Red Shoes Ep 5 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Red Shoes Episode 5 Part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Cara lain untuk cari cerita spoiler Episode sebelumnya cek disini.

Sebelumnya…

Hee Kyung rapat dengan staf nya setelah membawa sepatu rancangan putrinya sendiri.

Hee Kyung ingin mendengar pendapat para staf nya.

Staf yang berbaju pink bilang, dia tidak berfikir mereka bisa membuka sepatu yang mirip.

“Jika seseorang dengan dendam menyebabkan masalah….”

Hee Kyung memotong perkataan staf nya itu, jika seseorang menyebabkan masalah? Kenapa kalian semua tidak kompeten? Cari solusi.

“Bagaimana jika kita mengubah bahan untuk bagian ini disini?” tanya staf nya yang laki-laki.

Kamera menyorot sketsa yang dipegang staf laki-laki itu.

“Jika kita mengubah bahan dan warna, itu dapat mengubah desain.” lanjutnya.

Hee Kyung tanya, ada yang mau bicara lagi. Tapi tidak ada.

Hee Kyung : Baiklah. Apa pemasaran memiliki konsep yang bagus?

Staf pemasaran bilang draft nya sudah selesai.

Ponsel Hee Kyung berdering, telepon dari Nyonya Choi.

Hee Kyung menyuruh semua staf nya keluar.

Hee Kyung : Sonsaengnim, aku sudah menunggu teleponmu.

Nyonya Choi : Kita bertemu jam 4 kan?

Hee Kyung mengiyakan.

Nyonya Choi mengerti dan berkata bahwa ‘itu’ akan ada di rumah Hee Kyung saat itu.

RALAT : Berarti ibunya Hyeok Sang namanya bukan Nyonya Choi. Untuk sementara, kita panggil ibunya Hyeok Sang,, Nyonya Kwon aja ya, sesuai marga suaminya.

Selesai bicara dengan Hee Kyung, Nyonya Choi menyiapkan uang ke dalam dua tas.

Yoon Ki Seok masuk.

Ki Seok : Nenek, kau ingin melihatku?

Nyonya Choi : Kau tahu rumah Min Hee Kyung, kan?

Ki Seok langsung masang muka sebal pas Nyonya Choi menyebut nama Hee Kyung.

Tapi kemudian dia bilang, dia akan pergi.

Nyonya Choi : Janji temu jam 4 sore. Kau tidak bisa sampai di sana lebih awal. Datang terlambat 15 menit. Dia perlu menunggu untuk menghargai nilai uang.

Ki Seok, baik nenek.

Ki Seok kemudian mengambil dua tas itu.

Nyonya Choi menyuruh Ki Seok tersenyum.

Nyonya Choi : Berhenti merengut.

Ki Seok pun keluar, masih dengan wajah merengutnya.

Nyonya Choi : Dia masih sangat naif dan tidak mengerti tentang bagaimana dunia bekerja. Bajingan itu.

Ki Seok langsung berangkat, tapi dia mampir dulu ke toserba.

Saat mau membayar minumannya, si kasir asik membaca majalah.

Dan si kasir adalah Jin A.

Ki Seok mengetuk meja.

Jin A langsung menoleh dan minta maaf pada Ki Seok.

Ki Seok tanya apa yang Jin A baca sampai Jin A serius banget.

Jin A : Ini jurusanku, desain sepatu.

Usai membayar, Ki Seok pergi.

Lalu Jin A keluar karena ada barang yang datang.

Jin A mulai mengangkat barang di depan toko.

Awalnya dia mengangkat rak botol 3 sekaligus, tapi merasa berat, sampai dia berputar2 membawanya dan menaruh di depan toko.

Ki Seok yang melihat itu di dalam mobil, tersenyum melihatnya.

Jin A : Mari kita ambil dua sekaligus. Hanya 2.

Tapi tetap saja dia keberatan.

Jin A lalu mengangkat dua dus, karena berat, dia berjalan mundur dan menabrak sepeda yang ada di belakangnya.

Jin A jatuh.

Melihat Jin A jatuh, Ki Seok langsung turun dari mobil dan mendekati Jin A.

Ki Seok : Kau baik-baik saja?

Jin A mengangguk.

Jin A menoleh ke mobil disampingnya dan kaget melihat ada goresan di mobil itu.

Jin A kaget dan bergegas mendekati mobil itu.

Jin A : Omo, omo. Apa yang aku lakukan sekarang?

Ki Seok langsung mendekati mobilnya.

