Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Episode 2 Part 1, Kalian bisa membaca daftar lengkap tulisan sinopsisnya di tulisan yang ini. Pastikan Kalian juga cek dan lihat Episode sebelumnya baca di sini.
Adegan dibuka oleh halmeoni yang memberikan corndog ke Ji Pyeong.
Halmeoni lalu duduk dan tanya alasan Ji Pyeong datang padanya.
Halmeoni : Kau bukan datang karena tak punya rumah, kan? Sungguh tak ada masalah?
Ji Pyeong : Sudah kubilang, tak ada. Aku hidup dengan sangat baik. Lemak badanku hanya sembilan persen. Aku sehat, juga punya rumah dan mobil sendiri. Tahun lalu gajiku 200 juta dan bonus 1,5 miliar. Aku juga punya investasi lain. Puas?
Halmeoni tanya, apa Ji Pyeong sudah menikah?
Ji Pyeong bilang belum.
Halmeoni : Itu masalah.
Ji Pyeong : Kenapa begitu?
Halmeoni : Usiamu 35 tahun. Tak ada pacar?
Ji Pyeong : Aku sibuk bekerja.
Halmeoni : Konyol. Bekerjalah jika sibuk. Kenapa ke sini?
Ji Pyeong lalu bilang kalau dia datang untuk mengembalikan uang dan bunganya. Halmeoni tanya uang apa. Ji Pyeong bilang uang yang dia bawa kabur.
Ji Pyeong : Jika aku bayar uang itu dengan bunganya, kau tak perlu berjualan di sini. Kau bisa membuka toko.
Halmeoni sebal mendengarnya.
Halmeoni : Itu uangmu. Kenapa membayarku? Tak perlu.
Halmeoni lalu menyuruh Ji Pyeong pergi. Dia juga melarang Ji Pyeong membicarakan hal aneh.
Ji Pyeong : Kalau begitu terima ini.
Ji Pyeong memberikan kartu namanya.
Halmeoni bingung, apa ini?
Ji Pyeong : Begini cara lihatnya. Itu kartu namaku. Telepon aku kapan pun kau butuh ke nomor ini. Aku akan lakukan semua untukmu.
Halmeoni merobek kartu nama Ji Pyeong.
Halmeoni : Sudah kubilang aku tak butuh!
Ji Pyeong : Sudah tua pun masih keras kepala.
Halmeoni : Jangan hubungi aku jika sukses. Aku tak mau merasa iri. Tapi…
Ji Pyeong : Hubungi aku jika kau susah. Benar, kan?
Ji Pyeong dan halmeoni tertawa.
Ji Pyeong lalu minta halmeoni tetap berjualan disana. Maksudnya agar dia gampang mencari halmeoni. Ji Pyeong melarang halmeoni pindah ke tempat lain.
Halmeoni mengerti dan menyuruh Ji Pyeong pergi.
Ji Pyeong mengambil corndognya.
Halmeoni juga meletakkan susu ke tangan Ji Pyeong.
Ji Pyeong minta halmeoni menghubunginya.
Halmeoni mengerti, baik.
Ji Pyeong pun pergi.
Di rumah, Dal Mi berusaha menemukan Do San. Dia mengumpulkan semua artikel Do San yang menerima penghargaan sebagai juara pertama olimpiade matematika.
Halmeoni pulang dan melihat banyak kertas di atas meja.
Halmeoni : Apa itu semua.
Dal Mi bilang, dia akan menemukan Do San dan mengajak Do San ke pesta relasi.
Halmeoni kaget.
Dal Mi melihat artikel saat Do San menerima piala didamping orang tuanya.
Di artikel itu, tertulis Do San yang menerima piala didampingi ibunya yang bernama Park Geum Jung.
Dal Mi lalu membaca surat-surat yang dia terima dari Do San.
Dal Mi : Nek, saat Do San mengirimkan surat, dia menggunakan bahasa baku. Pasti dia tinggal di Seoul, ‘kan?
Halmeoni minta Dal Mi melupakan Do San. Dia bilang Dal Mi takkan pernah bisa menemukan Do San.
Halmeoni duduk disamping Dal Mi.
Halmeoni : Anggap dia kenangan indah dan lupakan.
Dal Mi : Kenapa lupakan kenangan indah? Lupakan kenangan buruk.
