila? Kita tunggu saja tim internasional.

Ho Gae sewot, mereka butuh beberapa pekan untuk membalas. Sudah kubilang. Kasus ini berbau busuk.

Kepala Baek : Sejak kapan kita menyelidiki dengan hidung? Kalau begitu, cepat beri tahu aku alih-alih hanya mengendus.

Ho Gae memberitahu mereka.

Ho Gae : Saat Hyunseo meminum pestisida itu, ada orang lain bersamanya.

Pil teringat jejak kaki.

Pil : Benar. Jejak kaki.

Kita diperlihatkan flashback saat Ho Gae mengedarkan pandangannya ketika Hyun Seo dibawa ke ambulans.

Ho Gae : Dia mungkin melihat saat Hyun Seo dibawa ambulans. Menyadari Hyun Seo masih hidup pasti membuat orang itu panik.

Seorang pria bermasker hitam tampak mengirimkan pesan ancaman yang sama kepada Hyun Seo.

Ho Gae : Karena itu dia mengirim pesan ancaman untuk membungkamnya.

Kepala Baek tanya, apa Ho Gae tersangkanya.

Kepala Baek : Pikirkanlah. Jika tidak, bagaimana kau bisa memahami apa yang dipikirkan seorang penjahat?

Pil : Mungkin dia punya masa lalu kelam.

Anna masuk. Dia bilang, tidak ada terdeteksi sperma.

Pil kesal, astaga. Setelah semua keributan yang kita buat?

Ho Gae : Eliminasi adalah bagian dari investigasi. Keberadaannya?

Anna : Forensik digital menunjukkan dia hanya di rumah atau sekolahnya. Dia jarang mengobrol dengan siapa pun dan tidak punya akun media sosial, jadi, antara dia murid terbaik atau dikucilkan.

Ho Gae : Tidak mungkin.

Pil : Laptopnya menyala saat kami tiba di sana.

Anna : Ada program yang otomatis menghapus riwayat internetnya secara permanen. Banyak anak yang berbagi komputer dengan orang tua memasang program itu. Ini jalan buntu. Kita tidak menuai apa pun.

Kepala Baek : Tapi dia selalu melihat ponselnya. Lalu apa yang dia lakukan dengan itu?

Ho Gae pun menatap foto Hyun Seo.

Dia terdiam.

Di mejanya, Seol melihat video rekaman saat mereka menemukan Hyun Seo seperti orang pingsan di meja belajar.

Seol lalu mengalihkan pandangannya. Dia masih merasa bersalah.

Diluar, Kepala Dokko yang melintas, terdiam menatap Seol. Dia tahu Seol merasa bersalah.

Kepala Dokko menghela nafas, lalu dia beranjak pergi.

Seol melihat video rekaman tadi.

Dan dia menemukan sesuatu yang aneh di lengan Hyun Seo.

Seol meraih ponselnya.

Seol berlari ke arah lift yang mau menutup. Di dalam lift, ada Ho Gae.

Seol : Aku datang! Hei, tunggu.

Seol masuk ke lift.

Seol : Kenapa kau di sini?

Ho Gae : Tempat ini membawa sial. Seharusnya aku tak pindah kemari.

Seol menunjukkan video rekaman Hyun Seo ke Ho Gae.

Seol : Lihat ini.

Ho Gae : Apa itu?

Seol : Rekaman dari kamera tubuhku saat kita di rumah Hyun Seo. Ini.

Seol menunjukkan tanda sayatan di lengan Hyun Seo.

Seol : Tanda melukai diri sendiri di pergelangan tangan Hyun Seo. Disebut sindrom menyayat pergelangan tangan. Yaitu memakai silet tipis dan tumpul berulang kali.

Seol lalu menunjukkan berkas berisi hasil print-an foto2 pergelangan tangan tersayat.

Seol : Mereka bahkan mengunggah foto di media sosial mereka. Lalu ini.

