Tentangsinopsis.com – Sinopsis The empire Episode 9, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada DISINI.baca episode sebelumnya disini
Sebelumnya….
Di ruangannya, Pimpinan Han bersama Su Hyeok dan Nan Hee. Pimpinan Han bilang, rasanya seperti bertemu dengan cinta pertamanya.
Pimpinan Han : Senang bertemu denganmu lagi. Aku selalu kagum betapa cantiknya kau setiap kali aku melihatmu. Pasti karena itu si brengsek Na Geun…
Pimpinan Han dan Su Hyeok tertawa.
Pimpinan Han : Aku mengerti kenapa Gang Baek sangat menyukaimu.
Nan Hee kesal, mari langsung ke intinya. Katakan apa maumu.
Pimpinan Han menandatangani selembar cek.
Su Hyeok terkejut melihat nominal yang di cek itu.
Pimpinan Han lalu memberikan cek itu pada Nan Hee.
Nan Hee melihatnya.
Su Hyeok : Aku yakin kau tahu harus merahasiakan ini.
Nan Hee : Aku akan jujur. Ini lumayan. Secara objektif, mencuri teknologi seseorang bukan berita besar. Bahkan jika laporan itu dipalsukan, perusahaan menengah bangkrut dan pemilik perusahaan bunuh diri, hal seperti ini selalu terjadi. Haruskah kubilang sudah jelas apa yang dilakukan konglomerat dan firma hukum? Namun, berita yang ingin kuungkap memiliki sifat yang berbeda.
Nan Hee mengambil sebuah amplop dari tasnya dan menaruhnya di atas meja.
Pimpinan Han masih menjaga senyumnya saat mengambil amplop itu. Namun saat melihat isinya, dia dan Su Hyeok menjadi kaget. Isinya, dua foto mereka di klub malam.
Nan Hee : Aku yakin kalian tahu dimana foto-foto ini diambil. Karena keadaan telah berbalik, kondisinya harus berubah. Benar?
Pimpinan Han : Siapa kau? Bagaimana kau….
Su Hyeok : Apa? Bagaimana dia memiliki foto-foto ini?
Nan Hee : Minta maaflah, kepada ayahku dan para staf pabrik. Lalu minta maaflah kepadaku.
Su Hyeok mencoba membalikkan situasi.
Su Hyeok : Kami minta maaf tentang itu. Itu sebabnya kami berusaha….
Nan Hee : Itu bukan permintaan maaf. Kalian berusaha membungkamku. Minta maaflah di depan umum, tunjukkan kesalahan kalian. Lalu, minta maaflah kepadaku. Jika tidak, ini akan menjadi berita utama untuk siklus berita besok.
Pimpinan Han dan Su Hyeok tak berkutik dengan ancaman Nan Hee.
Ae Heon menuju ruang kerja Hakim Ham. Dia berpapasan dengan seorang pelayan yang lagi mengepel lantai. Pelayan itu pergi karena tugasnya sudah selesai. Melihat itu, Ae Heon langsung masuk ke ruang kerja Hakim Ham. Dia mencari sesuatu, tapi tidak menemukan apapun. Dia pun bingung harus gimana.
Ae Heon lalu ingat saat dia menguping pembicaraan Hakim Ham.
Flashback end…
Ae Heon ke kamar mandi. Dia menyalakan shower.
Setelah itu, dia mendekat ke pintu kamar mandi.
Ternyata dia berusaha menguping pembicaraan Hakim Ham.
Hakim Ham sendiri lagi bicara dengan putrinya di telepon. Dia melirik ke arah kamar mandi, setelah itu, dia menjawab telepon putrinya.
Hakim Ham : Benar, Gwang Jeon. Tanah dan obligasi yang kuceritakan atas nama pinjaman. Benar. Simpan dokumen, akta dan surat pernyataan di tempat yang aman.
Hakim Ham kemudian memanggil Ae Heon, yeobo.
Ae Heon kaget dan berlari mendekati shower.
Flashback end…
Ae Heon pun segera mencari semua itu di laci tapi tetap saja dia tak menemukannya.
Lalu dia melihat ada kertas yang menyembul keluar dari dalam laci di atas meja.
Ae Heon pun segera memeriksanya.
Ada sebuah amplop besar di sana. Ae Heon membukanya dan itulah surat2 yang dicari Ae Heon.
Ae Heon pun langsung memfoto surat2 dan obligasi itu. Tanpa dia sadari, aksinya direkam kamera pengawas.
Ae Heon beranjak ke dapur. Saat mau masuk ke dapur, dia mendengar para pelayan tengah mengejeknya.
Ae Heon marah.
Kita diperlihatkan flashback…. 30 tahun lalu, di sebuah sel.
Seorang napi wanita tengah melipat kain. Matanya buta. *Kepala Pelayan Kwon!