Halmeoni terus berusaha menghalangi Dal Mi mencari Do San.
Halmeoni : Bisa saja kini dia tak sebaik dulu. Bisa saja dia sudah berubah drastis.
Dal Mi tetap keras kepala.
Dal Mi : Bisa saja perubahannya baik.
Halmeoni : Bisa saja hatinya sudah berubah.
Dal Mi terdiam mendengar ucapan halmeoni.
Halmeoni : Ya, kan?
Dal Mi : Kalau begitu, aku akan minta tolong hanya untuk hari itu. Minta ditemani ke acara In Jae. Kami bertukar surat setahun. Pasti dia mau lakukan itu.
Halmeoni : Dal Mi-ya..
Dal Mi : Do San pasti masih pintar dan hebat, ‘kan? In Jae tak akan bisa merendahkannya.
Halmeoni : Kau begitu tak mau kalah dari In Jae?
Dal Mi : Ya. Tak mau.
Halmeoni : Kenapa? Kadang manusia bisa kalah.
Dal Mi : Aku tak boleh kalah!
Dal Mi bilang, dia tak mau terlihat kalah karena sudah memilih sang ayah. Dia tak mau terlihat menyedihkan dan menyesali pilihannya. Dal Mi menahan tangisnya. Dal Mi bilang, dia mau menunjukkan ke In Jae kalau dia bahagia bersama ayah mereka dan dia tak menyesal sudah memilih hidup bersama ayah mereka.
Dal Mi : Namun, keadaanku begini. Menyebalkan.
Halmeoni memegang tangan Dal Mi. Dia coba membujuk Dal Mi.
Tapi Dal Mi bilang dia hanya butuh sehari untuk berpura-pura hebat di depan In Jae karena In Jae akan kembali ke Amerika.
Tangis Dal Mi akhirnya keluar. Dal Mi bilang dia tak minta menjadi orang kaya atau menang lotre. Dia cuma mau berpura-pura bahagia.
Dal Mi : Apa tak boleh?
Halmeoni terdiam. Dia memegang wajah Dal Mi dan kasihan menatap Dal Mi.
Besoknya, Ji Pyeong yang lagi bekerja diberitahu asistennya kalau dia ada tamu.
Ji Pyeong : Park Dong Cheon, waktunya tepat. Apa ini?
Ji Pyeong menunjukkan sebuah proposal ke Dong Cheon.
Dong Cheon : Ini proposal bisnis yang masuk ke surel kita. Kau sudah lihat? Sepertinya bagus. Terbesar di pasar, dan CEO yang hebat.
Ji Pyeong : Kenapa mereka selalu kirim surel promosi? Jika benar reputasi mereka begitu, harusnya banyak investor yang tertarik. Belum cek retensi pelanggannya? Tingkat pembeliannya juga rendah. Kau baru sekali melihat perusahaan yang menulis begini?
Dong Cheon : Maafkan aku. Tapi bisa saja ada yang bagus di antara itu semua. Seperti harta karun.
Ji Pyeong : Berikan saja yang begitu untuk investor malaikat. Apa ada pelatih nasional cari atlet di kompetisi amatir?
Dong Cheon : Tak ada. Tapi bisa saja ada yang hebat.
Dong Cheon pun pergi.
Ji Pyeong : Pergi begitu saja? Bukankah ada perlu denganku?
Dong Cheon balik lagi dan ngasih tahu Ji Pyeong kalau Ji Pyeong ada tamu.
Ji Pyeong tanya apa dia ada janji rapat.
Dong Cheon : Tidak. Dia belum buat janji, tapi dia keras kepala.
Ji Pyeong marah, Dong Cheon-ah, apa aku pernah bertemu orang tanpa janji?
Dong Cheon : Tak pernah sekali pun. Tapi kau juga tak pernah berikan kartu nama sendiri.
Dong Cheon memberikan kartu nama itu ke Ji Pyeong.
Begitu melihat kartu namanya, Ji Pyeong langsung sadar siapa tamunya.
Ji Pyeong : Dimana dia?
Dong Cheon bilang diluar.
Ji Pyeong pun langsung lari keluar.
Tamunya adalah halmeoni.
Ji Pyeong tanya, alasan halmeoni datang.
