Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Episode 7 Part 3, Simak yu gaes untuk Episode sebelumnya cek di sini. Kamu juga wajib mengetahui kalau link lengkap rekap terdapat pada tulisan yang ini.
Chul San muncul dari balik papan tulis. Dia bilang, bersiaplah untuk terkejut karena dia sudah dapat solusinya.
Do San masuk.
Chul San : Namanya “Lindungi Maesaengi”.
Do San : Monumen alam itu?
Chul San : Itu kucing bodoh. Maksudku maesaengi. Semacam rumput laut yang sering kukirim ke rumahmu.
Do San : Maaf.
Chul San : Ayahku punya budi daya maesaengi. Tapi bebek-bebek di sana selalu memakan daunnya. Ayahku harus menjaganya setiap saat, dan membunyikan bel saat bebek datang, tapi mereka tetap makan! Ayahku tak bisa berjaga 24 jam di sana. Namun, kita bisa deteksi bebek itu dengan teknik pengenalan gambar kita. Jika bebeknya datang…
Chul San menggebrak papan tulis sambil berteriak, bikin Dal Mi kaget.
Chul San : … trompet akan berbunyi keras. Maesaengi yang tadinya 3.000 ton, bisa menjadi 5.000 ton. Apa ini tak membuat kalian bersemangat?
Do San bilang, ya. Tidak. Dia nyuruh Chul San duduk.
Giliran Sa Ha yang memaparkan idenya.
Sa Ha : Jika tombol mulainya ditekan, muncul wajah kita seperti swafoto. Lalu, gambar dianalisis, dan muncul ramalan pekerjaan, cinta, pendidikan, dan kesehatan dengan data ilmiah.
Yang lain mendengarkan sambil makan.
Dal Mi : Fisiognomi dengan pengenalan gambar?
Chul San makai alat itu di jarinya.
Chul San : Nona Jung, aku sangat bersemangat soal ini.
Do San : Bukankah kau tak percaya fisiognomi?
Chul San : Mulai hari ini percaya. Pak Nam juga percaya kepribadian golongan darah dalam sehari.
Dal Mi menatap Do San.
Do San malu.
Giliran Yong San sekarang. Dia presentasi sambil menggendong seekor anak anjing.
Yong San : Belakangan ini banyak bisnis tentang hewan. Bagaimana jika buat anjing bisa melakukan belanja daring sendiri?
Dal Mi : Anjing itu berbelanja daring? Bagaimana caranya?
Yong San : Kita bisa latih raut wajah anjing ke pengenalan gambar. Jika wajah anjing yang terdeteksi terlihat menginginkan barang itu, barangnya akan langsung masuk keranjang.
Sa Ha juga memakai alat itu di jarinya. Dia bilang ide Yong San lumayan. Model keuntungan dan targetnya sudah jelas.
Alat di jari Sa Ha berubah biru yang artinya Sa Ha gak bohong.
Sa Ha juga memuji ketampanan Yong San. Dia bilang, Yong San manis pakai kacamata.
Chul San langsung sewot, manis? Dia tak manis, tapi asam. Asam seperti kimci basi. Model keuntungan pun tak sebagus maesaengi. Tiap tahun, maesaengi bisa sampai 3.000 ton. Paham?
Chul San bahkan sampai ngentak-ngentakin kursinya. Dia cemburu!!
Bu Yoon melintas dan melihat Samsan masih bekerja.
Do San : Aku berpikir tentang solusi yang bisa digunakan dengan algoritme kita. Lihat ini.
Do San mengarahkan alat sensornya ke mangkuk ramen yang tadi mereka makan.
Do San : Ketepatannya hebat, ‘kan?
Chul San : Tentu. Tak ada yang bisa saingi kita tentang kecepatan dan ketepatan teknik ini di Korea.
Chul San dan Yong San pamer ke Sa Ha.
Yong San : Kami menang juara satu di CODA dengan teknik ini.
Do San : Beberapa hari lalu, aku dapat ide. Di antara solusi yang pakai teknik pengenalan gambar kita….
Beralih ke Bu Yoon yang kayak memikirkan ide Do San. Dia kemudian tersenyum.
Hari sudah pagi.
Do San dan Dal Mi berjalan-jalan diluar.
Dal Mi menatap ponselnya dan heran. Dia bertanya-tanya, kenapa masih belum dibaca?
Do San : Apa?
Dal Mi : Ini tentang Pak Han. Aku kirim surel hasil rapat padanya. Tapi belum dibaca olehnya. Dia tak membalas pesanku juga.