Jin A menutupi goresan itu dan minta maaf dan menyebut itu gorosen kecil.

Ki Seok : Ini bukan goresan kecil.

Jin A : Aku minta maaf. Maafkan aku.

Jin A berusaha menghilangkan goresan itu dengan menggosok-gosokkan lengan bajunya ke si goresan, tapi goresannya tak mau hilang.

Ki Seok pun meminta nomor Jin A.

Dia bilang, dia akan memeriksa goresannya dan memberitahu Jin A.

Jin A minta maaf dan terus berusaha menghapus goresannya.

Ki Seok geli melihatnya.

Sekarang kita ke Jin Ho yang dapat kejutan ulang tahun dari teman-teman seprofesinya.

Jin Ho menagih hadiah ulang tahun ke teman-temannya.

Temannya tanya, Jin Ho mau hadiah apa.

Jin Ho bilang dia harus mampir ke rumah nanti dan minta teman-temannya membantunya agar dia bisa pulang sebentar.

Jin Ho bilang hanya satu jam saja dia butuh bantuan agar bisa pulang ke rumah.

Ponsel Jin Ho berdering. Telepon dari Jin A.

Jin Ho : Ya, Noona.

Jin A : Kau tidak sibuk? Apa yang sedang kau lakukan?

Jin Ho bilang dia lagi istirahat.

Jin A : Minta mereka untuk bersikap lunak padamu karena ini adalah hari ulang tahunmu.

Jin Ho : Jangan khawatir. Mereka membawakanku kue. Aku baru saja meniup lilin.

Jin A : Benarkah? Seperti anak kecil?

Jin Ho tertawa, benar. Seperti anak kecil. Aku bahkan membuat keinginan. Aku berharap mereka membiarkanku pulang nanti.

Jin A : Apa yang ingin kau makan? Galbi? Japchae? Katakan padaku semua yang kau inginkan, Jin Ho-ya.

Jin Ho : Kenapa? Jadi kau bisa mengatur meja yang penuh dengan makanan di toko serba ada?

Jin A : Maksudmu apa? Kakakmu sendiri yang akan memasak untukmu. Kau adalah adikku yang paling berharga. Tapi Jin Ho-ya, kau tahu, sepatu yang kurancang untukmu. Maaf, tapi sepatunya belum siap.

Jin Ho : Jadi itu sebabnya kau menelpon? Tidak masalah. Baik.

Usai bicara dengan kakaknya, dia bilang kakaknya sangat konyol.

Temannya ingin tahu kenapa.

Jin Ho cerita kalau kakaknya merancang sepatu untuknya dan ingin memberikannya hari ini sebagai hadiah ulang tahun.

Jin Ho : Dia meminta maaf karena sepatunya belum siap.

Salah satu teman Jin Ho bilang kalau sepatu adalah hadiah perpisahan.

Dia menyuruh Jin Ho lepas sandal.

Jin Ho pun bilang dia dan Jin A bersaudara, jadi kenapa mereka harus berpisah.

Jin Ho lalu mengajak teman-temannya makan kue.

Hee Kyung sedang berdandan saat tiba-tiba seorang gadis muda menerobos masuk ke kamarnya dan memanggilnya ‘eomma’.

Hee Kyung : Astaga, ketuklah pintu Hye Bin-ah. Berapa kali ibu harus memberitahumu?

Hye Bin tersenyum, maaf.

Hee Kyung : Wae? Kau punya sesuatu untuk dikatakan?

Hye Bin bilang dia perlu uang.

Hee Kyung : Kau punya kartu kredit.

Hye Bin : Ibu menetapkan batas.

Hee Kyung : Jadi maksudmu kartu kreditmu sudah mencapai batasnya?

Hye Bin : Itu tidak banyak. Satu tas sudah maksimal.

Tiba-tiba bel berbunyi dan Hee Kyung bilang ‘dia’ sudah datang.

Dibawah, Soo Yeon menyambut Ki Seok.

Hee Kyung pun keluar dari kamarnya.

Hee Kyung : Profesor, kau datang kali ini. Bagaimana kabarmu?

Soo Yeon yang mau pergi, pamit pada Ki Seok.

Setelah Soo Yeon pergi, Hee Kyung menyuruh Ki Seok duduk.

Hee Kyung : Apa Nyonya Choi sehat? Dia terdengar sekuat biasanya.

Ki Seok : Ya, tapi tidak sesehat dulu karena dia memiliki penyakit kronis.

