My Perfect Stranger Eps 1 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis My Perfect Stranger Episode 1 Part 1 , Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.

Seorang pria mengendarai mobilnya dibawah hujan deras. Kita mendengar narasi pria itu.

“Jika diingat kembali, itu benar-benar malam yang aneh. Semua hal tentang hari itu berjalan salah dengan cara yang paling alami. Serta itu tidak terjadi setiap hari. Cuaca sialan, GPS gila dan ponselnya.”

Pria itu tiba-tiba tersesat. Kendaraannya keluar dari jalur GPS.

Kamera menyorot ponsel, serta kartu pegawai pria itu.

Pria itu bernama Yoon Hae Joon. Dia reporter KSBC.

Hae Joon menenggak minuman dinginnya. Tiba-tiba, sebuah cahaya muncul, menyilaukan mata Hae Joon. Hae Joon terkejut dan langsung menginjak rem. Narasi Hae Joon terdengar kembali.

Hae Joon : Saat itulah itu muncul di depanku.

Hae Joon masuk ke terowongan. Cahaya menyilaukan itu berasal dari sebuah mobil merah tak bertuan. Hae Joon heran tiba-tiba ada mobil di sana. Ditambah lagi, pintu mobil itu terbuka dengan lebar. Kamera menyorot plat mobil itu. Mobil itu berplat “Seoul M0508”.

Hae Joon melihat-lihat ke dalam mobil. Dan dia menemukan buku panduan menjelajah waktu di sana.

Narasi Hae Joon terdengar lagi.

Hae Joon : Di sana, panduan menjelaskan cara menggunakan mesin waktu. Mesin waktu yang muncul di novel atau film. Aku sudah menjadi reporter selama tujuh tahun. Aku hanya mengejar fakta. Jadi, itu hanya fantasi bagiku. Aku tidak berniat mengambil peran utama dalam fantasi yang tidak masuk akal.

Hae Joon menaruh lagi buku panduan itu di sana. Kemudian dia beranjak menuju mobilnya, tapi rasa penasaran, membuatnya mencoba mobil itu.

Saat itu, tahun 2021. Hae Joon pun mulai menyetel ke tahun 3089. Setelah itu, dia menyetel kopling dan mulai melajukan mobil. Mobil itu seketika menghilang. Hae Joon melakukan perjalanan waktu. Tak lama kemudian, mobil kembali muncul dari arah yang berlawanan.

Hae Joon tertawa tidak percaya.

Narasi Hae Joon terdengar lagi.

Hae Joon : Tahun 3089. Kau ingin tahu apa yang kulihat pada tahun 3089? Bukan itu bagian pentingnya. Namun, setelah itu.

Hae Joon lantas melakukan perjalanan waktu lagi ke tahun 2037.

Hujan berhenti, berganti dengan cuaca yang cerah. Tak lama, Hae Joon kembali muncul dari arah yang berlawanan. Namun, sekembalinya dari tahun 2037, Hae Joon nampak terdiam.

Narasi Hae Joon kembali terdengar.

Hae Joon : Apa yang kulihat di tahun 2037? Bagaimana aku bisa memahami apa yang kulihat di sana?

Hae Joon tengah bercerita kepada sepasang bocah.

Sepasang bocah itu ingin tahu apa yang Hae Joon lihat di tahun 3089. Sambil menjilati es krim mereka, bocah itu mendengar cerita Hae Joon.

Hae Joon : Entahlah. Omong-omong, setelah insiden itu, hidupku mulai kacau.

Hae Joon lalu menatap kedua bocah itu.

Hae Joon : Lihat, aku menceritakan kisah konyol ini kepada kalian.

Mereka bertiga duduk di depan supermarket. Hae Joon menjilati es krimnya.

Kedua bocah itu saling berbisik, mengatai Hae Joon gila.

Di dekat mereka, ada spanduk yang bertuliskan ucapan selamat karena telah menjadi tuan rumah untuk Olimpiade Seoul 1988.

Kedua bocah itu karena merasa kasihan kepada Hae Joon, akhirnya tetap mendengar cerita Hae Joon. Hae Joon lalu tanya, apa bocah itu membawa bendak yang dia berikan tadi.

Bocah laki2 mengangguk dan menunjukkan kertas yang dia pegang.

Hae Joon : Aku akan kembali dan melunasi tagihannya nanti. Makanlah sebanyak yang kau mau. Sampai jumpa 15 menit lagi.

Hae Joon mengambil botol air nya dan beranjak pergi.

My Perfect Stranger Episode 1, Entah Bagaimana di Tahun 1987

Hae Joon berdiri.

Dia mau pergi tapi menonton berita sebentar tentang remaja yang kecanduan lem super.

Para orang tua warga Desa Woojung-ri tengah makan-makan di pinggir sungai. Lee Hyung Man, salah seorang warga, mengatakan kepada mereka, bahwa desa mereka terpilih sebagai desa bebas kejahatan 5 tahun berturut.-turut.