Seol lalu melihatkan video saat dia menyelamatkan Hyun Seo. Di video itu, Hyun Seo juga punya tato bintang. Tapi di hasil print-an foto tidak.

Seol : Lihat. Dia tidak punya tato bintang di masa lalu.

Pintu lift terbuka.

Seol menatap Ho Gae yang masih tidak bergerak.

Seol : Kau tidak turun?

Ho Gae : Dahulu, orang-orang Yunani Kuno hanya mengandalkan bintang saat berkeliling dunia. Aku akan melihat bintang. Akan kutemui hantu itu lain kali. Kau boleh pergi.

Seol : Aku hanya membantumu.

Sekarang, Pil dan Seol sama2 mencari sesuatu diantara banyaknya foto2 pergelangan tangan tersayat di internet.

Pil : Kenapa kau bersedia membantu?

Seol : Jangan bicara kepadaku. Aku sibuk.

Pil : Mataku sakit sekali. Bukankah kita membuang-buang waktu? Ada banyak orang yang melukai diri sendiri di internet.

Ho Gae kembali, dia masuk sambil memegang handuk kecilnya.

Ho Gae : Kau tidak mau bekerja denganku, bukan?

Pil : Tidak. Ya.

Ho Gae : Dasar bajingan kecil.

Pil : Aku mau.

Ho Gae : Lakukan dengan teliti, ya? Seolah-olah kau membaca menu restoran.

Ho Gae memarahi Pil lagi.

Ho Gae : Letakkan kaus kakimu di tempat lain.

Seol menahan tawa melihat Pil dicereweti Ho Gae.

Ho Gae lalu tanya bertanya dimana tisu basahnya. Tak lama, dia bilang sudah ketemu.

Pil melirik Seol.

Pil : Kau pikir ini lucu?

Hari semakin larut. Pil sudah tidur di sofa.

Seol dan Ho Gae masih mencari.

Seol menguap, pukul berapa ini?

Lalu dia meminum kopi.

Seol lantas menatap Ho Gae.

Seol : Kau tidak lelah?

Ho Gae : Jangan bicara kepadaku. Aku sedang fokus.

Seol : Kau sudah sejauh apa?

Seol beranjak ke meja Ho Gae.

Lalu dia melihat benda seperti, buku kecil di atas meja Ho Gae. Buku itu bertuliskan nama Hyun Seo.

Seol : Ini milik Hyun Seo? Apa itu bukti?

Ho Gae pun segera menyimpan buku itu di dalam lacinya.

Ho Gae : Namanya sama, tapi orangnya berbeda.

Seol : Maaf sudah menyentuh itu tanpa bertanya.

Ho Gae : Lupakan saja. Aku melihat sampai foto tisu ini, jadi, kau bisa lanjutkan dari sini.

Seol kembali ke mejanya, baiklah.

Seol : Nama mereka sama.

Ho Gae : Kau dekat dengan Hyun Seo?

Seol : Dia tiba-tiba menyebut namaku. Jadi, aku merasa…

Ho Gae : Kita sendirian di dunia ini. Cukup cerita sedihnya.

Seol kesal, Anjing Jindo, ya? Julukan itu sangat cocok untukmu.

Ho Gae : Aku bisa mendengarmu. Awas. Gigitanku sakit.

Seol : Kau tak menggigit orang, ‘kan?

Ho Gae : Aku menggigit jika marah.

Seol makin heran menatap Ho Gae.

Seol terus mencari. Tak lama, dia menemukan foto tato bintang di pergelangan tangan seseorang yang disayat.

Seol : Aku menemukan bintangnya.

Hari sudah pagi. Seol menunjukkan akun instagram milik seseorang bernama Scorpio28.

Seol : Lihat. Tato bintang. Hyun Seo punya tato serupa di pergelangan tangan kirinya.

Pil membaca bio instagram Scorpio28.

