Tentangsinopsis.com – Sinopsis Live On Episode 3, Silahkan membaca daftar lengkapny simak di tulisan yang ini. Jika ingin baca dan tahu tentang Episode sebelumnya baca di sini.
Sohyun sedang membawa obat yang tadi dibelinya, ketika melihat bus yang berhenti di halte Sohyun berlari agar tidak tertinggal bus, tapi bus tersebut sudah berjalan. Sohyun teringat ketika terlambat sekolah, saat ia berlari menuju halte bus, kaki Sohyun tersandung sebelum terjatuh tangan Sohyun sudah ada yang menariknya. Horang bertanya apa gunanya berlari kalau kita sudah terlambat. Sohyun bertaya apa kamu juga terlambat lagi. Lagi, aku hanya terlambat beberapa kali, kamu sudah sarapan, Sohyun menjawab kalau ia belum sarapan. Horang mengajak Sohyun sarapan bersama, Sohyun berusaha menolak, Horang memaksanya, kita tiba di sana sekarang atau 30 menit kemudian tidak penting, karena kita tetap berberes.
Sohyun memberikan Horang gantungan kunci dan berkata kalau artinya cinta dan pertemanan dan menggantungkan ketasnya dan tas Horang, lalu mereka tertawa bersama.
Aku menyerah, tidak bisa menyelesaikan ini hari ini, aku akan bilang bukunya hilang. Akan kubantu setelah menyelesaikan tugasku dengan cepat. Horang panggil seseorang. Horang mendekat kearahnya. Kenapa mengabaikan pesanku, tanyanya. Aku tidak melihat pesan apa pun, Jawab Hoarng. Apa maksudmu kau mengabaikan pesanku, lupakan soal itu kau mau karaoke nanti. Horang menolak karena akan ke akademi nanti.
Sohyun bertanya apa ia melakukan kesalahan. Tidak. Lantas, kenapa kau menghindariku dan kenapa kau tiba-tiba menghindariku. Kau tidak mengerti, seharusnya kau menjauh dariku aku tidak ingin mengatakan ini. Kudengar kau tidur dengan Heemin, kau sungguh tidur dengannya.
Bagaimana bisa kujawab tanpa penjelasan tepat. Lantas, kenapa namamu ada di sini. Aku juga tidak tahu, karena aku mendapat banyak permintaan teman setiap hari, apa yang ingin kau ketahui. Lupakan saja, lalu hendak pergi tapi Sohyun memanggilnya ia urungkan. Baek Horang. Kau lebih senang bicara semaumu, kau tahu entah ini soal apa, tapi jangan mencurigaiku dengan tatapan itu, karena aku sungguh merasa jijik, serta jangan saling bicara.
Horang da Yushin sedang makan dikantin, Yushin bertanya kepada horang apa Euntaek mengajakmu bertemu, kau sangat fokus pada pesan itu. lalu Horang mendapat balasan dari Har Lay.
“Kau pemilih makanan, Horang.”
Lalu Horang menatap sekelilingnya untuk mencari tahu siapa yang mengirimnya pesan, tapi Horang mendapati semua orang sedang memainkan posenlnya. Horang membalas pesan dari Har Lay.
“Berbicara denganmu di Face menyenangkan.”
“Tunjukkan dirimu. Mari bicara langsung.”
“Kenapa? Kau merindukanku, Horang? Tapi aku tidak suka berkirim pesan saat makan. Aku akan menghubungimu.”
Horang meletakkan ponselnya dimeja dengan kasar. Ada apa tanya Yushin. Tidak apa, kalau sudah selesai ayo pergi.
Sohyun meminta Euntaek untuk mengajari Horang dalam pelatihannya, Aku tahu kau tidak suka jika orang tidak bisa tetap profesional. Sejujurnya, tidak nyaman berada di dekatnya, karena hubungan kami tidak baik, ada insiden di masa lalu, dan aku akan berusaha tidak membiarkan itu menghalangi, tapi jika terus menemuinya, aku mungkin akan emosional. Kenapa kau diam saja saat kita mewawancarainya. Saat itu, kukira aku sudah melupakannya, ternyata aku melupakannya. Maaf, tapi bisakah kau melatihnya, aku akan mengurus sisanya. Tidak perlu, kau sudah berbuat banyak untuk klub ini, aku akan melatihnya. Terima kasih.