Adiknya Hakim Ham, lagi membaca dan menyalin Alkitab.
Tak lama kemudian, mereka diberitahu ada tahanan baru. Dan si tahanan baru adalah Ae Heon. Napi yang buta langsung berdiri untuk menyambut Ae Heon. Ae Heon terpaku begitu masuk ke sel nya.
Ae Heon lantas duduk, sambil terus memegangi barang-barangnya.
Napi yang buta bertanya, jadi Ae Heon adalah gadis yang membunuh ayahnya demi klaim asuransi.
Ae Heon diam saja. Napi yang buta bertanya, kenapa Ae Heon tidak menjawab.
Napi yang buta : Apa kau meremehkanku?
Ae Heon nangis dan berkata, kalau dia tidak bersalah. Kalau dia tidak membunuh ayahnya.
Napi yang buta tidak percaya.
Dia bilang semua yang ada di sana tidak bersalah. Napi yang buta melirik adiknya Hakim Ham.
Tangis Ae Heon makin kencang. Napi yang buta, mendekati Ae Heon.
“Astaga, semua orang disini ingin menangis. Jangan menangis. Ambil barang-barangmu.”
Napi yang buta meraba2 keranjang Ae Heon. Dia heran barang2 Ae Heon hanya sedikit.
Malamnya, Ae Heon mencoba gantung diri. Untunglah adiknya Hakim Ham terbangun dan langsung menyelamatkan Ae Heon.
Napi yang buta memeriksa nadi Ae Heon. Dia bilang Ae Heon baik-baik saja.
“Dia pasti gantung diri belum lama ini.”
Lalu dia memarahi Ae Heon, kau pikir kau lebih menderita daripada orang lain?
Ae Heon marah, kenapa kau menghentikanku! Kenapa kau melakukan itu! Kenapa kau tidak membiarkanku mati! Aku tidak mau hidup! Kenapa kau menghalangiku!
Nyonya Ham menampar Ae Heon.
Petugas datang dan bertanya ada apa. Napi yang buta bilang, kalau Ae Heon kesulitan di malam pertamanya. Petugas menyuruh mereka menenangkan Ae Heon. Petugas pergi.
Nyonya Ham : Bagi sebagian orang, hidup adalah perang. Bagi sebagian orang, hidup adalah kedamaian. Kau pernah mendengarnya?
Ae Heon : Tidak.
Nyonya Ham marah, kau sadar apa yang akan kau lakukan? Jika kau menggali kuburanmu sendiri dan masuk ke sana, kau hanya akan membuat hidup Ham Min Heon lebih baik setelah bedebah itu menghancurkan hidupmu.
Ae Heon : Apa? Ham Min Heon? Bagaimana kau tahu?
Nyonya Ham : Jika kau ingin membuang hidupmu, berikan hidupmu kepadaku. Maka aku akan membantumu.
Ae Heon : Kenapa? Kenapa kau ingin membantuku?
Nyonya Ham : Karena aku harus membalas Ham Min Heon untuk banyak alasan.
Flashback end…
Dan sekarang, Ae Heon membaca alkitab dengan Hakim Ham.
Hakim Ham bilang dia selalu merasa ada makna besar dibalik kutipan yang tadi dibacakan Ae Heon.
Ae Heon : Machiavelli bilang, kita tidak boleh bermurah hati pada orang yang membantu kita dan jadilah sekejam mungkin untuk membalas dendam. Namun ada sesuatu yang selalu menggangguku. Tuhan hanya mengizinkan mereka yang sudah menikah untuk tidur bersama. Namun kita masih belum menikah.
Hakim Ham bilang dimata Tuhan, mereka sudah menikah dan orang2 juga tahu mereka sudah menikah.
Ae Heon : Kita tidak pernah mendaftarkan pernikahan kita. Kita juga tidak mengadakan pernikahan di depan semua orang. Itu selalu membuatku merasa seperti pendosa.
Hakim Ham : Ada banyak hal yang terjadi di keluarga kita saat ini. Jadi saat waktunya tepat….
Ae Heon : Kapan waktu yang tepat itu? Ini sudah lebih dari lima tahun. Kau tidak mau mendaftarkan pernikahan kita. Bukankah begitu? Jika begitu, kau hanya mempermainkanku. Bukankah begitu?
Hakim Ham : Apa? Mempermainkanmu? Aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu kepadamu.
Ae Heon : Lalu kenapa kau terus menunda pernikahan? Bukan hanya kau yang menua. Usiaku juga 50-an. Sampai kapan kau ingin hidup sepert ini?
Hakim : Baiklah, aku mengerti.
Hakim Ham memeluk Ae Heon.
Geun Woo yang baru selesai mandi, melihat ke layar ponselnya di atas meja. Ada telepon dari Nan Hee. Geun Woo menghela nafas. Lalu dia mengambil ponselnya di atas meja dan mengambil ponselnya yang satu lagi di dalam tas. Ada pesan dari Nan Hee di ponsel satu lagi.
