The Empire Eps 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis The empire Episode 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada DISINI.

Dari semua yang tertulis, aku hanya mencintai yang ditulis. Dengan darahnya.

-Dari Nietzsche-

Di sebuah ruangan konser buku Profesor Na Geun Woo.

Para penggemar dan pers sudah berkumpul. Oh Sung Hyun, selalu host, membuka acara.

Sung Hyun : Astaga. Ada apa dengan suasana di sini? Kalian tahu? Manajer saya bilang saya ditawari menjadi pewara konser buku. Saya pikir, “Kenapa mereka mau pewara papan atas sepertiku?” Saya penasaran apa menjual buku ini akan cukup menutupi bayaran saya.

Itulah yang saya pikirkan. Namun, saat saya dengar itu untuk Profesor Na Geun Woo, calon presiden utama. Bintang idola dengan 50 juta penggemar! Saya pikir saya harus berada di sini meski harus membayar untuk masuk. Jadi, itu sebabnya saya di sini hari ini. Namun, setelah melihat suasana di sini dan skala pers hari ini, acara ini lebih besar dari konser grup idola papan atas.

Sung Hyun lalu bertanya2, mungkinkah Profesor Na berniat mengumumkan pencalonannya hari ini.

Sung Hyun : Jangan bilang hanya saya yang tidak tahu. Baiklah. Baiklah. Kalian sudah lama menunggu. Dia lulusan Universitas Nasional Seoul dengan gelar hukum. Dia lulus ujian advokat di usia 20-an dan menjadi hakim.

Kini dia bekerja di perusahaan hukum Ham dan Lee, firma hukum terbaik di Korea. Selain itu, dia profesor di Universitas Minguk. Dia pemimpin generasi baru di Korea. Dia simbol kecerdasan dengan pengaruh terbesar sekarang. Dia punya gen terbaik. Dia keren sekali. Inilah Profesor Na Geun Woo!

Geun Woo pun masuk, disambut tepuk tangan yang meriah dari para fans nya.

Para reporter berkumpul di depan gedung kejaksaan. Tak lama, sebuah mobil datang. Para reporter langsung mengerubungi mobil itu. Han Hye Ryool keluar dari dalam mobil. Dia seorang jaksa. Para reporter langsung membabibu nya dengan pertanyaan.

“Jaksa Han Hye Ryul, anda akan terus menyelidiki Jusung?”

“Beberapa orang menyebutnya revolusi terbuka. Ada komentar?”

“Benarkah ada konflik antara Anda dan mantan suami Anda, Jaksa Go Won Gyeong?”

Hye Ryool masuk ke dalam gedung, dikawal supirnya. Begitu masuk, seluruh staf nya yang sudah menunggu, langsung mengikutinya.

Hye Ryool menyuruh staf nya memanggil Wakil Pimpinan Jusung. Dia bilang dia mau Wakil Pimpinan Jusung yang datang, bukan anak buah.

Staf nya mengerti.

-Episode 1-

Geun Woo tengah memasak. Tak lama masakannya siap. Dan Hye Ryool pun pulang. Ternyata, Geun Woo adalah suami Hye Ryool. Hye Ryool tampak keberatan membawa bungkusan besar.

Hye Ryool mendekati meja makan. Semua hidangan sudah tersaji.

Hye Ryool : Astaga. Kau memasak cheonggukjang.

Geun Woo : Itu hal pertama yang kau katakan kepada suamimu?

Hye Ryool : Astaga. Maaf. Aromanya enak sekali. Aku lapar.

Geun Woo : Mandilah. Aku hanya perlu menyendok nasinya.

Hye Ryool juga melihat ada telur gulung di atas meja.

Hye Ryool : Kau juga memasak telur gulung. Boleh aku minta sepotong?

Geun Woo pun langsung menyuapi Hye Ryool telur gulung.

Hye Ryool : Ini lezat. Ini enak sekali, Sayang.

Geun Woo : Karena aku memasak makan malam, kau siapkan camilan untuk anggur.

Hye Ryool mengerti.

Setelah mengganti bajunya, Hye Ryool membawakan camilan. Geun Woo sudah menunggu di sofa, dengan anggurnya. Hye Ryool pun duduk disamping Geun Woo dan menaruh camilan di atas meja.

Terlihat para kru TV tengah merekam kegiatan mereka.

Geun Woo : Astaga, anggurnya memiliki cukup tanin untuk seleramu. Serta ini anggur berat yang enak.

Hye Ryool : Terima kasih.

Produser berteriak, CUT!

Syuting selesai. Produser memuji mereka. Dia bilang mereka hebat. Hye Ryool merasa kalau dia terlalu canggung tadi. Kru TV bilang, sama sekali tidak. Saat Hye Ryool menyiapkan salad tadi, Hye Ryool merobek selada romaine dengan tangan Hye Ryool.

Kru TV : Sepertinya kau tahu cara memasak.

Geun Woo memuji istrinya, sebenarnya dia pandai memasak.

Hye Ryool merendah, astaga, tidak.

Geun Woo : Kenapa? Tidak ada yang membuat bulgogi suun lebih enak darimu.

Sekarang, suasana sepi dan gelap. Terdengar suara desahan. Di atas meja di kamar, ada dua gelas bekas wine.

Kamera lalu menyorot Geun Woo yang asik memadu kasih.

Geun Woo lalu bilang kalau dia tampak lebih memesona hari ini. Tidak diperlihatkan siapa wanita itu. Apa Hye Ryool atau bukan. Tapi si wanita mengajak Geun Woo kembali ke tempat itu lagi besok.

“Aku menyewa tempat ini selama sepekan karena syuting.”ucap Geun Woo..

“Kalau begitu, aku tidak akan membiarkanmu pergi malam ini.”

Geun Woo mengajak wanita itu mencari hotel yang bagus pekan depan.

“Benarkah?”

“Ya.”

Mereka lanjut memadu kasih.

Hari sudah pagi. Hye Ryool tengah memoles dirinya di depan cermin. Di meja, tampak foto keluarga mereka. Mereka sudah kembali ke rumah mereka.