Woojae sedang bejalan sambil melihat pesan yang dikirim Jaeyi
“Woojae, kapan rapatmu selesai?”
“Aku merindukanmu.”
Woojae melihat kearah lapangan dan melihat Jaeyi ia sedang berfoto denagn Joonwoo. Joonwoo pergi ke kedai camilan dan menyuruh Jaeyi untuk menyusulnya. Woojae bertanya kepda Joonwoo, kau menyukai Jaeyi, jika kau menyukainya, pendamlah sendiri dan jangan membuatnya terlihat jelas dan merusak suasana hati seseorang. Aku mengerti, berhentilah sok tangguh karena lelucon.
Woojae menghampiri Jeayi dan duduk disebelahnya, Ada apa, apa yang kau bicarakan dengan Joonwoo. Bukan apa-apa, kau sedang apa. Kita berencana pergi ke Sungai Han akhir pekan ini aku punya jadwal, lalu menunjukkannya kepada Woojae.
Kita sangat sibuk hari itu, kita harus menonton Netflix dan lihat. Mari berfoto seperti ini dan mengunggahnya ke Face kita. Bukankah kita ke sana untuk belajar. Ya, itu sebabnya aku menulis ini di sini. Balok kecil selama 30 menit ini. Menyempatkan 30 menit adalah waktu yang lama. Kita sudah berpacaran dua tahun, tapi ini kali pertama kita ke Sungai Han, bukankah kita harus melakukan ini. Begini, kau manis. Jika menurutmu aku manis, cium aku. Woojae segera mencium Jaeyi.
Horang kembali mendapat pesan dari Har Lay.
“Jangan takut, Horang. Kalau begitu, tidak akan menyenangkan.”
“Apa maumu?”
“Aku akan memikirkannya perlahan. Tapi manis sekali kau bergabung dengan tim penyiaran, Horang. Itu sebabnya aku menulis cerita untukmu dan itu sangat menyenangkan. Bersemangatlah.”
Horang mendapat pesan dari Euntaek
“Datang ke stasiun penyiaran pukul 17.00 hari ini. Aku setuju untuk melatihmu.”
Horang memasuki ruang penyiaran menaruh tasnya dikursi lalu duduk seraya memajamkan matanya dan berkata masih ada tiga menit sebelum pukul 17.00. Baiklah, ucap Euntaek lalu mengambil ponselnya dan menyalakan jam sukatnya. Hoarng yang kesal berdiri dan mematikan jam sukatnya. Lalu berkata, aku sudah stres. Kenapa kau stress. Apa ini. Kau harus menghafalkannya. Apa, aku harus menghafal semua ini. Kau akan dites nanti, dan perhatikan selagi aku menjelaskannya.
Lihat, tombol abu-abu di kiri untuk membesarkan volume mikrofon. Tombol hitam di kanan untuk menyesuaikan volume pengeras suara. Tunggu, tunggu sebentar. Matamu jeli dan kamu pasti bisa. Jadi, fokuslah dan dengarkan baik-baik. Tombol hitam di kanan untuk menyesuaikan volume pengeras suara. Jika kau sesuaikan seperti ini. Euntake menyuruh Horang fokus karena ia tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh Euntaek. Akan kujelaskan lagi, tombol hitam di kanan untuk volume pengeras suara. Mengerti.
Euntaek memberika kertas kepada Horang untuk mecobanya lagi. Setelah Horang memberi nama, Euntaek menyalakan jam sukatnya. Euntaek mengambil kertas dan berkata kalau waktunya habis dan mengoreksi jawaban milik Horang. Ada apa. Bagaimana kau bisa lebih salah saat tes ulang. Kau benar, entah kenapa.
Ketika Euntaek kembali keruang penyiaran ia melihat Horang yang sedang tertidur menarik kursi disamping Horang dengan hati-hati. Euntaek tersenyum saat melihat kertas-kertas jawaban milik Horang dan mengamati Horang yang sedang tertidur.
