Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Episode 11 Part 1, Terlihat ada link lengkap untuk rangkuman Episode sebelumnya ada di sini gaes. Namun jika Kalian juga tertarik full recapnya ada pada tulisan yang ini.
Si kembar Hyun dan Jung menghampiri Alex.
Mereka mengajak Alex bicara.
Hyun menunjukkan artikel di majalah tentang 2STO yang mau merekrut pemrograman Korea.
Si kembar pengen tahu apa maksudnya.
Jung tanya, apa ada pemrogram yang Alex suka.
Alex : Kenapa? Kau tertarik.
Si kembar mengaku, sangat.
Alex : Kalian bahkan belum tahu syaratnya.
Jung : Ini 2STO. Lalu, kantor pusatnya berada di Silicon Valley. Alasan itu sudah lebih dari cukup.
Alex : Bisa keluar dari tim?
Hyun dan Jung kompak mengatakan, tentu.
Dan setelah bertemu si kembar, Alex bertemu Do San.
Do San yang cemburu dan pengen Dal Mi ‘lepas’ dari Ji Pyeong, tanya apa tawaran Alex masih berlaku.
Alex bilang tentu saja.
Alex lalu tanya, kenapa Do San berubah pikiran.
Do San bilang dia tak mau membuat alternatif dari kegagalan. Do San lalu ngajuin syarat. Dia minta Alex juga merekrut semua anggota tim dari Samsan.
Alex : Apa semua anggota? Kau mau aku mengakuisisimu?
Do San : Ya. Dan aku mau terus menjalankan layanan NoonGil.
Alex bilang, dia sangat ingin bekerja sama dengan Do San. Karena itu, dia sampai bertemu dan ngobrol ama ortunya Do San. Tapi akuisisi perusahaan, itu hal lain kata Alex.
Alex juga bilang, Do San udah membuktikan diri lewat CODA, pekan retas dan NoonGil.
Alex : Aku bukan pebisnis yang dermawan. Aku belum yakin tentang kemampuan anggota timmu. Aku juga punya banyak pilihan lain.
Do San : Apa maksudmu dengan itu?
Alex : Injae Company juga punya para pemrogram yang sangat hebat. Jadi, sampai bertemu di Hari Demo. Aku akan tentukan perekrutan ataupun akuisisi setelah itu.
Disinilah awal kehancuran Samsan guys…. 2STO cuma mau merekrut pengembang!!
Sementara itu di lift, Ji Pyeong bilang dia tak membunuh kakak Yong San. Kalau dia bunuh kakak Yong San, harusnya dia di penjara.
Ji Pyeong : Aku bahkan tak kenal kakakmu.
Mendengar itu, Yong San kecewa berat. Dia mendesak Ji Pyeong ke dinding lift, lalu menekan leher Ji Pyeong.
Yong San tanya, gimana bisa Ji Pyeong tak ingat itu.
Pintu lift terbuka. Dong Cheon terkejut melihat Yong San menekan leher Ji Pyeong.
Dong Cheon : Timjangnim
Yong San akhirnya melepaskan Ji Pyeong. Setelah itu dia pergi.
Ji Pyeong keluar dan menatap kepergian Yong San.
Dong Cheon tanya ada apa.
Ji Pyeong bilang, entahlah. Dia bilang aku membunuh kakaknya.
Dong Cheon, jadi kau orangnya?
Ji Pyeong tanya, apa Dong Cheon tahu sesuatu?
Dong Cheon pun bertanya, 5 tahun lalu sebelum diutus ke kantor di Amerika, Ji Pyeong menjadi juri pada hari demo, kan?
Ji Pyeong kembali ke kantornya dan langsung memeriksa data kakak Kim Yong San.
Dong Cheon bilang, CEO Charging Partner, Kim Dong Soo adalah kakak Yong San.
Ji Pyeong lalu mengingat saat ia menjadi juri hari demo 5 tahun lalu.
Saat itu, salah satu jurinya adalah Ji Pyeong. Ji Pyeong mencecar Dong Soo dengan beberapa pertanyaan yang bikin mental Dong Soo down.
Ji Pyeong : Produkmu hanya bisa dipakai di tipe ponsel dengan baterai terpisah, ‘kan?
Dong Soo mengiyakan.
Ji Pyeong : Namun, yang aku tahu, dalam dua tahun, seluruh ponsel baru memiliki baterai tak terpisah. Apa kau tak tahu informasi ini?
Dong Soo gugup, tentang itu…
Ji Pyeong : Jika tak tahu itu, kau tak pantas menjadi CEO. Kau tak tahu apa-apa. Kau tahu atau tidak?
Dong Soo bilang sejak awal dia tahu.
