Secret Mother Eps 12 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Secret Mother Ep 12 Part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Cek Episode sebelumnya disini.

Ji Ae ke toko tas. Lagaknya kayak mau membeli tas gitu. Dia datang membawa dua tas. Begitu yakin tak ada orang lain di toko, dia pun menaruh dua tasnya di meja kasir.

Ji Ae : Berapa harganya?

Sontak lah si mbak-mbak kasirnya kaget.

Ji Ae bilang dia hampir tak pernah memakai kedua tasnya itu, tapi karena merasa bosan dia ingin menjualnya.

Mbak kasirnya bilang tas Ji Ae harus dinilai untuk menghitung harga belinya, tapi mereka lagi sibuk. Jika Ji Ae mau meninggalkannya, mereka akan menilai dan mengabari Ji Ae secepatnya.

Ji Ae membuka kacamata hitamnya dan menatap si mbak-mbak kasirnya.

Ji Ae : Kupikir aku bisa langsung menjualnya.

Si mbak kasir bilang mereka menilai produk bekasnya lebih dahulu, baru memutuskan akan membelinya atau tidak.

Mi Seon datang dan berkata akan membeli tas Ji Ae.

Mi Seon melirik Ji Ae.

Mi Seon : Lama tidak berjumpa, Anna.

Kesal, Ji Ae pun langsung pergi tanpa membawa tasnya.

Mi Seon membawa dua tas Ji Ae dan mengejar Ji Ae.

Mi Seon : Anna, aku akan membeli tasmu. Jika dijual di toko, hasil jualnya tidak banyak.

Ji Ae berbalik dan mendekati Mi Seon.

Ji Ae : Lupakan saja.

Mi Seon : Kau pandai merawat dirimu. Kau belum berubah. Kabari aku jika kau butuh uang. Jangan sungkan bertanya.

Mi Seon memasukkan kartu namanya ke tas Ji Ae.

Mi Seon lalu pergi.

Ji Ae mendengus kesal, tapi kemudian dia membaca kartu nama Mi Seon.

“Kafe Blue Moon, Wakil Ketua, Oh Mi Seon.”

Ponsel Ji Ae berdering. Pesan masuk dari Seok Hee.

Seok Hee : Dua hari lagi aku akan menemui guru privat itu. Dia meminta bayaran 2.500 dolar untuk hari itu.

Ji Ae : Ini membuatku gila.

Hwa Sook di depan rumah Ji Ae, melihat seorang pria tua masuk ke rumah Ji Ae.

Hwa Sook salah paham, mengira itu kakeknya Chae Rin.

Hwa Sook bertanya-tanya, kenapa ayah mertua Ji Ae mendadak datang.

Hwa Sook : Dia pasti takut akan hal ini.

Tanpa Hwa Sook sadar, itu Byung Hak, suaminya Ji Ae.

Ji Ae menatap sebal Hwa Sook sambil membaca pesan Hwa Sook.

Hwa Sook : Aku melihat ayah mertuamu masuk. Aku menaruh piring painya di depan pintumu.

Ji Ae memarahi suaminya, aku memintamu berhati-hati selama siang hari.

Byung Gak : Kau punya daftar calon tempat les Chae Rin?

Ji Ae : Tidak perlu membuat daftar. Tempat lesnya akan sama dan akan ditambah jika perlu.

Byung Hak : Jumlah biaya Chae Rin untuk tempat les enam kali lipat lebih banyak daripada rata-rata biaya pendidikan swasta anak SD.

Ji Ae : Sayang, itu rata-rata di lingkungan ini.

Byung Hak : Lupakan les privat matematika itu. Mulai sekarang, dia hanya akan ikut les bahasa Inggris dan matematika. Anak yang cukup cerdas bisa sukses tanpa tempat les atau guru privat. Aku mengurangi setengah biaya pendidikannya mulai bulan depan.

Ji Ae marah, seharusnya kau mencegahku pindah ke lingkungan ini. Kau sudah tahu biaya pendidikannya akan sangat mahal. Jika akan berhenti di tengah-tengah, seharusnya kau tidak memulai.

Karena ini, Byung Hak keceplosan.

