Drama Korea

The First Responders 1 Eps 1 Part 2

Tentangsinopsis.com – Sinopsis The First Responders Season 1 Episode 1 Part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Episode Sebelumnya DISINI.

Kepala Baek dan Pil di perjalanan. Pil bilang, korban mengungsi ke sebuah ruangan, mengunci pintu dan membuat laporan.

Kepala Baek : Kalau begitu, bagikan komunikasi dengan kru damkar melalui sistem nirkabel terbuka.

Pil pun membagikan komunikasi dengan korban ke tim damkar.

Suara So Hee terdengar, So Hee minta tim penyelamat cepat datang. Dia bilang dia takut sekali.

Seol menjawab, di mana kau sekarang?

So Hee tak tahu.

Di ruangannya, Bong Anna yang bertugas melacak lokasi korban, berhasil mendapatkan lokasi ponsel korban.

Anna bilang di Apartemen Onjo. Tapi stasiun pangkalan di area ini berjarak 1,2 kilometer.

Do Jin tanya tak bisa dikerucutkan lagi.

Seol menjawab, ini Ambulans Taewon Satu, lokasi diterima.

Tapi, jalanan macet parah. Do Jin bingung harus gimana. Tiba2, sebuah sepeda motor melaju kencang melewati mereka. Do Jin yang melihat itu, langsung menyuruh pengendara motor untuk minggir melalui HT nya. Dia bilang, ada tanggap darurat.

Tapi motor itu membukakan jalan untuk kru damkar.

Do Jin dan Seol kaget.

Seol : Apa? Dia membuat jalan untuk kita.

Do Jin : Kau benar.

Do Jin mengucapkan terima kasih pada si pengendara motor.

Si pengendara motor menghalangi mobil yang hendak melintas dari persimpangan. Kru damkar pun bisa lewat. Setelah kru damkar melewati kemacetan panjang, si pengendara motor mengikuti mereka.

Kru damkar tiba di palang pintu Apartemen Onjo. Namun, tiba2 aja si pengendara motor tadi datang dan menghalangi jalan kru damkar. Do Jin sewot dan melongok keluar jendela menatap si pengendara motor.

Do Jin : Apa-apaan kau? Sudah gila, ya?

Seol menggunakan HT nya menyuruh si pengendara motor minggir.

Si pengendara motor membuka helm nya. Ternyata dia si Anjing Jindo aka Ho Gae.

Ho Gae : Matikan sirenenya. Kau ingin semua orang tahu?

Do Jin menurut dan mematikan sirine.

Ho Gae : Tinggalkan ambulans dan pompanya di sini, lalu ikuti aku. Jika pelaku melihat truk damkar berbaris, dia akan tahu korban membuat laporan.

Do Jin : Permisi! Siapa kau dan kenapa bisa tahu kasus ini?

Ho Gae mau menjelaskan tapi ada bapak-bapak yang tiba2 mengklakson ambulans yang dikemudikan Do Jin. Bapak2 itu menyuruh Do Jin menyingkirkan ambulans sambil marah2. Seol turun dan memberi penjelasan pada bapak2 itu. Dia bilang, mereka sedang melakukan tanggap darurat.

Bapak2 itu makin teriak, hei! Aku juga dalam keadaan darurat. Jangan membantahku. Gajimu berasal dari pajakku.

Dia juga mendorong2 Seol.

Do Jin marah dong melihat Seol didorong2 gitu.

Do Jin : Apa yang kau lakukan sekarang?

Seol menenangkan Do Jin, mari tidak memperpanjang ini, pindahkan saja mobilnya.

Bapak2 itu kesal melihat tatapan mata Do Jin.

Bapak2 : Kenapa? Kau memelototiku? Kau mau berkelahi?

Ho Gae ikut campur. Dia mendekati si bapak2 itu.

Ho Gae : Kau tak lihat garis kuning ini? Mau kutilang karena parkir ilegal?

Bapak2 itu malah nantangin Ho Gae. Dia menyundul2 tubuh Ho Gae dengan kepalanya dan meminta surat tilang. Ho Gae mendorong bapak2 itu.