Horang terbangun lalu tersenyum saat mengamati Euntaek yang fokus didepan alat penyiaran. Ketika Euntaek menoleh kearahnya Horang segera memalingkan wajahnya kesamping dan pura-pura kalau ia baru terbangun dari tidurnya. Kau sudah bangun, aku menaruh sampel naskah di meja, bawa pulang dan bacalah, kau akan terbiasa. Hei, aku baru bangun.
Horang memanggil Euntak kalau ia sudah selesai. Euntaek segera mengoreksi jawaban dari Horang. Horang sedang menunggu hasil tesnya, Kau mendapat nilai 100. Euntaek memberikan pin kepada Horang, kau sudah selesai latihan. Aku akan pulang sekarang, lalu memasukkan barang-barangnya kedalam tasnya.
Ketika pulang, mereka berlari dan menerobos hujan. Kenapa aku hebat sekali, ini tidak terduga, kukira kau tidak akan bisa bertahan dan melarikan diri. Aku tidak akan melarikan diri, untuk siapa aku melakukan itu, dan aku berjanji kepadamu bahwa aku akan melakukannya. Kau belajar cukup cepat, sudah kubilang matamu jeli. Itu karena aku pintar, tapi aku memilih untuk tidak memakai otakku selagi bisa. Kau bisa melakukan segmen dengan otak pintarmu itu. Kau membahasnya lagi. Kita akan mulai menyiapkan festival setelah ini, jadi jangan melewatkan rapat. Jika aku tidak mau.
Euntaek melihat ayahnya keluar dari mobil dan menyapanya. Itu ayahku. Begitu rupanya, lalu Horang menyapanya Halo. Aku akan pergi lebih dahulu, sampai jumpa besok. Baiklah.
Kau bicara dengan ibumu belakangan ini. Tidak. Benar, dia menyerahkan hak asuhnya demi hidupnya sendiri, pasti memalukan jika dia mencoba menjadi ibumu. Ayah tidak bosan, selalu mengatakan hal yang sama. Masuk ke kamarmu dan bersiap untuk makan. Aku akan makan di luar bersama teman.
Euntaek, Woojae dan Yushin sedang makan bersama dikantin. Kalian bertengkar, tanya Yushin. Tidak. Tidak, kenapa. Kalian berdua sangat diam, dan aku hampir bersiap melerai. Kenapa membawa tas, kau mau ke mana. Ke Sungai Han bersama Jaeyi. Di cuaca sedingin ini. Woojae memperlihatkan jaket dari tasnya. Pasti sulit menjadi pacar, Euntak memberikan makanannya kepada Woojae dan menyuruhnya makan yang banyak. Terima kasih.
Aku mengharapkan ini saat mendengar kau memacari Jaeyi dan sesuai dugaan, sepertinya kau akan repot. Woojae, kau yakin akan baik-baik saja, kau bahkan tidak enak badan. Aku baik-baik saja, hanya satu hari. Kurasa Woojae tidak bisa, Euntaek ayo ke warnet nanti. Aku juga tidak bisa pergi, aku harus pergi ke perpustakaan. Sohyun bilang akan menemuimu di perpustakaan. Benar, kau menyukai Sohyun. Ya aku mencintai Sohyun, boleh aku ikut, aku ingin menunjukkan diriku saat tidak berseragam. Tanya saja kepadaku, kurasa Sohyun menyukai tipe yang manis. Maksudmu aku.
Jaeyi memberikan makanan kepada Woojae dan menanyakan apakah enak. Ya ini enak. Jaeyi memberikan semua makanannya kepada Woojae. Saat Woojae dan Jaeyi menonton film, Woojae kedinginan lalu memakai jaketnya. Woojae mengambil jaket milik Jaeyi lalu memakaikannya, dan berkata kau bisa terkena flu lebih hangat saat kau memakainya seperti ini. Bagaimana bisa baterai laptopnya habis sekarang. Tidak apa-apa, aku membawa baterai eksternal, aku lupa membawa kabelnya. Aku akan membelinya, ucap Woojae. Tidak perlu, aku akan mematikannya karena filmnya membosankan.