Nan Hee : Kau tidak menjawab teleponku? Jadi ini yang ingin kau lakukan? Temui aku di kantormu. Kuberi waktu satu jam. Jika tidak, kau akan melihatku di rumahmu. Aku akan segera ke sana. Waktumu satu jam.
Geun Woo ke ruang kerja Hye Ryool. Hye Ryool lagi bekerja. Geun Woo bilang dia harus kembali ke kantornya karena dia melupakan beberapa berkas yang harus dia baca malam ini.
Hye Ryool : Kurasa itu pasti mendesak.
Geun Woo : Ya, harus kuserahkan besok pagi. Aku tidak akan lama.
Hye Ryool mengizinkan Geun Woo pergi. Geun Woo pun bergegas pergi. Tapi Hye Ryool tahu Geun Woo berbohong.
Geun Woo lari ke mobilnya.
Kamera pengawas menangkap kepergiannya.
Nan Hee sudah di ruangan Geun Woo. Dia melihat buku2 Geun Woo. Lalu dia mengambil salah satunya, dan duduk lalu mulai membaca. Dia juga melirik jamnya.
Nan Hee lalu ketiduran menunggu Geun Woo.
Geun Woo masih di perjalanan.
Dia mengebut.
Tak lama, dia sampai di kampus. Geun Woo berlari ke ruangannya.
Saat masuk, dia melihat Nan Hee sudah tidur.
Nan Hee kemudian terbangun dan tersenyum melihat Geun Woo sudah datang.
Nan Hee : Kau datang?
Nan Hee berdiri dan mau memeluk Geun Woo tapi Geun Woo menarik kerahnya.
Geun Woo marah, kenapa kau bertindak sejauh ini! Kenapa! Apa salahku sampai kau semarah ini padaku! Kau juga bukan orang suci! Jawab aku!
Nan Hee : Lepaskan aku!
Nan Hee berusaha melepaskan dirinya dari Geun Woo tapi karena Geun Woo terlalu kuat, akhirnya dia menggigit tangan Geun Woo. Geun Woo langsung menjauh dari Nan Hee sambil memegangi tangannya yang sakit.
Nan Hee : Apa salahmu?
Nan Hee mencabut tanaman yang ada di vas.
Seketika, kamera pengawas di ruang kendali kediaman Han mati.
Geun Woo terkejut melihat ada kamera pengawas di ruangannya.
Nan Hee : Kita sering bercinta di ruanganmu, kan? Pada satu titik, aku merasa tidak aman dengan keamanan kantor ini. Untuk memastikan, aku memeriksa komputer direktur. Ya, aku meretas komputer ibu mertuamu. Lalu aku menemukan ini. Menarik sekali. Ibu mertuamu luar biasa. Bagaimana dia bisa sarapan dengan menantunya yang berselingkuh? Ternyata dia tahu semua yang kita lakukan. Aku mengerti.
Nan Hee beranjak mendekati Geun Woo.
Nan Hee : Dia sendiri tinggal dengan suaminya yang brengsek selama 40 tahun. Jadi kurasa bertahan denganmu itu mudah.
Sorot mata Nan Hee memendam amarah.
Nan Hee : Karena serakah untuk memiliki lebih, dan mengisi rubanah mereka dengan anggur seharga puluhan ribu dolar padahal mereka tidak mau meminumnya, mencuri dari orang lain mudah bagi mereka, dan mereka menghancurkan hidup orang lain. Aku tidak pernah menginginkan yang bukan milikku. Yang kami inginkan itu adil!
Geun Woo : Nan Hee-ya, apa maksudmu?
Nan Hee : Kau akan tahu besok apa maksudku dengan ini.
Geun Woo : Pertama ponselnya. Berikan ponsel yang kuberikan kepadamu.
Nan Hee : Sadarlah. Aku tidak akan pergi meski kau membuang ponsel sekali pakai itu.
Geun Woo : Berikan saja padaku!
Geun Woo mengambil langsung ponsel itu dari tas Nan Hee.
Tapi Nan Hee merebutnya lagi. Nan Hee bilang masalahnya bukan ponsel itu.
Geun Woo : Berikan padaku.
Nan Hee : Tidak.
Geun Woo : Kubilang, berikan kepadaku!
Nan Hee : Kubilang tidak!
Geun Woo pun berusaha merebut ponsel itu. Nan Hee tetap mempertahankan ponsel itu. Geun Woo berusaha merebutnya. Nan Hee berteriak. Geun Woo membekap Nan Hee.
Sebuah bayangan, berdiri di depan ruangan Geun Woo. Dia mendengar teriakan Nan Hee, tapi kemudian dia pergi.