Pil : “Marah karena aku tidak punya teman. Waspada terhadap pria karena aku tidak punya ayah. Membuat akun ini agar aku bisa depresi dalam diam. Jangan ikut campur atau merendahkan.”

Pil merasa itu akun milik Hyun Seo.

Anna : Pasti sangat menyakitkan.

Ho Gae melihat2 foto yang lain.

Ho Gae : Lihat. Ada banyak foto lain.

Anna : Dia pergi ke restoran mahal.

Ho Gae membaca tagar di salah satu foto makanan.

LONELY_SCORPIO28, ♪FOODGRAM MUSIMAN♪ UANG ORANG LAIN ♪BOOMER

Ho Gae : “Uang orang lain?”

Seol : Seseorang pasti mentraktirnya.

Kepala Baek : Anjing Jindo, ini berbau busuk, bukan?

Ho Gae : Busuk sekali. Lihat piring di seberangnya. Dia tidak sendiri.

Kepala Baek : Bagaimana kita bisa tahu dia makan dengan siapa?

Ho Gae : Baiklah. Mari gambar peta. Sukarelawan?

Semua melirik Anna.

Anna menjelaskan, memakai peta yang sudah dia buat.

Anna : Dia mengunggah delapan foto makanan restoran dalam sembilan bulan terakhir. Kita menggunakan data GPS untuk menemukan lokasi restoran dan menandainya di peta.

Ho Gae : Mari kita bahas detailnya. Cari nomor yang mengakses restoran di waktu bersamaan dengannya. Dia tersangkanya.

Pil : Ada jutaan di sini. Mustahil menyelidiki tanpa membuang waktu. Hubungi Pak Baek. Aku mau ke toilet.

Ho Gae beranjak keluar.

Pil kesal, memang dia bos di sini? Dia menyuruhku membuang waktuku?

Anna mendekati Pil.

Anna : Apa ini situasi darurat Anjing Jindo?

Pil : Ya. Situasi darurat tertinggi karena Anjing Jindo berkeliaran.

Diluar dugaan Pil, Anna senang.

Anna : Akhirnya aku merasa ingin bekerja berkat dia.

Anna beranjak keluar.

Pil heran, kenapa dia sangat bersemangat?

Pil selesai mem-print daftar nomor telepon restoran dari Apgujeong-dong, Gangnam-gu.

Kepala Baek menyuruh masing2 memilih pena warna.

Pil lalu menaruh daftar telepon di atas meja.

Saat dia mau duduk ikut mencari, Anna membawanya keluar.

Anna membawa Pil ke ruangannya.

Anna : Beri aku daftar untuk setiap wilayah.

Anna mulai bekerja. Tak lama, dia mendapatkannya.

Pil memuji Anna.

Ho Gae dan Kepala Baek bekerja manual. Mereka menandai nomor di daftar.

Kepala Baek menghela nafas. Dia sudah lelah, tapi Ho Gae memberinya setumpuk berkas lagi.

Anna dan Pil masuk.

Anna : Ada nomor yang tumpang tindih. Akan kucetak detail pribadi mereka.

Ho Gae : Kau memakai Excel?

Anna : Ya.

Kepala Baek : Apa-apaan ini? Kita hanya membuang waktu di sini?

Ho Gae : Excel lebih cepat.

Kepala Baek : Baiklah, ayo cari alamatnya. Lebih menarik bertemu langsung dengan tersangka.

Ho Gae : Baik. Ini menyenangkan. Ambil borgolnya.

Pil : Sudah kubawa.

Ho Gae, Kepala Baek dan Pil lari ke mobil. Kepala Baek bilang, dia duduk di depan. Lah, Ho Gae lari duluan ke kursi depan. Kepala Baek ngomel.

Saat mau masuk mobil, Ho Gae terdiam melihat tempat latihan panjat kru damkar.

Pil : Kau tidak naik?