Setelah Jaeyi membaca pesan dari Yushin. Jaeyi mengajak Woojin pergi. Tidak, kau sudah lama ingin kemari, masih ada satu jam sebelum tikarnya harus dikembalikan. Ayo pergi sekarang, aku tidak ingin berada di sini lagi. Apa masalahnya kali ini. Kali ini, Do Woojae. Aku melakukan segalanya untuk menyenangkanmu, tapi apa yang membuatmu kesal kali ini. Apa maksudmu, jika wajahmu akan seperti itu, tidak usah repot-repot, itu bahkan lebih buruk.
Kau pikir kau diam saja di sini sesuai dengan keinginanku, aku bisa merasakan kau tidak senang, makan saat kau tidak lapar, dan tetap di sini saat kau tidak mau. Lantas, apa lagi yang harus kulakukan, aku makan karena tahu kau berusaha menyiapkan bekal itu, ubelikan selimut karena dingin. Kau sudah makan siang, Yushin baru saja memberitahuku bahwa dia makan denganmu, dia menanyakan keadaanmu, tapi aku tidak bisa mengatakan apa pun dan kenapa aku harus tahu ini dari orang lain. Kenapa kau tidak bisa memberitahuku atau kau terlalu malas untuk itu.
Aku pergi. Woojae mencekal tangan Jaeyi dan menyuruhnya duduk. Aku kesulitan berpacaran denganmu, aku sadar diri karena merasa kau merahasiakannya dan bukan hanya pikiran-pikiran kecil ini, apa kau tahu, aku pergi. Aku yang selalu salah bukan, aku yang selalu menyebabkan masalah. Bagaimana denganmu, kau pernah bertanya kepadaku dan kau bilang merasakan semua ini dan tahu, tapi kenapa kau tidak pernah bertanya. Do Woojae. Aku juga selalu gelisah karenamu, saat kau tidak terlihat senang, aku sibuk memikirkan apa salahku atau ucapanku yang salah dan kepalaku seperti akan meledak apa kau tahu itu. Benarkah, memacariku sangat sulit hingga membuatmu merasa gelisah, lantas kenapa kau masih bersamaku.
Horang sedang mencoba semua lipstick-lipsticknya dengan mengoleskan ditangannya. Horang membuka laci untuk mengambil tissue, ia melihat gantungan kunci yang sama dengan milik Sohyun.
“Kita akan ke taman hiburan untuk ulang tahunmu, setuju?”
“Tentu. Janji!”
Yushin mengirim pesan kepadanya dan menanyakan apakah ikut makan malam bersamnaya atau tidak, Horang menolaknya.
Dia selalu makan sendirian. Siapa. Horang. Bukankah dia tinggal dengan orang tuanya. Ya, tapi orang tuanya sangat sibuk, mereka sangat terkenal, jadi dia selalu makan sendirian, aku menyuruhnya keluar, tapi dia menolak.
Euntaek ingat pesan yang dikirim Horang kepadanya,
“Luruskan bahumu. Jika tidak, bahumu akan menyusut.”
“Ini menurut pengalamanku. Saat tidak nafsu makan, campur nasi dengan air. Sangat enak. Sekedar informasi.”
Euntaek melihat jamnya dan berkata, aku harus ke rumahku sebentar, makan malamlah tanpa aku, sampai nanti.
Euntaek memberikan makanan kepada Horang, Hrang menerimanya dan bertanya, kukira kau di perpustakaan. Benar, tapi aku keluar sebentar untuk makan. Jauh-jauh kemari. Aku tiba-tiba ingin sushi mereka. Kau juga orang aneh. Kau bahkan tidak mencuci tangan sebelum makan. Aku sudah mencuci tangan tadi. Kau kotor sekali biar aku saja, Euntaek memegang tangan Horang dan membersihkan sisa lipstick ditangnnya. Bukannya aku tidak mencucinya, odanya tidak hilang, jadi jangan salah paham. Aku benar, kau tidak mencucinya, ucap Euntaek sambil menunjukkan tissuenya.