Besok paginya, Kepala Yang mengantarkan koran ke kamar Hakim Ham.
Hakim Ham masih di tempat tidur bersama Ae Heon.
Kepala Yang juga ke kamar Direktur Ham. Dia meninggalkan koran di lantai di dekat Direktur Ham yang tengah berdoa dengan khusyuk.
Kepala Yang mengetuk pintu sebuah kamar. Karena tak ada respon, dia meninggalkan koran di lantai depan pintu.
Lalu Kepala Yang ke ruang kerja. Dia melihat Hye Ryool tertidur di meja.
Kepala Yang menaruh koran di meja. Hye Ryool terbangun.
Kepala Yang : Tidurlah lagi. Kita masih punya waktu sebelum sarapan.
Hye Ryool : Tidak, aku harus bangun sekarang.
Geun Woo tengah bersiap.
Lalu Kepala Yang datang membawa koran.
Saat mau pergi, Kepala Yang melihat luka di tangan Geun Woo. Dia terkejut.
Tiba2, mereka mendengar suara jeritan.
Geun Woo, Kepala Yang dan Hye Ryool langsung ke kamar Gang Ye.
Gang Ye lagi sama pelayan. Pelayan bilang dia baru saja menemukan jepit rambut Gang Ye yang hilang saat lagi bersih-bersih dan Gang Ye berteriak saking senangnya. Gang Ye minta maaf sudah membuat mereka panic. Dia bilang, dia terlalu senang.
Lalu yang lain datang. Gang Ye bilang pada Ae Heon, kalau dia sudah menemukan jepit rambutnya.
Ae Heon terkejut karena jepit rambut Gang Ye dia yang simpan.
Hakim Ham memarahi Gang Ye. Dia melarang Gang Ye teriak-teriak di pagi hari.
Gang Ye minta maaf. Dia bilang tampak indah jika memakai jepit rambutnya sepasang.
Haki Ham : Kakek buyut lihat kau menikmati pagi yang penuh syukur. Bagaimana jika kau berdoa untuk sarapan kita pagi ini?
Gang Ye malu-malu, kakek, ayolah…
Hakim Ham membaca koran.
Ae Heon membuka lacinya dan jepit rambut Gang Ye masih di sana. Dia heran.
Mi Ja yang lebih tua tengah menyiapkan sarapan.
Gang Ye datang dan terkejut melihat semuanya tidak ada.
Mi Ja bilang mereka tidak akan sarapan pagi ini.
Gang Ye : Semua orang di keluarga ini?
Mi Ja : Ya.
Gang Ye : Ini belum pernah terjadi. Apa ada masalah?
Mi Ja mengangkat kedua bahunya, lalu pergi.
Hakim Ham tengah menonton berita.
Di berita disebutkan, bahwa pagi ini seorang mahasiswi ditemukan tewas di danau Universitas Minguk.
Ae Heon juga menonton berita itu bersama Hakim Ham.
Seorang mahasiswi menemukan jasad mahasiswi itu dalam perjalanan ke perpustakaan dan melapor polisi. Jasadnya mengapung di permukaan saat ditemukan. Polisi sedang berusaha mengindentifikasi jasad tersebut dan memeriksa rekaman kamera pengawas dan tepi danau.
Detektif Wang memberitahu Detektif Ji bahwa jasadnya sudah diidentifikasi. Korbannya adalah Nan Hee. Nan Hee tidak pulang semalam dan A Jeong melaporkannya ke polisi jadi para polisi membandingkan sidik jari jasad dengan Nan Hee dan hasilnya cocok.
Reporter Yoon datang. Dia tampak panic.
Reporter Yoon : Kau sudah mengidentifikasi gadis itu? Bagaimana ponselnya? Kau menemukannya?
Detektif Ji : Kenapa kau bertanya? Ini sangat mendadak.
Reporter Yoon : Aku mendengar sesuatu disini kemarin. Di dekat danau.
Detektif Ji : Kau disini semalam?
Reporter Yoon : Seorang informan ingin bertemu denganku disini. Informan memilih tempat ini. Mereka mungkin merasa familiar dan aman disini. Kami hanya bertukar pesan tapi kurasa dia mahasiswi disini. Tempatnya sangat terpencil hingga tidak ada yang datang dari pukul sebelas. Tidak ada kamera CCTV juga. Hanya mahasiswa sini tahu itu. Jika seperti hari lainnya, aku akan mengira mereka berubah pikiran. Maksudku itu sering terjadi kepada reporter.
Flashback…
Reporter Yoon berusaha menghubungi informannya, tapi ponsel informannya tidak aktif.
Reporter Yoon : Namun anehnya aku merasa tidak enak.
Reporter Yoon lalu meninggalkan pesan suara.
