Kokdu : Season of Deity Eps 5 Part 1

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Kokdu : Season of Deity Episode 5 Part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.baca episode sebelumnya DISINI.

Gye Jeol mencium Kokdu.

Bersamaan dengan itu, kita diperlihatkan flashback saat Kokdu menyematkan cincin ke jari Seol Hee. Kokdu berjanji, akan melindungi Seol Hee.

Setelah mencium Kokdu, Gye Jeol jatuh pingsan.

Kokdu tertegun sejenak.

Kokdu : Sudah kuduga. Kau Seol Hee. Karena itukah aku menunggumu? Terikat oleh satu janji itu untuk melindungimu. Padahal kau tidak pernah mencariku selama bertahun-tahun. Pasti ada alasan aku mencintaimu.

Kokdu menatap wajah Gye Jeol.

Kokdu : Namun, itu sudah terbakar hangus oleh panas kering di jalan menuju akhirat. Jantungku bahkan tidak berdebar untukmu lagi. Cinta itu sangat sia-sia.

Gye Jeol tiba2 bangun.

Gye Jeol : Kokdu-ssi, apa aku sudah mati?

Kokdu : Apa?

Gye Jeol : Aku yakin aku jatuh ke laut. Lalu tiba-tiba aku melihatmu. Inikah yang mereka sebut kilasan hidup di depan matamu? Apa kebangkitan dan kehancuran hidupku berkedip di depan mataku seperti panorama? Bagian mana yang kau mainkan dalam hidupku? Apa kau kehancuran?

Kokdu sewot, siapa yang kau sebut kehancuran?

Gye Jeol : Kalau begitu, kau keruntuhan?

Kokdu : Apa? Keruntuhan? Kau bahkan tidak bisa membedakan hidup dan mati. Di mana dokter yang menangani hidup dan mati pasien? Katakan yang sebenarnya. Kau tidak punya izin praktik, ya? Kau dokter palsu, bukan?

Gye Jeol menyentuh pipi Kokdu.

Gye Jeol : Benarkah ini kau, Kokdu?

Kokdu yang salting, menjauhkan pipinya dari tangan Gye Jeol.

Kokdu : Kenapa kau bersikap seperti ini? Apa ada sisa emosi atau semacamnya? Astaga. Hei, Han Gye Jeol. Kau menyukaiku?

Gye Jeol : Tiba-tiba saja?

Kokdu : Jika ini akhirat, kau akan menemui orang yang paling ingin kau temui. Mungkin orang yang paling kau rindukan, atau mungkin orang yang paling ingin kau bunuh. Entah itu cinta atau benci, apa aku orang yang paling ingin kau temui?

Gye Jeol pun duduk, tidak mungkin.

Kokdu : Itu sebabnya kau tidak mati. Selamat. Kau harus tinggal di dunia neraka ini.

Gye Jeol : Terima kasih banyak sudah mengizinkanku tinggal di dunia neraka ini untuk waktu yang lama.

Kokdu dan Gye Jeol berdiri.

Kokdu menggendong Gye Jeol.

Kokdu : Ayo pergi sekarang. Ayo ke rumah sakit atau ke mana pun.

Gye Jeol : Itu kau, bukan? Orang yang menyelamatkanku di tangga hari itu. Itu kau, bukan? Di tangga itu, kau juga menjatuhkan cincin ini.

Gye Jeol memegang cincin yang tergantung di leher Kokdu.

Kokdu : Kau pernah bilang tidak tahu cincin apa ini. Kau terus bilang tidak tahu bahkan jika kau tahu.

Gye Jeol : Saat itu, aku ingin tidak tahu meskipun aku tahu. Aku tidak ingin terlibat denganmu lagi.

Kokdu : Jika kau bisa kendalikan terlibat dengan seseorang atau tidak, itu bukan takdir. Aku merasa menyedihkan karena terpengaruh olehmu, dan aku marah karena telah memutarbalikkan takdirku sendiri. Namun, itu juga rencana Tuan Dewa. Ayo pergi bersama. Aku ragu jalan yang disiapkan Tuan Dewa hanya lumpur. Pasti ada bunga dan kupu-kupu juga.

