Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Episode 9 Part 1, Simak juga yuk spoiler recapnya yang lain gaes tentang Episode sebelumnya cek di sini. Nih buat Kamu yang mencari spoiler lengkap pada tulisan yang ini.
Di episode ini, semua terbongkar ya guys. Dal Mi akhirnya tahu siapa Do San yang ngirimin dia surat 15 tahun lalu…
Do San terlihat sedih memandangi ikat rambut Dal Mi.
Dia lalu menoleh ke sampingnya, menatap dirinya yang sudah suka merajut sejak kecil.
Do San pun nangis.
Lalu terdengar suara Pak Nam memanggil Do San.
Do San kecil berhenti merajut dan segera berlari keluar.
Adegan flashback dimulai….
Diluar, semua keluarga sudah berkumpul.
Pak Nam membanggakan Do San.
Pak Nam : Ini dia putra hebat kami.
Do San duduk di tengah ayah dan ibunya.
Pak Nam lalu bertanya, olimpiade matematika yang akan diikuti Do San, untuk SMP ama SMA.
Do San bilang SMA.
Semua langsung memuji Do San. Bahkan ada yang penasaran, Do San ikut les private apa enggak makanya bisa sepintar itu.
Ibu bilang mereka tak punya uang untuk mengikutkan Do San les.
Pak Nam bilang Do San mirip dirinya.
Pak Nam : Dulu aku sangat pandai berhitung dengan swipoa.
Do San kecil akhirnya mengikuti olimpiade matematika itu.
Terdengar narasi Do San.
Do San : Waktu itu, aku sudah menyelesaikan semua, kecuali satu soal. Biasanya aku bisa menyelesaikan soal itu dengan mudah. Tapi saat itu sangatlah sulit….
Ya, Do San tampak kesulitan dengan soalnya.
Tiba-tiba angin bertiup, menjatuhkan lembar jawaban peserta lain.
Do San : Saat itu, ada angin yang bertiup entah dari mana. Dan aku melihat satu baris jawaban soal itu. Bagiku, angin itu adalah keberuntungan. Namun, karena aku melihat satu baris jawaban itu, sembilan jawaban yang kujawab dengan kemampuanku terasa sia-sia.
Do San pun akhirnya menerima medali emas. Tapi kemudian, dia melihat siswa SMA dimarahi sama ibunya.
“Kau dikalahkan anak kecil. Apa kau tak malu?”
Narasi Do San terdengar lagi.
Do San : Medali itu terasa sangat berat.
Do San akhirnya memberikan medalinya ke siswa itu. Dia bilang dia tak butuh.
Ayah dan ibu terkejut. Ayah marah, sementara ibu bilang Do San tak serakah. Dia tak berambisi.
Narasi Do San kembali terdengar. Do San bilang itu karena dia tak berhak menerima medali.
Do San lalu bilang angin yang bertiup saat itu bukan angin keberuntungan.
Di rumah, ayah memarahi Do San. Pasalnya, Do San ingin berhenti kuliah. Ayah tanya alasannya. Ayah bilang Do San bisa lebih cepat enam tahun dari orang lain.
Do San hanya bisa diam dan menangis.
Ibu menenangkan ayah. Lalu ibu memaksa Do San bicara apa masalahnya.
Do San : Angin itu berubah menjadi angin kencang yang merusak kepercayaan diriku.
Do San menangis memandangi ikat rambut Dal Mi.
Lalu dia ingat saat Ji Pyeong menyuruhnya berpura-pura menjadi Do San yang ada di surat.
Do San lalu bilang, kali ini dia menangkap keberuntungan dari angin yang bertiup itu.
Do San juga ingat saat Ji Pyeong memberikan ikat rambut Dal Mi padanya.
Do San : Dan, sekali lagi…
Paginya, DoDal di kedai kopi. Dal Mi tanya, Do San mau pakai biji kopi hitam, kopi aroma atau yang rendah kafein.
Dal Mi memilih yang rendah kafein. Do San juga memesan yang rendah kafein.
Mereka kemudian duduk, menikmati pesenan mereka.
Do San mengembalikan ikat rambut Dal Mi. Dal Mi pun tanya dimana Do San menemukannya. Dia bilang, dia terus mencarinya.
Do San bohong. Dia bilang di kantor.
Dal Mi ingin mengatakan sesuatu. Dia memanggil Do San.
Do San gugup.
Kayaknya Dal Mi mau bahas soal surat, tapi gak jadi mengatakannya dan malah menunjuk kue dan kopinya. Dia bilang, minum kopi dan makan kue perpaduan yang pas.
Narasi Do San berlanjut. Dia bilang sama seperti 15 tahun lalu, perlahan dia mulai runtuh.