Reporter Yoon : Aku tidak bisa menunggu lagi, jadi, aku akan pergi hari ini. Kau bahkan mematikan ponselmu tiba-tiba. Aku bingung tapi aku mengerti. Butuh keberanian untuk melakukan ini. Namun, semua baik-baik saja kan? Aku akan menunggu teleponmu.
Reporter Yoon hendak masuk ke mobilnya tapi tiba2 aja dia mendengar suara sesuatu yang keras.
Dia kaget.
Flashback end….
Reporter Yoon : Aku seharusnya pergi ke sana. Seharusnya kuperiksa. Jika begitu, dia bisa saja selamat. Aku tahu itu berbahaya. Sudah kuduga.
Reporter Yoon menahan tangisnya.
Detektif Ji menenangkan Reporter Yoon.
Detektif Ji : Belum ada yang pasti. Entah kau mendengar mayat dibuang ke danau. Apakah orang mati itu informannya. Entah orang itu masih hidup atau sudah mati. Tidak ada yang ditemukan. Jangan langsung menyimpulkan.
Detektif Wang : Kau tidak tahu apa-apa saat itu. Jika seseorang benar-benar membunuh dan membuang jasadnya, kau juga akan berada dalam bahaya. Jadi, jangan berpikir seperti itu.
Reporter Yoon menyalakan rokoknya untuk menenangkan diri.
Detektif Ji bertanya, pukul berapa saat Reporter Yoon melihat itu. Apa ada hal lain yang Reporter Yoon lihat. Reporter Yoon bilang, sekitar pukul dua belas lewat lima tengah malam.
Detektif Wang mulai mencatat.
Reporter Yoon : Aku tidak bisa menghubunginya jadi aku mengiriminya pesan saat itu.
Reporter Yoon mulai emosional, sial! Tidak ada lampu jalan! Karena dahannya, aku tidak bisa melihat danau dari sini.
Reporter Yoon lalu bilang dia punya nomor informan itu dan meminta Detektif Ji mengidentifikais nomor itu.
Detektif Ji menyuruh Detektif Wang memeriksa. Lalu dia menyuruh Reporter Yoon untuk tenang dan istirahat.
Detektif Wang setuju. Dia juga menyuruh Reporter Yoon menunggu di rumah.
Reporter Yoon merasa takut. Dia yakin pelakunya adalah orang2 yang sedang mereka selidiki.
Detektif Ji dan Detektif Wang mendekat ke danau.
Detektif Wang : Omong-omong, danau ini mudah terlihat setelah matahari tinggi. Bersinar seperti panggung dengan matahari tepat di atasnya. Bukankah begitu?
Detektif Ji : Jadi pembunuhnya mungkin terlalu bingung untuk berpikir sejauh itu. Mereka hanya ingin menyingkirkan jasadnya. Dengar, ada kasus yang kutangani sebelum bergabung dengan tim kita. Sepert ini. Jasadnya mengapung di sawah. Ternyata itu tabrak lari. Pelakunya mengira itu lubang dan meninggalkan jasadnya di sana. Namun sebenarnya itu sawah. Air meluap hingga jasadnya mengambang. Jika memikirkan masa itu….
Detektif Wang : Namun, aku tidak yakin. Ini tampak seperti sandiwara. Maksudku wajar jika tubuh mengapung di atas air. Aku ragu pelakunya lupa meski mereka sangat bingung. Mereka mungkin tidak peduli pembunuhan ini ditemukan atau tidak.
Detektif Ji : Jika Hong Nan Hee adalah informan yang Eun Mi sebutkan, itu bisa berarti peringatan.
Detektif Wang : Peringatan?
Detektif Ji : Seperti ‘tutup mulutmu’. Siapa yang ingin pelaku bungkam?
Geun Woo resah di ruangannya. Ponsel Nan Hee ada di tangannya.
Geun Woo lalu menutup tirainya dan memeriksa ponsel Nan Hee.
Dia menemukan beberapa dokumen di sana, salah satunya dokumen dengan judul Hongyeon Engineering. Dia membukanya dan menemukan laporan evaluasi. Dia membacanya.
“Kepada Pengaca Nam Su Hyeok, kasus Teknik Jusung-Hongyeon”.
Geun Woo lalu ingat kata-kata Nan Hee.
Nan Hee : Aku bisa menjadi Aegis tapi juga Hades.
Dan Geun Woo pun sadar ada masalah diantara Nan Hee dan Jusung.
Para mahasiswa sudah bersiap di kelas, mereka menunggu Geun Woo.
Gu Ryeong dan Gang Baek tampak berduka.
Ji Yi biasa saja.
Di ruangannya, Geun Woo berusaha menghancurkan simcard Nan Hee.
Tapi Yoo Hyun tiba-tiba masuk.
Geun Woo kaget dan langsung menyembunyikan gunting serta simcard Nan Hee.
Yoo Hyun : Kau disini?
Geun Woo : Kau tidak bisa mengetuk!