Byung Hak : Karena tidak tahu dia akan menjadi seperti apa, aku membiarkan mereka berdua memulai di garis yang sama, tapi selisihnya makin banyak.

Ji Ae : Chae Rin dan siapa lagi? Apa maksudmu mereka memulai di garis yang sama?

Byung Hak : Apa? Maksudku begini…

Sadar keceplosan, Byung Hak terpaksa menuruti keinginan Ji Ae agar Ji Ae tak menanyai apa maksud omongannya tadi.

Ji Ae yang kesal, pergi ke kamarnya.

Ji Ae : Dia pikir sedang bersedekah?

Ji Ae lalu kembali melihat kartu nama Mi Seon.

Hwa Sook ke kos-kosan suaminya. Dia mendapati Seung Soo tengah tidur pulas di kasur.

Hwa Sook kasihan, kau sibuk menginvestasikan uang dan berperan sebagai duda. Kau mengalami banyak kesulitan.

Hwa Sook membereskan kos2an Seung Soo. Dia mengambil buku-buku yang beserak di lantai. Nah pas mau menaruh buku-buku itu di atas meja, dia menemukan kartu parkir di atas meja

Itu kartu parkir Apartemen Kota Jamsil Seokchon.

Hwa Sook heran, dia punya kenalan di Jamsil?

Hwa Sook juga melihat struk belanjaan di atas meja.

Struk belanjaan dari Toserba Jamsil. Salah satu item di struk itu adalah krim wangi.

Hwa Sook ingat pas dia gak sengaja nemuin krim wangi di tas suaminya. Dia mencobanya.

Hwa Sook : Ini untukku? Krim mahal memang selalu wangi.

Flasback end…

Teringat itu, Hwa Sook jadi curiga. Dia menatap suaminya, curiga kalau sang suami punya selingkuhan. Hwa Sook mengambil ponsel Seung Soo. Dia berniat memeriksa ponsel Seung Soo. Tapi ponselnya Seung Soo dikunci. Karena gak tahu pola sandinya, Hwa Sook mencoba membuka kuncinya dengan pola wajahnya. Dia membelalakkan matanya tapi gak bisa terbuka. Akhirnya dia pun mendekati suaminya dan mencoba membuka mata suaminya. Tapi tepat saat itu, Seung Soo membuka matanya.

Sontak Hwa Sook kaget dan jatuh menimpa Seung Soo. Untung Seung Soo sigap menahan Hwa Sook agar tak jatuh ke bawah. Seung Soo lalu memindahkan Hwa Sook ke sampingnya.

Tapi Seung Soo yang ngantuk berat gak sadar ponselnya dipegang Hwa Sook. Dia minta maaf dan bilang kalau dia terlalu lelah dan berkata kalau mereka bisa melakukannya di lain waktu. Seung Soo salah paham, mikir Hwa Sook pengen naninu sama dia.

Hwa Sook mencoba cara lain. Dia memeriksa mobil Seung Soo tapi tak menemukan apapun.

Lalu dia memeriksa GPS Seung Soo.

Dia melihat tujuan terbaru Seung Soo adalah Apartemen Kota Jamsil.

Hwa Sook makin curiga lakinya nyeleweng.

Eun Young ke RS Seisin. Bersamaan dengan itu, mobil Yoon Jin melintas disampingnya.

Yoon Jin tak melihat Eun Young. Begitu pula Eun Young.

Yoon Jin masuk ke ballroom, tempat acara diadakan. Begitu datang, dia langsung disapa oleh rekan-rekannya sesama dokter.

Se Yeon yang melihat itu, langsung menghela nafas kesal.

Yoon Jin lalu pergi mencari Direktur Park. Direktur Park yang tengah duduk di mejanya, langsung berdiri begitu melihat Yoon Jin datang.

Direktur Park : Bagaimana perasaanmu?

Yoon Jin : Sudah lama sejak aku menghadiri acara formal. Aku agak cemas.

Direktur Park : Tentu saja. Banyak orang mengamatimu. Kau harus siap memastikan mereka berhenti menyebar rumor soal kau melakukan malapraktik medis dan kau sakit.

