Rose Mansion Eps 8 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Rose Mansion Episode 8 Part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. YUK Cek episode sebelumnya DISINI.

Di episode sebelumnya, ibunya Charlie ditemukan sudah tak bernyawa di dalam tangki air. Lalu seseorang menyelinap masuk ke rumah Ji Na saat Ji Na tengah tidur pulas…

Kita diperlihatkan bagaimana ibu Charlie bisa tewas di dalam tangki.

Flashback…

Ibu Charlie berjalan sendirian ke rooftop. Dia melihat tangki air. Tak lama kemudian, dia mendengar suara Charlie. Charlie pun datang, tapi dalam sosok anak kecil. Ibu Charlie memegang tangan Charlie. Tiba2 saja, mereka berada di langit. Dan tangki air, berubah menjadi menara babel.

Ibu Charlie : Astaga, benar-benar indah bukan? Apa kau tahu apa itu?

Charlie : Apa itu?

Ibu Charlie : Menara Babel. Ini adalah menara yang dibangun oleh manusia untuk berada paling dekat dengan langit.

Charlie : Betapa bodohnya. Bagaimana kau bisa mencapai langit? Ini sangat konyol.

Ibu Charlie : Aku akan pergi sejauh yang aku bisa.

Ibu Charlie pun beranjak mendekati tangki air yang dimatanya adalah menara babel. Charlie berteriak memanggil ibunya. Tapi sang ibu tidak peduli. Ibu Charlie mulai memanjat tangki air. Dia bilang, dia akan pergi sejauh yang dia bisa. Sampai puncak, tidak akan berhenti. Charlie nangis.

Kita lalu mendengar suara percikan air yang sangat keras. Ibu Charlie jatuh ke air.

Seseorang menyusup ke rumah Ji Na. Di kamarnya, Ji Na tidur pulas. Orang itu mencari sesuatu di rumah Ji Na. Lalu dia masuk ke kamar Ji Na dan tak sengaja menendang sesuatu. Ji Na bangun dan terkejut melihat orang lain di kamarnya. Orang itu lalu mengancam Ji Na dengan pisau. Dia mengenakan topeng.

“Laptop Song Ji Hyun.”

Ji Na yang takut, terpaksa menunjukkan laptop Ji Hyun.

Orang itu lalu menyuruh Ji Na menyalakan laptop Ji Hyun.

Tapi setelah menyalakan laptop kakaknya, dia membuang laptop kakaknya ke bawah.

Orang itu marah dan menyeret Ji Na keluar. Ji Na berusaha kabur tapi orang itu menendang, lalu mencekiknya, hingga ia tak sadarkan diri.

Min Soo dan rekannya memeriksa tempat hiburan tempat malam.

Si pemilik tempat menyanggah ada narkoba di tempatnya.

Rekan Min Soo : Beri tahu kami kamar mana. Kita akan tahu apa yang terjadi.

Min Soo memeriksa satu per satu kamar yang ada di sana.

Si pemilik tempat protes dan bertanya, apa mereka punya bukti ada narkoba di tempatnya.

Di kamar terakhir yang diperiksa, ada seorang pria yang merebahkan setengah badannya ke meja. Min Soo menyuruh rekannya memeriksa apa yang ada dibawah tubuh pria itu. Rekan Min Soo menyingkirkan pria itu dari meja tapi tak ada apapun.

Min Soo keluar tapi di CCTV dia melihat Nam Young tengah menginterogasi seorang pria.

Ji Na dibawa pria itu ke dalam bak. Tangan dan kakinya diikat serta mulutnya disumpel. Ji Na siuman. Pria itu mengisi bak dengan air. Ji Na menjerit dan berusaha melepaskan tali yang mengikat tangannya.

Nam Young masih berbicara dengan pria itu. Ternyata Nam Young bukan menginterogasi tapi dia mencoba membuat pria itu meniup alat untuk tes narkoba.