Geun Woo memeluk Hye Ryool dari belakang.

Geun Woo : Kau akan terus melakukannya?

Hye Ryool : Tentu saja.

Geun Woo : Ini tidak akan mudah.

Hye Ryool : Tidak akan seru jika terlalu mudah.

Geun Woo : Astaga. Itu memang sifatmu.

Hye Ryool : Kau akan mendukungku, bukan?

Hye Ryool menepuk2 pipi Geun Woo.

Geun Woo : Astaga. Tentu saja. Tidak sebarang orang meminta dukunganku.

Hye Ryool : Siapa yang meminta?

Geun Woo : Istriku, wanita terkeren di dunia. Perintah datang dari Bu Han Hye Ryool.

Hye Ryool tersenyum.

Geun Woo diundang menjadi narsum di sebuah program TV.

Penyiar mengatakan, kejaksaan adalah kantor independen. Jaksa adalah individu dan organisasi yang bisa melaksanakan otoritas penuntut.

Itu adalah program “News Fokus, Yoon Sun Gyu.”

Penyiar Yoon : Lalu menurut apa yang kau katakan, apakah adil untuk memahami penyelidikan sewenang-wenang Jaksa Han Hye Ryul terhadap Jusung sah?

Geun Woo : Itu bukan sewenang-wenang. Itu penyelidikan independen.

Penyiar Yoon : Biar saya tanya sekali lagi. Wakil pimpinan Jusung, target penyelidikan ini, adalah suami adik Jaksa Han. Dengan kata lain, dia adik iparnya. Karena ini bukan keputusan mudah, banyak pemirsa kita tertarik dengan niat Jaksa Han.

Geun Woo : “Kejaksaan harus direformasi.” “Tidak ada yang kebal hukum. Jusung tidak terkecuali.” Itulah tujuan Jaksa Han yang saya konfirmasi lagi pagi ini. Hari ini, investigasi independennya dicap sewenang-wenang dan dikritik. Ini contoh yang menunjukkan bahwa kejaksaan masih belum meninggalkan struktur atas bawah. Waktu terbaik untuk mereformasi kejaksaan adalah hari ini. Itu harus dimulai hari ini.

Malamnya, Geun Woo dan Hye Ryool menghadiri sebuah acara.

Para reporter langsung mengerubungi mereka begitu mereka turun dari taksi.

“Jaksa Han, apa anda tahu Jusung tidak akan menghadiri acara hari ini?”

“Menurut rumor, para petinggi menentang penyelidikan anda. Anda berencana mendakwanya meski ada konflik?”

“Suami anda, Profesor Na Geun Woo, didiskusikan sebagai calon presiden utama. Beberapa orang berpikir kalian berusaha tetap menjadi sorotan. Apa pendapat anda tentang itu?”

Pasangan itu tidak menjawab dan masuk ke gedung tempat acara.

Hye Ryool dan Geun Woo berdiri bersama. Tak lama kemudian, dua eksekutif menghampiri mereka. Salah satu pria mengambil minuman.

“Tidak ada hari saat kau tidak terlihat menakjubkan.” ucap pria yang memegang minuman.

“Itu pujian umum, tidak biasanya kau begitu.” jawab Geun Woo. Sementara Hye Ryool diam saja, dengan wajah agak kesal.

“Itu pujian yang membosankan untuk ratu cantik sepertinya.” ucap pria satunya.

“Aku tidak tahu kalian begitu ramah. Kau tidak begitu baik siang ini.” jawab Geun Woo.

“Untuk apa aku bersikap baik kepadamu? Setelah acara realitasmu ditayangkan, tingkat kepuasanmu untuk pencalonan presiden meningkat. Namun, berkat itu, peringkatku di rumah turun.” ucap pria yang memegang minuman.

Pria satunya lalu berkata kalau Hye Ryool adalah musuh semua suami di Korea.

“Kurasa itu salahku.” Geun Woo menjawab.

Hye Ryool melihat putranya datang. Dia pun langsung pamit, diikuti suaminya. Putra mereka, Han Gang Baek, datang bersama kekasihnya, Jang Ji Yi, juga dua temannya, Jung Kyung Yun dan Hong Nan Hee. Mereka semua adalah mahasiswa hukum Minkook.

Hye Ryool : Kau sudah tiba?

Gang Baek : Ya.

Hye Ryool : Di mana tempat duduk kalian?

Gang Baek : Kami di lantai satu. Kami bersyukur ibu memberi kami tempat duduk.

Ji Yi memuji Hye Ryool, anda tampak sangat menakjubkan hari ini. Gaun anda tampak indah.

Hye Ryool : Begitukah? Itu pujian untuk selera Profesor. Dia yang memilihnya.

Ji Yi : Benarkah? Dia selalu berpakaian rapi, jadi, kupikir itu semua dari anda. Pakaiannya sempurna, bahkan sampai sepatunya.

Hye Ryool : Aku tidak tertarik dengan mode. Aku juga tidak punya waktu untuk itu. Dia menyuruhku berpakaian lebih baik dan membelikanku pakaian. Aku patuh dan memakainya karena aku tidak mau dia mengomeliku. Dia mengatur semua pakaianku.

Nan Hee yang terus menatap Geun Woo sejak tadi berkata, bahwa Geun Woo punya satu pesona lagi untuk ditambahkan ke daftar.

Hye Ryool : Apa kau mencoba memikat mahasiswimu dengan pesonamu, bukan dengan kelasmu?

Nan Hee : Anda tidak tahu? Para mahasiswa tidak mengambil kelasnya karena isinya. Kami mengikuti kelasnya karena dia yang mengajar.

Hye Ryool : Aku bisa memahaminya. Semua orang punya selera yang sama.

Hye Ryool menatap suaminya.

Hye Ryool : Aku harus menganggapmu sebagai properti masyarakat selama itu demi kesejahteraan rakyat. Aku tidak bisa membiarkan kecemburuanku menguasaiku.