-Ep 9, RESIKO-
DoDal sudah di kantor sekarang. Dal Mi sedang mengetik sesuatu. Tapi kemudian wajahnya berubah kesal dan dia mengetik dengan kasar. Tapi kemudian dia tersenyum lagi. Lalu wajahnya berubah kesal lagi dan senyum lagi. Begitu seterusnya.
Sa Ha heran, dia tanya, kenapa wajah Dal Mi begitu.
Yong San bilang Dal Mi lagi membalas komentar NoonGil.
Melihat Dal Mi senyum, Do San yakin komentarnya baik.
Tapi raut wajah Dal Mi berubah kesal lagi.
Chul San : Pasti komentar kali ini buruk. Lihat cara mengetiknya. Lihat itu. Kibornya akan segera rusak.
Sa Ha : Ternyata Nona Seo sangat memedulikan komentar.
Seorang pria tua masuk. Dia tanya, apa itu In Jae Company.
Dal Mi bilang, In Jae Company di ujung di lorong. Dal Mi pun bergegas mengantar pria tua itu ke sana.
Yong San melihat pria tua itu membawa telur.
Setelah pria itu pergi bersama Dal Mi, Yong San ngasih tahu yang lain kalau pria itu bawa telur.
Dal Mi ke ruangan In Jae.
In Jae : Apa ini? Kenapa kantor kami kedatangan tamu kotor begini?
Dal Mi bilang ada tamu yang mencari In Jae.
Pria itu masuk dan tanya siapa In Jae.
Dal Mi berjalan ke In Jae sambil menjawab pertanyaan pria tua itu.
Dal Mi : Apa kau tak bisa menebaknya? Semua orang sedang bekerja keras di sini. Tapi ada satu orang yang santai. Dia di sini.
In Jae berdiri. Dia bilang dia In Jae dan tanya kenapa.
Pria itu melempari In Jae dengan telur.
Sontak semua kaget.
“Ternyata kau! Kau yang mau memecat kami semua?”
Yang lain berusaha tenangkan pria tua itu, tapi gagal.
Pria itu lantas mengambil layar computer dan berjalan ke In Jae.
Omo! Dia mau memukul In Jae dengan itu. Dal Mi langsung memeluk kakaknya.
Samsan datang. Do San mengambil layar computer itu dari tangan si pria tua, lalu dibantu Hyun, Chul San, Yong San dan Sa Ha membawa pria itu keluar.
Pria itu teriak, kalian pikir kalian siapa? Beraninya memecat kami!
Do San menatap Dal Mi.
Do San : Dal Mi-ya, kau baik-baik saja?
Dal Mi mengiyakan.
Dal Mi lalu memeriksa In Jae. Dia tanya, In Jae baik-baik saja? Apa In Jae terluka.
In Jae mengangguk, kalau dia gak apa-apa.
Dal Mi dan In Jae lalu terdiam. Dal Mi kemudian berdiri. Setelah beberapa saat, dia mengulurkan tangannya ke In Jae, mau membantu In Jae berdiri.
Tapi In Jae tak meraih tangan Dal Mi dan berdiri sendiri.
Dal Mi dan In Jae merasa canggung.
Pria tua itu diseret keluar oleh satpam.
Do San menyusul keluar. Dia bilang kacau sekali.
Pria muda berdiri disamping mereka dan tanya apa yang terjadi.
Yong San : Katanya pegawai Konstruksi dan Teknik Haun. Sistem keamanan pintar yang dibuat Injae Company membuat mereka terancam dipecat.
Chul San : Untuk apa hasilkan uang banyak jika tak manusiawi?
Hyun sewot dengan kata-kata Chul San. Dia membalas dengan bilang untuk apa manusiawi jika tak bisa hasilkan uang.
Hyun pergi.
Do San : Kenapa serius sekali?
Pria muda yang bertanya tadi, bertanya apa Hyun orang hebat. Gaya bicaranya kurang ajar.
Do San : Ya. Dia hebat. Di umurnya, dia anggota eksklusif resor.
Chul San : Apa gunanya itu semua? Dia tak berpendirian.
Sa Ha : Tipe idealku. Kaya dan tak berpendirian. Aku suka. Dia anggota resor apa?
Chul San : Keanggotaan resor? Semua orang bisa punya itu. Aku bahkan punya vila pribadi.
Yong San : Vila itu?
Do San : Dengan pantai pribadi.
Sa Ha : Sungguh? Kau tak terlihat seperti itu.
Chul San : Sudah kubilang, keluargaku punya tambak rumput laut. Keluargaku membuat rumah jerami yang bagus untuk mengusir bebek. Dan pemandangan dari rumah itu seperti Kota Kinabalu.
Sa Ha langsung kesal.
