Tentangsinopsis.com – Sinopsis My Perfect Stranger Episode 8 Part 1 , Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. SEBELUMNYA DISINI.
Min Soo mencekik Kyung Ae di jembatan. Kyung Ae pun menendang kaki Min Soo, untuk melepaskan diri dari cekikan Min Soo. Min Soo mau membalas. Tapi dia langsung dipukulin Kyung Ae pakai tas. Karena Kyung Ae terus-terusan mukulin dia, dia terdesak ke tepi jembatan dan tidak sengaja jatuh.
Kyung Ae panic, takut Min Soo mati. Hae Joon datang dan melompat ke bawah. Dia memeriksa tangan Min Soo. Tangan Min Soo patah.
Hae Joon dihubungi Bum Ryong. Hujan turun dengan deras. Bum Ryong menelpon Hae Joon dari telepon umum.
Dengan wajah dingin, Bum Ryong bilang dia akhirnya mati.
Hae Joon ingat saat mengantarkan Ju Young ke loket bis. Ju Young bilang, dia merasa seperti Hae Joon datang ke Woojung-ri hanya untuk menyelamatkannya. Bus datang. Ju Young mengucapkan terima kasih pada Hae Joon yang sudah membantunya.
Hae Joon : Semoga hidupmu menyenangkan sampai kau tua dan beruban. Semoga hidupmu panjang dan sehat.
Ju Young : Kau juga.
Namun kenyataannya, Ju Young ditemukan di tempat yang sama dalam kondisi sudah tak bernyawa. Entah bagaimana ceritanya Ju Young yang sudah pergi, bisa kembali ke Woojung-ri dan berakhir tewas di tepi sungai tempat Hae Joon dan Yoon Young menemukannya duduk dengan wajah ketakutan.
-My Perfect Stranger, Episode Delapan, Titik Balik-
Hujan masih mengguyur, membasahi tubuh Ju Young yang sudah terbujur tak bernyawa.
Suasana di desa Woojung-ri malam itu, seketika terasa mencekam. Hujan akhirnya berhenti. Hae Joon dan Yoon Young pun langsung berlari keluar rumah, menuju lokasi tempat Ju Young ditemukan sudah tewas.
Suara Mi Sook terdengar.
Mi Sook : Kapan kau pikir orang-orang jatuh ke dalam bahaya terbesar? Harapan bahwa kau bisa memperbaiki semua kesalahan. Delusi bahwa kau bisa membuat semua kesalahanmu hilang seolah-olah itu tidak pernah terjadi. Saat kau mabuk oleh impian semu yang manis dan menyedihkan ini, kau akan menyadari bahwa tidak ada kesalahan di dunia ini yang bisa diperbaiki.
Bum Ryong syok menatap Ju Young yang sudah meregang nyawa. Dahinya terluka karena dipukuli Hee Seob. Bum Ryong lalu meraih cincin Ju Young dari sakunya. Dia menatap cincin Ju Young dengan tangan gemetaran. Setelah itu, dia memegangi dahinya yang terluka dan kembali menyimpan cincin Ju Young di sakunya. Lalu dia jatuh terduduk sambil terus menatap jasad Ju Young.
Hae Joon dan Yoon Young tiba di jembatan.
Mereka syok melihat Ju Young sudah tewas.
Suara Mi Sook terdengar lagi. Ternyata Mi Sook ada di Kedai Teh Bong Bong. Dia memasukkan gula batu ke dalam tehnya dan berbicara dengan seseorang di depannya.
Mi Sook : Namun, saat kau menyadarinya, kau sudah dihancurkan oleh roda takdir. Yang penting adalah arahnya.
Hae Joon dan Yoon Young mendekat. Hae Joon syok melihat Ju Young yang sudah dikirimnya pergi, sekarang tiba-tiba ditemukan tewas di sungai. Yoon Young memeriksa barang-barang Ju Young. Dan dia pun menemukan kotak korek api Kedai Teh Bong Bong di dalam tas Ju Young. Yoon Young membuka kotak korek api itu dan menemukan pesan di dalamnya.
“Wanita yang membaca itu berbahaya”
Hae Joon pun marah. Dia minta Bum Ryong menjelaskan padanya apa yang terjadi.
Hae Joon : Kau pasti memanggil bapak kemari karena suatu alasan. Jelaskan kenapa kau di sini selarut ini. Katakan apa yang kau lihat dan lakukan.