Hyung Man menunjukkan teko yang dipegangnya.

Hyung Man : Astaga, kita punya air bersih. Di sini damai. Bukankah ini tempat tinggal yang bagus? Kalian setuju, bukan? Mari kita minum, Semuanya.

Ok Ja menatap Hyung Man.

Ok Ja : Apa dia memenangi penghargaan? Yang benar saja. Dia suka menjadi pusat perhatian.

Hyung Man mengenalkan seseorang.

Hyung Man : Dia memainkan peran terbesar dalam membuat desa kita menjadi tempat tinggal yang bagus. Dia dihormati oleh semua orang di desa kita. Dia cahaya kita. Izinkan aku memperkenalkan Kepala Sekolah Yoon Byung Gu dan pimpinan komite kita!

Kepala Sekolah Yoon pun terpaksa maju dan mengatakan sesuatu.

Kepala Sekolah Yoon : Astaga. Terima kasih. Aku tidak melakukan apa pun. Pertama, aku harus berterima kasih kepada orang-orang baik di desa kita dahulu. Kedua, terima kasih kepada anak-anak kita karena tumbuh menjadi orang baik.

Hae Joon tahu-tahu muncul dan menyela kalimat Kepala Sekolah Yoon.

Hae Joon : Itu tidak benar. Kalian saling percaya begitu saja padahal hanya tahu sedikit tentang satu sama lain. Pantas saja kalian berakhir dalam tragedi.

Hae Joon lalu melihat jam nya.

Hae Joon : Sekitar 30 detik kemudian, kalian akan mendengar teriakan dari bukit di belakang. Enam remaja nakal akan mulai berlari ke enam arah berbeda. Mereka semua akan teler lem super. Serta mereka bertiga adalah gadis-gadis dari desa ini.

Hyung Man tak percaya dan memarahi Hae Joon.

Hyung Man : Apa yang dia bicarakan? Beberapa anak dari desa kita teler karena lem super?

Hae Joon : Seorang reporter TV mendapat informasi sebelum insiden itu. Reporter itu datang jauh-jauh dari Seoul. Reporter itu akan tiba lima menit lagi. Jadi, waktu kalian sekitar 4 menit 30 detik. Kalian harus memperbaiki ini sebelum reporter tiba.

Hyung Man : Siapa kau? Sepertinya kau bukan dari sini. Beraninya kau mengganggu piknik dan membuat tuduhan absurd?

Hae Joon : Kim Hae Kyung, senior dari Kelas Satu di SMA Woojung.

Orang tua Hae Kyung kaget nama putrinya disebut.

Berikutnya, Hae Joon menyebutkan nama Lee Eun Ha dan Park Yu Ri.

Hae Joon : Kalian yakin ingin mengambil risiko ini? Menurut UU Pengendalian Bahan Kimia Beracun…

Tak lama, terdengar teriakan dari belakang bukit. Semua kaget.

Hae Joon menatap jamnya, apa sudah 30 detik?

Kepala Sekolah Yoon akhirnya mengajak yang lain untuk mempercayai Hae Joon demi anak-anak mereka.

Hae Joon ke bukit. Salah seorang gadis tiba-tiba berlari kencang sambil memegang kresek hitam. Hae Joon menangkap gadis itu. Dia lalu memberi gadis itu air. Dia bilang, air di sana masih bersih dan menyuruh gadis itu minum. Tapi gadis itu malah terpesona melihat wajah Hae Joon yang tampan. Dia senyum2 dan tanya siapa Hae Joon.

Hae Joon : Kehilangan pijakan di tebing di sana dan mengakhiri hidupmu di usia 19 tahun adalah takdirmu. Aku baru saja mengubah takdirmu.

Gadis itu berteriak, mengatakan, Hae Joon tampan sekali.

Gadis itu mau memeluk Hae Joon. Hae Joon mendorong kepala gadis itu dengan telunjuknya. Orang tua gadis itu muncul. Gadis itu Eun Ha. Mereka bergegas membawa Eun Ha pergi.

Kepala Sekolah Yoon mencium sesuatu di dalam kresek hitam yang tadi dibawa Eun Ha. Sontak, dia langsung menjauhkan hidungnya dari kresek itu.

Seorang gadis lagi muncul digendong warga lain.

Kakek-nenek gadis itu muncul. Gadis itu Park Yu Ri. Yu Ri pun langsung dibawa pergi oleh kakek-neneknya.

Hae Joon pun mencari gadis yang satu lagi, Kim Hae Kyung.

Kepala Sekolah Yoon dan Hyung Man menatap kepergian Hae Joon dengan heran.

Hae Kyung duduk di tepi tebing. Hae Joon datang.

Hae Joon : Kau ingin aku mendorongmu? Kau yang membujuk orang lain untuk mengendus lem super. Kau mungkin membuat dirimu terlihat seperti dalam bahaya, tapi yang lain yang menderita kematian. Aku tidak mau membantu berandal yang membunuh dua teman mereka. Jadi, beri tahu aku jika itu yang kau inginkan. Aku akan mendorongmu.