Chul San terus ngoceh. Dia bilang Sa Ha bisa lihat sunset disana.
Sa Ha melengos pergi. Chul San minta tolong Yong San dan Do San buat yakinin Sa Ha. Trio San pergi mengejar Sa Ha.
I Su mendekati pria muda itu. Dia tanya pria itu siapa.
Pria itu memberikan kartu namanya. Dia bilang namanya Choi Yang Won.
I Su membaca kartu nama Yang Won.
I Su : Kau reporter?
In Jae lagi ngebersihin blazernya yang terkena lemparan telur di toilet.
Tak lama, Dal Mi datang.
In Jae : Dal Mi-ya.
Dal Mi : Tunggu. Biar aku bicara lebih dulu.
Dal Mi lalu minta In Jae tak salah paham. Dia bilang, tindakannya melindungi In Jae tadi tak berarti apa-apa.
In Jae gak ngerti, arti?
Dal Mi : Ya. Hanya refleks. Aku pasti akan lindungi siapa pun pada keadaan tadi. Bukan karena kau. Aku memang punya insting hebat dalam melindungi. Seperti sudah mendarah daging. Temanku menyuruhku ikut pemilu. Padahal aku tak mau berpolitik…
In Jae mengambil tissue. Suaranya membuat Dal Mi berhenti mengoceh hal gak penting dan minta In Jae melupakan hal tadi.
Dal Mi lalu tanya, In Jae mau bicara apa.
In Jae bilang tak ada.
Dal Mi berkeras, tadi kau bilang mau bicara.
In Jae : Kau punya buntut.
Dal Mi : Buntut?
Dal Mi melihat ke belakangnya. Ternyata ada tissue yang menggantung di bokongnya.
In Jae pergi.
Dal Mi mendengus kesal, sial.
Ji Pyeong yang lagi jalan santai di jembatan penyebrangan sambil baca dokumen, disamperin Alex.
Alex tanya, apa yang dibaca Ji Pyeong.
Ji Pyeong bilang bentar lagi demo day jadi ia mencetak beberapa dokumen.
Alex : Ternyata sudah saatnya.
Ji Pyeong : Kudengar ada tim yang diincar 2STO di angkatan ke-12 ini. Mau kalian rekrut ke Silicon Valley. Apa benar?
Alex : Semua benar. Sebarkan rumornya lagi.
Ji Pyeong : Sepertinya kau sudah memutuskan. Tim yang mana?
Alex bilang tentunya yang punya visi.
Ji Pyeong : Visi? Tim yang mana? Tim yang hasilkan banyak uang atau tim yang penggunanya banyak?
Alex : Tentu saja tim yang menghasilkan banyak uang. I can’t wait for this, demo day.
Bu Yoon keluar dari ruangan dan melihat In Jae barengan sama Dal Mi.
Bu Yoon tanya, kalian datang bersama?
Dal Mi : Ini tak berarti apa-apa.
In Jae bilang mereka gak datang bersama.
Bu Yoon lalu tanya ke Dal Mi, soal Dal Mi yang ada janji dengan Ji Pyeong.
Dal Mi mengiyakan.
Bu Yoon menyuruh Dal Mi menyuruh Dal Mi tunggu di ruang rapat. Lalu dia menyuruh In Jae ikut dengannya.
Bu Yoon dan In Jae pergi. Dan Dal Mi masuk ke ruangan tempat Bu Yoon keluar tadi.
Bu Yoon bilang, kalau dia udah denger In Jae diserang tadi.
In Jae bilang dia tak apa-apa.
Bu Yoon : Kudengar orang itu dari Konstruksi dan Teknik Haun. Apa kau juga sedang bekerja sama dengan mereka?
In Jae : Ya. Bank Jeonghan memperkenalkan mereka. Mereka juga mau menggunakan sistem keamanan pintar dengan IA.
Bu Yoon : Aku sudah dengar itu. Kudengar para satpam berdemo di depan kantornya.
In Jae : Ya. Sudah kuduga akan begitu. Tapi aku tak menduga mereka akan pakai kekerasan kepada kami.
Bu Yoon terkejut In Jae bilang itu kekerasan.
Wajah Bu Yoon berubah serius. Dia bilang, dia tak pernah khawatirin In Jae selama ini, tapi mendengar In Jae menyebut itu sebagai kekerasan, dia khawatir.
In Jae pun tanya, lantas apa jika bukan kekerasan.
Bu Yoon bilang dia menganggap itu resiko.
In Jae tanya, karena berbahaya.
Bu Yoon : Bukan. Risiko berarti keadaan krisis. Berbeda dengan berbahaya. Kupikir kau pasti tahu perbedaan dari dua hal itu.
In Jae terdiam.
Bersambung ke part 2…