Bapak2 itu makin bikin emosi.

“Apa masalahmu? Kau memukulku ? Kau preman atau apa?”

Ho Gae mau membalas, tapi dia langsung diteriaki Kepala Baek yang baru datang.

Kepala Baek : Hei, Anjing Jindo! Kau tidak boleh berkelahi di hari pertamamu!

Ho Gae menatap Kepala Baek.

Ho Gae : Halo, Pak.

Ho Gae lalu beranjak pergi setelah sebelumnya melarang si bapak2 sialan itu pergi.

Ho Gae bicara dengan So Hee melalui HT di mobil Kepala Baek dan Pil.

So Hee bilang dia gak tahu di gedung dan unit mana dia berada.

Ho Gae : Kami sudah dekat, tenanglah. Katakan apa yang kau lihat di luar jendela.

So Hee mencoba membuka jendela. Tapi tidak bisa.

So Hee kalut, jendelanya tidak bisa terbuka. Aku tidak bisa melihat apa pun.

Kamera menyorot jendela tempat So Hee di sekap.

Ternyata bukan itu bukan jendela. Itu pintu kaca. Dan, di depan pintu kaca itu ada pintu balkon lagi.

Ada banyak gedung di sana. So Hee menjelaskan bahwa ada pisau tertancap di pahanya.

Mendengar itu, Seol pun bergegas mendekati Ho Gae.

Seol : Korban tidak boleh bergerak sekarang. Pisau bisa merusak saraf atau pembuluh darahnya. Jika itu memotong arterinya dan menyebabkan syok hemoragik, kita tidak akan bisa bicara dengannya lagi.

Mereka semua bingung.

Pil : Ada lebih dari 1.000 rumah di sini. Mana bisa menemukannya tanpa alamat?

Si pelaku lagi membersihkan kukunya karena tadi dia habis mengelap darah So Hee di lantai.

Lalu dia memasak.

Rekan2 Do Jin turun dari mobil damkar. Do Jin mendekati mereka.

Do Jin : Bereskan semuanya di sini. Lalu naiklah ke atap.

Ki Soo lalu mengajak rekannya menyiapkan perlengkapan mereka dulu.

Tim detektif lagi melihat peta Apartemen Onjo.

Ho Gae : Ada kamera CCTV di pintu masuk?

Detektif bilang, ada lima pintu masuk mobil. Tapi hanya ada satu kamera CCTV di tengah. Sisanya titik buta.

Pil : Takkan semudah itu menyeret wanita dewasa ke rumahnya di kompleks apartemen.

Ho Gae : Ada penghuni yang melihat hal aneh semalam?

Detektif : Tidak ada.

Kepala Baek : Pokoknya, pelakunya tinggal di sini. Maengpil, cepat identifikasi mantan narapidana di antara para penghuni.

Pil : Baik, Pak.

Kepala Baek : Terutama jika ada pelaku pelecehan seksual.

Pil langsung pergi dengan rekannya.

Tim damkar sudah terhubung lagi dengan So Hee.

Do Jin menyuruh Seol memeriksa kondisi So Hee.

Seol langsung bicara dengan So Hee.

Seol : Kau bisa mendengarku? Aku paramedis. Siapa namamu?

So Hee : Aku Kim So Hee.

Seol : Begitu rupanya, Nona Kim. Aku ingin menanyakan satu hal. Apa darah menyembur dari lukamu setiap kali kau bernapas? Atau keluar sedikit demi sedikit?

So Hee melihat darahnya, darahku menyembur keluar setiap kali aku bernapas.

Seol : Baik. Kalau begitu, berbaringlah dan tekan lukamu. Mungkin sakit, tapi tekan sekeras mungkin. Mengerti?

So Hee melakukan perintah Seol.

Kepala Baek mendekati Seol.

Kepala Baek : Cedera paha tidak serius, bukan?

Seol : Pendarahan pulsasi yang sesuai detak jantung adalah tanda arteri terputus. Ada arteri femoralis di paha kita. Situasinya sangat serius.