Hae Kyung kesal melihat Hae Joon. Dia mengatai Hae Joon brengsek, lalu menyuruh Hae Joon pergi.

Namun Hae Joon terus menatap Hae Kyung.

Hae Kyung pun berdiri. Tapi kakinya terpeleset. Melihat itu, Hae Joon pun langsung lari ke arah Hae Kyung. Artikel koran yang dibawa Hae Joon jatuh ke tanah saat Hae Joon berlari. Artikel itu tentang tewasnya dua remaja dari sepuluh remaja yang mengendus lem super.

Warga desa datang dan melihat Hae Joon yang berusaha menarik Hae Kyung ke atas.

Tak lama, Hae Joon berhasil menarik Hae Kyung ke atas. Warga desa lega.

Hae Joon menasihati Hae Kyung.

Hae Joon : Kau pikir hidupmu sulit karena ibumu berbeda.

Hae Kyung : Apa? Apa yang dia tahu?

Hae Joon : Ibumu hidup untukmu meski kau agak berbeda. Jadi, jangan pernah melakukan hal seperti ini dengan teman-temanmu. Mengerti? Aku juga tidak mau.

Hae Joon berdiri dan terus menasihati Hae Kyung.

Hae Joon : Bahkan tanpamu, ada banyak orang yang harus diselamatkan di desa ini.

Hae Joon pergi. Para warga mendekati Hae Joon.

Mereka memuji Hae Joon.

Hae Joon dan warga desa bergegas pergi. Dalam perjalanan, mereka melihat kehadiran reporter yang tengah meliput. Kepala Sekolah Yoon menyuruh yang lain diam. Para orang tua langsung membekap mulut anak-anak mereka yang masih mabuk. Seorang dari mereka mengambil kresek hitam yang tadi dibawa Eun Ha dan bergegas pergi.

Reporter yang datang, kebingungan mencari jejak Eun Ha, Hae Kyung dan Yu Ri.

Dia bertanya-tanya, dimana para remaja itu.

Mereka kembali ke pinggir sungai, tempat mereka tadi makan-makan.

Para orang tua memarahi anak-cucu mereka yang mabuk karena lem super.

Kepala Sekolah Yoon bertanya, bagaimana mereka harus berterima kasih kepada Hae Joon.

Hae Joon bilang, itu hanya sekali.

Lalu dia menatap ketiga remaja nakal itu.

Hae Joon : Mereka masih muda, jadi, kalian harus merangkul dan memandu mereka dengan baik. Itu yang harus dilakukan orang dewasa.

Kepala Sekolah Yoon : Seolah-olah kau membaca pikiranku.

Hae Joon merapatkan mulutnya menatap Kepala Sekolah Yoon.

Hyung Man ingin tahu bagaimana Hae Joon bisa tahu soal masalah lem super itu.

Hyung Man : Waktu yang tepat saat sesuatu akan terjadi. Kau tepat waktu.

Dua bocah tadi datang.

Kepala Sekolah Yoon memanggil nama mereka.

Kepala Sekolah Yoon : Young Ho, Young Soon.

Young Ho bilang Hae Joon menjatuhkan sesuatu. Dia lalu mengembalikan kertas itu kepada Hae Joon. Hae Joon pura-pura tanya, benarkah? Lalu Hae Joon membuka kertas itu. Ternyata itu sertifikat mengajar. Hae Joon pun dengan sengaja menunjukkan sertifikatnya kepada warga.

Hae Joon : Ini bisa saja buruk. Sebenarnya aku menjatuhkan ini.

Kepala Sekolah Yoon : Pak Yoon Hae Joon? Kau seorang guru?

Hae Joon : Ya.

Young Soon : Kebetulan, dia pindah ke desa kita dari Seoul.

Kepala Sekolah Yoon : Dengar. Maaf aku menanyakan ini, tapi apa kau sudah menemukan posisi barumu?

Hae Joon : Belum.

Kepala Sekolah Yoon : Ada lowongan di sekolah yang kukelola.

Hae Joon : Kebetulan sekali. Aku mengajar bahasa Korea.

Hae Joon dan Kepala Sekolah Yoon berjabat tangan.

Narasi Hae Joon terdengar, begitulah aku memulai kehidupan palsuku di desa itu pada tahun 1987.

Besoknya, Hae Joon keluar dari kantor guru membawa tongkat kayu dan buku Bahasa Korea. Dia berjalan dengan santai di koridor sekolah. Tapi tiba-tiba, dia dikejutkan dengan murid-murid cewek yang berlari ke arahnya. Hae Joon pun langsung kabur dari kejaran murid-murid cewek itu.

Berikutnya, kita diperlihatkan dengan Hae Joon yang lagi sibuk pindahan.