Ji Yi : Aku ingin punya pernikahan seperti pernikahan ibu.

Gang Baek lalu bilang kalau harus bersiap untuk klinik legal setelah konser. Jadi, dia akan pulang larut.

Hye Ryool : Lagi?

Gang Baek : Ya.

Nan Hee : Anda penanggung jawab kasus ini, Profesor Na. Anda ikut, bukan?

Gang Baek : Ya… Setelah konser…

Hye Ryool : Maaf. Aku tidak bisa membiarkanmu membawanya malam ini. Kepemilikannya jelas di sini. Jika tidak, kita tidak bisa berdebat.

Hye Ryool lalu merapikan jas suaminya.

Dua eksekutif tadi agak kesal melihat Hye Ryool.

Pria satunya bilang, lihat dia. Dia bersikap sombong. Astaga. Bagaimana bisa seorang jaksa senior memperlakukan sekretaris presidensial senior seolah-olah dia lebih baik darinya? Alih-alih menyapaku, dia hanya berdiri di sana. Beraninya dia mendekati putranya saat putranya memanggilnya.

Pria memegang minuman bilang, kau tahu dia menganggap dirinya tuan putri. Pada dasarnya dia ingin kita mendapat izin untuk bertemu.

“Tuan Putri apanya? Dia hanya bersikap arogan karena ayahnya. Mereka berdua mengincar Jusung dan membuat keributan besar. Aku tidak bisa menghadapi Presiden karena itu.”

“Presdir universitas dan Jaksa Agung juga tidak bisa menghentikan mereka, bukan?”

“Itu sebabnya ini membuatku gila. Pikirkanlah. Adiknya sendiri menikah dengan keluarga Jusung. Apa yang dia lakukan sekarang?”

“Itu karena adiknya menikah dengan keluarga Jusung.”

Kedua eksekutif itu beranjak pergi sambil mengobrol.

“Jaksa yang bahkan tidak melunak kepada mertuanya atau adik iparnya. Suami yang tampan dan pintar membelanya di mata hukum. Dia suami yang sempurna. Dia seksi, bukan?

“Bagaimana itu akan membantu?”

“Kau melihat tingkat kepuasan Na Geun Woo sebagai calon presiden. Dia tidak punya pengalaman dalam politik. Serta dia tidak pernah menunjukkan minat dalam pencalonan. Namun, itu angka yang dia dapatkan.”

“Tingkat kepuasan tidak bisa dianggap serius. Ini hanya pemungutan suara popularitas. Publik tidak tahu apa itu politik. Karena mereka mengincar konglomerat, Jusung, orang-orang berpikir keadilan ditegakkan dan mereka akan melindungi yang lemah dari ketidakadilan. Itu yang mereka pikirkan. Namun, publik tidak tahu begitu para jaksa ini mengundurkan diri, mereka melakukan segalanya untuk memuaskan keserakahan mereka.”

“Di satu sisi, ini yang terbaik. Mereka tampak sempurna dan mulia.”

“Apa maksudmu?”

“Reputasi seperti itu akan menjadi bumerang nanti karena orang-orang tidak akan maumemaafkan kesalahan terkecil di saat seperti ini.”

Mereka semua ada di acara Orkestra Simfoni Seoul, Konser ke-23.

Mereka duduk dan menonton pertunjukan. Hye Ryool dan Geun Woo duduk di lantai atas.

Sementara Gang Baek, Ji Yi, Kyung Yun dan Nan Hee di lantai bawah.

Setelah pertunjukan selesai, Geun Woo pamit keluar. Katanya dia mau menelpon.

Hye Ryool : Apa itu mendesak?

Geun Woo : Ya. Ini untuk kolomku. Pasti banyak yang harus disunting.

Hye Ryool : Kalau begitu, hubungi mereka.

Diluar, Geun Woo menghubungi seorang wanita.

“Kenapa kau meneleponku di nomor ini?” tanya Geun Woo.

“Kukira kau hanya punya ponsel ini sekarang.”

“Benar sekali. Kenapa? Apa ada masalah?”

“Mereka tidak membuka kursi di lantai tiga, jadi, toilet di lantai itu akan kosong.”

“Apa maksudmu?”

“Toilet wanita. Hanya ada satu bilik wanita di lantai tiga. Aku akan menunggumu di sana. Jika tidak bergegas, kau akan melewatkan bagian kedua.”

Geun Woo pun bergegas ke toilet wanita di lantai tiga.

Begitu dia tiba, seorang wanita menciumnya!! Dan benar saja, wanita itu Nan Hee!!

Nan Hee lalu menarik Geun Woo ke bilik toilet. Geun Woo tersenyum.

Mereka memadu kasih di sana.

Hye Ryool keluar dari aula. Tiba2, Ji Yi menghampirinya.

Ji Yi : Anda mau ke mana?

Hye Ryool : Bukankah sudah jelas?

Ji Yi : Anda mau ke toilet penuh orang dengan gaun itu? Aku mengatakan ini karena sayang kepada anda. Aku harus melindungi citra berkelas anda. Gunakan toilet di lantai tiga. Tidak ada orang di toilet itu.

Hye Ryool : Begitukah? Haruskah aku melakukan itu?

Ji Yi : Kalau begitu, aku akan ikut dengan anda.

Hye Ryool dan Ji Yi beranjak menuju toilet di lantai 3.

Geun Woo dan Nan Hee masih memadu kasih.

Ji Yi dan Hye Ryool menaiki tangga, menuju lantai 3.

Ji Yi : Begini, aku tidak percaya anda ibu Gang Baek. Aku bersumpah anda terlihat seperti kakaknya.

Hye Ryool : Kau menyanjungku.

Ji Yi : Aku serius.

Geun Woo melepas kemeja Nan Hee.

Nan Hee : Aku tidak tahu kau sangat suka jajan.

Geun Woo : Ini akan segera berakhir seperti wawancara.

Geun Woo ingin mencium Nan Hee, tapi ditahan Nan Hee.