Ho Gae : Pergilah. Kau bisa pergi lebih dahulu. Aku harus memeriksa sesuatu.

Ho Gae bergegas pergi.

Kepala Baek : Aku sangat ingin tahu apa yang dia pikirkan.

Pil : Beri tahu aku saat kau memecahkan kepalanya. Aku juga penasaran.

Kepala Baek dan Pil pergi.

Ho Gae ke ruang arsip. Dia mengambil dua kotak file dari rak dan menaruhnya di atas meja.

Ho Gae lantas mengambil salah satu map dan memeriksa sesuatu. Dia memeriksa soal data proyek pencegahan perampokan panjat dinding di Pyungdo-dong.

Lalu Ho Gae melihat catatannya.

“LANTAI TIGA, 4, PYUNGDO-DONG 75-GIL, TAEWON-GU, SEOUL”

Kepala Baek dan Pil sudah di kediaman pria itu.

Kepala Baek : Cho Man Sik-ssi?

Pak Cho : Ya. Itu aku.

Pil : Bukankah kita pernah bertemu di pemakaman Hyun Seo?

Pak Cho : Maaf. Aku kurang tahu.

Istri Pak Cho keluar, sambil menggendong putri kecil mereka.

Bu Cho : Sayang.

Kepala Baek : Astaga. Kau punya putri yang menggemaskan.

Bu Cho : Ada apa?

Pak Cho : Bukan apa-apa. Masuklah kembali. Tidak akan lama.

Istri Pak Cho masuk bersama putri mereka.

Kepala Baek : Kita pergi sekarang? Kurasa kita tidak bisa bicara di sini.

Mereka bicara di depan taman.

Pil menunjukkan foto Hyun Seo.

Pil : Ini Nona Kim Hyun Seo. Kau mengenalinya?

Pak Cho : Siapa dia? Aku kesulitan mengingat orang.

Pil tersenyum.

Kepala Baek : Lihat dirimu. Tidak ada gunanya berbohong. Kami sudah tahu. Kau om senangnya. Kau membawanya ke restoran mahal.

Pak Cho kaget, om senang?

Ho Gae datang.

Ho Gae : Pak Cho Man Sik, boleh kulihat telapak tanganmu?

Pak Cho menunjukkan telapak tangannya.

Ho Gae memeriksa telapak tangan Pak Cho dengan senter.

Ho Gae lalu bilang, bukan dia.

Kepala Baek : Apa-apaan itu? Kau membaca telapak tangannya? Kau sudah gila?

Ho Gae : Dia pernah makan bersama Hyun Seo tapi bukan dia pemerasnya.

Pak Cho lantas jujur pada mereka, bahwa dia ayah kandung Hyun Seo. Kepala Baek kaget mendengar itu.

Pak Cho : Ibunya dan aku sempat tinggal bersama saat aku bekerja di luar kota. Aku baru tahu kami punya putri setelah beberapa saat.

Pak Cho nangis. Dia merasa bersalah.

Ho Gae : Kami mengerti. Apa Hyun Seo tampak aneh belakangan ini?

Pak Cho : Dia tidak makan banyak belakangan ini.

Pak Cho ingat saat mengajak Hyun Seo makan, Hyun Seo selalu melihat ponsel.

Pak Cho : Dia selalu melihat ponselnya. Lalu dia meminta uang kepadaku.

Kepala Baek : Berapa?

Pil, Kepala Baek dan Ho Gae beranjak pergi.

Ho Gae : Sepuluh juta won? Jumlah besar untuk seorang pelajar.

Kepala Baek : Dia mungkin meminta sebanyak itu karena ayah kandungnya tampak kaya. Omong-omong, itu satu-satunya petunjuk kita, tapi kini berakhir sudah.

Pil : Aku lapar. Ayo pulang.

Ho Gae : Hei, kau harus ikut denganku.

Pil protes, kenapa? Haruskah aku ikut?

Kepala Baek : Pergi saja besok. Jangan menyiksanya selarut ini.