Saat lagi sibuk-sibuknya mengawasi petugas angkut barang, Hae Joon melihat dia lagi diperhatikan oleh Hyung Man sekeluarga.

Hae Joon hanya tersenyum aneh lalu masuk ke dalam halamannya.

Narasi Hae Joon terdengar.

Hae Joon : Aku menjadi guru yang tidak pernah kuinginkan. Serta aku membeli rumah di pedesaan, yang tidak pernah kuinginkan. Begitulah aku menghabiskan sebulan penuh. Kenapa aku harus melakukan itu?

Hae Joon lalu pergi dengan mobil merahnya.

Hae Joon pun kembali ke tahun 2021.

Alasan Hae Joon melakukan semua itu diperlihatkan.

Hae Joon menemui seorang narapidana.

Hae Joon : Kasus pembunuhan berantai Woojung-ri yang terjadi pada tahun 1987. Orang-orang yang kau bunuh 34 tahun lalu masih hidup di sana.

Narapidana itu bilang dia tidak membunuh mereka.

Hae Joon : Aku tahu. Itu sebabnya aku ke sana untuk mencari pelaku sebenarnya. Dengan begitu, kita berdua bisa menyintas.

Narapidana sontak terkejut dan bertanya apa maksud Hae Joon.

Hae Joon berdiri, kau boleh pulang besok pagi, bukan? Sampai jumpa di Woojung-ri. Akan kuberi tahu apa yang kubicarakan. Jadi, pastikan untuk tetap hidup sampai besok pagi.

Hae Joon pun pergi.

Hae Joon kemudian berjalan menyusuri jalanan sambil membaca berita di internet tentang pelaku dari kasus pembunuhan berantai Woojung-ri yang akan dibebaskan besok.

Namun sebelum berita itu, ada berita tentang pelaku yang bunuh diri. Namun, berita tersebut berubah, menjadi si pelaku yang akan dibebaskan besok.

Paginya, orang-orang di halte sibuk melihat sesuatu di ponsel mereka.

Baek Yoon Young muncul. Dia ke halte dengan terburu-buru. Tangannya memegang dokumen.

Tak lama, bis datang. Yoon Young bergegas masuk.

Di bus, Yoon Young merevisi dokumen yang dia bawah. Itu bukan sembarang dokumen. Itu adalah naskah. Tak lama, ponsel Yoon Young berbunyi. Pesan dari pimpinan redaksinya.

Pimpinan redaksi : Di mana kau, Yoon Young? Kau dalam perjalanan, bukan? Aku tahu ini hari liburmu, tapi dia hanya mencarimu.

Yoon Young membalas, aku hampir sampai. Aku tahu aku tidak akan bisa beristirahat.

Yoon Young yang kesal, melahap cemilannya.

Di tengah keribetannya, sang ibu menelponnya.

Yoon Young menjawab dengan ketus, ada apa lagi? Kali ini video? Tentang apa?

Sang ibu : Kau tahu video itu. Yang kau nyanyikan dengan sangat manis saat masih kecil. Ibu khawatir karena itu mengadat terus. Kau bilang itu bisa diubah menjadi fail untuk diska lepas.

Yoon Young : Baiklah. Akan kulakukan untuk Ibu lain kali.

Sang ibu : Sudah lebih dari setahun sejak kau berjanji melakukan itu.

Yoon Young : Aku bukannya sengaja melupakannya.

Sang ibu : Kau masih sibuk? Kau pasti sangat lelah. Tetap saja, kau akan pulang, meski sudah larut, bukan?

Yoon Young : Malam ini?

Yoon Young memencet tombol disampingnya dan bus seketika berhenti. Yoon Young turun dari bus dan mengomel pada ibunya.

Yoon Young : Kenapa kita harus selalu merayakan ulang tahun ayah? Ibu bahkan tidak pernah mendapat bunga di hari ulang tahun Ibu. Dia bahkan tidak pulang secara teratur. Hanya ada kita berdua meski kita menyiapkan makanan untuknya.

Sang ibu yang duduk di depan televisi membela suaminya.

Sang ibu : Itu karena dia sibuk.

Yoon Young tambah kesal, melakukan apa? Minum dan berkelahi dengan teman-temannya?

Sang ibu : Ayolah. Jangan seperti itu. Ibu akan membuat banyak hidangan lezat. Ibu akan membuat japchae, kesukaanmu.

Yoon Young : Jangan repot-repot. Aku tidak akan datang. Aku akan mengirimkan uang lagi. Ibu harus membeli pakaian baru dan menghirup udara segar. Berhentilah menonton video lama. Ini menyebalkan. Aku akan menutup teleponnya.

Yoon Young menghadiri jumpa pers seorang novelis bernama Ko Mi Sook.

Mi Sook : Jadi, kau bertanya kenapa pembunuh di novelku hanya wanita? Entahlah. Kurasa kau tidak merasa aneh wanita tua sepertiku menulis novel. Seperti pria mana pun bisa melakukan pembunuhan, wanita mana pun bisa melakukan pembunuhan brutal. Aku hanya memilih cerita yang lebih familier untuk ditulis ke dalam novel.