Ho Gae : Berapa waktu yang kita punya?

Seol : Sampai dia pingsan atau tewas karena pendarahan hebat, paling lama satu jam.

Semua makin bingung.

Si pelaku tengah memisahkan daging dari tulangnya.

Lalu dia berteriak, bertanya pada So Hee.

Pelaku : Jadi, kau sudah introspeksi diri?

So Hee takut, kumohon… Kumohon jangan bunuh aku. Aku takut sekali.

Pelaku : Kenapa kau harus merangkak ke sana?

Pelaku lalu memuji So Hee. Dia bilang bagus. Nanti mudah dibersihkan.

Lalu dia memberitahu So Hee bahwa dia akan merebus air.

Mendengar itu, So Hee kaget dan langsung memberitahu petugas bahwa si pelaku mau merebus air.

Kepala Baek sewot mendengar itu, dasar gila. Merebus air?

So Hee : Tolong bantu aku.

Kepala Baek : Mau apa dia?

Ho Gae mengambil alih. Dia bicara dengan So Hee.

Ho Gae : Nona Kim, tidak apa-apa. Tenanglah. Beri tahu kami semua yang kau dengar, lihat, dan rasakan tentang pelakunya. Bahkan petunjuk kecil bisa membantu analisis profil.

So Hee : Jadi…

So Hee berusaha untuk mengingat.

So Hee : Dia menggunakan istilah medis seperti letak jantung dan hemoragi, atau semacamnya.

Kepala Baek : Dengar. Ada sesuatu yang bisa kami lihat dari luar? Misalnya sesuatu yang digantung di beranda.

So Hee : Tidak ada. Semuanya tertutup plastik dan tirainya ditutup.

So Hee lantas ingat ada kursi roda di ruang tamu.

Dia memberitahu itu pada petugas.

So Hee lalu merangkak ke kamar mandi.

So Hee : Kamar mandinya sangat bersih. Pembalut. Ada banyak pembalut.

Kepala Baek : Bajingan ini orang gila mesum.

Ho Gae : Dia bukan orang gila. Dia perfeksionis dan kemungkinan besar bekerja di bidang medis. Dia tahu cara menyingkirkan bukti. Jadi, ini bukan aksi pertamanya.

Kepala Baek : Baguslah kalau begitu. Kita hanya perlu memeriksa daftar mantan narapidana.

Ho Gae : Tidak akan mudah menangkap pria seperti dia.

Pil datang, Kepala Baek!

Kepala Baek : Sudah dapat daftarnya?

Pil : Ya. Tidak ada mantan narapidana yang tinggal di sini.

Kepala Baek : Tidak satu pun? Apa yang terjadi?

Ho Gae lantas tanya pada Seol, dimana Seol menyimpan pembalut.

Seol kaget plus heran Ho Gae tiba2 nanyain itu kepadanya.

Ho Gae : Di mana kau menyimpan pembalut di rumah?

Seol : Di kamar mandi.

Ho Gae : Jadi, kenapa dia menyimpan pembalut di kamar mandinya? Terlebih lagi, ada banyak.

Ki Soo : Mungkin dia mendapatkannya dari para korban sebagai trofi.

Ho Gae : Tidak, orang seperti dia tidak menyimpan trofi. Nanti bisa menjadi bukti penting.

Do Jin : Lalu pembalut itu untuk apa?

Ho Gae berusaha berpikir untuk apa. Tak lama, dia menemukan jawabannya.

Ho Gae : Sudah ada di sana sejak awal. Itu bukan rumahnya. Cari penghuni wanita yang hilang di KICS. Termasuk kasus tak terpecahkan. Bedebah ini telah membunuh seseorang dan menetap di sana.

Anna juga diminta untuk mencari kasus tak terpecahkan.

So Hee mulai menggigil. Seol mendengar suara nafas So Hee.

Seol : Nona Kim, kau baik-baik saja?

So Hee : Aku sangat kedinginan.

Seol : Coba tekan kukumu. Warnanya kembali menjadi merah muda?