Mereka lalu melihat Ji Pyeong melintas di bawah.
Dal Mi teriak memanggil Ji Pyeong, tapi Ji Pyeong terus berjalan tanpa menyahuti panggilan Dal Mi.
Dal Mi lalu menelpon Ji Pyeong.
Ji Pyeong terdiam mendapati nama si ‘Tukang Tanya’ aka Dal Mi di layar ponselnya. Dia lalu menolak panggilan Dal Mi.
Dal Mi kaget, dia sengaja tak jawab teleponku, ‘kan?
Do San : Mungkin dia sibuk. Dia juga tak angkat teleponku.
Dal Mi terus berusaha menelpon Ji Pyeong.
Do San tanya, Dal Mi mau sarapan apa.
Dal Mi pun berhenti menelponin Ji Pyeong.
Do San : Kita hanya makan mi instan semalaman. Aku mau nasi.
Dal Mi : Kudengar ada restoran baru di dekat sini. Mau pergi ke sana?
Do San : Boleh. Nasi putih dengan sup kimci.
Yong San keluar dari kantor mereka sambil menguap.
Yong San bersama Chul San.
Di koridor, mereka bertemu Jung yang baru datang.
Chul San : Jung-ah! Kau datang pagi.
Jung : Kalian lebih rajin dariku. Begadang?
Chul San teriak, semangat!
Chul San dan Yong San high five sama Jung.
Jung lalu masuk ke kantornya.
Chul San dan Yong San ke kamar mandi.
Yong San : Kupikir si kembar akan langsung pergi setelah pekan retas, tapi mereka di sini lebih lama dari yang kukira.
Chul San : Kau benar. Sepertinya mereka akan bertahan di Sand Box.
Hyun tiba-tiba keluar dari dalam toilet.
Hyun bilang, dia berniat begitu. Lalu tanya kenapa.
Chul San dan Yong San kaget Hyun mendadak muncul.
Sambil mencuci tangannya, Hyun bilang Sand Box lebih menarik dari yang ia kira.
Chul San pun tanya apa yang menarik.
Hyun bilang CEO nya hebat. Mereka sudah dapat proyek bagus.
Yong San penasaran, proyek bagus? Apa itu?
Chul San dan Yong San langsung cerita ke Dal Mi soal proyek bagus In Jae Company.
Ternyata In Jae Company dapat project dari Bank Jeonghan.
Yong San : Bisnisnya pengurangan pegawai dengan IA. Mereka dapat 300 juta won.
Do San : Tapi kenapa mereka tak memilih kita? Kita juga pakai data Bank Jeonghan.
Sa Ha : Artinya Nona Won hebat.
Yong San : Hebat apanya? Ditutupi pun aku bisa tahu ceritanya.
Sa Ha : Apa maksudmu?
Yong San : Dia pasti dibantu ayahnya. CEO Bank Jeonghan dan Pak Won teman SMP. Bill Gates pernah bilang bahwa hidup memang tak adil, dan kita harus membiasakan diri. Sialan.
Do San menatap Dal Mi yang terdiam.
Nyonya Cha beli parfum, tapi pas mau bayar, credit card nya ditolak.
Nyonya Cha kesal, pasti ulah si bedebah.
Beralih ke In Jae yang gak sengaja ketemu ayah dan saudara tirinya di Sand Box.
In Jae kesal, belakang ini kita sering bertemu di sini. Ada apa?
Pimpinan Won : Aku mau buat tim khusus dan terapkan IA di bidang distribusi. Bagaimana menurutmu? Kau saja yang lakukan. Segera buat proposal. Ayah harus bantu bisnis barumu agar…
In Jae : Tak perlu. Diam dan lihatlah saja dari jauh.
Sang Soo : Hei, kau! Ayah sedang bicara. Kenapa… maksudku Nona Won, sepertinya kau belum paham keadaannya. Semua kejar kami bak anjing agar dapat bisnis ini.
In Jae meninggikan suaranya, lantas beri saja ke anjing!
Sang Soo langsung diam.
In Jae menatap Pimpinan Won.
In Jae : Ingat anjing gembala di rumah kita? Seingatku namanya Taebaek. Kau buat dia kelaparan karena mau lihat dia makan kotoran cairnya. Katamu, dia akan menggigit jika diberi banyak makan, jadi, kau hanya beri sedikit makanan. Tapi bodohnya, Taebaek tetap senang tiap lihat ayah pulang. Banyak anjing bodoh seperti Taebaek di sini. Jadi, carilah tim lain. Aku tak mau.