“Jika anda menolak untuk bekerja sama, anda akan dihukum hingga lima tahun penjara atau didenda maksimal 20 juta won.” ucap Nam Young.

“Hei, berhenti membuat saya meniup hal ini. Kau tahu. Aku hebat dalam hal menghisap. Bagaimana dengan ciuman?”

Nam Young kesal. Dia memegang leher pria itu, lalu mendorongnya dan mengeluarkan pistol setrumnya.

“Ya ampun, aku ketakutan. Saya akan mengompol. Celana saya, di sini.”

Min Soo pun datang dan menjedotkan kepala pria itu ke kaca sebuah mobil.

Nam Young berusaha menenangkan Min Soo.

Teman2 pria itu marah, mereka menyerang Min Soo. Tapi, Min Soo lebih kuat.

Pria itu ke bawah, memeriksa laptop Ji Hyun. Dia kesal karena menyadari itu bukan laptop Ji Hyun. Pria itu pun kembali ke atas. Sementara Ji Na berusaha melepaskan ikatannya. Dia menarik2 keran, karena tangannya diikatkan ke keran air.

Min Soo masih memukuli pria itu. Nam Young berusaha menghentikan Min Soo.

Nam Young : Sunbaek, kau akan membunuhnya!

Min Soo akhirnya berhenti dan memasukkan alat tes itu ke mulut pria itu.

Tapi pria itu gak mau meniup alat tes itu.

Min Soo marah, tiup, brengsek

Pria itu akhirnya meniup alat itu. Min Soo melihat hasilnya.

Min Soo : Lisensi anda akan dicabut. Tangkap dia karena menghalangi keadilan dan menyerang seorang petugas polisi.

Pria itu kesal, hei, bajingan. Kaulah yang mengalahkan kami.

Ponsel Min Soo berdering, telepon dari Ji Na.

Min Soo kaget, ada apa? Apakah sesuatu terjadi?

Min Soo pun bergegas pergi.

Pria itu kembali ke rumah Ji Na.

Dia terdiam kesal melihat Ji Na sudah lari.

Min Soo menepikan mobilnya karena melihat Ji Na terkapar di pinggir jalan. Min Soo pun segera mendekati Ji Na. Dia juga memberikan jaketnya ke Ji Na. Ji Na tampak lemas. Min Soo menggendong Ji Na ke mobilnya.

Ji Na : Kita akan pergi kemana?

Min Soo : Rumah sakit.

Ji Na : Tapi aku tidak mau. Aku takut. Aku baik-baik saja. Aku akan merasa lebih baik setelah istirahat sebentar. Aku benar-benar mati ketakutan.

Min Soo : Baiklah. Mari kita bicara dalam perjalanan kita.

Min Soo akhirnya membawa Ji Na ke rumahnya.

Ji Na sungkan masuk ke rumah Min Soo.

Min Soo : Di luar negeri, polisi melindungi orang dan barang. Tidak masalah. Ayo masuk ke dalam.

Ji Na pun masuk.

Min Soo : Anggap saja rumah sendiri.

Lalu Min Soo salting sendiri.

Min Soo : Haruskah aku menyalakan pemanas? Atau mungkin secangkir teh? Jenis teh apa yang kau suka? Aku sebenarnya tidak punya di rumah.

Min Soo ke dapur tapi dia nanya lagi.

Min Soo : Ji Na, air.. Air hangat lebih baik, bukan? Haruskah kita merawat lukamu terlebih dahulu? Pakaianmu basah kuyub?

Ji Na bilang dia ingin mandi.

Min Soo memberitahu dimana kamar mandinya.

Ji Na minta baju ganti.

Min Soo : Aku tidak punya pakaian wanita.

Ji Na pun diam. Min Soo bilang tidak apa-apa dan menyuruh Ji Na ke kamar mandi.

Selagi Ji Na mandi, Min Soo ke supermarket, membeli beberapa kebutuhan Ji Na.