Dokter senior yang sudah menganggap Yoon Jin sebagai putri sendiri datang.

“Astaga. Lama tidak berjumpa, Dirut Kim. Kabarmu baik?

“Seharusnya aku mampir dan menyapa. Penampilanmu tidak berubah.”

“Sekarang kau akan kembali, bukan?”

“Aku harus kembali.”

Eun Young menemui pasien bundir yang mengaku sebagai kakaknya.

Dia juga membawa makanan. Si Hyeon Joo palsu menatapnya sinis.

“Orang mungkin mengira kau adik kandungku. “

“Sekitar setahun lalu, kau mencuri kartu identitas kakakku. Kupikir kau mungkin ingat keadaan terakhirnya. Karena itu aku kemari.”

“Terakhir? Ada apa soal keadaan terakhirnya? Maksudmu, soal dia dilarikan ke IGD seperti aku?”

“Apa maksudmu?”

“Jangan kaget. Pasti sudah sekitar setengah tahun sejak aku bertemu dengannya. Dia membuat keributan besar hingga mencoba bunuh diri sekitar tiga atau empat kali kala itu.”

“Maaf, sepertinya kau keliru. Dia hendak meninggalkan kehidupannya di sini dan memulai hidup baru di Kanada. Aku begitu giat bekerja hanya untuk mengajaknya ke Kanada. Kenapa dia… Kenapa dia berniat melakukan itu?”

“Pikirmu kau tahu semua hal tentang kakakmu? Bagaimana seseorang bisa yakin sudah amat mengenali orang lain? Sepertinya kakakmu kesulitan mengendalikan emosinya. Perubahan suasana hatinya cukup parah. Dia selalu tampak akan membuat dirinya terlibat masalah.”

“Berhentilah mengarang cerita hanya karena dia tidak ada.”

“Mi Seon memberitahuku bahwa kakakmu menghilang setelah keluar dari rumah sakit jiwa.”

“Lantas apa?

“Dia bisa saja kabur dan melakukan sesuatu karena tidak bisa mengendalikan emosinya.”

Eun Young emosi, kau salah! Dia tidak mungkin melakukannya tanpa memberitahuku apa pun.

Eun Young lalu pergi dengan sambil menahan tangisnya. Dia lalu teringat kata-kata si detektif bahwa Hyeon Joo mengalami kecelakaan saat didiagnosis.

Marah, Eun Young menghubungi Yoon Jin tapi tidak dijawab.

Yoon Jin sendiri lagi mencuci tangannya di toilet. Selesai mencuci tangan, dia menatap wajahnya di cermin.

Saat mau keluar dari toilet, dia bertemu bocah perempuan yang tengah menangis.

“Kenapa kau menangis? Di mana ibumu?”

“Aku tidak tahu.”

Akhirnya Yoon Jin membawa bocah itu dan mencari-cari ibu si bocah.

Tapi ibu si bocah mendadak muncul dan mendorong Yoon Jin.

“Kenapa kau bersama anakku?”

“Tadi dia menangis. Kau ibunya?”

Wanita itu memarahi putrinya.

“Kenapa kau mengikuti orang asing? Kemari?”

“Apa yang kau lakukan?” Yoon Jin gak mau menyerahkan si bocah karena melihat kasarnya wanita itu.

Yoon Jin juga bertanya benarkah wanita itu ibu si bocah.

Wanita itu makin emosi melihat putrinya dipeluk Yoon Jin.

“Astaga. Kenapa kau memeluk anakku?”

Se Yeon, Direktur Park dan yang lain melihat keributan itu.

Jae Yeol datang. Yoon Jin mau menjelaskan ke Jae Yeol tapi Jae Yeol malah minta maaf ke wanita itu dan mengembalikan putri wanita itu.

Sontak Yoon Jin langsung diam. Dia paham semua orang salah paham padanya.

Jae Yeol menyuruh Yoon Jin bangun.

Jae Yeol : Orang-orang melihat. Bangunlah.

Yoon Jin kesal dan menepis tangan Jae Yeol.

Jae Yeol : Bangunlah. Ayo bicara di luar.

Yoon Jin akhirnya bangun sendiri.

Se Yeon mendekati Yoon Jin.