Ada apa, kenapa kau tersenyum. Kau lucu. Bagaimana bisa. Kau tidak terlalu pemarah saat kenyang. Terserah. Seperti katamu rasanya cukup enak, kau menyuruhku mencampur nasi dengan air saat aku tidak berselera. Begitu rupanya, aku tidak memberikan kiat luar biasa itu kepada siapa pun, kau harus berterima kasih kepadaku. Baiklah, terima kasih.
Hei, ini bukan hal yang sama, butuh bertahun-tahun bagiku untuk mengetahui kombinasi luar biasa itu. Telepon aku jika kau harus makan sendirian. Aku tidak mau, kenapa aku harus melakukan itu. Aku pernah melakukannya dan aku tahu rasanya makan sendirian, makan sendirian terasa tidak menyenangkan. Lupakan saja, aku sudah terbiasa dan aku baik-baik saja, rasanya lebih canggung saat makan dengan orang lain. Ke mana perginya semua sushi itu. Kau mau mati. Aku bahkan membelikanmu sushi. Astaga, aku akan mentraktirmu makanan.
Sebenarnya, aku curiga saat dengar kau ingin bergabung dengan klub. Kenapa. Kau menunjukkan bahwa kau tidak menginginkannya, tapi aneh saat kau tiba-tiba ingin bergabung, seolah-olah kau punya motif tersembunyi. Kau menyuap murid lain untuk menyuruh mereka bekerja, lalu kau masuk ke studio dan menyebabkan masalah. Astaga. Aku masih merasa tidak enak saat memikirkannya lagi. Ini kali pertamamu menyadari betapa jahatnya aku. Tidak, kau orang yang baik jadi, mari terus bekerja sama dengan baik. Aku harus pergi aku akan membuangnya saat keluar. Baiklah, terima kasih. Sampai jumpa besok, tidur yang nyenyak. Baiklah, sampai jumpa.
Ketika Euntaek sudah pergi, Horang mendapat Pesan dari Har Ley,
“Omong-omong, Horang, apa anak-anak lain tahu perbuatanmu dahulu?”
“Kalau dipikir-pikir, kau sangat tidak tahu malu melihatmu menjalani hidup yang baik, tidak terpengaruh.”
Saat Euntaek pergi, Horang menyusulnya lalu menahan tangannya dan ingin mengcapkan terima kasih, karena tadi tidak sempat mengucapkannya. Itukah alasanmu berlari kemari. Aku cukup sopan untuk berterima kasih pada seseorang. Benarkah hanya itu. Haruskah aku membungkuk. Tidak, bukan itu. Apa kau baik-baik saja. Hanya itu yang ingin kukatakan, aku akan pergi. Horang, itu tidak cocok untukmu, ikuti saja karaktermu dan itu yang paling cocok untukmu, aku akan pergi.
Horang mengunggah foto percakapnya dengan seseorang di akunnya,
“Aku sering menerima pesan seperti ini belakangan ini. Kuharap kau juga menemukan kenyamanan dalam hidupmu.”
Kau baru bangun. Aku kaget bertemu kalian pagi ini. Ini hari kelahiranmu, makanlah. Semua baik-baik saja di sekolah, sekalipun tidak baik, anggaplah itu pengalaman yang kau dapatkan dan lupakan. Benar. Meski rasanya duniamu adalah segalanya sekarang, itu bukan apa-apa jika sudah berlalu. Saat memasuki dunia nyata sebagai orang dewasa, Ibu, aku tidak makan krim kocok. Ada yang ingin kukatakan. Tiba-tiba ponsel ibunya berbuyi, setelah menjawab telpon ibu dan ayahnya pergi. Ibunya berpesan kepada Horang untuk makan dan letakkan piringnya di bak cuci, mengerti.
Mereka semua sedang rapat untuk acara festival, maka kami hanya perlu membantu dengan perekam dan menyunting videonya bukan dan beri tahu kami jika daftar penampilannya sudah ada, kami juga harus menjadwalkan latihan teknis, ucap Euntaek. Omong-omong, kalian sungguh akan menyiarkan segmen selama festival, kau akan sibuk kenapa tidak memutar video saja. Baiklah, kau repot-repot mengajak orang terkenal ke klubmu dan kau harus memanfaatkannya semaksimal mungkin, karena yang dia lakukan sejauh ini hanya menyebabkan kecelakaan penyiaran. Kurasa kita mengadakan rapat bukan untuk membahas itu. Apa ini, kenapa semua orang begitu serius, aku hanya mengatakan itu yang terjadi. Aku bercanda karena kudengar dia sangat terkenal.