Kasir memberikan Min Soo plastik putih tapi Min Soo yang malu, minta plastik hitam.

Ji Na selesai mandi dan melihat Min Soo baru pulang belanja.

Min Soo menaruh belanjaan yang buat Ji Na di atas meja. Lalu membawa dua belanjaan lain ke dapur.

Min Soo : Aku baru saja membeli beberapa kebutuhan.

Ji Na melihat belanjaan di plastik hitam.

Min Soo langsung bilang dia membelinya untuk Ji Na untuk berjaga-jaga kalau2 Ji Na memerlukannya.

Ji Na malah nangis. Min Soo langsung mendekati Ji Na dan tanya apa yang salah.

Ji Na : Itu hanya… Aku tidak pernah diperlakukan dengan baik.

Rupanya Ji Na terharu dengan perhatian kecil Min Soo.

Rekan Min Soo kesal karena Min Soo tak menjawab panggilannya. Dia masih di tempat hiburan malam.

“Kenapa dia tidak mengangkatnya? Kemana dia pergi dengan mobil? Sial, andai saja dia bukan seniorku.”

Di belakangnya, si pemilik tempat hiburan malam kesal. Tangannya masih diborgol.

“Chagiya, kapan kita pergi? Aku lapar!”

“Tidak bisakah kau tenang sedikit!”

“Bagaimana dengan motel? Ayolah, aku kelaparan!”

Ji Na mengantarkan Min Soo keluar.

Min Soo : Aku tidak akan lama di kantor polisi. Dan aku akan mampir ke rumahmu dalam perjalananku.

Ji Na : Jika ya, kata sandi kunci pintu adalah 0313.

Min Soo : Ini hari ulang tahunmu.

Ji Na : Kau tahu kapan itu?

Min Soo : Aku memiliki semua informasi pribadi anggota keluargamu di kepalaku. Aku akan segera kembali. Beristirahatlah, oke?

Min Soo pergi. Setelah Min Soo pergi, Ji Na melihat2 sekeliling rumah Min Soo.

Lalu dia masuk ke kamar Min Soo.

Min Soo memeriksa kamar mandi Ji Na.

Dia mencoba mencari tahu sesuatu.

Lalu Min Soo terdiam menatap foto Ji Na di kamar Ji Na.

Ji Na sendiri tengah menatap dua lukisan yang tergantung di kamar Min Soo.

Temennya Min Soo didatangin seorang gadis. Gadis itu adalah gadis yang meretas ponsel Ji Na dan mengawasi Ji Na sekeluarga selama ini. Tapi temennya Min Soo bersikap cuek.

Gadis itu protes, tempat ini menyebalkan.

Temen Min Soo : Pekerja paruh waktu seperti apa yang berbicara seperti itu kepada bos?

Temen Min Soo lalu menyuruh gadis itu memasak ramen.

(Kita skip aja yaa adegan temennya Min Soo sama si gadis ini)..

Hari sudah pagi. Ji Na yang tidur di kamar Min Soo, terbangun. Dia melihat ada pakaiannya di atas meja. Ji Na lalu membuka jendela dan mendapati Min Soo lagi mengurus tanaman.

Ji Na : Kau yang membawa pakaian itu untukku?

Min Soo : Ya, itu tampak seperti milikmu.

Ji Na : Terima kasih. Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan?

Min Soo : Ini? Aku lupa memindahkannya ke dalam saat musim hujan. Dan sekarang sakit.

Ji Na : Tapi kelihatannya baik-baik saja.

Min Soo : Ini, lihat. Aku akan membukanya.

Min Soo membelah batang tanamannya.

Min Soo : Batangnya basah dan busuk. Itu berarti sudah mati dari sini dan di bawah.

Lalu dia memotong akarnya.

Ji Na : Mengapa kau memotongnya? Bukankah itu akan mati?

Min Soo : Ini tidak membunuhnya tapi menyelamatkannya.