So Hee : Tidak, tetap putih.

Seol pun memberitahu yang lain bahwa So Hee mengalami sianosis, gejala syok hemoragik yang disertai hipotermia.

Seol : Jika suhu tubuhnya turun lebih rendah dari 32 derajat Celsius atau kehilangan dua liter lebih darah, dia bisa pingsan. Kemungkinan terburuknya, dia bisa tewas.

Seol lalu menyuruh Do Jin bersiap.

Do Jin : Baiklah. Kirimi aku pesan.

So Hee bicara lagi. Dia semakin lemas dan berkata, kalau dia sangat mengantuk.

So Hee lalu memanggil ibunya.

Seol : Kim So Hee-ssi, jangan tertidur. Teruslah bicara denganku. Mengerti? Kim So Hee-ssi, kau bisa mendengarku?

So Hee tak lagi menjawab.

Seol : Kenapa dia tidak menjawab? Dia tidak boleh pingsan.

Pil menatap Seol.

Pil : kau bilang waktu kita satu jam.

Seol pun mencoba membangunkan So Hee.

Seol : Kim So Hee-ssi, kau harus fokus. Kau harus menemui ibumu. Kim So Hee-ssi!

So Hee pun bangun, eomma..

Seol : Benar. Kau harus tetap sadar untuk menemui ibumu. Kim So Hee-ssi, jangan pingsan. Kau dengar aku?

Si pelaku mulai merebus daging.

Setelah itu, dia memblender tulang yang tadi dia pisahkan dari daging. Dia tersenyum sadis menatap blender yang mulai menghancurkan tulang.

Anna memberitahu Pil kalau tidak ada orang hilang di Apartemen Onjo.

Pil pun memberitahu Kepala Baek tidak ada laporan orang hilang.

Ho Gae pusing.

Kepala Baek dan Pil menatap Ho Gae.

Pil : Kau bilang akan ada.

Do Jin datang, apa yang harus kita lakukan? Kalian tahu kondisi korban memburuk.

Ho Gae mencoba berpikir.

Do Jin udah gak sabar, kru damkar akan mulai mencari.

Kru damkar mulai bergerak, namun Ho Gae mencegah mereka.

Ho Gae : Tunggu. Jangan sekarang.

Do Jin : Memang ada cara lain?

Ho Gae : Tidak ada laporan orang hilang? Baik, mari kita coba satu lagi.

Kru detektif dan kru damkar mendapat informasi orang hilang. Namanya Kim Ye Ji. Usia 27 tahun. Panggilan telepon terakhirnya empat bulan lalu. Tak ada catatan lagi setelah itu. Tagihan dan cicilannya sudah lewat tenggat.

Ho Gae : Kartu kreditnya?

Pil : Sama seperti ponselnya. Ponselnya tidak dipakai sejak empat bulan lalu. Semua tagihannya menunggak, rekeningnya pun dilaporkan bermasalah.

Ho Gae : Di mana alamatnya?

Pil : Gedung 103, unit 1305.

Ho Gae : Di lantai tinggi. Ayo bergerak.

Mereka mulai bergerak.

Do Jin berjalan sama Ho Gae.

Ho Gae : Ayo bergerak, kru damkar.

Do Jin : Baiklah.

Si pelaku mencicipi masakannya yang sudah matang.

Setelah itu, dia mengajak So Hee makan dengannya.

So Hee makin takut dan memberitahu petugas bahwa si pelaku mengajaknya makan.

Kru damkar dan detektif sudah di depan pintu apartemen Ye Ji. Namun, kru damkar kesulitan membuka pintu. Ki Soo bilang, itu kunci digital dengan kunci cadangan mekanis. Tipe kunci yang paling sulit dibuka. Do Jin pun berkata pada Kepala Baek, kalau mereka harus membuka paksa pintu.

Kepala Baek : Nanti dia bisa tahu. Bagaimana jika dia mengamuk?

Pil : Apa yang harus kita lakukan? Aku ragu ada kunci utama.

Do Jin : Kita akan mencari cara.