Nan Hee : Aku akan segera berlatih di lapangan. Belikan aku pakaian.

Geun Woo : Baiklah.

Nan Hee : Datanglah ke klinik hukum hari ini.

Geun Woo : Aku tidak bisa melakukan itu.

Nan Hee : Datanglah.

Geun Woo : Aku akan memikirkannya.

Nan Hee : Kubilang, datanglah.

Geun Woo : Aku akan sedikit terlambat.

Nan Hee tersenyum, itu baru priaku.

Geun Woo kembali menciumi Nan Hee. Tapi tiba2, mereka mendengar suara diluar. Sontak mereka langsung menatap ke arah pintu.

Hye Ryool yang lagi memakai lipstick, menatap ke arah bilik toilet.

Hye Ryool mencoba mendekat.

Dari celah pintu, Geun Woo menatap sepasang kaki tengah mendekat ke bilik toilet.

Nan Hee tiba2 menghadapkan wajah Geun Woo padanya.

Mereka ciuman lagi.

Hye Ryool terus mendekat, tapi Ji Yi datang.

Ji Yi : Bu, sudah hampir waktunya.

Hye Ryool pergi bersama Ji Yi.

Nyonya Ham Gwang Jeon tengah memasak. Dia memakai topi koki berwarna merah dan membuat telur mata sapi dengan cara direbus.

Nyonya Ham lalu memanggil Mi Ja yang lebih tua.

Mi Ja yang lebih tua, ya?

Dia menyuruh Mi Ja yang lebih tua menaruh telur2 itu di piring.

Kemudian dia menghampiri Mi Ja yang lebih muda.

Mi Ja yang lebih muda, ya?

Dia menyuruh Mi Ja yang lebih muda menyiapkan roti.

Setelah itu, Nyonya Ham mendekati Chef Kim.

Nyonya Ham : Ibu lebih suka oboktang panas. Jangan lupakan itu.

Chef Kim : Baik, Bu.

Nyonya Ham : Dia menyebutkan jus wortel. Apa wortelnya tiba dari Jeju?

Chef Kim : Ya, pagi-pagi sekali hari ini.

Nyonya Ham : Dia harus meminumnya sebelum sarapan.

Chef Kim : Tentu. Aku akan segera menyiapkannya.

Nyonya Ham : Buat satu gelas lagi untuk suamiku. Sajikan scone dan compote juga.

Chef Kim : Tentu.

Para pelayan tengah mengatur meja makan. Mereka diawasi Kepala Pelayan.

Lalu Nyonya Ham datang. Kepala Pelayan langsung menghampiri Nyonya Ham, membawa agendanya.

Kepala Pelayan : Ini jadwal setelah sarapan.

Nyonya Ham mengerti. Kepala Pelayan mengerti.

Nyonya Ham menyambut satu per satu anggota keluarganya.

Yang pertama putrinya, Hye Ryool.

Nyonya Ham : Kau begadang lagi? Itu akan merusak kulitmu.

Hye Ryool memeluk ibunya sebentar, lalu beranjak ke meja makan.

Lalu anak2 datang.

Gang Baek : Apa tidur enek nyenyak?

Nyonya Ham : Ya, terima kasih sudah bertanya.

Gan Ye protes, nenek, kenapa kita harus sarapan sepagi ini?

Nyonya Ham : Karena semua orang harus bekerja lebih awal.

Gang Ye : Namun, aku pergi ke sekolah, bukan bekerja. Serta ini jauh sebelum waktunya.

Nyonya Ham : Kita harus bertemu sebelum berangkat kerja.

Gang Ye : Kita bisa bertemu di akhir pekan.

Nyonya Ham : Anggota keluarga bertemu setiap hari.

Gang Ye : Yang benar saja.

Geun Woo keluar dan memegangi bahu putrinya.

Geun Woo : Kurasa sudah waktunya kamu terbiasa dengan ini, Tuan Putri.

Setelah itu, Geun Woo menyapa Nyonya Ham.

Gang Baek mengajak Geun Woo ke meja makan.

Giliran Han Gun Do yang datang.

Pak Han : Aku tidak terlambat, bukan?

Nyonya Ham : Ritsletingnya.

Pak Han langsung menaikkan ritsleting celananya.

Lee Ae Heon datang, sambil memegangi Ham Min Heon.

Nyonya Ham : Ibu, kulit Ibu tampak sangat putih hari ini.

Ae Heon : Benarkah? Mungkin berkat produk kulit herbal yang kau belikan pekan lalu.

Nyonya Ham : Oleskan secukupnya. Akan kubelikan lagi sebelum habis.

Nyonya Ham menarik kursi, agar Ae Heon bisa duduk.

Ae Heon : Terima kasih. Itu sepertinya efektif, jadi, aku berniat memakai banyak di leher dan tanganku.

Pak Ham : Lalu kenapa kamu tidak memakainya di kakimu juga?

Ae Heon : Aku tidak bisa melakukan itu. Harganya 1.000 dolar per produk.

Nyonya Ham memanggil Ae Hon, ibu, Oleskan di kaki juga.

Nyonya Ham mengerlingkan matanya.

Ae Heon melirik suaminya, sekarang aku malu, Sayang.

Pak Ham : Mari kita berdoa.

Pak Ham memimpin doa.

Selesai berdoa, dia melirik Ae Heon.

Ae Heon berdoa, dalam Bahasa Inggris.

Selesai Ae Heon berdoa, Nyonya Ham menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan.

Lalu tiba2, Han Mu Ryooll datang. Dia marah dan menunjuk Hye Ryool.

Mu Ryool : Beraninya kau! Sudah cukup. Kesabaranku sudah habis.

Nyonya Ham : Bisa pelankan suaramu? Hakim Han.

Mu Ryool : Ibu, dia benar-benar gila. Beraninya dia macam-macam dengan Jusung. Mereka besan kita!

Pak Ham : Itu bukan ide yang buruk karena mereka besan kita. Tidak, sebenarnya itu lebih baik karena mereka besan kita.