Ji Pyeong : Itu lebih parah. Jika tahu, tapi masih mau mendapat investasi. Pak Kim, ini penipuan.
Dong Soo pun nangis.
Flashback end…
Ji Pyeong tahu dari Dong Cheon kalau Dong Soo bundir setelah demo day.
Ji Pyeong terpukul.
*Nah, salah paham kan! Bener kata Bu Yoon. Bu Yoon pernah bilang pas Dong Cheon nunjukin data-data soal adiknya Dong Soo. Bu Yoon bilang, keluarga Dong Soo salah paham dan berpikir salah satu juri membunuh kakaknya.
Yong San menenangkan diri diluar.
Lalu ada flashback Yong San dan kakaknya.
Yong San masuk ke kamar kakaknya saat kakaknya tengah serius membuat proposal.
Yong San lalu melihat ID card kakaknya sebagai peserta Sand Box.
Yong San tanya, hyung. Apa ini?
Dong Soo langsung berdiri dan mengambil tanda pengenalnya. Dia juga memarahi Yong San karena sudah mengacak barangnya.
Yong San : Kau masuk Sand Box? Lalu kuliah pascasarjanamu?
Dong Soo : Terlambat jika berbisnis setelah lulus pascasarjana.
Yong San : Gila. Kau berhenti kuliah? Hyung, orang tua kita melarang kita berbisnis.
Dong Soo lalu mencabut salah satu memonya yang ia tempel di meja.
Dong Soo : “Jangan biarkan pendapat seseorang menjadi kenyataanmu.” Perkataan Les Brown.
Yong San : Kau berani sekali.
Yong San lalu tanya apa ortu mereka tahu.
Dong Soo bilang enggak dan melarang Yong San ngasih tahu siapapun kalau dia berbisnis.
Yong San tanya, tanpa imbalan?
Yong San bilang Dong Soo harus bayar uang tutup mulut.
Dong Soo bilang tak ada uang. Yong San pun langsung ngambil ponselnya dan ngancam bakal nelpon ortu mereka.
Sontak, Dong Soo langsung menghentikan Yong San. Lalu dia ngasih Yong San duit.
Dong Soo : Kau memeras orang miskin.
Yong San bilang, Dong Soo bukan orang miskin karena Dong Soo CEO sekarang.
Dong Soo lalu menggantungkan tanda pengenalnya sebagai peserta Sand Box ke lehernya.
Dong Soo : Lihat ini.
Yong San : Keren sekali.
Dong Soo : Aku sangat bahagia.
Yong San lalu memeluk kakaknya dan memuji kakaknya hebat.
Flashback end…
Yong San nangis.
Yong San : Dasar gila. Kenapa kau sebahagia itu? Apa yang sulit sampai kau memilih mati? Si brengsek itu bahkan tak mengingatmu.
Sebentar lagi demo dimulai. Dal Mi menatap papan bertuliskan Samsan yang ditaruh berjejer di atas panggung.
Dal Mi lantas teringat kata-kata Do San tadi, kalau dia yang menjadikan Samsan seperti sekarang.
Tak lama In Jae datang, membawakan Dal Mi obat penenang.
In Jae : Kudengar kau butuh.
Dal Mi pun bilang kalau dia sudah tak butuh dan mengembalikan obat penenang itu ke In Jae.
Dong Cheon datang dan menyuruh para CEO menentukan waktu giliran.
Dal Mi mengambil sesuatu di dalam kotak yang dibawa Dong Cheon. Disusul dengan In Jae dan para CEO lain.
Di dalam kotak itu, mereka mengambil sebuah bola berwarna kuning. Mereka membuka bola itu, yang isinya sehelai kertas bertuliskan nomor mereka.
Dal Mi mendapat giliran nomor 6. Lalu dia melirik nomor In Jae. In Jae dapat giliran pertama. In Jae juga melirik nomor Dal Mi.
In Jae : Kali ini aku lebih dahulu.
Dal Mi : Sepertinya kau yang lebih butuh obat penenang.
In Jae terdiam, menatap kesal Dal Mi.
Usai mencabut nomor, Samsan langsung kumpul. Mereka melihat nomor urut mereka.
Lalu mereka mendengar omongan CEO lain.
“Aku sudah takut karena kupikir aku urutan enam. Ternyata sembilan.”
Mendengar itu, Dal Mi pun berkata perasaannya jadi buruk karena nomor enam.
Sa Ha bilang, maksud mereka angka setan. Enam dari 666.
Do San langsung bilang dia suka angka 6. Angka bulat, angka yang sempurna.
Chul San ikut-ikutan. Dia bilang mana ada lebih sempurna dari angka 6.