Do Jin dan Ki Soo mencoba lagi.

Lah si Ho Gae malah mencet bel. Sontak lah semua terkesiap dibuatnya.

Kepala Baek menatap kesal Ho Gae, sial. Anjing Jindo, kau sudah gila?

Si pelaku menatap ke arah pintu tepat setelah Ho Gae memencet bel.

So Hee juga mendengar bunyi bel. Dia tanya, apa itu detektif.

Seol : Tunggu sebentar.

Si pelaku mendekat ke pintu, siapa itu?

Ho Gae diluar menjawab, bahwa dia dari lantai bawah.

Ho Gae : Ada kebocoran di langit-langitku. Aku ingin tahu apa itu berasal dari rumahmu.

Terdengar suara di dalam, bahwa dia tak menyalakan keran air.

Ho Gae : Di unitku sudah seperti banjir. Aku tak bisa percaya begitu saja. Aku bersama pihak pemeliharaan. Biarkan kami masuk dan memeriksa.

Terpaksalah Do Jin mengikuti permainan Ho Gae.

Do Jin : Aku dari kantor pemeliharaan. Kami harus memeriksa jika ada kebocoran.

Ho Gae menunggu pintu dibuka.

Tak lama, pintu dibuka. Ho Gae langsung meringkus pria di depannya.

Sementara yang lainnya mencari So Hee.

Namun So Hee tak di sana.

Ho Gae : Kau ditangkap atas tuduhan penculikan, penyekapan, dan pemerkoaan.

Pria itu kebingungan.

Pil melapor, bahwa tak ada So Hee di sana.

Ho Gae : Hei, di mana kau menyembunyikan wanita yang kau culik?

Pria itu : Menyembunyikan? Apa maksudmu?

Seorang pria menggedor pintu sebuah apartemen. Tak lama, pintu terbuka. Itu si pelaku! Pria itu protes karena rumahnya penuh asap. Dia minta si pelaku tak merokok di kamar mandi, karena asapnya lari ke rumahnya yang ada di bawah.

Pelaku : Maafkan aku. Aku stres belakangan ini. Itulah alasannya. Aku tidak akan melakukannya lagi.

Pria itu : Lebih berhati-hatilah mulai sekarang. Mengerti?

Si pelaku mau nutup pintu tapi dihalangi pria itu.

Pria itu : Mari kita menjaga kedamaian, ya?

So Hee membuka pintu. Dia mengintip keluar dan melihat orang yang mengetuk pintu sudah pergi.

Si pelaku berbalik menatap So Hee. Lalu dia beranjak ke arah So Hee. So Hee pun langsung mengunci pintu.

Ho Gae masih menanyai pria yang diringkusnya.

Ho Gae : Di mana wanita yang tinggal di sini?

Pria itu : Dia dirawat di rumah sakit. Kudengar dia lumpuh total karena osteosarkoma stadium akhir. Memang wanita itu kenapa?

Anna menelpon Kepala Baek. Dia bilang, dia sudah memastikan bahwa Ye Ji masih dirawat di RS. Kondisinya memburuk drastis dan dia harus tinggalkan barang-barangnya. Pendampingnya mengunjungi rumahnya untuk mengambil barang-barangnya sesekali.

Kepala Baek menyalahkan Ho Gae.

Kepala Baek : Hei, Anjing Jindo. Kita menyia-nyiakan usaha bersama karena tebakanmu yang salah.

Pil : Kita juga kehabisan waktu, sial.

Pelaku sudah di depan pintu. So Hee merangkak ke depan kamar mandi.

Pelaku : Sepertinya kau masih punya energi.

Ho Gae menatap ke arah gedung apartemen.

Kru damkar tengah berpikir.

Do Jin mengajak mereka membag dua tim. Tidak ada cara lain.

Ho Gae : Ada satu cara.

Do Jin marah, tak bisakah kau…! Sejujurnya, kami membuang banyak waktu karenamu. Cara lain apa? Apa lagi?

Ho Gae mendekati kru damkar.

Ho Gae : Kru damkar. Mari lakukan sesuatu yang paling kalian benci.