Si pemandu acara menunjukkan novel pertama Mi Sook yang berjudul Small Door.

Pemandu acara : Ini novel pertamamu yang dirilis pada tahun 1987, Itu satu-satunya cerita yang tidak ada pembunuhnya.

Melihat itu, Mi Sook langsung berubah gugup dan memegangi kalungnya.

Yoon Young menyadari hal itu.

Pria di sebelah Yoon Young berkata, itu dia, novel favorit Yoon Young.

Yoon Young : Benar. Itu mendorongku ke neraka ini. Itu novel yang kusukai sekaligus kubenci.

Kembali ke Mi Sook yang masih diwawancara soal Novel Small Door.

Pemandu acara : Kau menulis ini saat usiamu baru 19 tahun.

Mi Sook : Bukankah membosankan membicarakan masa lalu? Daripada membicarakan itu, aku ingin memperkenalkan orang terpenting dalam hidupku sekarang.

Mi Sook memperkenalkan Yoon Young.

Mi Sook : Di belakang sana. Kalian lihat wanita bersinar di belakang? Dia editor penanggung jawab yang kusebutkan tadi. Dia juga belahan jiwaku. Sebagian besar kesuksesanku adalah berkat kerja kerasnya.

Orang2 pun memberikan applause kepada Yoon Young.

Yoon Young membawakan barang2 Mi Sook ke mobil.

Mi Sook yang sudah di mobil, mengamuk. Dia melemparkan sepatunya ke arah Yoon Young.

Mi Sook : Astaga, aku tidak percaya ini. Siapa yang merencanakan ini? Aku bahkan tidak bisa menulis dengan baik belakangan ini, dan mereka menyuruhku datang dan menjawab pertanyaan konyol. Sampai kapan mereka akan mengoceh tentang novel lama? Ada banyak novel lain yang terjual lebih dari satu juta kopi. Serta mereka masih membicarakan karya pertamaku yang payah!

Yoon Young : Ayolah. Kau meremehkan karyamu lagi. Kau tidak tahu berapa banyak orang menjadi penggemar karena novel pertamamu? Aku penggemar pertamamu. Tanpa dialog dari novelmu, aku pasti…

Mi Sook : Hei, kau pikir aku tertarik dengan ceritamu?

Yoon Young langsung berhenti mengoceh dan tanya apa Mi Sook mau kembali ke studio?

Mi Sook : Biarkan aku menghilangkan stres.

Mi Sook membuat panggilan.

Mi Sook : Halo. Putri ibu.

Mi Sook kemudian menatap galak Yoon Young.

Yoon Young mengerti.

Yoon Young : Aku akan segera menyalakan mobilnya.

Ibu Yoon Young ada di dalam toko sepatu di sebuah mal. Dia tengah melihat2 sepatu sambil mengomel atas perilaku Yoon Young.

Ibu Yoon Young : Dia dingin sekali. Apa aku meminta uang darimu? Aku hanya ingin melihat wajahnya. Aku menonton ulang videonya karena tidak punya uang.

Ibu Yoon Young tertarik sama sepatu merah. Tapi pas melihat harganya, dia terkejut karena harganya mahal. Ibu Yoon Young lalu melihat sepatu yang lebih murah. Saat tengah melihat sepatu, Yoon Young melintas. Baik Yoon Young maupun ibunya sama2 tidak menyadari kehadiran satu sama lain.

Yoon Young nampak terburu-buru mendekati Mi Sook yang tengah melihat-lihat sepatu. Dia minta maaf karena membuat Mi Sook menunggu lama. Yoon Young juga membawakan beberapa belanjaan Mi Sook. Mi Sook memberikan kode ke Yoon Young. Yoon Young paham dan meminta ukuran 36 ke pegawai. Setelah itu, Yoon Young mengikuti Mi Sook ke tempat duduk. Yoon Young menaruh belanjaan Mi Sook di atas meja.

Mi Sook : Bagaimana dengan restorannya?

Yoon Young : Aku memesan tempat di seberang jalan. Kau bisa pergi begitu Yi Na tiba di sini. Aku sudah mengirimkan lokasinya kepada Profesor Park.

Mi Sook : Kau lihat perkenalan yang kukirimkan?

Yoon Young : Kau tidak lihat lingkaran hitam di sini? Itu sangat menarik hingga aku terjaga semalaman.

Mi Sook : Itu bagus. Kali ini tidak akan tercabik-cabik. Kau benci kalimatku.

Kita diperlihatkan flashback ketika Yoon Young merevisi naskah di bus tadi.

Ternyata itu naskah Mi Sook.

Flashback end…

Yoon Young : Tidak. Kenapa kau bilang begitu?

Mi Sook memegangi kalungnya lagi. Dia kesal.