Mu Ryool : Kakek!

Pak Ham : Kau memang hakim, bersikap tidak fleksibel.

Hye Ryool : Kukira peraturan kita adalah tidak membicarakan bisnis dengan keluarga. Kurasa sudah sewajarnya seperti itu.

Mu Ryool makin ngamuk, ibu, lihat sikapnya.

Lalu dia mendekati Pak Han, ayah, kenapa ayah menikahkanku dengan keluarga Jusung? Itu bukan hanya demi kebaikanku.

Nyonya Ham : Hakim Han, tenang dan duduklah dahulu.

Mu Ryool : Ibu. Bagaimana aku bisa tenang sekarang? Aku datang jauh-jauh kemari meski jadwalku padat hari ini. Karena mertuaku terus melirikku.

Mu Ryool menatap Hye Ryool.

Mu Ryool : Aku dimarahi!

Hye Ryool : Maaf. Aku tidak punya waktu untuk mengurus mertuamu.

Mu Ryool : Kau beruntung. Kau tidak perlu memikirkan mertuamu berkat suamimu yang hampir menjadi yatim piatu.

Hye Ryool : Benar. Dia pria yang sempurna.

Ae Heon : Aku mengerti perasaanmu. Namun, bagaimana jika menarik napas dalam-dalam dahulu?

Pak Ham : Ini cukup. Jangan mencari masalah.

Mu Ryool menatap Hye Ryool.

Mu Ryool : Kau pikir kau siapa?

Hye Ryool balas menatap Mu Ryool : Seorang jaksa.

Hye Ryool kemudian ingat saat dia berkumpul dengan sunbae dan hoobae nya.

Flashback…

Hye Ryool menuangkan dua botol soju ke dalam wadah besar.

Hoobae nya menyuruhnya santai saja.

Hye Ryool : Kalau begitu maukah kau menjadi kesatria putihku?

Para hoobae menyemangati Hye Ryool.

Hye Ryool : Para senior, junior, dan kolegaku. Aku menyadari sesuatu saat aku bertambah tua. Aku, Han Hye Ryool, memang penjagal. Jadi…

Jang Il : Jangan bicara lagi.

Hye Ryool : Kau tidak tahu apa yang akan kukatakan selanjutnya.

Jang Il : Kurasa aku sudah tahu, jadi, diamlah, Berandal.

Hye Ryool : Kurasa kau langsung dilaporkan. Ini sebabnya orang bilang jaksa adalah anjing konglomerat.

Jang Il : Hei. Beraninya kau membentakku. Kau bertingkah karena ayahmu melindungimu?

Hye Ryool : Kau menyerang kelemahanku. Apa pun yang kulakukan, kau ingin orang lain melihatnya sebagai pembuat onar yang mengendalikan ayahnya, bukan? Namun, aku yakin kau lebih mengendalikannya daripada aku. Jadi, mari minum dan putuskan. Yang kalah akan menyerah.

Jang Il : Aku cukup berpengalaman dalam hal ini. Ini yang membuatku sampai sejauh ini. Baiklah. Jika kau menang, akan kudukung kamu dengan cara yang sangat keren. Kau butuh promosi, bukan? Seseorang bahkan mendapat jabatan kepala jaksa dengan ini.

Hye Ryool : Promosi sebagai apa? Wakil kepala?

Jang Il : Baiklah. Cobalah mendapatkan jabatan kepala jaksa. Kurasa kau bisa.

Hye Ryool : Itu mungkin saja. Jika minum ini akan membawaku ke sana…

Hye Ryool berdiri dan mulai minum soju dari wadah besar tadi.

Dan tak lama, dia berhasil menghabiskan sojunya.

Hye Ryool menuang dua botol soju lagi ke dalam wadah besar.

Hye Ryool : Aku akan mengincar jabatan jaksa agung. Aku tidak akan mengganggu Jusung. Aku berjanji.

Hye Ryool menyuruh Jang Il minum.

Jang Il awalnya tenang, tapi pas melihat soju di dalam wadah, dia langsung ketar ketir. Tapi, dia tetap meminumnya karena terpaksa.

Tak lama kemudian, Jang Il mabuk berat sampai harus digendong keluar oleh hoobae nya.

Hye Ryool pun berdiri di tengah2 dan mengangkat gelasnya tinggi2.

Hye Ryool : Semuanya, perhatian!

Hye Ryool menyuruh para juniornya mengikuti kata2nya.

Hye Ryool : Saat ini juga. Aku telah dipanggil oleh bangsa dan rakyatnya. Aku telah menerima kehormatan untuk menjadi jaksa Korea untuk menjadi jaksa Korea. Sebagai PNS, aku akan menegakkan keadilan dan hak asasi manusia. Aku akan menegakkan keadilan dan hak asasi manusia. Aku akan melindungi tetangga dan komunitasku dari kriminalis. Tugas berat sialan ini telah diberikan kepadaku.

Hye Ryool meminum lagi mirasnya.

Hye Ryool kesal, aku bertingkah karena ayahku mendukungku?

Kita beralih ke Jusung Chemical yang dipimpin oleh Pak Han, ayahnya Hye Ryool.

Pak Han : Ada apa dengan kalian? Sejak kapan kita menaati hukum hingga kalian bersikap sangat jujur pada hukum? Apa ada yang berjalan sesuai hukum? Tidak, dan itu sebabnya orang menyewa pengacara.

Pak Han beranjak ke belakang Nam Su Hyeok. Dia memegang erat bahu Su Hyeok.

Pak Han : Kepada para pengacara, jangan seperti ini. Tujuan kita adalah penjualan. Milikilah pemikiran bisnis, bukan hukum.

Nyonya Ham sedang memberikan kuliah di Universitas Minkook.

Ada Geun Woo juga di sana, bersama para dosen lain.