Bum Ryong tak bisa jawab.
Hae Joon pun jadi curiga. Lalu dia tanya, apa Bum Ryung yang membunuh Ju Young.
Bum Ryong menyangkal sekuat tenaga.
Hae Joon bertanya alasan Bum Ryong membunuh Ju Young.
Bum Ryong ketakutan dan meminta Hae Joon menyelamatkannya.
Hae Joon : Kau masih hidup. Kau tidak butuh bantuan bapak! Kau masih hidup! Kenapa kau membunuhnya?
Bum Ryong : Aku sungguh tidak melakukannya. Bukan aku!
Dong Sik yang sudah terlelap bersama istri dan anaknya, terbangun karena bunyi telepon.
Dia terkejut usai menerima telepon.
Hae Joon menyeret Bum Ryong ke dekat jasad Ju Young.
Hae Joon : Di mana cincinnya? Kenapa dia tidak memakai cincinnya?
Bum Ryong pun menunjukkan cincin Ju Young yang ada padanya.
Bum Ryong : Ini sungguh tidak berarti apa-apa. Aku mendapatkannya darinya saat bertemu dengannya di pusat kota kemarin sore. Cincin ini tidak ada hubungannya dengan kematiannya, Pak Yoon. Aku bertemu dengannya lagi, jadi, kami bicara sebentar. Lalu aku pergi lebih dahulu. Saat kembali, aku menemukannya seperti ini. Pak Yoon, itu yang sebenarnya.
Hae Joon terhenyak. Kapan? Kapan kau melihatnya?
Yoon Young : Kemarin sore. Jika bapak memberi tahu siapa pun, polisi mungkin akan tahu bahwa aku melihatnya. Kudengar dia komunis. Mereka mungkin menangkapku karena tidak melaporkannya setelah menemuinya dua kali.
Hae Joon : Itu yang kau takutkan?
Bum Ryong : Ya.
Tak lama, mereka melihat mobil polisi dan ambulans melintas di jembatan.
Bum Ryong : Bapak sudah menelpon polisi.
Hae Joon dan Yoon Young sama-sama berpikir.
Terutama Hae Joon yang kemudian menyadari sesuatu sudah terjadi pada Kyung Ae.
Hari sudah pagi. Hae Joon melihat para warga, reporter dan petugas berwenang berkumpul di rumah kosong. Hae Joon mencoba mencari tahu. Dia masuk ke dalam TKP yang sudah dipasangi garis polisi. Samar-samar, Hae Joon melihat kaki dari jasad yang sudah terbujur di sana. Kaki itu mengenakan celana yang sama dengan celana yang dipakai Kyung Ae semalam. Hae Joon coba mendekat. Polisi berseragam yang berada di depan Hae Joon pergi karena mual. Hae Joon melihat itu jasad siapa. Dia pun syok saat melihat itu jasad Kyung Ae. Kyung Ae tewas dengan luka parah di kepala.
Hae Joon semakin terdiam saat melihat kotak korek api Kedai Teh Bong Bong diantara barang2 Kyung Ae.
Dong Sik yang juga ada di sana, terkejut melihat Hae Joon.
Yoon Young datang dan mendengar pembicaraan dua ajumma tentang jasad yang tewas.
“Sudah kuduga ini akan terjadi. Dia banyak bertingkah.”
“Tetap saja. Tidak ada orang dari desa kita yang akan melakukan hal seperti itu. Itu sangat mengerikan sampai mulut Bu Suncheon berbusa saat kali pertama melihat jasadnya.”
Reporter yang berdiri disamping kedua ajumma itu tanya, apa mereka tahu siapa wanita yang tewas itu.
Seorang ajumma menjawab, kalau wanita itu berasal dari desa mereka dan selalu memakai rok mini dan berkeliaran larut malam setelah mabuk.
“Dia putri pertama Lee dari toserba.”
Mendengar itu, Yoon Young tak bisa berpikir apa-apa lagi.
Dia jatuh terduduk dengan tangis mulai pecah.
Soon Ae terbangun karena mimpi buruk. Ya, dia trauma karena perbuatan Bum Ryong tadi malam kepadanya. Terdengar suara Ok Ja, memanggil dia dan Kyung Ae untuk makan. Soon Ae pun tak melihat sang kakak tidak disampingnya.