Se Yeon : Sunbae, kau baik-baik saja?

Yoon Jin tak menjawab dan beranjak pergi.

Ternyata wanita tadi suruhan Se Yeon. Omo.. Se Yeon menemui wanita itu yang menunggunya di pintu darurat. Dia memberikan wanita itu uang.

“Wanita itu pasienmu? Dia tidak tampak seperti pasien.”

“Rahasiakan kejadian hari ini.”

Wanita itu pergi. Sepertinya Se Yeon tak rela kalau Yoon Jin kembali ke RS.

Dia tambah membenci Yoon Jin mengetahui Jae Yeol, pria incarannya, adalah suami Yoon Jin.

Yoon Jin menuju mobilnya. Jae Yeol mengejar Yoon Jin.

Yoon Jin : Aku akan pulang lebih dahulu.

Jae Yeol : Aku akan mengantarmu.

Yoon Jin : Kenapa? Apa aku tampak seperti pasien tidak berdaya yang lupa ingatan?

Jae Yeol : Kim Yoon Jin!

Yoon Jin : Kau takut aku mendadak pingsan di sebarang tempat?

Jae Yeol : Aku mengerti. Aku mengerti alasanmu melakukan ini.

Yoon Jin : Aku tidak butuh pengertianmu dalam situasi itu. Aku bingung bukan karena kejadian yang menimpa Min Ji.

Jae Yeol : Baiklah, maafkan aku. Aku percaya kepadamu.

Yoon Jin : Tidak. Jangan menatapku seperti itu dan berkata memercayaiku.

Yoon Jin masuk ke mobilnya. Dia pergi sendiri.

Tapi di pintu keluar RS, Yoon Jin yang masih kepikiran kejadian tadi, hampir saja menabrak orang.

Eun Young datang. Dia mengetuk kaca jendela Yoon Jin.

Yoon Jin kaget menatap Eun Young.

Yoon Jin bertanya pada Eun Young yang menyetir mobilnya mereka mau kemana.

Eun Young : Tidak ada tujuan. Sepertinya kau juga begitu.

Direktur Park berdiri di depan jendelanya, menatap keluar dengan tatapan kesal.

Se Yeon memberitahu apa yang dialami Yoon Jin ke dokter yang menyayangi Yoon Jin.

Se Yeon : Jika itulah yang diingat oleh Yoon Jin, itu pemalsuan retrospektif. Agar tidak begitu merasa bersalah tentang kehilangan anaknya, dia tanpa sadar menciptakan ingatan yang salah.

Direktur Park : Dia menunjukkannya di depan banyak orang.

Se Yeon : Dia berusaha melampiaskan rasa bersalahnya terhadap pasien itu. Dalam hal itu, rasa marah dan bencinya terhadap pasiennya bisa diekspresikan kapan pun. Jadi, tolong mempertimbangkan lagi soal dia kembali bekerja. Itu opini profesionalku.

Tapi dokter senior itu membela Yoon Jin.

Dokter senior : Bagaimana jika dia tidak berusaha melampiaskan rasa bersalahnya kepada orang itu? Bagaimana jika pasien itu memang menculik putrinya? Kau akan tetap berpikir kondisi mentalnya disebabkan oleh gangguan kejiwaan? Mungkin saja itu perilaku normal seorang ibu yang tidak bisa menemukan pembunuh putrinya.

Direktur Park sewot, bahkan polisi tidak bisa mengetahui alasan Min Ji meninggalkan rumah sakit pada hari itu dan ditemukan jauh sekali dengan kondisi mengenaskan.

Dokter senior : Karena tidak ada bukti, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ingatan Yoon Jin dipalsukan. Orang yang menculik putrinya bisa saja memang pasien itu. Itulah pendapatku.

Dokter senior pergi.

Direktur Park terlihat marah, Shin Sonsaeng, kau cukup andal.

Hyeon Joo palsu nampak tidur, namun dia membuka matanya saat mendengar langkah kaki seseorang mendekatinya. Langkah seorang pria, tapi dia berpikir itu Eun Young.

Hyeon Joo palsu bangun, apa lagi? Apa yang ingin kau dengar?