Kokdu mulai berjalan.

Namun orang2 memperhatikan mereka. Gye Jeol yang malu, minta Kokdu menurunkannya. Dia bilang dia baik-baik saja.

Kokdu : Kau harus mengkhawatirkan siapa yang akan menggendongmu, bukan siapa yang akan melihatmu. Kau makan apa sampai gemuk?

Gye Jeol : Berat badanku bertambah hanya dengan minum air, mengerti?

Kokdu : Tidak ada yang memiliki kondisi fisik seperti itu. Letakkan tanganmu di dadamu dan pikirkan apa yang kau lahap.

Gye Jeol meletakkan tangannya di dada Kokdu.

Kokdu : Bukan dadaku yang kumaksud.

Gye Jeol : Jantungmu berdebar terlalu kencang, Kokdu-ssi.

Narasi Kokdu terdengar, kutukannya akan segera berakhir, jadi, kenapa tidak? Bertemu dengan Seol Hee pasti membuatnya berdebar-debar senang.

Kokdu membawa Gye Jeol ke klinik.

Kokdu tanya kenapa Gye Jeol bisa jatuh ke air. Gye Jeol bilang dia sedang sendirian saat seorang pria menyerangnya. Mendengar itu, Kokdu marah dan tanya siapa pria itu. Gye Jeol gak tahu.

Kokdu : Seperti apa rupanya? Kau pasti melihat wajahnya.

Gye Jeol : Dia memakai topeng.

Kokdu : Jadi, kau tidak bisa? Seharusnya kau lihat! Hanya begitu aku bisa memukulinya.

Gye Jeol : Bukannya aku sengaja tidak melihatnya.

Kokdu : Aku akan mulai dengan preman lingkungan. Menghajar mereka satu per satu sampai mengarahkanku ke pria itu.

Kokdu lalu memarahi Gye Jeol.

Kokdu : Bukankah kau bilang preman selalu muncul di tempat seperti ini? Kau tahu itu, tapi pergi ke sana sendirian? Apa yang bisa dilihat? Kau tidak merasa takut?

Gye Jeol marah, “kau tidak merasa takut?” Kau tahu siapa yang membuatku terlibat dalam kekacauan ini?

Kokdu : Siapa itu? Haruskah aku memukulnya lebih dahulu?

Gye Jeol : Ide bagus. Kumohon. Aku sangat mengharapkannya.

Kokdu : Kenapa kau sangat mengharapkannya?

Kokdu lantas sadar itu dirinya. Namun dia menyangkal.

Gye Jeol : Katakan siapa yang melanggar janji kita dan tidak datang.

Kokdu : Itu aku?

Gye Jeol menunjukkan pesannya yang dibalas oleh Kokdu.

Kokdu kaget dia membalas pesan Gye Jeol, padahal dia gak merasa membalas.

Ok Shin dan Gak Shin baru selesai makan malam. Gak Shin memuji Ok Shin. Dia bilang, daging yang Ok Shin panggang adalah yang terbaik.

Ok Shin : Seharusnya kau menyadarinya lebih awal.

Kokdu tiba2 muncul di depan mereka.

Gak Shin : Tuan Kokdu. Kau dari mana saja tanpa memberi tahu kami?

Kokdu mendekati mereka. Dia menatap mereka dengan wajah kesal.

Lalu dia melirik pisau dan garpu di dekat meja makan.

Seketika, pisau dan garpu melayang ke arah Ok Shin dan Gak Shin. Ok Shin dan Gak Shin terkejut dan berdiri. Pisau dan garpu melesat ke arah mereka. Sontak lah, mereka langsung mundur ke belakang. Pisau dan garpu hanya tinggal sesenti dari wajah mereka.

Ok Shin : Ada apa? Kenapa kau melakukan ini?

Kokdu : Han Gye Jeol mengalami kecelakaan saat menungguku. Dia hampir mati.

Gak Shin kaget, ada kecelakaan di mercusuar?

Kokdu : Jadi, kau orangnya. Kau memegang ponselku, Gak Shin-ah.

Gak Shin terdiam.

Kokdu : Kenapa kau melakukan itu?