Min Soo lalu meminta bantuan Ji Na untuk menyusun batu di dalam vas besar.

Sekarang mereka sudah duduk di dalam. Batu2an kecil sudah tersusun di dalam vas.

Min Soo : Ini untuk membantunya tetap seimbang dan membuatnya cantik.

Lalu Ji Na membantu Min Soo menaruh tanaman di dalam vas. Setelah itu, Min Soo mengisi vas dengan air.

Min Soo : Ini disebut pemotongan tanaman. Dengan ini, akarnya akan tumbuh dan hidup kembali.

Ji Na : Sangat menarik. Alangkah baiknya jika manusia juga bisa melakukannya. Potong bagian yang busuk sehingga dapat tumbuh kembali.

Min Soo : Ji Na-ssi, apakah kau ingin memulai lagi?

Ji Na : Bukankah itu tidak ada gunanya? Lagipula, orang tidak bisa. Kau distigma selama sisa hidupmu. Jadi kau hidup membusuk.

Min Soo : Di mana kita harus meninggalkan ini?

Ji Na : Bagaimana di sini?

Ji Na pun menaruh tanaman itu di meja, disamping televisi.

Ponsel Min Soo kemudian berbunyi. Telepon dari Nam Young.

Nam Young : Sunbae, laptop Song Ji Hyun. Aku membukanya dan melihat sekeliling. Ada seseorang yang dikhawatirkan Song Ji Hyun.

Min Soo : Siapa?

Nam Young : Ketua asosiasi wanita di Rose Apartment.

Beralih ke Sook Ja.

Sook Ja lagi makan, tapi tiba-tiba aja pandangan di depannya kabur.

Sook Ja pun teringat pembicaraannya dengan Ji Hyun.

Flashback…

Ji Hyun tengah mencuci piring.

Sook Ja diam-diam mendekati jendela dapur Ji Hyun.

Ji Hyun yang tahu itu, menyuruh Sook Ja menampakkan diri.

Ji Hyun marah, kau pikir apa yang kau lakukan!

Sook Ja : Kita perlu bicara.

Ji Hyun : Lakukan di sana.

Sook Ja : Hei, 809. Apakah kau akan melanjutkan ini?

Ji Hyun : Aku punya nama. Berhenti memanggilku 809.

Sook Ja : Baik, maaf, Song Ji Hyun-ssi. Bukankah kau seorang peneliti? Bukankah seharusnya kau membantu kami? Ini juga untuk kebaikanmu sendiri.

Ji Hyun : Nyonya Ketua, ini adalah kejahatan.

Sook Ja : Kejahatan? Jaga mulutmu.

Ji Hyun : Kami mengikuti prosedur.

Sook Ja : Prosedur itulah masalahnya. Kau seorang peneliti, 809. Bukan walikota Seoul atau menteri Pertanahan negara.

Ji Hyun : Itu karena aku seorang peneliti dan memiliki tugas untuk melaporkan Pembangunan kembali Youngma-gu dari sudut pandang seseorang.

Sook Ja : Benar-benar peneliti yang saleh. Kau hanya tahu sedikit tentang dunia. Kerjakan pantatmu tetapi laporan itu tidak akan kemana-mana. Luangkan waktu minggu depan.

Ji Hyun : Mengapa?

Sook Ja : Lakukan saja dan berhenti berbicara kembali. Charlie ingin mengatakan sesuatu.

Ji Hyun : Dan siapa itu?

Sook Ja : Kau akan tahu jika kau datang. Ini minggu depan. Jangan muncul dan kau akan merasa menyesal.

Ji Hyun : Apa yang kau mainkan?

Sook Ja : Kita akan bicara minggu depan.

Sook Ja menutup jendela Ji Hyun. Ji Hyun kesal.

Flashback end…

Sook Ja mengunyah makanannya dengan wajah kesal.

Sook Ja : Dasar gadis kurang ajar!

Bersambung ke part 2…

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like