Yoo Hyun : Aku sudah mengetuk.
Yoo Hyun menatap tajam ke arah Geun Woo.
A Jeong terdiam memandangi tempat tidur Nan Hee.
TV nya menyala, menampilkan berita jasad Nan Hee.
Kyung Yun juga berduka atas kematian Nan Hee.
Geun Woo memberikan kuliah.
Geun Woo : Persidangan kriminal adalah strategi institusional yang dijalankan oleh lima prinsip…
Ji Yi menatap Gang Baek.
Dia melihat duka di wajah Gang Baek.
Pimpinan Han ke ruangan Hakim Ham.
Seketaris memberitahu kalau Direktur Ham juga di sana.
Pimpinan Han masuk, ayah memanggilku? Lalu dia pura2 kaget melihat istrinya di sana.
Direktur Ham bilang ayah memanggilnya untuk mengatakan sesuatu.
Pimpinan Han : Bukankah kau harus berada di kampus? Di sana pasti kacau.
Direktur Ham : Sesibuk apapun aku, urusan anak-anakku lebih penting.
Pimpinan Han : Tentu saja, namun terkadang sepertinya Hye Ryool anak tunggalmu.
Direktur Ham : Aku tidak tahan lagi dengan sarkasmemu.
Pimpinan Han : Seperti inilah aku. Kau tahu dari pengalaman. Jika kau tidak tahan, kau akan menceraikanku?
Direktur Ham : Aku bisa melakukan itu.
Pimpinan Han : Apa!
Hakim Ham : Cukup.Ayah memanggil kalian untuk mengatakan sesuatu jadi jangan membicarkan hal yang tidak perlu.
Pimpinan Han : Kenapa ayah menatapku? Dia yang mulai….
Hakim Ham : Kau benar-benar ingin diusir?
Pimpinan Han : Ayah, sebentar lagi usiaku 70 tahun. Ayah bahkan tidak bisa mengusir anjing seperti ini.
Hakim Ham : Anjing yang tidak patuh tidak diusir. Dia dibunuh.
Pimpinan Han terdiam.
Hakim Ham : Cegah Hye Ryool dihukum. Jika kau tidak bisa menghentikannya, ayah akan menjadikannya CEO Ham dan Lee.
Pimpinan Han terkejut.
Hakim Ham : Kau terkejut! Lalu apa kau akan membiarkannya tetap di kejaksaan setelah menerima hukumannya? Kau sebut dirimu seorang ayah? Kau akan diusir jika dia ternoda sedikit saja.
Pimpinan Han malah menatap kesal Direktur Ham.
Hye Ryool keluar dari kantornya. Tiba2 aja, sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Ternyata Moo Ryool.
Moo Ryool : Hati-hati.
Hye Ryool : Kakak tidak berencana ditabrak mobil adik kakak di depan gedung kantor kakak.
Moo Ryool : Lantas kakak akan mati dengan mudah di tanganku?
Hye Ryool : Kakak kira kita setuju untuk menjadi orang asing diluar.
Moo Ryool : Sebaiknya begitu. Tidak menyenangkan menjadi hakim dan jaksa dari keluarga yang sama tetap berdekatan. Namun aku tidak berhak memikirkan itu. Sebenarnya kita berdua tidak berhak memikirkan itu. Eonni, hubungan kita tidak terlalu buruk.
Hye Ryool : Hubungan kita juga tidak baik. Berhentilah.
Moo Ryool : Kenapa hubungan persaudaraan kita rusak? Aku juga dekat dengan mantan suami kakak.
Hye Ryool : Lantas kenapa kau tidak menikahinya saja?
Moo Ryool : Ini semua karena keserahakan kakak! Kakak menginginkan Ham dan Lee sambil menjaga reputasi kakak. Pada saat yang sama, kakak mau mewujudkan romansa kakak.
Hye Ryool : Kalau begitu bukan keserakahan yang membuatmu tidak membiarkan suamimu di penjara sebentar.
Moo Ryool membalas Hye Ryool. Dia bilang dengan keras, kalau mahasiswi yang ditemukan tewas pagi ini adalah pacarnya Gang Baek.
Hye Ryool langsung memperhatikan sekelilingnya.
Moo Ryool senang melihat reaksi kakaknya, apa ini menarik perhatian kakak? Ini ramai dibicarakan di internet. Namun saat aku melihatnya di rumah keluarga kita, dia tampak tidak asing. Menurut kakak, dimana aku melihatnya?
Hye Ryool : Kenapa kau bertanya pada kakak?
Moo Ryool : Kakak tidak penasaran? Seberapa banyak yang kuketahui. Seberapa jauh aku bisa bertindak. Aku tidak akan pulang lagi. Datanglah padaku jika kakak berubah pikiran. Aku terbuka untuk kompromi.
Hye Ryool menatap kesal Moo Ryool.