Soon Ae keluar. Ok Ja mengomeli Soon Ae karena masih harus memanggil Soon Ae untuk keluar saat sarapan sudah siap. Dia juga marah karena Soon Ae memutuskan langsung tidur tadi malam padahal bisa membantunya dulu. Ok Ja lalu tanya apa Kyung Ae masih tidur.
Soon Ae : Masalahnya…
Oh Bok : Astaga, dia pasti menyelinap keluar di malam hari lagi.
Soon Ae membela Kyung Ae.
Soon Ae : Dia berjanji akan pulang lebih awal.
Ok Ja : Kau masih tidak mengenal kakakmu? Kau memercayai ucapannya dan membiarkannya pergi? Anak nakal ini. Bagaimana jika dia tidur di jalan setelah mabuk lagi?
Lalu seorang pria datang memanggil Hyung Man.
Hyung Man dan Ok Ja terdiam setelah mendengar kabar itu.
Hae Joon mengajak Yoon Young pergi. Tapi kemudian, mereka melihat Hyung Man datang bersama Oh Bok. Hyung Man berlari sambil teriak memanggil Dong Sik. Dong Sik pun langsung menemui Hyung Man.
Hyung Man : Dong Sik-ah, kudengar dia di sini. Aku datang untuk menjemputnya.
Dong Sik coba menenangkan Hyung Man.
Hyung Man : Astaga, kenapa ada banyak orang di sini? Di mana Kyung Ae? Kenapa dia pergi begitu jauh?
Hyung Man berteriak-teriak, memanggil Kyung Ae.
Hyung Man : Kyung Ae-ya! Ayahmu datang.
Oh Bok langsung memegangi ayahnya yang nyaris jatuh.
Saat sibuk menenangkan Hyung Man, Dong Sik melihat ke arah Hae Joon dan Yoon Young.
Petugas menutupi jasad Kyung Ae dengan kain putih.
Melihat itu, Hyung Man langsung histeris.
Hyung Man : Kyung Ae! Mereka merampas Kyung Ae, dasar bedebah!
Tangis Oh Bok juga pecah.
Dong Sik kehilangan jejak Hae Joon dan Yoon Young.
Tak lama, rekannya datang membisikkan sesuatu yang membuatnya kaget luar biasa.
Hae Joon membawa Yoon Young ke rumahnya. Dia mengajak Yoon Young pulang, ke tempat mereka. Yoon Young menolak. Dia tanya, bagaimana nasib ibunya. Bagaimana pula dengan Hae Joon.
Hae Joon yang terpukul, akhirnya marah.
Hae Joon : Jika itu pasti terjadi, itu akan terjadi, apa pun yang kita lakukan. Kau juga melihatnya sendiri. Waktu dan tempatnya berubah, tapi orang yang sama tewas. Bukan hanya itu. Rumah kosong tempat Lee Kyung Ae ditemukan. Aku belum pernah melihatnya. Dia tidak pernah mati di tempat seperti itu. Tidak ada masa depan yang bisa kuubah dengan fakta yang kuketahui. Semuanya kembali ke awal, dan inilah akhir kita. Aku akan melakukan apa pun untuk memperbaiki mobilnya, jadi, tolong tunggu sampai saat itu.
Hae Joon masuk ke garasi. Dia mengunci diri di sana.
Sementara Yoon Young membeku di depan garasi.
Di tengah penemuan dua mayat yang cukup menggemparkan warga desa, Mi Sook berjalan dengan santainya melintasi jalan di sekitaran lokasi tempat jasad Ju Young berada. Dia berjalan, sambil memakai headphone di telinganya.
Eun Ha, Yuri dan Hae Kyung lewat. Melihat Mi Sook, Eun Ha dan Yuri langsung lari ke arah Mi Sook. Mi Sook melepas headphone nya. Eun Ha tanya, apa Mi Sook sudah mendengarnya (kasus pembunuhan). Eun Ha bilang, itu menakutkan.
Yuri : Orang gila macam apa yang melakukan ini? Mengerikan sekali.
Eun Ha : Kita tidak bisa berjalan bebas sekarang. Menakutkan sekali.
Hae Kyung menatap Mi Sook dengan wajah tegang.
Eun Ha dan Yuri beranjak duluan. Hae Kyung mau mengikuti mereka tapi dia dipanggil Mi Sook.
Mi Sook : Kenapa kau terlihat sangat serius?