Nyonya Ham : Tujuan universitas kita sederhana. Penerimaan dan kelulusan terhormat. Sekolah hukum khusus untuk mereka yang memenuhi syarat. Almamater yang membuat semua orang iri. Itu sebabnya kita mengumpulkan beasiswa dari Yayasan Jusung dan memberi profesor kita tunjangan terbaik. namun, kita peringkat kedua dalam hal tingkat kelulusan ujian advokat? Kenapa kalian tidak bisa bekerja lebih baik? Sekolah hukum Universitas Minguk…

Sekarang, Geun Woo lagi memberikan kuliah pada mahasiswanya.

Dia menunjukkan lukisan yang sengaja dia tunjukkan melalui layar besar di belakangnya.

Geun Woo : Semua orang tahu apa ini, tapi tidak ada yang fokus pada detail “The Last Judgment” di sini. Pada usia 61 tahun, Michelangelo menghabiskan enam tahun untuk menyelesaikan mahakarya ini. P

ada tahun 1517, untuk memperingatkan masa membingungkan dan masyarakat Kristen yang cukup korup untuk menyebabkan Reformasi Protestan, Paus Paul III membuat keputusan dan itu termasuk di dalam sini. Itu menggambarkan keseriusan korupsi pada saat itu selagi mengkritik masyarakat yang korup. Sekali lagi, itu tahun 1517. Kini setelah 500 tahun, apa ada yang berubah dari saat itu?

Bagaimana menurut kalian? Semua orang bilang sejarah menunjukkan perkembangan. Teknologi membuat perubahan mengejutkan dalam hidup manusia. Namun, kejahatan, hukuman, dan penyimpangan hukum belum banyak berubah dari yang Josef K hadapi dalam novel, “The Trial”, ditulis oleh Kafka sekitar 100 tahun lalu. Aku tidak tahu apa-apa tentang hukum. Itu benar. Saat aku menjadi hakim, tidak sekali pun semua orang menyetujui putusanku dengan puas.

Nan Hee menatap Geun Woo penuh cinta.

Geun Woo : Sebaliknya, mereka semua bilang itu tidak adil. Mereka ingin membunuhku. Mereka mengejekku. Jadi, aku mencari tahu apa aku membuat kesalahan dalam menerapkan hukum. Sebelum kita mulai, biar kuberi tahu sesuatu.

Maksudku, secara profesional, biarkan aku “mengakui” sesuatu. Seperti yang baru saja kukatakan, pertama, aku tidak tahu soal hukum. Jadi, kuliahku tidak akan membantu secara praktikal bagi para mahasiswa pascasarjana hukum yang bersiap untuk ujian advokat mereka. “Pertanyaan ini sering muncul.” “Ini dari ujian simulasi. Ini dari ujian advokat.” Aku tidak akan fokus pada soal ujian sebelumnya. Baiklah. Berdiri dan pergilah jika kalian mau.

Tidak ada yang pergi.

Geun Woo : Kedua, aku seorang feminis. Menurut kepercayaan dan logika orang-orang lama, aku komunis. Menurutku hukum dan hakim sama sekali tidak sakral. Kita masih butuh hukum yang adil untuk wanita, kaum difabel, kaum LGBTIQ, dan yang rentan secara sosial.

Tidak ada hukum, hakim, yang sakral dan sempurna. Biar kujanjikan satu hal. Cara berpikir seperti petugas yudisial. Singkatnya, cara berpikir logis dengan pola pikir hukum. Sebagai mahasiswa hukum sendiri, aku akan belajar dan mencari tahu bersama kalian di kelasku.

Dosen di kelas lain, juga tengah memberikan kuliah, tapi mahasiswanya sangat sedikit.

“Kita membicarakan syarat hukuman berdasarkan…”

Mereka pun terganggu dengan sorak sorai di kelasnya Geun Woo.

Dosen meminta mahasiswanya untuk fokus.

“Buka halaman 138. Isu mengenai penerapan aturan kaki tangan. Ini dari ujian advokat 2018 dan ujian simulasi 2013 dan 2017. Peraturan terpisah diterapkan kepada setiap kaki tangan jika perlu. Aturan kaki tangan dari hukum pidana tidak berlaku untuk kaki tangan orang dalam. Ini penting karena…”

Sorak sorai terdengar lagi.

Si dosen kesal, apa dia profesor jurusan Drama dan Film?

Geun Woo masih lanjut memberikan kuliah.

Geun Woo : Kita menganggap hakim sakral karena mereka menegakkan hukum. Namun, para realis hukum mengatakan bahwa keputusan pengadilan adalah masalah apa yang dimakan hakim saat sarapan. Dengan kata lain, jika putusanmu diambil saat hakim bertengkar dengan istrinya, kau akan sial.

Mahasiswa tertawa dan bertepuk tangan lagi.

Geun Woo keluar kelas bersama para mahasiswanya.

Lalu seorang wanita mendekatinya. Menerobos kerumunan mahasiswa.

“Aku reporter Yoon Eun Mi, yang meneleponmu…”

Tapi dia gak bisa bicara karena mahasiswa sibuk meminta foto dan tanda tangan.

Dosen yang mahasiswanya sedikit tadi lewat dan melihat Geun Woo dikerumuni mahasiswa.

Dia kesal dan beranjak pergi.

Reporter Yoon berusaha mendekati Geun Woo lagi.

Reporter Yoon : Aku reporter Yoon Eun Mi dari SBC.

Geun Woo : Maafkan aku. Sudah kubilang aku tidak mau melakukan wawancara individu. Kau menempatkanku di posisi sulit jika datang seperti ini.

Reporter Yoon : Kumohon. Aku hanya meminta waktumu sebentar.

Geun Woo : Maafkan aku.

Geun Woo beranjak pergi.

Hari sudah malam. Nan Hee di kamar asramanya bersama temannya, Lee A Jeong.

A Jeong lagi menonton wawancara Geun Woo. Nan Hee lagi belajar.

“Jadi, maksud Anda, istri anda mengendalikan anda?”

“Aku ingin hidup sebagai variabel tergantung. Dewi seperti Aphrodite dan Athena berhak dipuji.” jawab Geun Woo.