Geun Woo lagi melajukan mobilnya.
Dia gelisah dan teringat pembicaraannya dengan seseorang di telepon.
Geun Woo : Semua akan baik-baik saja. Lakukan saja tugasmu. Ya, dia akan baik-baik saja. Ini sudah terjadi beberapa kali. Aku akan menghubungimu lagi setelah tiba.
Geun Woo menyudahi teleponnya.
Tapi kemudian dia gemetaran. Nan Hee yang menyetir, memegang tangan Geun Woo.
Ponsel Geun Woo berdering. Telepon dari direktur panti jompo.Tangis Geun Woo pecah usai menerima telepon.
Nan Hee menepikan mobil di depan pantai. Setelah itu, dia membukakan pintu untuk Geun Woo.
Geun Woo langsung keluar. Dia merasa sesak. Nan Hee bergegas mengambil kantong kertas.
Nan Hee : Bernapaslah. Tarik napas yang dalam, perlahan.
Nan Hee memeluk Geun Woo.
Geun Woo memanggil ibunya.
Geun Woo dan Nan Hee duduk di depan mobil. Geun Woo cerita, bahwa dia merasa kasihan pada ibunya. Dia lantas bertanya pada Nan Hee, dia harus gimana sekarang.
Geun Woo : Dia menghabiskan seluruh hidupnya untuk menderita. Suaminya hanya meninggalkannya dengan utang. Dia menjual tteokbokki dan sundae untuk membesarkan putranya. Namun putranya yang egois itu meninggalkannya sendirian di panti jompo dan hanya mengunjunginya dua kali setahun.
Nan Hee : Kau harus menemuinya sekarang untuk berpamitan dan mengantarnya pergi.
Geun Woo : Aku tidak bisa kesana. Jika aku kesana sekarang, itu berarti ini nyata. Itu artinya dia benar-benar mati.
Nan Hee : Jika tidak pergi sekarang, kau akan menyesalinya nanti. Jika menunggu terlalu lama dan malah menggenggam tangan dinginnya… jangan lakukan itu.
Nan Hee berdiri dan membukakan pintu untuk Geun Woo. Dia menyuruh Geun Woo masuk.
Nan Hee juga menyuruh Geun Woo menghubungi Hye Ryool. Jika Hye Ryool tak bisa ditelpon, Geun Woo bisa mengirim pesan.
Nan Hee : Aku akan mengantarmu ke sana dan segera naik bus kembali ke Seoul. Saat ini, dia yang kau butuhkan jadi masuklah ke mobil.
Nan Hee membantu Geun Woo masuk ke mobil.
Dia sendiri juga terluka.
Sekarang Geun Woo ada di depan pantai itu.
Dia turun dari mobil dan membawa sebuah amplop. Lalu dia membuang isi amplop itu ke laut. Isinya perangkat hp Nan Hee yang dia rusak.
Geun Woo : Maafkan aku, Nan Hee-ya.
Semua anggota keluarga Ham sedang sarapan.
Pimpinan Han : Begini, dahulu, orang bilang hakim bisa melakukan segalanya kecuali mengubah gender. Namun, zaman sekarang hakim bahkan bisa mengubah gender seseorang. Hakim bisa membunuh atau mengampuni, bahkan mengubah gender seseorang. Apa yang tidak bisa mereka lakukan? Apa mereka mahakuasa? Mereka lebih berkuasa daripada dewa. Sungguh.
Hakim Ham sewot mendengarnya, pola pikir seperti itu masalahnya! Hakim tidak boleh mengizinkan pria menjadi wanita. Hakim harus menyadarkan mereka dan membuat mereka bertobat. Para pemuda zaman sekarang pasti sudah gila. Mereka seharusnya dikurung di salah satu pos jaga di militer. Hakim harus membuat mereka sadar betapa beratnya dosa mereka. Kenapa membiarkan mereka mendapatkan keinginan mereka? “Dosa yang pasti menyebabkan kematian.” “Jika pria berhubungan seksual dengan pria seperti dengan wanita,” “keduanya telah melakukan hal yang menjijikkan.” “Mereka harus dihukum mati.” “Darah mereka akan tertumpah di kepala mereka sendiri.” Imamat 20:13.
Gang Ye tiba-tiba membahas Nan Hee.
Gang Ye : Mahasiswi hukum yang tewas itu. Bukankah dia pacar Kak Gang Baek yang datang beberapa waktu lalu?
Hye Ryool : Kita sedang sarapan. Haruskah kau membahasnya sekarang?
Gang Ye : Dari internet hingga media sosial, informasi pribadinya di mana-mana. Namun, kita bahkan tidak membicarakannya.
Hye Ryool : Apa hubungan insiden itu dengan keluarga ini?
Gang Ye : Begini… Mendengar seseorang yang kukenal meninggal membuatku merasa aneh. Bukankah itu sebabnya kalian melewatkan sarapan kemarin?