Do Jin : Membakar?

Ho Gae : Asap akan membantu kita segera menemukannya.

Seol : Bagaimana dengan korbannya?

Ho Gae : Jika kita membuang waktu, dia juga akan mati. Si penculik atau pendarahan hebat akan membunuhnya.

Do Jin : Siklus api meningkat di ruang tertutup, apinya bisa cepat menyebar. Kau tahu itu?

Ho Gae : Bagus, asapnya bisa cepat keluar. Dia hanya perlu menjauh dari api sebentar.

Seol : Bukan hanya api yang menyebabkan orang tewas. Sesak napas, kekurangan oksigen, dan…

Ho Gae membentak Seol, cerewet sekali!

Ho Gae lalu mengajak Pak Baek menggunakan rencananya.

Do Jin marah Seol dibentak, menyebalkan! Itu terlalu berbahaya! Ini membuatku gila.

Ho Gae : Butuh lebih dari satu jam untuk menggeledah setiap gedung di sini. Bagaimana jika penculiknya melihat kita dan menggila?

So Hee memberitahu petugas bahwa baterai penyuara telinganya hampir habis.

So Hee : Kenapa kalian belum datang?

Seol : So Hee-ssi, kami akan segera ke sana. Tunggulah sebentar lagi. Mengerti?

So Hee : Kalian tidak bisa? Semua… sudah berakhir sekarang.

Seol : Tidak, kami akan segera sampai. Jangan menyerah.

So Hee : Aku juga ingin pulang.

Semua makin bingung.

Ho Gae lantas mengambil alih bicara dengan Seol.

Ho Gae : Kim So Hee-ssi, jika kau ingin pulang, kendalikan dirimu dan dengarkan aku. Periksa apakah ada pemantik di dekat toilet.

Seol menghela nafas kesal mendengar pertanyaan Ho Gae.

Seol melihat ke kamar mandi. Dia menemukan korek api di atas kloset.

So Hee : Ya, ada satu.

Ho Gae menyuruh So Hee menyalakan api sekarang.

Do Jin menarik Ho Gae. Dia marah.

Do Jin : Dasar kau. Kubilang jangan! Apa yang kau lakukan?

Ho Gae : Kita harus memulangkannya! Padamkan apinya dan selamatkan dia! Bukankah itu tugas kru damkar?

Mereka mendengar sebuah suara. Pil bilang, itu suara peringatan kalau baterai akan habis.

Pil : Komunikasi akan terputus.

Kepala Baek masih diam.

Ho Gae kesal, Timjang-nim!

Seol pun meminta So Hee percaya padanya. Dia menyuruh So Hee menyalakan api.

Seol : Kami akan menemukanmu apa pun yang terjadi.

So Hee merangkak mengambil korek. Namun, tidak ada gasnya.

So Hee lemas, tidak ada gasnya. Pemantiknya tidak berfungsi!

Semua bingung lagi.

Seol menerima laporan bahwa seseorang akan segera tiba.

Seol pun segera pergi.

Ho Gae : Tidak ada cara lain! Kru damkar.

Ho Gae menatap Do Jin.

Do Jin : Astaga, ini membuatku gila.

Do Jin pun akhirnya mengikuti rencana Ho Gae.

Do Jin : Apa itu pemantik gas biasa?

So Hee : Ya, benar.

Do Jin : Kalau begitu, lakukan perintahku mulai sekarang. Lepaskan pelat besinya dahulu. Bungkus dengan tisu toilet dan gores roda pemantiknya ke lantai. Nanti akan ada percikan api.

So Hee melakukan perintah Do Jin namun api tak kunjung menyala.

So Hee : Astaga. Kurasa aku tidak bisa melakukannya. Tanganku terasa sangat lemah.

Do Jin : Nona Kim, itu tidak sulit. Teruslah berusaha.

Seol pergi ke depan apartemen. Tak lama, ibu So Hee datang dengan taksi.

Ibu So Hee : Apa yang terjadi?

Seol : Akan kuberi tahu sembari kita jalan.

