Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Episode 2 Part 2, Untuk lihat lengkap daftar tulisan sinopsisnya di tulisan yang ini. Simak bagian satunya pada Episode sebelumnya baca di sini.
Di kantor, Dal Mi mendapat ucapan selamat atas rekor penjualan Lucca yang dipecahkannya.
“Ini penjualan harian terbanyak toko kita sejak buka. Kalian hebat!” sunbae memuji Dal Mi dan rekannya, Seo Hyun.
Seo Hyun yakin, tidak akan ada yang bisa memecahkan rekor mereka.
“Benarkan, sunbae?” tanya Seo Hyun pada Dal Mi.
“Apa?” tanya Dal Mi dengan raut wajah sedikit kaget.
Seo Hyun mengulangi ucapannya.
Seo Hyun : Tak ada yang bisa pecahkan rekor kita.
Dal Mi : Ya, tak ada. Rekor kita.
Sunbae menyuruh Dal Mi dan Seo Hyun kembali bekerja.
Dal Mi beranjak ke mejanya sambil menatap kesal Seo Hyun. Ya, Dal Mi jelas kesal. Dia yang capek2 kerja, memecahkan rekor eeh Seo Hyun yang gak ngapa-ngapain malah mengatakan itu rekor mereka.
Sunbae lalu memanggil Dal Mi.
Dal Mi bergegas ke meja sunbae.
Sunbae : Aku cemas karena kau terlalu hebat. Aku akan cuti mengasuh anak. Aku tak dibutuhkan lagi jika kau begini.
Dal Mi : Astaga. Aku masih jauh di bawahmu.
Sunbae : Sungguh?
Dal Mi : Sedikit.
Seorang pria muncul dan memberi ucapan selamat pada Dal Mi.
Seo Hyun tanya, siapa pria itu.
Dal Mi bilang, Kepala SDM.
Sunbae yakin Dal Mi akan diangkat sebagai pegawai tetap kali ini.
Dal Mi hanya tersenyum.
Dal Mi lalu bergumam kalau dia mau hari Jumat cepat datang.
Sunbae : Hari Jumat? Kenapa? Ada apa hari itu?
Dal Mi menggeleng sambil nyengir, lalu kembali ke mejanya.
Dal Mi menatap tanggal yang sudah dilingkarinya di kalender. Hari Jumat adalah hari pesta relasi yang diadakan In Jae.
Sambil memainkan ponselnya, In Jae tanya pada emaknya, apa mak nya gak bosan di hotel. Menurut In Jae, sebagus apapun hotel, tetap saja membosankan.
Nyonya Cha mengklaim, bahwa dia senang di hotel. Dia bisa berenang dan menikmati spa tiap hari. Juga tak melihat wajah suaminya.
In Jae menyindir Nyonya Cha. Dia bilang Nyonya Cha bisa menikmati semuanya berkat uang ayahnya.
Tentu saja, In Jae mengatakan itu sambil mengupload foto sang ibu di akun instagram.
In Jae tanya lagi, apa ada barang yang dipakai Nyonya Cha selain pemberian ayah tirinya.
Nyonya Cha kesal, ayah? Dia berselingkuh. Kau masih memanggilnya ayah? Aku tak bisa memahamimu meski kau anakku.
In Jae : Aku juga tak bisa memahami ibu. Kau memakai uangnya, tapi mengumpat padanya.
In Jae meneruskan unggahannya. Dia membuat caption pada foto ibunya, kalau dia lagi menikmati teh bersama ibunya.
Nyonya Cha menyalahkan dirinya karena sudah mencampakkan ayah kandung In Jae demi pria seperti Pimpinan Won.
In Jae akhirnya berhenti bermain ponsel. Dia tanya, apa Jumat sore Nyonya Cha ada waktu. In Jae bilang ada pesta relasi di kantornya.
Awalnya Nyonya Cha tak tertarik, tapi begitu In Jae bilang kalau Dal Mi bakal datang, Nyonya Cha terkejut.
In Jae : Apa ibu tak tertarik pada hidup Dal Mi sekarang?
Nyonya Cha lantas tanya, kapan acaranya.
In Jae : Hari Jumat pekan ini.
In Jae kembali memainkan ponselnya.
Sementara Dal Mi menatap tanggal pesta relasi yang sudah dia lingkari di kalendernya.
Episode 2, FFF (Family, Friends dan Fools), Tiga Investor Pertama Perusahaan Rintisan.
Ji Pyeong kembali ke kantornya dan menemukan Dong Cheon masih disana seorang diri.
Ji Pyeong : Park Dong Cheon, kenapa tak pulang?
Dong Cheon : Aku sedang menjadi Manusia Penyaring. Aku berusaha tak tertipu proposal bisnis, dan sedang mencari data.
Ji Pyeong memberikan Dong Cheon artikel Do San saat menerima piala 15 tahun lalu. Dia minta Dong Cheon mencari Do San.
Dong Cheon : Ini 15 tahun lalu? Siapa dia?
Ji Pyeong : Cari saja, jangan bertanya.
Ji Pyeong beranjak ke mejanya.
Dong Cheon sebal.
Dong Cheon : Aku harus tahu sebelum mencari. Aku hanya tahu namanya Nam Do San, dan juara kompetisi 15 tahun lalu. Bagaimana bisa menemukannya? Aku bukan detektif.