Hei, kau boleh bercanda saat hanya ada kalian. Kau tahu aku yang memimpin segmen itu, Bagaimana aku tahu, jawabnya. Siapa pun yang pantas mengetahuinya, sudah tahu. Kurasa informanmu juga sangat buruk, benar bukan. Hei, kenapa tidak kau ulangi. Jadi, maksudku selama aku di tim penyiaran, stan kalian akan sia-sia dan kau harus mencari tahu sendiri betapa kuatnya ketenaranku.
Menyebalkan sekali. Apa maksudmu. Anak yang tadi. Kim Jungbin. Dia ketua OSIS, bukan. Sekolah berjalan lancer, dia sepertinya tidak bisa mengurus diri sendiri. Kenapa kau tiba-tiba setuju untuk mengambil alih segmen ini. Aku marah, dia terus berlagak hebat. Lantas, haruskah aku berterima kasih kepada Kim Jungbin. Ini. Apa ini. Naskah untuk siaran makan siang nanti. Aku yang bertugas hari ini. Ya jadi, datanglah sedikit lebih awal dan bersiaplah agar kita bisa berlatih. Baiklah.
Horang kembali mendapat pesan dari Har Lay
“Berhenti bertingkah, Horang.”
“Kenapa? Kau takut?”
“Apa?”
“Katamu kau sangat mengenalku. Kalau begitu, kau pasti tahu perbuatanku kepada Park Hyerim. Sekalipun jatuh, aku tidak akan jatuh sendirian. Tunggu saja, aku pasti akan menyeretmu.”
“Kau akan baik-baik saja? Aku tidak akan rugi apa pun, tapi kau akan merugi.”
“Kurasa kau tidak tahu. Seseorang yang harus melindungi, melakukan apa pun untuk melindungi. Kau mencari masalah dengan orang yang salah.”
“Kudengar kau menangani segmen. Kau pasti ingin menarik perhatian dengan cara apa pun, tapi makin melakukannya, kau akan hancur lebih cepat.”
“Segmen? Kurasa kau ada di rapat itu denganku.”
“Itu kali pertama aku mengatakan akan menangani segmen itu. Berhentilah sok pintar. Aku baru mendengarnya.”
“Dari siapa? Kurasa aku bisa menanyai semua orang. Benar, bukan? Kau sangat bodoh.”
Karena hari ini siaran pertamanya Horang masuk kedalam ruang penyiaran. Awalnya semua berjalan sesuai dengan rencananya, tiba-tiba Horang meletakkan naskahnya, lalu melanjutkan komentarnya tanpa naskah.
“Artinya dalam hubungan manusia, komunikasi adalah kunci. Kau bahkan tidak butuh satu jam penuh. Cukup lima menit atau bahkan semenit untuk bicara dari hati ke hati. Itu lebih dari cukup. Jangan mengatakan pada dirimu bahwa kau terlahir seperti itu. Itu hanya alasan yang dipakai untuk membenarkan diri sendiri. Siapa pun yang mengirimkan cerita, kau juga harus jujur. Sepertinya kau juga menyembunyikan betapa frustrasinya kau dengannya. Menurutku, kau tidak ingin putus.”
Horang masuk kedalam ruang penyiaran. Apa yang kau lakukan, duduklah hanya kau dan aku yang berlatih hari ini. Saat aku memainkan suara di sini, kau akan mulai dari lantai tiga, tidak. Kau bisa memakai semua ini, tetaplah di sini, aku akan berkeliling dan aku hanya perlu memainkan audio dari lantai satu ke lantai tiga, bukan. Ya, saat aku menyuruhmu lewat walkie-talkie. Baiklah. Bagaimana cara menyalakannya. Tekan ini, dan lakukan seperti ini. Aku akan pergi, dan mengirim sinyal. Baiklah. Kau bisa mendengarku.Ya, aku bisa. Ini keren sekali, kurasa ini alasan orang memakai ini, bukan ponsel. Apa maksudmu. Ini lebih mudah jika kau harus bicara dengan lebih dari satu orang. Aku di lantai tiga sekarang, nyalakan. Baiklah.