Mi Sook : Itu diterima dengan baik hanya saat kau meninjaunya, jadi, aku tidak bisa mengeluh. Siapa pun bisa mengeditnya.

Yoon Young : Tentu saja. Semua itu ditulis olehmu.

Pegawai datang membawa ukuran 36.

Yoon Young langsung mengambil sepatu itu dari tangan pegawai dan menunjukkannya ke Mi Sook.

Yoon Young : Pekerjaan ini akan sukses. Firasatku bagus.

Yoon Young membantu Mi Sook memakai sepatu itu.

Yoon Young : Orang bilang sepatu bagus membawamu ke tempat bagus.

Mi Sook melirik sepatu jelek Yoon Young.

Mi Sook : Lalu kenapa kau memakai sepatu itu?

Yoon Young hanya tersenyum.

Yoon Young beranjak keluar dari dalam toko sambil menenteng belanjaan Mi Sook. Di luar, dia terdiam sejenak memandangi sepatu lusuhnya. Yoon Young lalu melihat penampilannya di cermin.

Tiba-tiba, dia mendengar suara-suara kehebohan. Yoon Young menoleh. Ternyata kerumunan ibu-ibu yang lagi berebut barang diskon. Yoon Young terkejut melihat ibunya terjatuh dari kerumunan. Dia mau mendekati ibunya tapi Mi Sook datang dan menghentikan langkahnya.

Mi Sook : Ini seperti pasar loak. Kenapa mereka meributkan sepatu norak yang sedang diskon?

Ibu Yoon Young lantas berdiri dan membersihkan syal nya yang habis jatuh karena tadi dorong-dorongan di kerumunan. Yoon Young mau mendekat, tapi kata-kata Mi Sook lagi-lagi membuatnya urung melakukan itu.

Mi Sook : Sungguh hidup yang menyedihkan.

Mi Sook menasihati Yoon Young.

Mi Sook : Kau mungkin miskin, tapi kau harus berkelas. Ingat itu sebelum kau bertambah tua.

Yi Na datang dan berlari mendekati Mi Sook seraya memanggil Mi Sook dengan panggilan ‘ibu’.

Yi Na juga menyapa Yoon Young.

Yi Na : Eonni, bagaimana kabarmu? Apa yang kita makan hari ini? Aku kelaparan. Kau belum makan karena harus mengikuti ibuku, bukan?

Mi Sook mengajak Yi Na pergi.

Mi Sook : Ayahmu pasti menunggu. Ayo pergi.

Yi Na juga mengajak Yoon Young.

Yi Na : Ayo pergi dahulu. Kita akan bicara setelah makan siang.

Yi Na dan Mi Sook jalan duluan. Yoon Young terpaku menatap ibunya. Sang ibu akhirnya melihat dirinya. Dia mau memanggil Yoon Young namun Yoon Young nya bergegas pergi. Dia melihat Yoon Young berjalan mengikuti Mi Sook dan Yi Na.

Sekarang, Yoon Young berjalan menyusuri jalanan. Urusannya dengan Mi Sook sudah selesai. Yoon Young lalu melihat ibunya di seberang jalan. Dia teriak, memanggil ibunya namun sang ibu tidak mendengar. Yoon Young memanggil berkali-kali tapi tetap saja sang ibu tidak mendengar.

Kesal, Yoon Young pun seenaknya menyeberangi jalan padahal mobil lagi ramai.

Sang ibu baru menoleh ketika mendengar bunyi klakson. Dia langsung mengomeli Yoon Young.

Sang ibu : Apa kau sudah gila? Kau tidak takut mobil?

Yoon Young : Pendengaran ibu buruk sekali. Aku memanggil ibu.

Sang ibu tertawa, ibu menghitung berapa yang ibu habiskan hari ini di benak ibu. Baiklah. Jangan membentak ibu.

Yoon Young : Aku tidak berteriak.

Sang ibu lalu teringat sepatu yang dibelinya tadi. Dia menyuruh Yoon Young mencobanya. Namun Yoon Young diam saja melihat sepatu barunya. Sang ibu menyuruhnya bergegas, karena kalau tidak muat, dia akan segera menukarnya. Tapi Yoon Young masih diam. Sang ibu mengerti. Dia berpikir, Yoon Young mau dia memakaikan sepatu. Dia pun langsung berlutut, memakaikan sepatu itu ke kaki Yoon Young. Sontak lah Yoon Young malu dan langsung menyuruh ibunya berhenti melakukan itu. Tapi dia malah jatuh.

Sang ibu tertawa. Yoon Young yang kesal karena terus dipaksa memakai sepatu itu akhirnya mengalah. Dia memakai sepatu itu.

Yoon Young : Sudah puas?

Sang ibu : Sempurna. Apa karena kau cantik? Sepatunya berkilau. Mereka bilang sepatu bagus membawamu ke tempat bagus.

Yoon Young : Siapa yang percaya itu? Itu konyol.