Halmeoni bilang dia datang membawakan makanan untuk Ji Pyeong.
Halmeoni : Aku datang membawakan ini. Makanlah dengan temanmu.
Ji Pyeong : Kau datang hanya untuk ini?
Halmeoni malu-malu mengaku kalau dia datang untuk minta tolong.
Ji Pyeong, apa itu?
Halmeoni : Kau akan kabulkan permintaanku, ‘kan?
Ji Pyeong tertawa. Kau bilang tak punya.
Halmeoni : Tadinya begitu. Tapi aku punya sekarang.
Ji Pyeong : Apa itu? Kau membuatku takut.
Halmeoni : Tak perlu takut. Ini mudah. Kau bisa menemukan seseorang?
Ji Pyeong semangat, bisa. Aku harus cari siapa?
Halmeoni : Kau ingat Nam Do San, kan?
Ji Pyeong : Nam Do San? Surat itu?
Halmeoni : Temukan Nam Do San.
Ji Pyeong kaget, apa? Tapi nenek…
Ji Pyeong menutup pintu ruangannya. Ia tak mau karyawannya dengar pembicaraannya dengan halmeoni.
Ji Pyeong : Dia hanya karangan. Mana bisa menemukannya?
Halmeoni : Itu maksudku. Temukanlah, meskipun harus membuatnya dulu.
Ji Pyeong mengajak halmeoni bicara di ruangan santai.
Ji Pyeong : Astaga, aku tak percaya ini. Siapa nama cucumu?
Halmeoni: Dal Mi. Seo Dal Mi.
Ji Pyeong : Kenapa dia yakin bisa menemukannya?
Halmeoni : Tentu saja dia yakin. Dia percaya Do San benar-benar ada.
Ji Pyeong : Nyatanya tak ada.
Halmeoni : Sebenarnya ada. Kita mengambilnya dari koran.
Ji Pyeong pun ingat saat dulu mereka mencatut nama Do San dari koran.
Ji Pyeong : Kau mau aku cari anak kecil 15 tahun lalu itu? Itu bahkan lebih sulit.
Halmeoni : Karena itu aku minta bantuanmu. Aku pasti lakukan sendiri jika mudah.
Ji Pyeong : Namanya Dal Mi? Berapa umurnya? Dia pasti pernah berpacaran. Pilih saja salah satu.
Halmeoni : Dia tak pernah berpacaran!
Ji Pyeong tak percaya.
Ji Pyeong : Tak pernah? Kenapa?
Halmeoni bilang itu karena Do San selalu mengganggu Dal Mi saat Dal Mi nyaris punya pacar.
Ji Pyeong makin bingung. Dia bertanya-tanya bagaimana bisa Do San yang tak ada jadi pengganggu Dal Mi.
Halmeoni : Ya, bisa. Meskipun dia tak ada.
Flashback…
Dal Mi yang sedang bekerja di toko buku, dihampiri rekannya. Rekannya mengajak Dal Mi nonton.
“Aku sudah beli tiket.”
Tapi Dal Mi menolak.
Dal Mi lalu cerita pada halmeoni. Halmeoni tanya kenapa Dal Mi menolak padahal Dal Mi sangat ingin menontonnya.
Dal Mi : Dia tak sopan. Dia beli tiket seenaknya tanpa bertanya. Lihatlah Do San. Sangat hati-hati saat mengirim sebuah surat.
Halmeoni : Kenapa tiba-tiba bicarakan Do San?
Di hari lainnya, Dal Mi baru saja selesai menonton film dengan teman prianya.
Dal Mi membahas karakter di film yang baru mereka tonton.
Dal Mi : Padahal An Ok Yun dan Hawaii Pistol sangat romantis di akhir film. Itu puncaknya. Namun, mereka hanya berciuman sebentar.
Dal Mi lalu bertanya-tanya apa yang begitu bisa disebut ciuman.
Dal Mi kemudian memperagakan dengan tangannya seperti apa ciuman itu.
Dal Mi : Seperti ini dan ini. Bertemu dengan alami. Saling bercampur. Terus, dan terus lagi. Bergerak ke sana kemari. Menjadi seperti fantasi. Itu baru berciuman. Benar, ‘kan?
Temannya gak setuju.
