Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Ep 1 Part 2, Yuk cek daftar lengkapnya di tulisan yang ini. Dan untuk Episode sebelumnya baca di sini.
Adegan berikutnya mengandung bawang guys….
Dal Mi berlari ke ayahnya, sambil teriak-teriak memanggil sang ayah yang sedang bekerja. Tangannya membawa sebuah surat.
Dal Mi heboh sendiri.
“Ayah sudah membereskan ini berjam-jam.” protes ayahnya lantaran Dal Mi mengganggu pekerjaannya.
“Ayah, aku dapat surat cinta.”
“Apa? Surat cinta?”
Pak Seo mengambil surat di tangan Dal Mi.
“Tulisannya bagus, ‘kan? Katanya kami seumuran. Namanya Nam Do San. Namanya bagus, ‘kan?”
“Biasa saja. Namanya seperti pegulat.”
Dal Mi : Tidak. Dia pintar matematika. Dia pasti genius.
Pak Seo : Ini seperti surat dari Inggris itu, ya? Surat keberuntungan.
Dal Mi : Bukan. Nenek yang menyampaikan surat ini.
Mendengar itu, Pak Seo langsung menatap Dal Mi.
Dal Mi meminta ayahnya mendengarkannya. Lalu Dal Mi mulai membaca suratnya.
Kita diperlihatkan flashback saat Ji Pyeong menulis surat itu.
“Kuharap kau tak kaget dengan suratku yang tiba-tiba. Beberapa hari lalu, aku melepas kepergian temanku, Mongsil. Dia seekor anjing yang sudah seperti adikku. Aku amat merindukannya. Kemarin, aku menangis melihat sepatuku yang sering digigiti Mongsil. Konyol, kan?”
Nenek Choi memuji tulisan Ji Pyeong.
Dal Mi pun langsung menjawab kata-kata Ji Pyeong itu.
Dal Mi : Tidak sama sekali. Akhir-akhir ini aku juga begitu.
Pak Seo terdiam menatap Dal Mi. Dia tahu, Dal Mi merindukan In Jae.
Kita lalu diperlihatkan foto-foto keluarga Dal Mi.
Bersamaan dengan itu, terdengar narasi Ji Pyeong soal surat yang ditulisnya.
“Kupikir dia akan terus bersamaku. Dulu aku tak sadar waktu bersamanya adalah waktu yang berharga. Semua momen bersamanya adalah anugerah. Harusnya aku lebih baik kepadanya. Sekarang, setiap detik dan menitku penuh dengan penyesalan. Karena itu, tiba-tiba aku terpikir. Masa kini juga anugerah.”
Nenek lalu protes melihat tulisan Ji Pyeong. Dia lalu menghapus kalimat yang ditulis Ji Pyeong dan minta Ji Pyeong menulis kalimat yang lain.
Ji Pyeong : Aku pasti menyesal lagi nanti. Rindu hijau musim panas di musim dingin. Pada musim panas, aku rindu salju putih. Jadi, aku sudah bulatkan tekad. Aku tak akan mengisi masa kini dengan penyesalan lagi. Ini alasanku bisa punya keberanian untuk menulis surat ini. Aku menyukaimu, Seo Dal Mi. Saat aku menulis surat ini adalah saat yang mendebarkan an membahagiakan bagiku. Aku berterima kasih padamu. Dari Nam Do San yang ingin berteman denganmu.
Pak Seo melihat surat dari Do San.
Pak Seo : Kau yakin dia seumuran denganmu? Sepertinya dia terlalu dewasa.
Dal Mi : Sekarang berbeda dengan zaman ayah. Semua anak zaman sekarang dewasa.
Pak Seo : Nenek yang menyampaikan ini?
Dal Mi : Ya. Ayah tahu pohon sakura di depan toko Nenek, ‘kan? Dia minta taruh balasannya di sangkar burung. Sangat romantis, ‘kan?
Pak Seo : Tapi kenapa dia tak mengajakmu bertemu saja? Bertemu saja jika suka.
Dal Mi : Mungkin pada zaman ayah bisa begitu. Tapi jika sekarang, ayah bisa dikira penguntit.
Pak Seo tertawa mendengarnya.
Dal Mi : Do San lumayan. Sangat sopan.
Pak Seo : Kau akan membalasnya?
Dal Mi : Entahlah. Tapi dia anak yang baik. Sepertinya dia juga sangat menyukaiku. Aku harus menghargainya dan membalas surat ini.
Dal Mi lari ke kamarnya. Pak Seo tertawa. Dia tahu surat itu dari ibunya.
Besoknya, Pak Seo ke kedai ibunya. Dia membawakan surat balasan dari Dal Mi.
Sang ibu kaget, dia sudah menulis balasannya? Astaga. Taruh ini di sangkar burung itu. Nam Do San minta ini ditaruh disana.
Pak Seo : Ibu, terima kasih. Berkatmu, Dal Mi semangat lagi.
Nenek Choi : Apa terlihat jelas?
Nenek Choi khawatir Dal Mi tahu.
Pak Seo bilang, hanya dia yang tahu. Dan saat Pak Seo bilang Dal Mi percaya surat itu dari Do San, Nenek Choi menarik napas lega.
Pak Seo lalu memegang tangan ibunya. Dia berjanji akan berusaha sekuat tenaga.
Pak Seo : Akan kubawa A Hyun dan In Jae kembali. Dan aku juga akan membelikan ibu gedung.
Nenek Choi : Kau selalu bicara begitu. Jangan sampai menjadi penipu!
Pak Seo : Aku harus berusaha begitu. Jika gagal, coba lagi. Tunggulah setahun. Setahun saja.
Nenek Choi : Baiklah. Taruh ini di sana.
Pak Seo pun meletakkan surat itu di sangkar burung.
Besoknya, Dal Mi menemani ayahnya menyebarkan brosur di jalanan.
Lalu Dal Mi bertemu dengan In Jae.
In Jae senang bertemu Dal Mi.
Hari berganti hari. Ada dua kotak musik di atas meja bertuliskan nama Dal Mi dan In Jae.
Dal Mi duduk di depan mejanya. Dia senyum-senyum sendiri sembari menulis surat untuk Do San.
Ditemani ayahnya, Dal Mi menuliskan kata ‘baedal’ di mesin pencari. Lalu keluarlah berbagai gambar menu makanan.
Dal Mi senang.
Ternyata Pak Seo dan Dal Mi sedang membuat restoran online.
Dal Mi menemui In Jae.
Ji Pyeong mengambil surat dari Dal Mi di sangkar burung. Dia menghela nafas, lalu beranjak pergi membawa surat dari Dal Mi.
Matahari mulai terbenam.
Besoknya, Pak Seo menjelaskan proposal restoran online nya di depan para investor.
Malam Natal tiba. Dal Mi menunggu In Jae di depan kafe tempat biasa mereka bertemu.
Salju turun. Dal Mi menengadahkan tangannya, menyentuh salju.
In Jae datang dan langsung mengajak Dal Mi masuk.
Tapi In Jae tampak tidak bersemangat dan terus menatap kotak musik yang dipegangnya.
Dal Mi ke sangkar burung. Dan ia tersenyum melihat surat dari Do San.
Dal Mi langsung membacanya.
Pak Seo berjuang keras membangun bisnisnya.
Ji Pyeong mengambil surat Dal Mi. Hari sudah malam.
Ji Pyeong duduk di depan restoran dan membaca surat dari Dal Mi.
Ji Pyeong lalu tersenyum setelah membaca surat Dal Mi. Ia kemudian menghela nafas dan mendongak menatap langit malam.
Bersambung ke part 3…