Kau hebat, tidak ada kesalahan. Seseorang mengajarimu dengan baik, aku hanya murid yang baik. Euntaek, kenapa kau tidak memarahiku hari ini. Tentang apa. Aku tidak mengikuti naskah selama acara hari ini, kukira kau akan marah padaku, tapi kau diam saja. Bagus, aku hendak mengatakan sesuatu jika tidak perlu keluar di tengah, tapi kemudian aku sadar tidak ada yang perlu kucemaskan. Itu tidak terlalu buruk. Orang juga menyukainya. Lihat, alih-alih mengikuti naskah seperti Sohyun dan kau, terkadang lebih baik bersikap spontan seperti aku. Bukan berarti kau harus selalu melakukan ini, lain kali beri tahu aku dahulu. Ya, aku mengerti. Aku sudah memeriksa lantai tiga, matikan. Baiklah.
Horang, kau benar. Terkadang, hal yang tidak terduga menyebabkan hasil yang baik. Jadi, kau hebat dalam acara pertamamu, aku lupa memberitahumu ini tadi.
Kau mengirim cerita untuk siaran makan siang, bukan. Ya, aku tidak tahu akan terpilih, aku hanya menulisnya saat marah dan cerita itu terpilih. Jaeyi maafkan aku, saat mendengarkan ceritanya, aku sadar ini pasti berat bagimu. Tidak, aku tidak terlibat.
Jaeyi, kau ingat kali pertama kita bertemu, saat kita masih SMP. Tentu saja. Aku bicara padamu lebih dahulu karena menyukaimu di akademi. Saat kali pertama kita makan berdua, aku suka mendengarkan ceritamu. Aku juga, aku bersyukur kau mendengarkan semua ceritaku. Aku menyukaimu karena kau berbeda dariku, sulit bagiku untuk mengekspresikan perasaanku. Aku menahannya sampai tidak sanggup dan hampir tidak bisa membaginya, tapi kau selalu memberitahuku semuanya dan setelah bertengkar denganmu di Sungai Han, aku memikirkan banyak hal.
“Seharusnya kusarankan untuk ke sana lain kali. Seharusnya aku bilang sudah makan dan merasa tidak enak badan.”
Seharusnya aku memberitahumu perasaanku yang sebenarnya. Maka, kita tidak akan bertengkar hari itu. Aku menyesalinya, tapi ini bukan kali pertama, aku menyukaimu karena kita sangat berbeda, tapi kita melalui banyak penderitaan karena perbedaan kita. Aku tidak mau dengar. Jaeyi, ucap Woojae seraya menahan tangan Jaeyi. Sampai jumpa. Untuk menutupinya dan berbalik arah, kita terlalu lelah. Woojae. Aku tiba di tahap berikutnya, kita harus putus, itu tindakan yang tepat.
Bagaimana bisa itu benar, aku senang karena untuk kali pertama, kau membuka diri kepadaku. Tapi kau ingin putus denganku, kau sangat egois. Jangan tiba-tiba berkata begitu. Itu tidak terjadi tiba-tiba. Baiklah, mari kita putus seperti katamu, aku juga kesulitan mari kita putus.
Horang, aku hendak memberikan ini, tapi kau mungkin tidak suka karena bisa ngeri. Kau lihat tasku di kursi, bukalah. Horang membuka tas milik Euntaek dan mengambil kotak lalu membukanya. Kau segera berulang tahun, itu untuk ulang tahunmu. Horang melihat parfum dari Euntaek dan menjatuhkannya, karena teringat ketika ulang tahunnya ia dibully oleh teman-temannya. Horang berlari kearah jendela, saat ingin membukanya Horang tidak punya tenaga untuk membuka jendela tersebut, Euntaek datang segera membantu Horang untuk membuka jendelanya.
BERSAMBUNG……
Sampai berjumpa lagi di Live On Eps 4 dan jangan pernah bosen untuk membaca didrama yang aku tulis, salam A2One