Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Episode 15 Part 2, Di sini Kalian bisa menemukan rekap lengkapnya langsung aja cek link pada tulisan yang ini. Sebaliknya jika Kamu ingin tahui Eps sebelumnya ada di sini.
Chul San sedang di ruang fotokopi ketika Sa Ha datang.
Chul San : Sa Ha-nim, kau mau fotokopi?
Sa Ha : Tidak.
Sa Ha lalu bilang kalau dia ada dua permintaan.
Chul San tanya, permintaan apa? Dia bilang akan mengabulkannya.
Sa Ha mau Chul San berhenti ngevlog.
Chul San bilang dia punya 50 ribu pelanggan. Lalu dia tanya, kenapa dia harus berhenti ngevlog.
Sa Ha : Kau tak mau?
Chul San : Bukan begitu. Baik. Akan aku hentikan. Aku sudah berniat begitu, jadi, akan kulakukan. Lalu, apa yang kedua?
Sa Ha pun beranjak mendekati Chul San. Lalu dia bilang dia gak suka orang yang gembar gembor pacaran sekantor.
Sa Ha : Jadi jangan heboh soal itu.
Chul San : Aku juga tak suka kehebohan yang begitu.
Tapi kemudian dia tersadar dan tanya apa maksud Sa Ha.
Sa Ha bilang dia gak mau ada yang tahu mereka pacaran.
Chul San : Apa kau bercanda lagi kali ini?
Sa Ha pun mencium Chul San.
Abis nyium Chul San, Sa Ha tanya apa Chul San bisa ngabulin permintaannya.
Chul San dengan ekspresi kaget pun berjanji takkan heboh.
Sa Ha : Kalau begitu, aku pergi dulu.
Sa Ha pergi.
Chul San sampai terduduk lemas di lantai saking gak nyangkanya Sa Ha ngajak dia pacaran.
Dal Mi lagi sama Ji Pyeong. Mereka duduk di kafetaria, ngopi-ngopi.
Dal Mi melihat dokumen soal tender kota pintar dan curhat ke Ji Pyeong.
Dal Mi nyeritain In Jae yang merasa tertantang jika mendengar nama Morning Group.
Dal Mi : Langsung serang saja, tak sadar kita beda skala.
Ji Pyeong : Tapi kau juga tak suka kekalahan.
Dal Mi : Ya, aku tak suka. Tapi, itu sebatas perasaan. Aku CEO. Aku harus rasional.
Ji Pyeong : Kau sudah cocok menjadi mentor.
Lalu Dal Mi ingat kata-kata Do San pas Sa Ha tanya, apa mereka gak bisa ikut tender.
Dal Mi : Benar, aku tahu akan begini.
Lalu Do San bilang, itu tahayul dan minta Dal Mi gak percaya.
Flashback end…
Dal Mi : Pak Han. Aku mau tanya. Apa mungkin…
Ji Pyeong : Tak ada kemungkinan.
Dal Mi : Tetap saja. Seandainya saja… Seandainya… Apakah mungkin kami bisa dapat tendernya?
Ji Pyeong : Tak akan. Mencoba hal yang tak mungkin adalah strategi tak berguna, dan buang-buang tenaga.
Dal Mi : Kau benar. Sebenarnya aku tahu itu.
Dal Mi lalu tanya, apa Ji Pyeong udah makan semuanya.
Sambil memegang tas bekal, Ji Pyeong bilang iya.
Ji Pyeong : Bilang kepada nenek untuk berhenti mengirimiku makanan. Kulkasku sudah hampir meledak.
Dal Mi : Nenek pasti senang mendengarnya. Nenek sangat senang jika bisa membuatmu gemuk.
Lalu mereka berdiri.
Ji Pyeong bilang biar dia aja yang bawa tas bekalnya.
Ji Pyeong : Mau dimasukkan ke mobil, ‘kan?
Dal Mi : Ya.
Mereka ke lift. Ji Pyeong tanya Dal Mi parkir di lantai berapa.
Dal Mi bilang, B4.
Dal Mi lalu bilang kalau nenek suruh dia tanya ke Ji Pyeong soal lauk yang Ji Pyeong suka.
Ji Pyeong : Sudah kubilang tak perlu. Lemakku sudah makin menumpuk sekarang.
Dal Mi : Kata nenek dia ingin buat tingkat lemak di badanmu lebih dari 20 persen.
Ji Pyeong : Kalau lemakku 20 persen, artinya lebih banyak daripada babi.
Dal Mi : Benarkah? Lemak di tubuh babi tidak sampai 20 persen?
Ji Pyeong menatap Dal Mi dan tertawa.
Dal Mi juga tertawa.
Pintu lift terbuka. Tapi ada Do San di lift. Dal Mi dan Ji Pyeong langsung berhenti ketawa.
Do San tak nyaman melihat Ji Pyeong.
Pintu lift mau menutup. Do San menahannya dan hanya tanya ke Dal Mi, apa Dal Mi gak mau naik.
Dal Mi mengiyakan dan langsung masuk lift, diikuti Ji Pyeong.
Do San tanya, Dal Mi mau lantai berapa.
Ji Pyeong yang jawab, B4.
Do San tambah tak nyaman.
Suasana langsung tegang.
Ji Pyeong tiba-tiba bilang kongjaban.
Dal Mi menatap Ji Pyeong, apa?
Ji Pyeong : Lain kali, bilang nenek buatkan aku kongjaban.
Dal Mi menatap Do San.
Setelah itu, Dal Mi menatap Ji Pyeong lagi dan tersenyum.
Ji Pyeong : Aku sangat suka lauk itu.
Dal Mi : Ya. Akan aku sampaikan.