“Kategori filmnya untuk 15 tahun. Jadi, harus ada batasan.”
Mendengar itu, Dal Mi pun langsung menyudahi hubungan mereka.
Dal Mi yang lagi ngepel, ngasih tahu halmeoni kalau teman prianya yang nonton sama dia gak sepihak sama dia. Dia lalu mulai ngebandingin teman prianya sama Do San. Dia bilang Do San selalu di pihaknya.
Halmeoni yang lagi mengaduk adonan corndog berusaha sabar.
Halmeoni : Tuhan, ini cobaan untuk kesabaranku, ‘kan? Baiklah. Aku akan bersabar.
Tapi halmeoni mengaduk adonannya dengan wajah kesal.
Hari berikutnya, Dal Mi nunjukin SMS yang dikirim calon pacarnya kepadanya.
Dal Mi bilang gak mau ketemu lagi sama pria itu.
Dal Mi : Lihat ini. Dia bilang mau membuatku menjadi pagarnya. Bukan pacar tapi pagar. Lalu “membuat”? Apa dia pikir aku kue atau apa? Lihat Do San. Sejak SD, tulisan dan ejaannya tak pernah salah.
Halmeoni berusaha menahan diri. Padahal udah kesal setengah mati.
Ji Pyeong tanya, alasan halmeoni masih membohongi Dal Mi.
Halmeoni bilang dia tak tahu kalau Dal Mi tetap akan percaya.
Halmeoni lalu nyalahin Ji Pyeong.
Halmeoni : Kau membuat standar pria pilihannya menjadi tinggi. Jadi, dia tak bisa suka pria lain.
Ji Pyeong : Nenek, sepertinya kau lupa. Kau juga ikut membuat surat itu. Kau yang memulai semua kebohongan ini. Aku hanya membantumu.
Halmeoni makin sewot, ya! Ini memang salahku! Aku hanya kasihan karena dia tak punya teman. Ternyata keinginanku menolongnya adalah hal yang salah. Langit akan menghukumku.
Halmeoni berdiri dan ngomel sendiri.
Halmeoni : Katanya mau kabulkan permintaan dan balas budi. Harusnya jangan bilang begitu! Kenapa berbohong pada nenek yang sudah tua ini!
Halmeoni mau pergi tapi Ji Pyeong mengahalangi.
Ji Pyeong mengalah. Dia bilang akan mencoba mencari Do San.
Ji Pyeong lalu tanya kapan batas waktunya.
Halmeoni : Waktunya sempit. Sampai hari Jumat pekan ini. Hanya lima hari.
Makin melototlah si Ji Pyeong.
Sekarang, kita diperlihatkan aktivitas Dal Mi dan In Jae setelah bangun pagi.
In Jae berendam di bathup nya. Menikmati kemewahannya.
Sementara Dal Mi, dia sedang mencuci rambutnya di kamar mandinya yang kecil. Dal Mi lalu menjerit karena samponya masuk ke matanya.
Dal Mi sarapan dengan nasi dan sup tahu pedas. Dia tampak menikmati makanannya.
In Jae sarapan dengan roti dan secangkir kopi, tapi sambil memeriksa tabletnya.
Kita juga diperlihatkan koleksi sepatu Dal Mi dan In Jae.
Saat In Jae sedang memilih-milih tas dari ribuan koleksi tas mewahnya, Dal Mi justru sedang memperbaiki hak sepatunya yang patah.
Dal Mi dan In Jae sama-sama keluar dari rumah mereka.
In Jae pergi kerja dengan mobil mewahnya. Sementara Dal Mi berjalan kaki.
In Jae dan Dal Mi sama-sama menaiki tangga.
In Jae menaiki tangga mewah.
Dal Mi menaiki tangga bawah tanah.
Ponsel Dal Mi berdering.
Dal Mi : Ya, aku sedang menuju ke cabang Jeonggok.
In Jae juga dihubungi ayahnya.
In Jae : Ya ayah. Baik, akan kubujuk dia.
Dal Mi dan In Jae sama-sama menghela nafas.
Kalau In Jae menghela nafas gegara melihat ibunya.
Sementara Dal Mi menghela nafas melihat kerumunan orang di depan tempat yang ia tuju.
Dal Mi ditarik rekannya.