Ho Gae : Pak Baek, kau boleh pulang. Dia dan aku harus menemukan satu potongan teka-teki terakhir. Itu hanya menyala di malam hari. Ayo.

Ho Gae dan Pil masuk ke mobil dan pergi.

Kepala Baek : Artinya aku harus memanggil taksi?

Ho Gae dan Pil ada di depan studio Hyun Seo sekarang.

Ho Gae menyinari dinding studio. Ada sesuatu yang menyala.

Pil : Itu dari proyek pencegahan untuk perampokan panjat dinding.

Ho Gae : Benar. Mereka mengecat semua pipa di sekitar sini dengan bahan neon tahun lalu.

Pil : Jadi, tidak akan terlihat sampai kita menyinarinya dengan cahaya hitam.

Ho Gae : Itu juga tidak mudah dihapus. Petugas damkar memasangnya di sol sepatu mereka.

Ho Gae ingat saat Do Jin dan Seol memanjat dinding studio.

Lalu dia melihat neon yang menyala di pijakan tempat Seol latihan memanjat. Karena itulah dia melihat tempat latihan damkar tadi.

Pil akhirnya ngeh, jadi, karena itu kau memeriksa telapak tangannya.

Ho Gae : Ambilkan sarung tangan. Kita akan memanjat.

Ho Gae lantas membayangkan ketika si pelaku memanjat dinding.

Sekarang, Ho Gae dan Pil sudah berada di dalam studio Hyun Seo.

Ho Gae kembali berimajinasi.

Dia membayangkan ketika si pelaku memanjat dan memegang kusen jendela agar bisa masuk ke dalam.

Ho Gae mengerti. Dia mulai menyinari kusen dan menemukan sidik jari di sana.

Ho Gae : Beri aku penjiplaknya.

Ho Gae menempelkan selotip ke sidik jari yang ada di kusen.

Sekarang, sidik jari sudah tertempel di selotip.

Ho Gae : Senang bertemu denganmu, Berengsek.

Tapi, sidik jari di kusen tidak cocok dengan sidik jari mana pun saat dicari Anna memakai komputer.

Anna heran, kenapa tidak muncul di AFIS?

Pil : Kenapa begini? Mereka dari luar negeri?

Kepala Baek : Lihat itu. Kau salah mengincar orang lagi.

Ho Gae : Baiklah. Baguslah. Aku sudah menduganya.

Kepala Baek : Apa? Sadarlah. Tidak ada kecocokan.

Ho Gae : Sudah sewajarnya kita tidak bisa menemukan kecocokan.

Kepala Baek : Apa?

Ho Gae : Begini… Tunggu.

Ho Gae beranjak keluar.

Tak lama, dia balik dan menaruh beberapa cangkir bekas minum anak2 di pemakaman di atas meja.

Kepala Baek membaca nama yang tertulis di kantong barang bukti.

Kepala Baek : Kacamata.Tongkat swafoto. Merah. Rambut kusut. Tengil.

Ho Gae : Aku tak tahu nama mereka. Bandingkan dengan semua sidik jari ini. Pasti ada kecocokan.

Anna mulai bekerja. Dia memasukkan cangkir2 itu ke dalam mesin pencari.

Anna : Aku pasti akan menangkapmu dan menjadikanmu makanan anjing.

Sementara Pil lagi melakukan sesuatu di depan jendela.

Ho Gae masuk dan tanya Pil lagi apa.

Pil : Ini pengumpul udara yang menganalisis partikel bau. Anna menciptakan ini.

Ho Gae duduk di kursinya, apa yang kau analisis?

Pil : Gedung sebelah. Ada minyak yang menguap, bahan berkarbonasi, klorin, sodium, potasium, seng, timah… Apa ini?

Ho Gae : Daging iga. Agak hangus.

Pil kesal mendengar itu,

Ho Gae : Apa?