Do San makin gak nyaman.
Tiba-tiba, liftnya macet, bikin mereka kaget.
Dal Mi memencet tombol darurat disampingnya.
Dal Mi : Aku ada di lift gedung utama Sand Box. Sepertinya liftnya rusak.
“Gedung utama? Aku segera ke sana.”
Yong San tanya ke Sa Ha, apa Sa Ha bisa main anagram.
Sa Ha : Ya. Aku sering coba waktu kecil.
Mendengar itu, Yong San pun langsung menggeser kursinya ke dekat Sa Ha dan nunjukin corat-coretnya.
Yong San : Lalu, kata-kata apa yang bisa muncul dari sini?
Sa Ha : Apa ini?
Yong San : Ini karakter yang muncul dari nama hos perangkat pemeras. Sepertinya ini memiliki arti.
Sa Ha : Benarkah?
Sa Ha mulai main anagram.
Sa Ha : Ada juga pastel, monorail. Parliament, solo? Trampoline juga bisa.
Chul San yang melihat itu pun cemburu dan langsung berdiri di tengah-tengah mereka dengan alasan mau ikut main.
Yong San tanya, apa Chul San tahu apa itu anagram.
Chul San : Aku bisa belajar sekarang.
Tapi, rekan mereka memanggil Chul San.
“Chul San-nim, fail yang kau kirim tak bisa aku proses. Bisa bantu aku?”
Chul San : Nanti aku lihat. Ini lebih mendesak.
Yong San bilang, itu lebih mendesak.
Terpaksalah Chul San pergi dengan wajah kesal.
Ji Pyeong, Dal Mi dan Do San masih terjebak di lift.
Ji Pyeong melirik jamnya. Apa masih lama?
Dal Mi : Aku juga penasaran. Lebih lama dari yang kuduga.
Do San lalu melihat dokumen tentang kota pintar yang dipegang Dal Mi.
Do San : Dal Mi-ya.
Dal Mi : Ya?
Do San : Ayo kita coba ikut tender platform kemudi otomatis itu.
Dal Mi : Kau pasti tahu ini masih sulit untuk kita. Dan sangat kecil kemungkinan kita terpilih.
Do San : Aku tahu. Aku juga tak yakin bisa terpilih. Meski begitu…
Ji Pyeong : Lalu kenapa ikut? Kalian perlu persiapkan banyak hal untuk mengikuti itu.
Do San : Karena itu aku mau mencoba. Jika sudah pernah coba sekali, nanti akan lebih mudah.
Ji Pyeong : Mau membuat itu menjadi latihan? Menghentikan pekerjaan lain, membuat proposal, mengembangkan program baru untuk kota pintar dan persiapkan evaluasi teknologi dari pers hanya untuk latihan? Kalian sudah berusaha sekeras itu. Jika gagal…
Do San : Jika gagal itu menjadi pengalaman. Tak ada bisnis yang langsung berhasil. Anggap saja pengalaman…
Ji Pyeong : Itu bukan pengalaman, tapi usaha sia-sia.
Dal Mi yang melihat itu, tak nyaman.
Dal Mi : Ada apa dengan kalian? Kenapa bicarakan di sini?
Do San : “Usaha yang sia-sia”? Kau benar. Tapi memang harus dicoba agar tahu jalan terbaik. Biar kami coba, dan…
Ji Pyeong : Kalian akan mati jika urutannya salah. Sudah kubilang. Berlayar tanpa peta bisa membunuhmu. Bisa mati karena angin topan atau bertemu hiu. Kau lupa?
Do San : Bagaimana bisa lupa? Tentu aku ingat. Berlayar tanpa peta.
Dal Mi langsung ingat percakapannya dengan Do San di atap waktu itu.
Dal Mi : Ayo lakukan itu. Aku sangat bersemangat saat mendengar rencanamu.
Do San : Tak ada jalan keluar.
Dal Mi : Kita bisa berjalan tanpa tujuan. “Berlayar tanpa peta.” Ingat itu?
Flashback end…
Do San bilang ke Ji Pyeong, kalau baginya berlayar tanpa peta itu menakjubkan.
Lalu dia menatap Dal Mi dan bilang dia bisa saja gagal, tapi takkan menyesal.
Do San : Baik waktu itu, sekarang, ataupun nanti.
Ji Pyeong masih kekeuh dengan pendiriannya.
Ji Pyeong : Dengar Do San-ah.
Do San : Aku tahu. Memang benar berlayar tanpa peta bisa membuat kami mati. Tapi bisa saja kami bertahan. Dan orang seperti itu yang punya jalan.
Tak lama pintu lift terbuka. Do San langsung keluar.
Ji Pyeong dan Dal Mi membeku sesaat, hingga akhirnya Dal Mi keluar menyusul Do San.
Do San : Maafkan aku. Kau menjadi makin bingung karena aku, ya?
Dal Mi : Ya.
Do San : Lupakan saja perkataanku tadi. Anggap saja hanya derau belaka.
Dal Mi : Bagaimana bisa begitu? Aku terlanjur mendengarnya.
Do San : Dal Mi-ya, aku akan selalu mendukung apa pun keputusanmu. Jadi, jangan biarkan kami menghalangi keputusanmu. Kau tak akan kehilangan tim meskipun gagal.
Dal Mi : Kau pasti dengar pembicaraanku dengan In Jae.
Do San : Ya. Jadi, jangan khawatirkan hal itu.
Dal Mi : Aku berbeda dari tiga tahun lalu. Aku lebih hati-hati.
Do San : Aku juga sudah berbeda. Aku lebih kuat sekarang.
Bersambung ke part 3…