Seol membawa ibu So Hee ke atap.

Do Jin terus menyemangati So Hee. Dia bilang So Hee pasti bisa. Namun So Hee sudah menyerah. Dia tak sanggup lagi.

Ho Gae : Nona Kim, jangan tertidur!

Ibu So Hee datang. Seol meminta Ibu So Hee bicara dengan So Hee.

Ibu So hee : So Hee-ya, ini ibumu. Aku di sini. Kau bisa mendengarku?

Sontak lah mendengar suara ibunya, tangis So Hee pecah.

So Hee : Eomma…

Ibu So Hee : Ya, orang-orang di sini akan menyelamatkanmu. Jadi, cobalah sekali lagi. Sekali lagi saja. Mengerti?

So Hee mencoba lagi. Dia terus menggesek roda korek api ke lantai. Tak lama, api menyala. So Hee langsung membakar tisu toilet.

So Hee : Berhasil.

Do Jin : Nona Kim, letakkan tisu toilet di dekat jendela!

Seol : Basahi handuk di kamar mandi, tutup hidungmu dengan itu, dan membungkuk. Kami akan segera ke sana.

So Hee melakukan perintah Do Jin dan Seol.

Namun begitu kembali ke kamar mandi, So Hee pun pingsan.

Ibu So Hee cemas luas biasa.

Seol menenangkannya, bu, tidak apa-apa. Kemarilah.

Pil menerbangkan drone yang membawa detektor panas.

Pil : Mengirimkan detektor panas. Akan segera merespons.

Pil mengarahkan drone ke arah gedung apartemen.

Tak lama panas tinggi terdeteksi.

Pil teriak, panas tinggi terdeteksi! Arah pukul 10.00!

Do Jin memeriksa peta apartemen.

Ho Gae melihat ke arah drone.

Ho Gae : Gedung 1202 di lantai 12. Ayo.

Ho Gae dan yang lain bergerak.

Do Jin : Jangan lewat pintu depan.

Ho Gae : Ada apa lagi kali ini? Memang pintu depan kenapa?

Do Jin : Itu rumah dua ruangan dengan lorong masuk yang dalam. Api dari ruangan itu akan menyebabkan perputaran. Pintunya juga tidak akan terbuka.

Ho Gae : Lalu kita harus bagaimana?

Do Jae : Ikuti aku.

Di perjalanan, Do Jin menghubungi atasannya, Kepala Dokko.

Do Jin : Kirim truk bertangga ke Apartemen Onjo. Ada kebakaran gedung tinggi.

Kepala Dokko : Apa maksudmu? Belum ada laporan.

Do Jin : Akan kujelaskan nanti. Butuh waktu berapa lama?

Kepala Dokko : Setidaknya sepuluh menit dari sekarang.

Do Jin : Sepuluh menit?

Do Jin bilang terlalu lama.

Do Jin lalu melihat truk tangga.

Do Jin menatap Ki Soo, kau bisa mengoperasikan truk tangga, bukan?

Ki Soo : Ya. Haruskah kusiapkan?

Do Jin lalu bilang pada Kepala Dokko, dia akan mengurusnya.

Truk tangga disiapkan.

Do Jin : Teman-Teman, kita siap?

Ki Soo : Ya, selang, tangki oksigen, respirator, dan pengangkat sudah dimasukkan semua.

Do Jin menatap Ho Gae, dengar baik-baik. Kita berdua akan masuk lewat beranda. Kita akan memadamkan apinya dahulu.

Ho Gae : Apa maksudmu, kita? Aku juga?

Do Jin : Kau tidak mau menangkapnya?

Do Jin menyuruh Ki Soo menyiapkan Ho Gae.

Ki Soo mengerti dan menyuruh Ho Gae mengikutinya.

Do Jin bergerak, namun Seol memanggilnya.

Seol ingin ikut.

Seol : Akan terlambat jika aku tidak segera mengobati korban. Aku juga sudah berjanji akan datang.

Do Jin : Baik, bersiaplah.

Bersambung ke part 3….

Rahmi Iza