Hae Kyung : Apa?
Mi Sook : Orang mungkin berpikir kau membunuhnya. Tenang. Kau membuatnya terlihat jelas.
Mi Sook lalu mengajak Hae Kyung pergi. Dia bilang, ini akan menyenangkan.
Rekan-rekan Dong Sik terkejut melihat jasad Ju Young. Mereka mengenali Ju Young sebagai gadis yang kabur dari Seoul setelah ikut demonstrasi. Mereka lalu tak habis fikir kenapa Ju Young harus tewas di Woojung-ri, padahal bukan warga Woojung-ri.
“Melihat tangannya terikat, itu pasti dilakukan oleh orang yang sama. Ke mana perginya?”
“Siapa pun bedebah itu, dia membunuh dua orang dalam semalam.”
Kepala Polisi mengambil rokoknya. Anak buahnya langsung sibuk mencari korek api. Salah satu dari mereka tanya, apa penemuan dua mayat korban pembunuhan itu akan mempengaruhi Kepala Polisi yang dicalonkan menjadi komisaris.
Kepala : Tentu saja. Kenapa tidak ada yang membawa korek api?
Kepala Polisi lalu menyuruh anak buahnya mengambil kotak korek api Kedai Teh Bong Bong yang ada diantara barang2 Ju Young.
Tepat saat itu Dong Sik datang dan memungut kotak korek api itu. Dia ingat itu juga ditemukan di TKP Kyung Ae.
Dong Sik : Bukankah ini juga salah satu barang milik Kyung Ae?
Lah Kepala Polisi gak peduli.
Kepala Polisi : Selagi kau memegangnya, kenapa tidak mengambilnya?
Dong Sik menggoyang-goyangkan kotak korek api dan coba mendengarka isinya. Lalu dia bilang kedengarannya aneh. Dong Sik membuka kotak korek api itu dan menemukan secarik pesan di dalamnya. Dia membacanya.
“Wanita yang membaca itu berbahaya.”
Kepala Polisi : Kutipan payah apa yang dia bawa?
Kepala Polisi lalu mengatakan, mereka harus segera menemukan si pelaku dan menutup kasus itu.
Kepala Polisi : Siapa pun yang bertemu Lee Ju Young dan Lee Kyung Ae. Siapa pun dengan catatan kriminal, dan gangster mana pun di kota ini. Jika ada yang mencurigakan, bawa mereka kepadaku.
Rekan2 Dong Sik mulai bergerak. Dong Sik nya malah terdiam memikirkan pesan itu.
Kepala Polisi makin sewot, kau tidak mendengarku! Jangan berniat bolos kerja lagi. Bergeraklah, Baek Dong Sik.
Dong Sik pun langsung bergerak.
Jasad Ju Young menjadi tontonan warga. Hae Kyung, Mi Sook, Eun Ha dan Yuri ikut melihat. Hae Kyung lagi-lagi menatap Mi Sook dengan tegang. Wajahnya mengisyaratkan, bahwa dia tahu sesuatu soal pembunuhan itu.
Mi Sook lalu menoleh ke sampingnya. Dia melihat Hee Seob yang menatap jasad Ju Young dengan gelisah.
Hee Seob lantas melihat Mi Sook. Mi Sook membalasnya dengan senyuman.
Yoon Young duduk di tangga, depan garasi.
Yoon Young juga pusing. Dia duduk di tangga menuju ke teras. Tiba-tiba, terdengar teriakan Soon Ae yang memanggil Yoon Young. Yoon Young makin pusing. Karena Yoon Young tak menjawab, Soon Ae memanggil Hae Joon. Namun tak dijawab juga.
Soon Ae terus berteriak, tidak ada orang di rumah? Ada yang bisa membantuku? Siapa pun, tolong… Tolong aku.
Yoon Young pun emosi dan membuka pintu.
Soon Ae pun mencoba memberitahu Yoon Young dengan terbata-bata soal Kyung Ae.
Yoon Young pun langsung memeluk Soon Ae. Dia bilang dia tahu. Dia juga minta maaf. Tangis keduanya pecah.
Soon Ae lalu memberitahu kalau ibunya bersikap aneh.
Sontak lah, Yoon Young langsung ke rumah Soon Ae. Mereka melihat Ok Ja tengah mencuci piring. Ya, Ok Ja mencuci sambil melampiaskan emosinya.