Hee Kyung : Astaga, dia harus fokus pada kesehatannya. Apa dia masih menjalani cuci darah seminggu sekali?

Ki Seok : Ya.

Hee Kyung : Bagaimana dia membiarkan penyakitnya tumbuh saat dia memiliki semua uang itu?

Hee Kyung lantas menyuruh pembantu membuatkan minum untuk Ki Seok, tapi Ki Seok bilang tak perlu karena dia mau pergi.

Ki Seok lalu memberikan amplop ke Hee Kyung.

Hee Kyung pun membukanya. Isinya surat promes.

Ki Seok : Ini 700 ribu dolar tunai dan cek yang sudah lewat untuk sisanya. Dia berkata agar kau memeriksanya, lalu menandatanganinya dan mencap segelmu diatasnya.

Hee Kyung : Kenapa kau tidak istirahat dan makan buah dulu? Beri aku waktu sebentar.

Hee Kyung masuk ke kamarnya.

Setelah Hee Kyung masuk, Ki Seok melihat-lihat penghargaan yang didapat Lora juga foto keluarga Hee Kyung.

Hye Bin keluar dan menyapa Ki Seok.

Hye Bin tanya kabar Hyun Seok.

Ki Seok : Kalian masih tidak berhubungan? Kenapa tidak tanya sendiri padanya?

Hye Bin : Aku ingin tapi dia mengabaikan pesanku sepanjang waktu. Apa kau tahu kapan dia kembali ke Korea?

Ki Seok : Dia bilang akan segera datang.

Hye Bin : Benarkah?

Hee Kyung keluar.

Hee Kyung : Kau masih di rumah? Aku pikir kau akan pergi.

Hye Bin : Ibu, Hyun Seok Oppa akan segera kembali.

Hee Kyung : Apakah dia?

Ponsel Ki Seok berbunyi.

Telepon dari Nyonya Choi.

Nyonya Choi : Kau sudah pergi? Aku menyuruhmu untuk sampai di sana tepat waktu.

Ki Seok : Aku melakukannya.

Nyonya Choi : Bisakah aku berbicara dengan Min Hee Kyung?

Ki Seok pun memberikan ponselnya ke Hee Kyung.

Ki Seok bilang neneknya mau bicara.

Hee Kyung : Halo Nyonya Choi. Aku baru saja akan menelpon. Ya, tentu saja. Aku tidak pernah melakukan kesalahan, kan?

Nyonya Choi : Setiap orang membuat kesalahan sesekali. Jangan terlalu sombong.

Hee Kyung : Ya, aku tahu.

Nyonya Choi : Kirim dokumen ke Ki Seok. Sampai jumpa.

Nyonya Choi matiin panggilannya.

Nyonya Choi : Penyihir licik itu.

Seorang pria muda lagi mematut dirinya di depan cermin.

Dia terus melihat badannya dan berpose, melihat ototnya.

Tiba-tiba, dia kentut. LOL LOL

Lalu dia mendengar suara diluar dan bergegas memakai bajunya.

“Siapa itu? Eomma? Noona?”

Dia bergegas keluar dan melihat Jin A sedang membongkar belanjaan di dapur.

Jin A kaget melihat pria itu masih di rumah.

Ya, pria itu Gun Wook!!

Jin A : Kau masih di rumah?

Gun Wook bilang Jin Ho akan pulang dan dia ingin ikut merayakan ultah Jin Ho.

Jin A pun menepok-nepok bokong Gun Wook, kayak nepokin bokong anak kecil.

Jin A : Kau anak baik.

Jin A lalu memberitahu Gun Wook bahwa Yu Kyung akan datang nanti.

Gun Wook kaget, apa? Sialan. Kenapa?

Jin A : Kenapa? Aku tahu kau suka padanya. Aku sudah tahu.

Gun Wook senyum-senyum mendengarnya.

Jin A tanya, apa Gun Wook tahu berapa biaya menghilangkan goresan pada mobil.

Gun Wook bilang tergantung merek mobilnya, tapi yang jelas biayanya lumayan mahal.

Gun Wook : Kenapa?

Jin A : Tidak apa-apa.

Gun Wook lantas mencoba meminjam uang pada Jin A.

Jin A bilang dia tak punya.

Gun Wook bilang dia tahu Jin A melakukannya.

Jin A sewot, tidak! Dan apa kau tahu berapa banyak uang yang kau pinjam dariku? Mari kita bicara setelah kau membayar semuanya kembali.