Chul San : Urutan kita sudah yang paling sempurna.
Dal Mi menatap Do San. Dia bilang Do San benar.
Sa Ha melirik Chul San. Chul San mengerti dan langsung mengajak Do San pergi untuk bicara.
Chul San membawa Do San keluar.
Chul San : Do San-ah, kau tahu aku tak pernah peduli hubungan percintaan orang, kan? Namun, aku harus peduli tentang hubungan percintaanmu. Masalah ini menyangkut hidup dan mati para pemegang saham.
Sa Ha bicara dengan Dal Mi.
Dal Mi tanya, kenapa hidup dan mati? Tak masuk akal.
Sa Ha : Sangat maksud akal. CEO dan pemegang saham terbesar sedang berpacaran. Jika hubungan kalian bermasalah, akan ikut berdampak pada perusahaan. Perusahaan publik harus mengumumkannya.
Dal Mi : Jangan khawatir. Tak akan ada masalah dengan perusahaan.
Sa Ha : Benarkah? Lantas, kalian berpacaran lagi?
Do San bilang enggak. Hanya diset ulang.
Chul San tanya apa maksud Do San.
Do San : Aku tak mau Dal Mi bingung. Jadi, kusuruh dia lupakan aku yang selama ini.
Chul San : Hei. Apa kau sudah gila? Kau suruh dia melupakanmu dan pergi ke Pak Han?
Do San : Apa terdengar seperti itu?
Sa Ha bilang ke Dal Mi kalau itulah maksud Do San.
Sa Ha : “Aku akan melupakanmu, jadi, pergilah ke Pak Han tanpa beban.” Kupikir Pak Nam akan menahanmu. Ternyata dia dingin. Keren sekali.
Dal Mi : Benarkah? Namun, bagiku arti perkataannya bukan begitu.
Sa Ha : Lantas apa?
Do San bilang ke Chul San kalau Dal Mi pasti bingung sekarang.
Do San : Di dalam kepalanya, aku dan Pak Han bercampur menjadi satu. Jadi, ini semua harus diset ulang, dan mulai sekarang aku mau dia melihatku sebagai aku saja.
Chul San : Apa Nona Seo menganggap perkataanmu begitu?
Dal Mi bilang ke Sa Ha, kalau dia yakin itu maksud Do San.
Sa Ha : Benarkah? Bukankah itu hanya harapanmu?
Dal Mi : Nona Jung, kau sangat aneh. Apa kau selalu suka mencampuri hubungan orang lain?
Sa Ha : Kita bukan orang lain. Kita berhubungan dalam bisnis. Wajar aku penasaran. Siapakah yang ada di hatimu? Pak Nam, pemegang saham terbesar, atau Pak Han, mentor kita?
Dal Mi bilang dia juga gak tahu.
Sa Ha : Kau bertanya karena tak tahu?
Dal Mi : Ya. Aku bertanya karena tak tahu. Aku sungguh ingin tahu, siapa yang ada di sini.
Dal Mi memegang hatinya.
Chul San tanya, gimana kalau jawabannya Ji Pyeong. Apa Do San bisa terima itu? Apa Do San bisa bekerja dengan nyaman jika Dal Mi memilih Ji Pyeong.
Do San bilang iya. Dia harus terima kalau itu pilihan Dal Mi.
Chul San : Pak Han pamer kekayaan dan mendekati Dal Mi, namun, kau mau diam saja menunggunya?
Do San : Hal seperti itu membebani Dal Mi. Aku tak mau membuatnya sulit lagi.
Chul San : Baiklah. Kau memang aktor Hollywood hebat. Teruslah berakting tegar dan tak peduli.
Chul San lalu menoleh.
Chul San : Lihat itu. Apa yang sedang Pak Han dan Nona Seo lakukan di sana?
Mendengar itu, Do San langsung nyariin JiDal. Tapi Chul San cuma ngetes Do San.
Chul San : Perkataan dan tindakanmu tak sesuai. Aku sudah paham semuanya tentangmu. Kau tahu itu? Maksudku, aku bisa baca pikiranmu hanya dari matamu. Tatapanmu sekarang bukan tatapan menyerah. Itu tatapan sudah buat keputusan. Apa keputusan itu?
Do San pun bilang, kalau dia tak mau menerima alternatif dari Ji Pyeong.
Bersambung ke part 2…
Hadeh,, yg satu cemburu sama Ji Pyeong. Satunya lagi salah paham ama Ji Pyeong.
Btw, gk kebayang hancurnya Do San kek apa kalau misalnya Dal Mi milih Ji Pyeong. Do San bucin banget ke Dal Mi. Kalau Ji Pyeong? Mungkin masih bisa tahan.