Gak Shin gak tahu mau jawab apa.

Gak Shin : Di mana jawabanku?

Gak Shin menaiki meja dan mendekati Gak Shin.

Kokdu : Gak Shin-ah, aku berniat perlahan mengubah pilar bangunan utama Kuil Jeondeungsa. Bagaimana jika kupotong-potong tubuhmu? Itu tampak sempurna untuk pilar. Bagaimana menurutmu?

Disaat genting, Ok Shin menolong Gak Shin.

Ok Shin : Itu aku. Aku yang melakukannya.

Gak Shin kaget Ok Shin mengakui perbuatannya.

Kokdu : Kau? Kenapa?

Ok Shin : Kau bilang Han Gye Jeol bukan Seol Hee. Namun, dia terus menempel padamu. Jadi, agar dia sadar, aku membuatmu meninggalkannya Bukankah seharusnya kau memujiku karena menyingkirkan lintah itu? Namun, apa? “Memotong tubuhmu”?

Gak Shin : Dia benar. Kau bilang Han Gye Jeol merusak pemandangan dan ingin dia menghilang selamanya.

Kokdu jadi gelagapan.

Kokdu : Begini…

Ok Shin : Cepat singkirkan ini.

Kokdu menjentikkan jarinya. Seketika, pisau dan garpu jatuh ke lantai.

Gak Shin senyum2 sendiri menatap Ok Shin.

Ok Shin melihat senyum Gak Shin.

Tapi setelah itu, dia memarahi Kokdu.

Ok Shin : Kau tidak tahu betapa setianya kami? Omong-omong, apa kau sudah jatuh
cinta kepada Han Gye Jeol?

Kokdu : Jatuh cinta kepada siapa? Han Gye Jeol? Tidak mungkin.

Ok Shin : Astaga. Kukira manusia adalah mereka yang tersesat dalam kesenangan dan membuang waktu mereka. Namun, tidak, aku salah. Itu dewa. Tergoda bermain-main dengan gadis manusia, dewa ini telah melupakan kutukannya dan membuang waktu.

Kokdu : Bermain-main apanya! Kau tidak tahu cara berpikir dewa, dasar setengah dewa.

Ok Shin : Ya, aku tidak tahu. Namun, beri tahu aku. Apa pikiranmu bahkan mendalam?

Kokdu : Han Gye Jeol adalah wanita itu. Itu sebabnya aku melakukannya.

Ok Shin dan Gak Shin gak percaya.

Ok Shin bahkan tertawa.

Kokdu kesal, beraninya kau tertawa.

Gak Shin : Dia Seol Hee, lalu bukan. Serta sekarang dia Seol Hee. Ada apa denganmu?

Ok Shin : Jujur saja kepada kami. Katakan kau ingin mengencaninya. Lihat dirimu. Bukankah kau dewa?

Kokdu berbalik, itu Oh Hyun.

Gak Shin : Apa itu?

Kokdu : Namaku yang dipanggil Seol Hee.

Ok Shin dan Gak Shin terkejut.

Gak Shin : Apa itu berarti…

Kokdu : Ya. Kami berciuman. Aku melihat kehidupan sebelumnya.

Ok Shin : Lalu apa yang kau tunggu?

Kokdu : Apa maksudmu?

Ok Shin dan Gak Shin membawa Kokdu ke sebuah restoran mewah.

Ok Shin : Ini dia. Bagaimana menurutmu?

Kokdu : Kau menyuruhku melamarnya? Ok Shin-ah, orang yang harus menyatakan
cinta adalah dia, bukan aku.

Ok Shin : Kau sungguh tidak tahu apa-apa. Wanita tidak pernah menyatakan cinta lebih dahulu. Akan canggung jika mereka ditolak. Singkatnya, mereka pintar dan tidak akan pernah mau kalah. Jadi, kau harus melamarnya dahulu, Tuan Kokdu. Kue, dor! Cincin, dor! Serta pengakuan, dor! Dia akan terharu hingga menangis dan tidak akan berhenti menangis. Mabuk dengan suasana, Han Gye Jeol akhirnya akan mengaku.

Kokdu : Lupakan saja. Mereka bilang lebih baik diam daripada membuat serangan payah.