Gun Wook pun melepas kacamatanya.

Gun Wook : Kesedihan generasi muda ini bergegas masuk seperti air pasang sekali lagi.

Jin A : Jika kau membutuhkan pekerjaan, setidaknya dapatkan pekerjaan manggung.

Gun Wook : Aku sakit. Aku menjalani operasi jantung. Jantungku masih sakit. Itu benar. Lihatlah.

Gun Wook membuka bajunya.

Jin A tertawa, hei. Kau sembuh berkat operasimu. Dan jika kau masih sakit, bagaimana bisa kau pergi clubbing setiap malam tanpa gagal?

Jin A mengancingkan baju Gun Wook.

Gun Wook : Jika tidak punya uang, bagaimana kartu kredit saja?

Jin A langsung meneriaki Gun Wook.

Gun Wook : Apa yang bisa kuharapkan. Kau bukan kakak kandungku.

Jin A : Apa? Beraninya kau….

Jin A memukuli dan menendang bokong Gun Wook.

Gun Wook langsung kabur dari dapur.

Gun Wook kembali ke kamarnya sambil mengomel, dia bilang Jin A terlalu ketat.

Ponselnya berbunyi. Telepon dari Yu Kyung.

Gun Wook : Halo, Jung Yu Kyung-ssi.

Yu Kyung masih bekerja di kafe.

Yu Kyung : Hei, mengapa kau tiba-tiba memanggilku Ju Yu Kyung-ssi? Apa suasana hatimu memburuk lagi?

Gun Wook : Kenapa kau menelpon?

Yu Kyung : Ini ulang tahun Jin Ho, aku akan datang. Aku tidak tahu apa yang harus diberikan untuknya di hari ulang tahunnya, jadi aku ingin bertanya padamu, chagiya.

*Chagiya? Sudah pacaran?

Gun Wook : Cari tahu sendiri.

Gun Wook memutuskan panggilan Yu Kyung.

Yu Kyung tertawa kesal, dia memutuskan panggilanku lagi.

*Kalau bener udah pacaran, tebakan mimin salah dong kalau Gun Wook bakal naksir Jin A.

Di dapur, Jin A sibuk memasak.

Dia memeriksa masakannya dan mengkoreksi rasanya.

Jin A : Sudah lezat. Sangat lezat.

Jin A lalu meregangkan otot-ototnya. Dia bilang punggung dan tangannya pegal.

Ok Kyung datang, astaga. Aku mencium sesuatu yang enak.

Ok Kyung bilang dia bergegas pulang untuk memasak makan malam ulang tahun Jin Ho

Ok Kyung : Tapi kau sudah selesai?

Jin A : Hampir. Bukankah hidungmu senang karena mencium bau daging?

Ok Kyung : Kau benar. Aku berharap setiap hari adalah hari ulang tahun Jin Ho.

Sun Hee datang.

Sun Hee : Zemma-ya.

Ok Kyung sewot dan memarahi Jin A karena mengundang Sun Hee.

Ok Kyung bilang semua hidangan bahkan kurang untuk mereka.

Sun Hee : Aku tidak akan menjauh hanya karena kau tidak mengundangku.

Sun Hee mencium bau masakan. Dia bilang harum sekali dan mencomot japchae nya pakai tangan.

Ok Kyung makin sewot. Dia bilang Sun Hee setidaknnya cuci tangan dulu.

Jin Ho mengirim pesan ke Jin A.

Jin Ho bilang dia akan sampai di rumah jam 8 malam.

Jin A memberitahu mereka kalau Jin Ho akan tiba jam 8.

Jin Ho sendiri di halte bis.

Tak lama setelah mengirim pesan ke kakaknya, bis datang.

Tapi di bis… tampak bayangan seorang pria mengambil tas penumpang dengan gerakan secepat kilat dan bergegas turun.

Bersamaan dengan pintu, Jin Ho mau naik. Dia dan pria itu sama-sama kaget.

Pria muda itu menabrak Jin Ho dan langsung kabur usai mencuri tas penumpang.

Tas yang dicuri milik seorang wanita. Wanita itu juga turun dari bis, mau mengejar si pencuri.

Tahu pria tadi pencuri, Jin Ho mencampakkan tasnya dan bergegas lari mengejar pria itu.

Jin Ho melihat si pencuri lari ke dalam gang.

Jin Ho mengikutinya tapi hanya menemukan sebuah tas di jalan gang.