Pil : Penciumanmu tajam.

Sekarang, Ho Gae lagi makan daging iga bakar dengan kru damkar. Pil juga ikut.

Do Jin protes, karena Ho Gae main makan dagingnya saja.

Do Jin : Itu bahkan belum matang.

Seol bisik2 ke Pil.

Seol : Hei, kenapa kau membawa Anjing Jindo?

Pil : Indra penciumannya bagus. Lagi pula, dia anjing.

Ho Gae : Hei, siapa yang memanggang ini? Aku suka rasa asap ini.

Dong Woo : Koki Bong, tentu saja. Dia bertugas memasak.

Ki Soo : Dia juga dikenal dengan kepribadian berapi-apinya.

Ho Gae : Bukankah petugas damkar harus fokus memadamkan api, alih-alih memanggang daging asap?

Do Jin : Kau pikir kami hanya makan daging basah? Hei, bisa berhenti makan sebanyak itu?

Do Jin mengambil potongan daging di piring Ho Gae dan menaruhnya ke piring Seol.

Tiba2, Anna datang membawa satu cangkir.

Anna : Aku dapat yang cocok.

Anna menunjukkan cangkir itu. Cangkir itu berlabel nama Tengil.

Dan tebak si Tengil siapa? Dia si anak laki2 yang sibuk menonton video di ponsel di pemakaman Hyun Seo.

Ho Gae senang, bagus. Kubilang apa?

Ho Gae lalu mengajak rekannya pergi.

Ho Gae, Kepala Baek dan Pil di perjalanan.

Kepala Baek yang duduk di belakang, melihat foto si Tengil diantara para siswa.

Kepala Baek : Astaga, ekspresi wajahnya seolah-olah mengatakan, “Aku tengil.” Karena masih anak di bawah umur, sidik jarinya tidak ada di AFIS. Dia belum terdaftar.

Pil : Detektif Jin, apa yang membuatmu meminta sidik jari mereka?

Ho Gae : Jejak kakinya kecil.

Ho Gae lalu ingat saat memeriksa jejak kaki di lantai di depan kamar Hyun Seo.

Lalu dia ingat saat memperhatikan satu per satu ukuran sepatu para siswa saat mereka pergi meninggalkan pemakaman.

Ho Gae lalu menyanyi sambil memainkan tusuk gigi di mulutnya.

Ho Gae : Kuharap dengan merindukanmu akan membantu kita bertemu suatu hari nanti.

Pil : Aku akan mengebut.

Kepala Baek dan Pil ngendap2 masuk ke halaman si Tengil.

Mereka sibuk nyari cara gimana biar si Tengil membuka pintu. Disaat mereka sibuk mikirin strategi, Ho Gae main mencet bel.

Sontak Kepala Baek dan Pil langsung sembunyi.

Kepala Baek : Bisa berhenti melakukan itu?

Si Tengil menyahut dari dalam, siapa?

Ho Gae : Aku datang untuk mengambil paket, sekalian minta ongkos pengembalian.

Tak lama pintu terbuka. Si Tengil kaget melihat para detektif.

Ho Gae : Hai. Kita pernah bertemu di pemakaman Hyun Seo, ‘kan?

Si Tengil langsung kabur.

Pil : Awas. Nanti kau tersandung.

Mereka mengejar si Tengil ke dalam.

Ternyata si Tengil ke dapur. Dia berusaha menghancurkan barang bukti dengan memasukkan ponselnya ke dalam microwave. Ho Gae yang mendengar suara microwave dipijit, langsung lari ke dapur dan mengeluarkan sebuah ponsel dari sana.

Ho Gae : Lihat dirimu. Kau pasti terlalu sering menonton film.

Tak lama, Pil dan Kepala Baek datang membawa sepatu si Tengil.

Pil : Ketemu. Sepatu yang bersinar di bawah cahaya hitam.

Si Tengil terdiam melihat itu.

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like