A Jeong : Dia bilang Aphrodite dan Athena. Wanita macam apa yang bisa mengendalikan pria seperti itu?

Nan Hee : Apa yang harus dikendalikan? Begini. Bahkan tidak membayangkan bersama wanita lain?

A Jeong : Aku hanya akan mengagumi Profesor Na Geun Woo.

Ponsel Nan Hee berbunyi.

Ada pesan masuk, persiapan kelas sudah selesai.

Nan Hee : A Jeong-ah, kau tahu aku sangat memercayaimu, bukan?

A Jeong : Katakan saja. Ada apa?

Nan Hee : Mau kutunjukkan sesuatu yang menarik?

A Jeong : Sesuatu yang menarik?

Nan Hee : Aku sangat memercayaimu.

A Jeong mendekati Nan Hee, ada apa? Sebaiknya ini bagus.

Nan Hee menunjukkan sesuatu di ponselnya.

Nan Hee : Dia dikendalikan oleh istrinya?

Geun Woo menunggu seseorang di depan mobilnya. Tapi yang ditunggunya tak kunjung datang.

Dia masuk ke mobilnya. Dan masih menunggu. Karena tak kunjung datang, dia berniat pergi. Dia mau menyalakan mobilnya tapi kemudian dia melihat Nan Hee berjalan ke arahnya. Dia tersenyum.

Geun Woo dan Nan Hee memadu kasih lagi di mobil. Geun Woo ingin menyentuh Nan Hee lebih dalam, tapi dihentikan Nan Hee. Nan Hee kesal.

Nan Hee : Aku menonton acara TV itu. Kau membicarakan Aphrodite dan Athena. Lalu, aku ini apa?

Geun Woo : Kau inspirasiku.

Nan Hee : Inspirasi?

Geun Woo : Helen.

Nan Hee tersenyum. Geun Woo menciumi leher Nan Hee.

Nan Hee : Ingat. Aku bisa menjadi Aegis dan Hades. Jangan lupa. Aku bisa menjadi perisai. Namun, aku juga bisa menjadi iblis yang menarikmu ke dalam neraka.

Geun Woo : Aku tidak akan melupakannya.

Gang Baek dan Gang Ye lagi dikuliahi agama sama kakek buyutnya.

Lalu Ae Heon datang, yeobo, Ini sudah larut. Kau masih mempelajari Injil? Sekarang, Gang Baek lebih baik dalam Injil daripada aku. Lalu Gang Ye… Sedangkan untuk Gang Ye… kau harus memikirkan kulitnya. Kau tahu betapa pentingnya tidur untuk kulit wanita?

Gang Ye : Benar. Lihat betapa keringnya kulitku. Kulit nenek buyut jauh lebih baik daripada kulitku.

Ae Heon : Benarkah?

Pak Ham : Itu mungkin benar.

Ae Heon : Astaga. Pikirkan usiaku. Bagaimana aku bisa dibandingkan dengan anak SMA berwajah muda ini? Astaga.

Gang Ye : Aku serius, nenek buyut.

Ae Heon : Bagaimana denganmu, Gang Baek? Apa ada kesulitan dengan studimu?

Gang Baek : Tidak. Aku baik-baik saja.

Ae Heon : Dia selalu dapat beasiswa dari fakultas hukum Universitas Minguk, tempat semua murid berbakat berkumpul. Gang Baek, kau hebat.

Pak Ham : Beasiswa bukan masalah besar. Gang Baek kita berbakat alami. Ketika aku melihat jawabannya tempo hari, dia sama seperti Hye Ryool saat masih muda. Logikanya jelas dan tidak pernah melewatkan masalah.

Ae Heon : Benarkah? Kau ingin menjadi jaksa seperti ibumu setelah lulus?

Gang Baek : Aku…

Pak Ham : Tidak. Dia harus menjadi hakim sepertiku. Sudah saatnya kita punya hakim Mahkamah Agung lain. Negeri surga bisa dibandingkan 10 wanita yang keluar untuk menyapa suami mereka, masing-masing memegang lampu.

Ae Heon melihat ada krim wajah di meja riasnya.

Ae Heon : Astaga. Dia sudah meninggalkan krim wajah untukku.

Pak Ham : Benarkah?

Ae Heon mengambil krimnya lalu duduk disamping Pak Ham.

Ae Heon : Ini bukan hal mendesak.

Pak Ham : Dia selalu pandai mengurus keluarga.

Ae Heon : Entah apa dia benar-benar menganggapku sebagai keluarga.

Pak Ham : Kenapa? Apa terjadi sesuatu? Apa Gwang Jeon membuat kesalahan?

Ae Heon : Tidak. Sudah bertahun-tahun sejak aku datang ke rumah ini, tapi aku merasa diperlakukan seperti tamu. Itulah alasannya. Senang dia mengurusku. Namun, sampai hari ini, dia tidak pernah membahas urusan rumah tangga atau bahkan menu makan malam denganku.

Pak Ham : Itu karena aku memastikan itu tidak terjadi. Untuk tidak membiarkan kekasihku melalui masalah rumit apa pun.

Pak Ham memeluk Ae Heon.

Ae Heon balas memeluk Pak Ham.

Ae Heon : Terima kasih, Sayang.

Ae Heon lalu menatap Pak Ham.

Ae Heon : Benar juga. Mari kita pakai ini bersama.

Ae Heon mengoleskan krim nya di wajah Pak Ham. Mereka tertawa. Lalu Pak Ham mengoleskan krim ke kaki Ae Heon.

Geun Woo baru pulang. Dia terus melangkah ke tangga. Tapi tiba2, Nyonya Ham keluar dari kamar.

Nyonya Ham : Kau pulang larut.

Geun Woo : Persiapan silabus butuh waktu lama.

Nyonya Ham : Ibu kira kau tidak ada kelas besok.

Geun Woo : Aku ada kuliah khusus pekan depan.

Nyonya Ham : Kau tampak lelah. Kau harus naik.

Geun Woo pun naik.

Nyonya Ham menatapnya dengan curiga.