Ok Ja : Kubilang dunia adalah tempat yang menakutkan. Dia tidak pernah mendengarkanku. Kenapa dia ke sana selarut itu? Apa yang dia lakukan di sana selarut itu? Dia luar biasa. Anak bodoh itu. Sudah jelas apa yang akan dikatakan orang-orang.
Ok Ja kemudian marah karena merasa mendengar bunyi telepon.
Ok Ja : Sudah kubilang jangan sampai teleponnya berdering.
Yoon Young pun melihat ke arah telepon rumah yang sudah terjatuh ke lantai. Dia jadi cemas.
Ok Ja menyabun pisau. Tapi dia menggosoknya dengan kuat sambil mengomel.
Ok Ja : Mereka terus mengoceh soal itu karena itu bukan masalah mereka. Apa ini hanya gosip seru bagi mereka? Kenapa mereka terus menelepon?
Ok Ja lalu meringis karena pergelangan tangannya terluka kena pisau.
Soon Ae pun segera membawa ibunya ke klinik terdekat.
Yoon Young mencari Hae Joon. Tapi, pintu garasi masih dikunci Hae Joon dari dalam.
Yoon Young pun tanya, apa dia boleh bertanya.
Yoon Young : Maukah kau membuka pintu dan melihatku?
Namun, Hae Joon acuh.
Yoon Young terpaksa bicara dariluar. Dia bilang, ini tentang neneknya.
Sontak Hae Joon terkejut mendengarnya dan menatap ke arah bayangan Yoon Young di pintu.
Yoon Young tanya, apa Hae Joon tahu bagaimana dan kapan neneknya meninggal.
Yoon Young : Aku hanya tahu dia meninggal jauh sebelum aku lahir. Aku tidak pernah mendengar bagaimana atau kenapa dia meninggal. Apa ada hubungannya dengan kejadian hari ini? Jika benar, setidaknya aku ingin menyelamatkannya. Bisa beri tahu aku harus bagaimana untuk menyelamatkannya?
Tapi Hae Joon tetap acuh.
Yoon Young : Aku takut semua menjadi kacau karena aku dan semua akan berakhir seperti ini. Namun, aku menyaksikan semuanya. Aku sudah berlarian untuk menyelamatkan mereka. Perasaan mereka terhadap satu sama lain. Aku melihat itu semua. Apa itu sama sekali tidak penting? Serta hanya sampai di sini? Bagaimana bisa?
Yoon Young akhirnya marah, aku tidak percaya ini. Kecuali kita bisa kembali ke masa yang belum pernah kita temui, di mana pun kita berada, semuanya tidak akan kembali seperti semula.
Kita ke bandara, dimana seorang pria muda tengah bermain dengan seorang anak laki-laki. Di depannya, ada rubik. Pria itu menyuruh anak laki-laki memilih maju atau nundur. Anak laki-laki memilih maju.
“Baiklah. Hitung lagi.”
Anak laki2 mulai menghitung dari angka 5.
Tapi sampai di hitungan kedua, dia tercengang melihat pria muda itu berhasil menyusun rubik.
Anak laki-laki itu memberikan permennya. Dia bilang, taruhan adalah taruhan.
Tapi pria itu mengembalikan lagi permen itu kepada si anak laki-laki.
Kepala Sekolah Yoon datang. Dia celingukan, hingga akhirnya melihat si pria muda.
Kepala Sekolah Yoon : Yeon Woo-ya!
Ternyata itu Yeon Woo. Yeon Woo pun langsung memeluk ayahnya. Dia bilang, dia rindu ayahnya.
Sepanjang perjalanan, Kepala Sekolah Yoon tak berhenti menatap wajah putranya.
Yeon Woo yang tahu itu, meminta ayahnya berhenti menatapnya.
Kepala Sekolah Yoon : Ayah menunggu selama tiga tahun untuk melihat wajahmu lagi. Ayah hanya menatapmu selama 30 menit.
Yeon Woo : Aku sangat sibuk dengan kampus. Maafkan aku.
Kepala Sekolah Yoon : Astaga. Namun, nilaimu luar biasa. Ayah rasa keluarga Yoon memang pintar. Kau, ayah, dan guru yang sangat ayah sukai belakangan ini. Namanya Yoon Hae Joon. Dia juga Yoon.
Yeon Woo tercengang mendengar nama itu, Hae Joon?