Dan dia terdiam melihat sosok di depannya.

Eun Young memaksa Yoon Jin bicara, kenapa Yoon Jin hidup seperti itu.

Dia mau tahu apa yang terjadi?

Yoon Jin yang enggan menjawab, pamit. Tapi Eun Young terus memaksa Yoon Jin cerita.

Eun Young : Kau punya tujuan? Kau kabur dari keluargamu. Kau tidak punya tempat lain untuk bersembunyi. Kecelakaan putrimu. Apa yang terjadi pada hari itu? Kenapa kau selalu berlagak baik-baik saja? Kau kabur, menyendiri, dan bersembunyi. Katakan jika kau bersedih atau menderita. Kenapa tidak bisa mengatakannya? Kau punya suami dan keluarga yang mau mendengarkan. Kau punya semua orang.

Yoon Jin : Jangan membicarakan hal yang tidak kau ketahui.

Eun Young : Tentu. Aku ingin tahu. Sebenarnya apa yang terjadi? Pada hari itu, di rumah sakit…

Eun Young mau cerita soal kakaknya yang hilang, tapi Yoon Jin memotong kalimatnya.

Yoon Jin : Aku tidak berhak bicara. Aku membuatnya seperti itu. Akulah yang membuat Min Ji tidak bisa kembali. Akulah orangnya.

Eun Young : Siapa pun bisa memiliki rasa bersalah yang samar…

Yoon Jin : Tidak samar, tapi itu salahku. Jika… Jika… Jika aku tidak melakukan itu kepada wanita itu, Min Ji pasti berada di sampingku saat ini.

Eun Young kaget, siapa wanita itu?

Yoon Jin akhirnya cerita.

Yoon Jin : Pada hari itu, aku bergegas karena anak-anakku. Seharusnya aku mendengarkan dia lebih lama.

Flashback…

Hyeon Joo marah pada Yoon Jin, kau ingin aku minum pil tidur, lalu pergi?

Yoon Jin berdiri. Maafkan aku. Sepertinya tidak akan membantu jika kita bicara lebih lama. Begitu sudah tenang, kau bisa kembali.

Hyeon Joo tersinggung, kau meremehkanku? Kau juga meremehkanku karena cara hidupku?

Hyeon Joo memukul kaca di sebelahnya. Yoon Jin terkejut. Darah menetes dari tangan Hyeon Joo yang terluka akibat memukul kaca.

Hyeon Joo lalu menyerang Yoon Jin. Yoon Jin berusaha menahan serangan Hyeon Joo sambil teriak memanggil Perawat Choi.

Setelah itu, Hyeon Joo melihat Yoon Jin membawa Min Joon ke toilet dan meninggalkan Min Jin sendirian.

Hyeon Joo pun membawa pergi Min Ji. Boneka Min Ji jatuh saat Hyeon Joo membawanya.

Yoon Jin mencoba mengejar Hyeon Joo, tapi dia kehilangan jejak Hyeon Joo.

Flashback end…

Yoon Jin : Wanita itu melampiaskan rasa marah dan bencinya terhadapku kepada Min Ji. Seharusnya aku bisa menangkapnya, tapi aku kehilangan dia di depan mataku.

Eun Young syok mendengarnya, wanita yang mengambil putrimu…

Yoon Jin : Kim Eun Young.

Eun Young teringat kata-kata Hyeon Joo palsu tadi.

Hyeon Joo palsu : Dia bisa saja kabur dan melakukan sesuatu karena tidak bisa mengendalikan emosinya.

Yoon Jin : Aku menggila saat berusaha mencarinya. Aku sangat ingin menemukan wanita itu, tapi juga takut kehilangan Min Joon selagi mencari wanita itu. Aku orang bodoh tidak berguna yang kehilangan anaknya, tapi aku juga ibu dari anakku yang lain. Aku ingin menjadi orang berbeda dari diriku setahun silam. Aku ingin berpura-pura melupakan semuanya. Aku harus berbohong agar bertahan hidup. Kau benar. Aku kabur.

Tangis Eun Young keluar mendengar itu. Dia tak menyangka itulah yang dilakukan kakaknya.

Bersambung ke part 2…

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like