Jin Ho mengambil tas itu dan berbalik, tapi tanpa dia sadari, di pencuri muncul di belakangnya.

Si pencuri menikam Jin Ho!!!

Berikutnya, kita melihat ponsel Jin Ho yang terlempar ke jalan.

Jin Ho terjatuh dengan luka di kepalanya!

Sepertinya, si pencuri menikam kepala Jin Ho.

Si pencuri merebut kembali tas itu dan pergi meninggalkan Jin Ho yang terkapar.

Ponsel Jin Ho berbunyi. Telepon dari Jin A.

Jin Ho yang terluka parah, berusaha menjawab panggilan kakaknya tapi… dia tidak mampu melakukannya.

Jin Ho akhirnya hilang kesadaran.

Jin A dan Ok Kyung langsung ke rumah sakit.

Jin A panic melihat kondisi adiknya yang berlumur darah tak sadarkan diri.

Dokter datang dan tanya siapa wali Jin Ho.

Jin A mengangkat tangannya, aku.

Dokter bilang, Jin Ho harus dioperasi jadi Jin A perlu menandatangani beberapa dokumen.

Jin A pun bergegas mengikuti dokter.

Ki Seok di kamarnya, memikirkan Jin A.

Dia tersenyum, lalu meraih ponselnya dan menghubungi Jin A.

Jin A bersama Ok Kyung di depan ruang operasi.

Mereka cemas menunggui Jin Ho.

Ponsel Jin A berbunyi. Tapi dia memilih tidak menjawabnya.

Seseorang mengetuk pintu kamar Ki Seok.

Ki Seok menoleh ke pintu. Pembantu masuk dan berkata, kalau Nyonya Choi ingin bertemu Ki Seok.

Di kamar, Nyonya Choi memasukkan uang2nya ke dalam tas.

Setelah itu dia mengambil amplop putih tebal.

Ki Seok masuk. Nyonya Choi bilang, dia ingin Ki Seok melakukan satu tugas lagi.

Tapi Ki Seok gak mau melakukannya lagi.

Nyonya Choi kaget, apa? Jika kau tidak melakukannya, kepada siapa aku harus bertanya? Setidaknya sampai aku menemukan seseorang….

Ki Seok : Aku sudah melakukannya beberapa kali. Aku tidak akan melakukannya lagi.

Nyonya Choi ingin tahu alasannya.

Nyonya Choi : Kau ingin mengajari anak dan disebut profesor lagi? Setelah kau dijebak untuk sesuatu yang keterlaluan oleh siswamu dan dikeluarkan dari sekolah? Kau masih ingin kembali ke sana? Kau sangat suka menjadi profesor, tapi kau malu dengan bisnis uang nenekmu?

Ki Seok : Nenek!

Nyonya Choi : Mereka mengatakan untuk menghasilkan uang seperti anjing dan menghabiskan seperti raja. Aku melepaskan harga diriku dan bekerja dengan sikuku untuk menghasilkan uang. Aku menyimpan uang ini dengan tidak makan apa yang kuinginkan. Tidak memakai apa yang kuinginkan dan berkorban. Terus bagaimana dengan itu? Apa aku mencuri? Aku merampok? Kenapa kau harus malu?

Ki Seok : Kau tahu bukan itu. Aku tidak ingin kau stres…

Nyonya Choi : Jangan menceramahiku! Jujur saja, akui kau malu padaku!

Ki Seok : Nenek!

Nyonya Choi : Dunia tidak semudah yang kau pikirkan. Kau tidak bisa hanya melakukan apa yang kau inginkan. Kau mungkin memandang rendah bisnis uangku, tapi orang yang menilaiku, akhirnya membungkuk kepadaku demi uangku. Reputasi, kekuasaan, politik… mereka tidak berguna tanpa uang. Kau harus sujud bahkan jika itu membuatmu sakit. Itulah uang. Itulah kekuatan uang anak nakal.

Ki Seok : Kau pikir uang lebih penting dari apapun tapi…

Nyonya Choi : Lalu… kau membiarkan gadis muda menipumu dan menikahinya karena kau dibutakan oleh cinta? Aku yakin itu menyakitkan. Tapi apakah kau pikir kau terluka sebanyak yang aku lakukan?

Ki Seok pun diam.

Nyonya Choi : Kau harus tahu bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi untuk hidup. Berhenti membuatku kesal dan baca ini.

Nyonya Choi memberikan amplop tebal tadi ke Ki Seok.

Bersambung ke part 2….

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like