Ji Pyeong : Aku bisa mendengarmu.
Dong Cheon : Ya.
Dong Cheon lalu merasa nama Do San gak asing. Dia lantas memeriksa surel mereka dan menemukan nama Do San disana.
Dong Cheon berseru.
Ji Pyeong : Kenapa? Kau tahu dia?
Dong Cheon : Ya. Orang yang mengirim proposal bisnis lewat surel promosi. Bisnisnya masih sangat baru, tapi tak tahu diri dan terus kirim.
Ji Pyeong pun bergegas melihat layar komputer Dong Cheon.
Dong Cheon : Latar belakang pendidikan dan idenya tak jelas.
Ji Pyeong : Mungkin namanya sama.
Dong Cheon : Tidak. Dia juara termuda Olimpiade Matematika se-Korea.
Ji Pyeong : Ada nomor ponselnya?
Dong Cheon : Ya, ini.
Ji Pyeong langsung ke mejanya dan minta Dong Cheon mengirimkan nomor ponsel Do San padanya.
Ji Pyeong mengambil barang2nya di atas meja.
Dong Cheon : Kau mau kesana selarut ini?
Ji Pyeong : Ya, kirimkan nomor teman-temannya juga.
Ji Pyeong bergegas pergi. Dong Cheon teriak, kalau Do San masih amatir. Tapi Ji Pyeong gak peduli.
Di kantornya, Do San lagi membaca artikel Ji Pyeong di majalah.
Di majalah, disebutkan bahwa Ji Pyeong adalah partner perusahaan rintisan dan investor seperti Sherpa.
Sementara Yong San yang duduk di belakang Do San, menatap layar komputernya yang menampilkan formulir CODA sambil melahap roti.
Yong San terus menekan tombol refresh. Tapi tak ada hal baru di layar nya.
Yong San akhirnya tanya, kapan pengumuman CODA.
Chul San : Jangan bermimpi. Katanya, semua ahli di bidang pengenalan gambar ikut kompetisi ini. Mana mungkin kita yang terpilih? Tak akan bisa.
Chul San lalu minta nomor paspor Do San.
Do San tak menjawab. Dia memakai earphone dan merobek salah satu artikel yang ada foto Ji Pyeong nya.
Chul San mendekati Do San dan melepas earphone Do San, lalu memakainya.
Chul San : Sebutkan nomor paspormu.
Do San tak dengar, apa?
Chul San : Nomor paspormu.
Ponsel Do San berdering. Telepon dari ayahnya tapi Do San tak menjawab.
Chul San balik ke mejanya dan bilang kalau mereka harus membeli tiket pesawat.
Do San tanya buat apa.
Chul San : Acara penghargaan CODA diadakan di San Francisco.
Yong San : “CODA”? Kau baru saja bilang kita tak akan terpilih.
Chul San : Benar. Tadi aku memang bilang begitu. Misalkan saja. Misalkan saja kita menang, coba pikirkan sekarang. Tiba-tiba kita yang menang. Tapi kita tak punya tiket pesawat. Investor dari Google, Amazon, dan perusahaan lain ada di sana. Mereka mau investasi, tapi kita tak ada. Astaga, mengerikan. Jadi, maksudku kita harus tetap bersiap-siap.
Yong San tak yakin itu akan terjadi.
Do San tiba-tiba saja terdiam dan menatap ke arah kedua temannya.
Tak lama kemudian, Do San berbisik memanggil kedua temannya.
Kedua temannya bingung. Mereka tanya ada apa.
Do San : Matikan lampunya.
Sontak lah Yong San dan Chul San panic. Mereka semua bergegas mematikan komputer, lampu, lalu ngumpet di bawah meja.
Ternyata orang tua Do San yang datang.
Pak Nam teriak memanggil Do San, tapi tak satu pun dari mereka yang menjawab.
Sementara itu, Do San, Yong San dan Chul San perlahan-perlahan merangkak ke kolong meja.
Pak Nam : Kau tak bisa terus menghindar. Aku tahu kau di dalam. Cepat buka pintunya. Anak sialan. Kuhitung sampai tiga.
Nyonya Park : Sayang, kita pastikan dulu apa dia memang di dalam.
Pak Nam pergi ke pintu sebelah. Dua2nya mengarahkan lampu senter ke dalam.
Do San cs panic dan berusaha menghindari lampu senter.
Nyonya Park mengira mereka memang tidak ada. Ia mengajak Pak Nam menunggu di rumah.
Tapi sialnya saat mau pergi, mereka mendengar bunyi ponsel.
Ponsel Chul San yang bunyi. Chul San pun buru-buru matiin ponselnya.
Tapi giliran ponsel Yong San yang bunyi.
Pak Nam dan Nyonya Park masuk dan menemukan Do San cs meringkuk di lantai.
Do San cs pura-pura sakit.
Ternyata yang menelpon Do San cs adalah Ji Pyeong.
Ji Pyeong menghubungi Dong Cheon dan bilang kalau Do San cs tak menjawab ponsel mereka.
Ji Pyeong : Tunggu. Apa nama perusahaannya Samsan Tech karena nama mereka semua “San”? Mereka menamainya seenaknya.
Ji Pyeong masuk ke mobilnya dan minta alamat Samsan Tech.
Bersambung ke part 3….