Kepala Sekolah Yoon : Kenapa?
Yeon Woo : Aku suka nama itu.
Kepala Sekolah Yoon : Begitukah? Ayah bilang akan memperkenalkanmu kepadanya saat kau kembali. Dia bilang ada sesuatu yang harus diperbaiki. Kau ahli dalam hal itu. Kau yang terbaik di Korea, bukan? Ayah senang sekali.
Namun perjalanan mereka terhenti karena ada keributan di jalanan.
Kepala Sekolah Yoon melarang Yeon Woo turun. Dia lalu turun dari mobil dan melihat para polisi menangkap bedebah jalanan.
Yeon Woo sedikit syok melihat itu, selamat datang di Korea.
Hyung Man membawa Ok Ja pulang. Dia menggendong Ok Ja di punggungnya.
Yoon Young keluar pagar dan melihat keluarganya masuk ke rumah.
Tak lama, Yeon Woo datang.
Yeon Woo : Apa ini rumah Hae Joon?
Yoon Young terdiam menatap Yeon Woo. Yeon Woo langsung masuk ke dalam.
Yoon Young ikut masuk dan tanya Yeon Woo siapa.
Yeon Woo : Aku datang karena kudengar dia butuh bantuanku untuk memperbaiki sesuatu.
Yoon Young terdiam mendengar itu. Yeon Woo pun ngeh ada sesuatu yang terjadi melihat reaksi Yoon Young.
Yeon Woo : Apa aku datang di waktu yang tidak tepat? Kalau begitu, bisa berikan ini kepadanya? Akan kuperbaiki yang dia mau jika dia bisa memecahkan ini lima detik. Jika dia tidak bisa menyelesaikan kubusnya, aku harus memikirkannya. Aku suka orang pintar.
Yeon Woo meletakkan rubik yang dibawanya di atas meja dan beranjak pergi.
Ok Ja tengah menonton berita pembunuhan di televisi. Tapi tatapannya kosong.
Disebutkan bahwa hanya dalam semalam, dua wanita berusia 20-an ditemukan tewas di sebuah desa di Provinsi Gyeonggi. Warga setempat gemetar ketakutan. Sekitar pukul 06.00, warga lokal berusia 22 tahun, Lee, ditemukan tewas berlumuran darah di rumah kosong di bukit di Woojung-ri, Woojung-eup, Woojung-gun. Warga yang tinggal di dekatnya menemukan jasadnya dan melaporkannya ke polisi….
Ok Ja lalu memutar kaset video Miss Korea 1987.
Dia tersenyum pahit menontonnya.
Lalu dia menoleh ke meja makan dan teringat saat Kyung Ae berjanji kepadanya, akan membelikannya mantel bulu jika menjadi Miss Korea.
Namun dia malah memarahi Kyung Ae. Kyung Ae kesal dan bertanya2, kenapa tidak ada yang percaya kepadanya. Kyung Ae lalu meminta sedikit bantuan kepada ibunya agar bisa menjadi Miss Korea. Dia mau minjam uang tapi belum sempat ngomong, Ok Ja meneriakinya dengan mengatakan mereka sudah bangkrut.
Lalu Ok Ja menoleh ke depan tangga. Kyung Ae turun dari tangga dan memeluknya setelah ia mengantarkan Soon Ae dan Hyung Man ke depan. Kyung Ae bilang dia serius. Bahkan jika dia tidak menjadi Miss Korea, dia akan tetap membelikan sang ibu mantel bulu.
Ok Ja : Ada apa denganmu? Kenapa kau terus membahas mantel bulu?
Kyung Ae : Ingat itu? Sudah lama sekali… Siapa namanya? Ya. Tetangga kita, ibu Seung Jin. Ibu sangat iri dengan mantel cerpelainya.
Ok Ja : Maksudmu keluarga yang pindah saat usiamu sembilan tahun?
Kyung Ae : Ya. Sejak saat itu, impianku adalah membeli mantel bulu yang sama untuk Ibu. Tunggu. Tidak. Membelikanmu mantel yang lebih cantik adalah impianku. Kurasa aku hampir mewujudkan impianku sekarang. Jadi, tunggu saja, Nyonya Ok Ja.
Ok Ja tersenyum mendengarnya. Kyung Ae mau mencium Ok Ja, tapi Ok Ja langsung melepaskan pelukan Kyung Ae karena Oh Bok datang. Ok Ja pun ke depan mengantarkan Oh Bok.