“Ayo kabur, Sunbae.”
Dal Mi tanya kenapa. Rekannya bilang lebih baik mereka menghindar.
“Kenapa banyak sekali orang? Ada orang asing juga.”
“JKN bilang akan adakan konser jalanan. Jadi, para penggemarnya datang untuk melihatnya. Ayo kita bersantai dulu di sekitar sini, dan masuk setelah konser dimulai. Saat itu, mereka pasti sudah pergi.”
Tapi Dal Mi malah mengikat rambutnya.
“Oke, aku paham.”
“Sunbae, jangan ikat rambutmu.”
“Saatnya memecahkan rekor penjualan.”
“Kenapa kita harus begitu? Itu hanya akan menyakiti badan. Kita pura-pura tidak tahu, dan pergi. Ya?”
“Kau saja yang begitu. Biar rekor hari ini menjadi milikku.”
In Jae dan emaknya di restoran. Pelayan datang, menuangkan minuman ke gelas mak nya In Jae.
Mak nya In Jae minta pendapat si pelayan. Dia cerita, kalau mereka sudah setahun tak bertemu tapi In Jae malah sibuk dengan ponselnya.
Ya, maknya In Jae kesal gegara In Jae sibuk mainan ponsel padahal mereka udah lama gak ketemu.
Nyonya Cha : Suamiku juga begitu. Dia masa bodoh kepadaku, dan sibuk dengan ponselnya.
Si pelayan bilang kalau buah jatuh gak jauh dari pohonnya.
Nyonya Cha : Dia bukan anak kandungnya tapi kelakuan mereka sama. Memuakkan.
Si pelayan yang kebingungan ngadepin Nyonya Cha, akhirnya beralih ke In Jae. Dia menawari In Jae minum.
In Jae : Ya.
Tapi saat si pelayan nuangin minuman ke gelasnya, In Jae nanyain pendapat si pelayan soal ibunya yang pergi dari rumah dan bermalam di hotel.
Pelayan : Kini, banyak orang yang bermalam di hotel saja….
In Jae : Tapi ada yang bermalam sampai setahun seperti ibuku?
Si pelayan ragu-ragu menjawabnya. Mungkin ada.
Nyonya Cha tentu saja senang si pelayan ada di pihaknya.
Si pelayan pergi. In Jae lalu diam-diam memotret emaknya.
Sementara itu, di kedai kopi yang hendak dituju Dal Mi tadi, dua pelayan kewalahan menghadapi ratusan pengunjung.
Apalagi para pengunjung mulai protes karena pesenan mereka tak kunjung datang.
Dua pelayan tambah bingung karena urutan bon nya tertukar.
Mereka tambah pusing karena mesin billingnya error.
Tepat saat itu, Dal Mi datang. Mereka langsung minta bantuan Dal Mi.
Dal Mi membunyikan lonceng di atas meja.
Dal Mi : Maaf atas keterlambatannya. Apa yang bisa kubantu?
Para pengunjung langsung berteriak minta pesenan mereka.
Untuk menenangkan kerumunan pengunjung, Dal Mi sengaja memutar lagu JKN.
Para pengunjung senang dan mulai bernyanyi.
Dal Mi bahkan juga ikut menari sebentar.
Dal Mi lalu bilang pada pengunjungnya kalau dia juga selalu mendengarkan lagu JKN.
Dal Mi : Ini hari yang spesial. Aku akan putarkan seluruh lagu JKN.
Pengunjung bersorak senang.
Dalam bahasa China, Dal Mi minta pengunjung membuat barisan.
Dal Mi lalu mulai melayani satu per satu pengunjung dengan 3 bahasa.
Tiba-tiba, ada seorang pria yang marah-marah.
“Aku sudah minta cucikan botolku.”
“Pak, orang yang mengumpat tak pantas menjadi tamu. Keluar!” jawab Dal Mi.
Pria itu langsung keluar.
Dengan cekatan, Dal Mi mulai membuat billing pesanan.
Setelah itu, dia mengurutkannya di meja.
Dal Mi : Aku sudah perbaiki urutan pesanannya.
Dal Mi lalu kembali menari.
Kedua pelayan tadi memuji Dal Mi.
Dan kedai kopi pun memecahkan rekor penjualan.
Bersambung ke part 2…