Pimpinan Won terdiam.
In Jae pun pergi.
Dari kejauhan, Dal Mi menatap In Jae. Dari ekspresinya, sepertinya Dal Mi salah paham melihat In Jae dan Pimpinan Won. Dia kayaknya berpikir, kalau omongan Yong San itu benar. *Dal Mi ini kurang kerjaan banget. Malah sibuk ngawasin In Jae.
Ji Pyeong nyamperin Bu Yoon di papan kertas tempel. Dia bawain Bu Yoon kopi.
Mereka lalu membicarakan In Jae yang sudah dapat projek dari Bank Jeonghan.
In Jae lewat dan mendengar pembicaraan mereka.
Ji Pyeong : Nona Won memang hebat. Pasti tak ada yang perlu diajarkan.
Bu Yoon : Ya. Aku sangat santai. Nona Won tahu betul harus berbuat apa dan bagaimana.
In Jae senyum mendengarnya. Tapi senyumnya langsung hilang saat Bu Yoon bilang kalau dia belum tahu tujuannya melakukan itu.
Bu Yoon menatap logo Sand Box di brosur yang ia pegang.
Ji Pyeong : Pasti uang. Apa ada alasan berbisnis selain uang?
Bu Yoon : Kau benar. Pasti uang. Uang adalah alasan yang baik dan jujur. Tapi tadinya kupikir anak kecil ini akan berbeda. Tadinya kupikir dia akan punya alasan lain selain uang.
Ji Pyeong : Alasan lain apa?
Bu Yoon : Kita belum tahu.
Mereka lalu melihat-lihat kertas tempel dan menemukan kertas tempel yang bertuliskan, “Balas Dendam”.
Ji Pyeong : Apa itu? Sangat mengerikan.
Bu Yoon pun teringat sama setangkai bunga yang diikat dengan pita hitam di jembatan.
Tanpa mereka sadari, ada sosok yang berdiri di belakang mereka. Sepertinya itu sosok yang menempelkan kertas bertuliskan “Balas Dendam” itu. Juga sosok yang mengikat bunga di jembatan dengan pita hitam.
Dal Mi dan In Jae akhirnya bertemu diluar gedung. Dal Mi memberikan ucapan selamat atas keberhasilan In Jae mendapat proyek Bank Jeonghan.
Tapi In Jae merasa Dal Mi tak tulus memberinya ucapan selamat.
Dal Mi bilang hasilnya harus penuh usaha agar ucapannya terdengar tulus.
In Jae : Apa usahaku tak terlihat?
Dal Mi : Ya. Sama sekali. Kau hanya terlihat beruntung karena memiliki koneksi. Kenapa semua yang sulit untuk orang lain menjadi sangat mudah untukmu?
In Jae : Pikirmu ini berkat koneksi? Kenapa begitu?
Dal Mi : Kudengar CEO di sana dan ayahmu adalah teman SMP.
In Jae tertawa mendengarnya.
In Jae lalu bilang kalau di perusahaan ayahnya juga ada proyek IA.
In Jae : Harusnya itu proyekku jika aku pakai koneksi. Kenapa Bank Jeonghan?
In Jae lantas cerita sehabis pekan retas dia bertukar kartu nama dengan seorang juri yang ternyata utusan dari Bank Jeonghan. Sementara Dal Mi tertidur setelah pekan retas selesai.
In Jae : Aku menghubunginya setelah dapat kartu nama, dan mengirim proposal proyeknya. Ayahku tak terlibat sama sekali dalam prosesnya. Kau juga punya kesempatan itu, tapi kau memang tak becus. Cobalah belajar dari hasil seseorang, jangan jadikan koneksi dan keberuntungan sebagai alasan. Terlalu klise.
Dal Mi langsung diam. Dia merasa tertampar dengan omongan In Jae.
In Jae pergi tapi kemudian dia ingat kata-kata Bu Yoon yang ia curi dengar.
Bu Yoon : Tapi tadinya kupikir anak kecil ini akan berbeda. Tadinya kupikir dia akan punya alasan lain selain uang.
In Jae pun memberi Dal Mi saran.
In Jae : Jika kau benar-benar CEO, kau tak seharusnya melamun begitu dan segera berlari ke kantormu. Aku sedang memberimu informasi tentang proyek IA Morning Group.
Dal Mi : Kenapa aku harus lakukan yang tidak kau lakukan?
In Jae : Karena uang. Bukankah kau butuh? Apa kau akan membiarkan kesempatan ini lolos?
Dal Mi terdiam.
Bersambung ke part 4…