Sang ibu : Hei, ini bukan sepatu murah. Ibu tidak membelinya di toko tempat kau melihat ibu berdiri. Ibu membayar penuh di toko merek mereka. Ini bagus.

Yoon Young : Bukan itu maksudku. Siapa yang memintanya? Aku menyuruh ibu membeli pakaian untuk diri ibu sendiri, bukan?

Sang ibu : Lagi pula, ibu tidak pergi ke mana pun untuk memamerkannya.

Yoon Young : Itulah alasannya! Jadi, jangan berpakaian seperti ini. Ini…!

Yoon Young menarik-narik syal ibunya.

Yoon Young : Sudah berapa kali kubilang untuk membuang ini! Kenapa ibu suka syal norak berusia sepuluh tahun ini? Lihat saja orang-orang di sekitar ibu! Siapa yang memakai pakaian seperti ini? Lihatlah. Seharusnya aku tidak membelikan itu untuk ibu!

Sang ibu : Baiklah. Kau menyakiti telinga ibu. Berhentilah berteriak. Apa ibu membuatmu sangat malu? Kau bekerja dengan orang pintar dan berkelas tinggi, jadi, orang seperti ibu adalah lelucon bagimu.

Yoon Young : Kenapa ibu mengatakannya seperti itu?

Sang ibu : Namun, tahukah kau? Ibu tidak akan mengabaikanmu meski kau memakai sepatu lusuh atau syal kuno. Ibu tidak akan mengabaikanmu, apa pun yang kau pakai atau lakukan. Kau mengerti? Tidak akan. Ibu juga tidak akan bergaul denganmu.

Sang ibu kemudian pergi.

Narasi Yoon Young terdengar.

Yoon Young : Jika aku tidak membiarkannya pergi seperti itu… Mungkinkah keadaan mengambil jalan yang berbeda?

Yoon Young yang kesal lantas berkata kalau dia juga tidak akan menghabiskan waktunya dengan sang ibu.

Yoon Young pergi ke arah berbeda.

Yoon Young membayar belanjaannya di kasir.

Narasi Yoon Young terdengar lagi.

Yoon Young : Kukira aku punya cukup waktu untuk menebusnya.

Ponselnya berdering. Telepon dari Mi Sook. Yoon Young menolak panggilan Mi Sook, lalu mematikan ponselnya. Hari itu, Hari Minggu tanggal 9 Mei.

Yoon Young menikmati camilannya sambil nonton bioskop. Namun dia teringat ibunya saat melihat seorang wanita yang bisik-bisik bicara di telepon dengan sang anak.

Narasi Yoon Young terdengar lagi.

Yoon Young : Lagi pula, dia ibuku. Seseorang yang selalu menunggumu.

Yoon Young pun pulang dan langsung mencari ibunya namun sang ibu belum pulang. Di atas meja, hidangan ulang tahun untuk sang ayah sudah siap. Yoon Young mencicipi sedikit salah satu hidangan dan melihat jam di dinding. Sudah jam tujuh. Lalu Yoon Young melihat undangan pernikahan ibu dan ayahnya yang terpajang di rak. Di sana tertulis nama ibu dan ayahnya. Ibunya bernama Lee Soon Ae dan sang ayah Baek Hee Seob.

Telepon di rumah berbunyi. Yoon Young menjawab. Tak lama, dia terdiam membeku.

Narasi Yoon Young kedengar lagi.

Yoon Young : Namun, Ibu… Ibuku…

Petugas nampak mengevakuasi mayat dari tepi danau.

Salah seorang petugas menemukan sebuah surat. Di samping surat itu, ada sepasang sepatu hitam. Omo, itu sepatu yang tadi dipakai Soon Ae, ibunya Yoon Young.

Polisi : Sepertinya ada surat bunuh diri.

Yoon Young tiba di rumah sakit. Dia mulai takut karena diarahkan ke kamar jenazah.

Ada seorang petugas polisi yang berdiri di depan kamar jenazah. Yoon Young memberanikan diri untuk masuk. Di dalamnya, ada jenazah. Di depan jenazah itu, ada tas serta sebuah syal kuno. Yoon Young mengenali syal itu. Itu syal ibunya. Yoon Young syok.

Narasi Yoon Young terdengar lagi.

Yoon Young : Pernahkah aku membayangkan dunia tanpa ibuku? Saat aku bilang, “Ibu,” tidak ada siapa pun di dunia ini yang bisa menjawab sekarang.

Yoon Young terus menerus berteriak memanggil ibunya.

Sekarang, Yoon Young menenangkan dirinya di rooftop. Ponselnya berdering. Telepon dari Mi Sook. Yoon Young mengirimkan pesan ke Mi Sook, bahwa dia sudah muak dengan Mi Sook dan menyuruh Mi Sook mencari penerbit lain.

Polisi datang.

Polisi : Kau belum bisa menghubungi ayahmu?