Hye Ryool : Gang Ye, sudah cukup.
Gang Ye : Menurutku itu aneh. Aneh sekali. Appa, jepit rambut yang kau belikan untukku saat konferensi di Prancis. Itu edisi terbatas.
Gang Ye ingat saat ayahnya memberinya jepit rambut itu.
Gang Ye : Jangan bilang ini set edisi terbatas. Hanya ada 300 set di dunia.
Geun Woo : Kau bilang menginginkannya, Tuan Putri ayah.
Gang Ye : Aku tidak mengira ayah akan membelikanku! Cantik sekali! Indah sekali.
Hye Ryool : Bagaimana kau bisa mendapatkan ini?
Geun Woo : Bagaimana lagi menurutmu? Aku tiba di sana sebelum toko buka dan mengantre untuk membelinya.
Hye Ryool : Bukankah jadwalmu padat?
Geun Woo : Namun, aku harus meluangkan waktu. Lihat betapa senangnya dia.
Gang Ye memeluk ayahnya.
Gang Ye : Ayah yang terbaik. Terima kasih banyak!
Flashback end…
Dan Hye Ryool teringat kata2 Nan Hee.
Nan Hee : Bagaimana kau bisa begitu yakin? Bahwa aku tidak bisa mengubah apa pun.
Gang Ye : Ada beberapa fotonya yang beredar di internet. Salah satunya adalah fotonya memakai jepit rambut itu. Hanya ada 300 set di dunia. Pada hari aku menemukan salah satu jepit rambut itu, dia meninggal.
Gang Ye menegur kakaknya yang sibuk makan. Dia bilang, Nan Hee meninggal.
Gang Baek : Itu yang diinginkan semua orang. Kakak berusaha tidak merusak kebahagiaan orang lain.
Gang Baek beranjak pergi.
Gang Ye : Ayah, maafkan aku. Namun, aku akan membuang jepit rambut itu. Itu membuatku takut.
Duo Mi Ja lagi mencuci piring.
Mi Ja tua : Mereka meninggalkan banyak makanan hari ini.
Mi Ja muda : Aku tahu. Mereka hampir tidak makan.
Mi Ja tua : Benar. Mereka hampir tidak makan.
Mi Ja muda : Apa ini pernah terjadi?
Mi Ja tua : Tidak.
Mi Ja muda : Pasti terjadi sesuatu.
Mi Ja tua : Ya. Sesuatu yang terlalu serius sampai mereka tidak bisa makan.
Kepala Yang, membuat mereka berhenti bicara.
Kepala Yang : Kalian berdua. Jika ingin makan, sebaiknya jaga mulut kalian.
Chef Kim datang membawa bahan makanan.
Chef Kim : Kita akan mengubah menu untuk pekan ini. Untuk saat ini, kita hanya membuat hidangan yang mudah dicerna dan menenangkan. Mengerti?
Detektif Wang menyuruh Detektif Ji makan. Detektif Ji yang lagi bersiap2 untuk menyelam, menolak.
Detektif Ji : Aku hanya akan merasa tidak nyaman di bawah air jika makan. Kau sudah memeriksa pemilik nomor yang diberikan Eun Mi?
Detektif Wang : Seperti dugaanmu, sama dengan korban. Hong Nan Hee. Apa kau benar-benar harus masuk ke sana sendiri? Kita punya penyelam ahli.
Detektif Ji : Di sinilah awalnya. Ini sebabnya aku mendapatkan lisensi. Jangan khawatir. Ini tidak terlalu dalam, dan aku tidak akan masuk sendirian. Perhatikan monitornya baik-baik dan lihat apa aku melewatkan sesuatu.
Detektif Ji menyelam.
Kamera pengawas merekam mereka.
Geun Woo tiba di ruangannya. Lalu staf nya datang membawakan beberapa surat.
Geun Woo melihat surat2nya. Salah satu surat, bertuliskan untuknya tapi tak ada sendernya.
Detektif Ji sepertinya menemukan sesuatu karena dia tiba2 saja terhenyak.
Geun Woo membaca surat itu.
Dari Nan Hee!
Nan Hee : Kau senang aku sudah tiada? Kau senang aku mati?
Benarkah dari Nan Hee?
Bersambung……
Seseorang menyelinap ke kediaman Ham. Dia berhenti sebentar di tangga, karena melihat Chef Kim datang.
Chef Kim melirik ke tangga, tapi karena tak ada siapa-siapa, dia beranjak ke dapur.
Di dapur, dia memeriksa makanannya.
Setelah Chef Kim pergi, orang itu beranjak ke atas.
Kamera menyorot jepit rambut yang dia tinggalkan di tangga. Omo, jepit rambut yang sama dengan punya Gang Ye dan Nan Hee.