Ok Ja merasa bersalah karena tidak bersikap baik kepada Kyung Ae.
Ok Ja : Ibu yang tidak berperasaan. Kau seharusnya memeluknya. Saat ada kesempatan, kau seharusnya memeluknya sepuasmu.
Ok Ja lalu pergi dan membiarkan TV menyala.
Soon Ae keluar dari kamar dan menemukan TV menyala tanpa siaran tapi ibunya tak ada. Dia langsung memanggil2 ibunya. Namun, dia mulai cemas saat melihat pintu rumah terbuka.
Hyung Man keluar dari kamar dan tanya ada apa karena mendengar teriakan Soon Ae.
Hyung Man, Oh Bok dan Soon Ae langsung keluar mencari Ok Ja. Mereka teriak memanggil Ok Ja. Yoon Young yang mendengar itu, terkejut. Dia mau keluar tapi Hae Joon tiba-tiba keluar dari garasi. Hae Joon pun bergegas keluar pagar. Matanya dan mata Hyung Man beradu sebentar. Hae Joon kemudian berlari secepat mungkin. Yoon Young dan yang lain mengikuti Hae Joon.
Ok Ja ingin bunuh diri! Dia sudah berada di tepi tebing. Tepat saat akan melompat, Hae Joon datang.
Hae Joon : Tidak, Bu. Kumohon. Tolong jangan lakukan itu. Anda harus bertahan. Aku tahu anda menderita. Namun, jika anda menyerah sekarang, anak-anak anda, Soon Ae dan Oh Bok, akan hidup tanpa ibu mereka setidaknya selama 40 tahun.
Ok Ja menatap Hae Joon dengan tatapan putus asa.
Hae Joon : Tidak, akan lebih dari itu! Anda pikir bisa beristirahat dengan tenang jika tahu apa yang akan Anda lakukan kepada mereka. Keputusan anda akan memengaruhi banyak orang. Jadi, bilang kepadaku bahwa anda bisa mengatasi ini dan melaluinya.
Ok Ja akhirnya nurut. Hae Joon membantu Ok Ja turun.
Yoon Young dan yang lain datang.
Hyung Man, Soon Ae dan Oh Bok langsung memeluk Ok Ja. Mereka menangis bersama.
Yoon Young berkaca-kaca menatap Hae Joon.
Hae Joon dan Yoon Young pulang. Hae Joon membukakan pagar dan Yoon Young masuk. Tapi, Yoon Young ingin mengatakan sesuatu kepada Hae Joon namun tidak bisa. Hae Joon yang paham perasaan Yoon Young, menawarkan diri untuk menjadi sandaran Yoon Young. Dia mengajak Yoon Young berpelukan sebentar. Dia bilang begitu banyak hal terjadi hari ini.
Tanpa basa basi, Yoon Young langsung memeluk Hae Joon dengan erat.
Dalam pelukan Hae Joon, Yoon Young mencoba menahan tangisnya.
Hae Joon balas memeluk Yoon Young.
Tak lama kemudian, Yoon Young melepas pelukannya dan menatap Hae Joon.
Yoon Young : Kau akan mencobanya lagi, bukan? Menangkap pelakunya dan menyelamatkan korban ketiga juga.
Hae Joon : Ini tidak mungkin akhirnya. Aku tidak ingin kita menjadi orang asing.
Yoon Young memberitahu Hae Joon kalau tadi ada yang datang nyari Hae Joon.
Mereka menatap rubik di atas meja.
Yoon Young : Dia agak aneh.
Hae Joon : Apa katanya tadi?
Yoon Young : Dia bilang akan memperbaikinya jika kau selesaikan dalam lima detik.
Yoon Young terkejut melihat Hae Joon udah selesai menyusun rubik begitu ia selesai bicara.
Yoon Young : Apa itu tadi? Kau sungguh akan memintanya memperbaikinya?
Hae Joon : Aku bisa meminta itu kepadanya. Pada akhirnya, kita harus kembali, meski bukan sekarang.
Yoon Young : Siapa dia? Tidak apa-apa menunjukkan mobilnya?
Hae Joon : Aku tahu cara menanganinya. Dia ayahku.
Yoon Young : Begitu rupanya.
Tapi kemudian, Yoon Young kaget.
Yoon Young : Apa?
Bersambung ke part 2…