Yoon Young : Aku tidak mengerti kenapa dia di sini. Tempat ini, Woojung-ri. Aku belum pernah mendengarnya. Ini juga cukup jauh dari rumah kami.

Polisi : Kami harus menyelidikinya lagi. Namun, kau harus memeriksa ini. Kurasa ini ditujukan untukmu.

Polisi memberikan surat itu ke Yoon Young. Tepat saat itu, ponsel Yoon Young berdering. Mengetahui itu dari sang ayah, Yoon Young langsung menjawab namun yang berbicara dengannya adalah ajumma pemilik rumah makan. Ajumma marah-marah.

Ajumma : Apa ini kau, Yoon Young? Ayahmu membuat masalah lagi. Aku tidak bisa membiarkan ini kali ini. Kau tahu berapa piring yang dia pecahkan sejauh ini?

Hee Seob yang mabuk, duduk di depan rumah makan si ajumma.

Tak lama, Hee Seob berdiri dan muntah di dekat rumah makan ajumma. Sontak si ajumma makin sewot.

Yoon Young : Kirimkan nomor rekening anda dan jumlahnya. Untuk semua kerugian yang dia sebabkan sejauh ini. Akan kutransfer sekarang.

Hae Joon di sebuah kafe kecil, bersama pelaku pembunuhan di Desa Woojung-ri.

Hae Joon : Aku khawatir kau tidak akan datang.

Namun Hae Joon meralat ucapannya.

Hae Joon : Tidak. Aku khawatir kau tidak bisa datang. Aku senang bertemu denganmu.

Pelaku : Siapa kau? Bagaimana kau tahu?

Hae Joon : Kau harus jelas. Kau bertanya bagaimana aku tahu kau bukan pelakunya dari 34 tahun lalu? Atau kau bertanya bagaimana aku tahu kau akan gantung diri di malam sebelum pembebasanmu? Aku sudah memberitahumu jawabannya semalam.

Pelaku : Kau berharap aku memercayai cerita konyolmu? Benarkah? Kau ingin aku percaya bahwa kau benar-benar ada di sana? Kau mengejekku karena kau pikir aku tidak tahu dunia nyata karena aku membusuk di penjara selama 30 tahun? Berengsek!

Si pelaku marah dan menggebrak meja, membuat mata menatap ke arah mereka.

Hae Joon : Enam belas tahun. Aku berniat bekerja keras selama 16 tahun dan pensiun muda. Agar aku bisa memancing dan membaca buku di desa tenang seperti ini. Aku ingin bersantai. Itu impianku. Itu rute yang kupilih. Pada tahun 2037… Jadi, 16 tahun dari sekarang, aku ingin memeriksa apakah impianku yang sederhana telah terwujud. Aku berniat memeriksanya dan segera kembali.

Kita diperlihatkan flashback ketika Hae Joon menyetel waktu ke tahun 2037.

Hae Joon lalu berkata, bahwa mimpinya tidak bisa terwujud karena dia mati terlalu muda.

Hae Joon : Tepat setahun dari sekarang, aku akan mati di tahun saat usiaku 35 tahun. Kau ingin tahu apa hubungan kematianku denganmu? Itu karena pelaku yang membunuhku adalah pelaku sebenarnya dari kasus pembunuhan berantai di Woojung-ri pada tahun 1987.

Si pelaku kaget, apa? Apa-apaan ini?

Hae Joon menunjukkan sebuah kotak korek api dari Kedai Teh Bong Bong.

Kita kembali diperlihatkan flashback saat Hae Joon kembali ke tahun 2021 dari tahun 2037. Dia tampak menggenggam sesuatu. Ternyata yang dipegangnya adalah kotak korek api Kedai Teh Bong Bong.

Hae Joon : Itu ciri khas pelaku pada tahun 1987. Ini juga ditemukan di TKP pembunuhanku. Jadi, jelas, kau pria pertama yang dicari polisi. Namun, kau sudah mati bahkan sebelum aku.

Si pelaku kaget melihat kotak korek api itu.

Hae Joon : Kau bilang tidak membunuh siapa pun. Kau tidak bisa hidup dengan ketidakadilan lagi. Malam sebelum pembebasanmu… Jadi, itu kemarin. Kau gantung diri di selmu.

Kita diperlihatkan flashback ketika petugas menemukan si pelaku gantung diri di dalam sel.

Si pelaku sulit percaya. Dia tanya, bagaimana Hae Joon bisa tahu.

Hae Joon : Tidak masuk akal, bukan? Bagaimana bisa orang mati membunuhku? Jadi, aku memutuskan untuk percaya bahwa kau tidak bersalah. Katakan sekarang. Bolehkah?

Pelaku : Bisakah kita menemukan pelaku sebenarnya?

Hae Joon : Harus. Itu sebabnya aku mengemudi keluar jalur. Itu satu-satunya cara kita akan punya kesempatan untuk hidup layak.

Bersambung ke part 2…

1 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like