Geun Woo membuka pintu kamarnya. Dia dikejutkan dengan Hye Ryool yang berdiri di depan pintu. Hye Ryool memegang beberapa berkas.

Hye Ryool : Kau sudah pulang.

Geun Woo : Ya. Itu cukup lama.

Hye Ryool : Kau pasti lelah. Mandi dan beristirahatlah.

Geun Woo : Kau perlu bekerja?

Hye Ryool : Ya, aku harus menanyakan sesuatu kepada ibu.

Geun Woo : Baiklah.

Hye Ryool keluar. Geun Woo nampak resah.

Geun Woo menatap ke kasurnya. Ada dua kasur terpisah di kamar mereka. Ternyata mereka tidur terpisah.

Hye Ryool berdiskusi dengan ibunya soal hukum. Sebelum mulai diskusi, dia membuat kopi untuk mereka berdua.

Hye Ryool ingin merokok, tapi dilarang ibunya.

Nyonya Ham : Jaga dirimu.

Hye Ryool : Jika tidak melakukan ini, aku bisa gila. Atau aku harus membunuh seseorang.

Nyonya Ham melihat rekaman video. Di video itu, seorang pria keluar dari dalam unit apartemen.

Nyonya Ham : Kucingnya masuk.

Hye Ryeol menyerahkan berkas2nya.

Hye Ryeol : Ibu. Lihat ini. Penyitaannya membuatku pusing. Menurut keputusan Mahkamah Agung, barang sitaan dengan izin yang dikeluarkan oleh hakim harus ditafsirkan dengan ketat. Kita tidak boleh berdamai atau membuat interpretasi analogis yang bertentangan dengan penyitaan. Namun, jika Ibu lihat di sini…

Kita ke Kepolisian Metropolitan Seoul unit investigasi area luas.

Detektif Wang Joong Jin tengah menginterogasi seorang pria.

Pria itu mengaku belum pernah ke sana.

“Aku di rumah hari itu.”

Detektif Ji Gu Won datang sambil memegangi cangkirnya.

Detektif Ji : Aneh sekali. Joong Jin. Dia bilang tidak pernah ke sana. Kau yakin tidak membuat kesalahan dalam penyelidikan?

Detektif Wang menunjukkan sebuah laporan pada pria itu.

Detektif Wang : Tanggal 8 Mei, pukul 20.00. Penyeberangan di depan Stasiun Jakjeon, Gyeyang-gu, Incheon. Kau ada di sana?

Pria itu mengaku, benar juga. Hari itu. Temanku tiba-tiba ingin pergi minum. Aku pergi ke bar di dekat sana.

Detektif Ji : Siapa teman itu? Boleh kami meneleponnya?

Pria itu mencari alasan, kami bertengkar hari itu dan memutuskan untuk tidak bertemu lagi.

Detektif Ji : Bagaimana dengan pembayaran?

Pria itu bilang temannya yang membayar.

Detektif Ji : Kebohongan itu seperti hidup. Begitu kau memberinya makan, ia melihat kesempatan dan mengisap darahmu sampai kau mati. Itu menjijikkan sekali.

Detektif Wang : Kakak mantan istrimu. Kami sudah memastikan rekening banknya juga.

Pria itu minta makan. Dia bilang dia akan bicara setelah makan.

Detektif Ji menyuruh Detektif Wang memesan sup tulang sapi ekstra besar.

Detektif Ji : Mari kita akhiri setelah makan.

Pria itu pergi.

Tiba2, Reporter Yoon datang.

Reporter Yoon : Belikan aku juga. Belikan aku sup tulang sapi ekstra besar.

Detektif Ji sewot, kenapa kau kemari? Sudah bertahun-tahun sejak kau lulus kuliah. Kenapa kau masih mendatangiku untuk meminta dibelikan makanan? Jika kau ingin makanan gratis, temui para seniormu yang sukses. Kau tidak tahu berapa gajiku?

Reporter Yoon : Jangan seperti itu. Aku butuh kenyamanan. Aku dimarahi habis-habisan setelah ditolak hari ini.

Detektif Ji : Kalau begitu, pulanglah dan nikmati makanan lezat orang tuamu. Kenapa kau mencari sup tulang sapi di sini? Aku sudah banyak pikiran. Enyahlah.

Detektif Wang : Bagaimana kau bisa mengatakan itu kepada seorang reporter?

Reporter Yoon : Kau akan menyesal telah mengusirku. Aku membawa informasi yang solid.

Detektif Ji langsung bersikap manis, apa itu?

Detektif Ji mentraktir Detektif Wang dan Reporter Yoon.

Reporter Yoon mau makan ayamnya, tapi dihentikan Detektif Ji.

Detektif Ji : Kau bilang itu solid.

Reporter Yoon mengambil ayamnya.

Reporter Yoon : Kautidak bisa memercayai orang?

Detektif Ji : Bukannya aku tidak bisa memercayai orang. Namun, kau tidak sepenuhnya bisa diandalkan. Tunjukkan dahulu apa yang kau punya.

Reporter Yoon : Hasil survei preferensi kandidat presiden sudah keluar. Na Geun Woo merangkak naik. Sangat cepat.

Detektif Ji : Itu saja?

Reporter Yoon : Tidak mungkin. Ada orang baru.

Detektif Ji : Orang baru?

Reporter Yoon : Sulit dipercaya. Itu pasti sangat mengganggunya. Mereka adakan penyelidikan internal. Mereka ingin menyingkirkannya sebelum dia makin besar.

Detektif Ji : Penyelidikan internal?

Reporter Yoon : Badan intelijen polisi.

Detektif Ji : Siapa orang itu?

Reporter Yoon : Kukira itu semua untuk pertunjukan, tapi ini pasti yang mereka incar Istri Na Geun Woo. Han Hye Ryool.

Hye Ryool lagi berenang.

Kita kemudian melihat seseorang yang mengambang di kolam di depan Universitas Minguk.

Lalu terdengar jeritan mahasiswa.

Bersambung….

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like