Ok Shin : Jika kau gagal sekali, coba kali kedua. Gagal lagi, lalu coba kali ketiga! Bukankah kau harus sering kentut untuk buang air besar?

Kokdu : Kenapa aku harus buang air besar? Aku akan mengurus semuanya.

Ok Shin : Ajak saja dia berkencan, ya, Tuan Kokdu?

Kokdu : Aku akan memikirkannya.

Ok Shin : Apa karena kau tidak percaya diri dalam menyiapkan kencan? Menyiapkan kencan itu mudah. Lakukan selagi ada kesempatan, bukan? Besok terdengar bagus.

Ok Shin mengatakannya sambil senyum2.

Kokdu menatap galak Ok Shin. Senyum Ok Shin langsung hilang.

Kokdu : Kosongkan ruangan ini besok. Mulut sialanmu itu!

Ok Shin langsung menutup mulutnya.

Ok Shin : Aku mengerti. Aku akan menyiapkan semuanya.

Kokdu pergi.

Ok Shin : Apa pun yang dia lakukan membuatku gelisah.

Ok Shin mau pergi tapi ditahan Gak Shin.

Ok Shin : Ada apa?

Gak Shin : Terima kasih. Karena menutupi pesan yang dihapus itu.

Gak Shin pergi. Ok Shin tersenyum melihat tingkah Gak Shin. Lalu dia menyusul Gak Shin.

Begitu mereka pergi, seorang wanita mengikuti mereka.

Wanita itu Guk Hwa.

Guk Hwa pun langsung memberitahu Jung Won.

Jung Won : Apa? Jin Woo? Benarkah itu Jin Woo?

Guk Hwa : entu saja. Kau pikir aku tidak akan mengenali Profesor Do?

Jung Won : Dia bersama siapa?

Guk Hwa : Aku merasa pernah melihat pria itu di suatu tempat. Di berita atau semacamnya.

Jung Won : “Berita?” Apa Jin Woo terlibat dalam kejahatan?

Guk Hwa : Tidak, bukan dalam kejahatan. Apa dia komedian? Bagaimanapun, dia tampak kaya raya.

Jung Won : “Kaya raya?”

Jung Won lalu ingat foto Kokdu dan Gye Jeol yang ditunjukkan Guk Hwa sebelumnya.

Guk Hwa : Profesor Do ada di Kota Yeongpo.

Teringat itu, Jung Won ingin menghubungi Gye Jeol tapi dilarang Guk Hwa. Guk Hwa bahkan merebut ponsel Jung Won.

Guk Hwa : Jangan pernah menghubunginya lebih dahulu. Dia berusaha keras mendekati Profesor Do.

Jung Won tertawa meremehkan Gye Jeol.

Jung won : Ini Han Gye Jeol. Dia tidak bisa melakukan apa pun. Kembalikan.

Guk Hwa : Dengar! Kau akan kehilangan pacarmu karena Han Gye Jeol.

Jung Won : Apa yang kau ucapkan?

Guk Hwa : Menyebalkan sekali.

Di kliniknya, Gye Jeol bersama Detektif Kim. Detektif Kim menunjukkan beberapa foto preman.

Gye Jeol coba menutupi wajah mereka semua dengan tangannya.

Gye Jeol : Pria itu memakai masker.

Detektif Kim : Tolong perhatikan baik-baik.

Gye Jeol : Baiklah.

Detektif Kim : Apa dia salah satu dari mereka?

Gye Jeol : Apa itu dia?

Gye Jeol mengambil satu foto dan mengangkatnya tinggi2, seraya menutupi wajah di foto dengan tangannya. Bersamaan dengan itu, Joong Sik datang menyamar sebagai tukang. Joong Sik berdiri tepat di depan Gye Jeol. Gye Jeol menurunkan foto itu dan menutupi wajah Joong Sik dengan tangannya. Dia pun membeku.

Joong Sik : Kau meminta peralatan pencegahan kejahatan?

Gye Jeol : Ya.

Detektif Kim kembali bertanya pada Gye Jeol, apa orang yang mendorong Gye Jeol ke laut bukan salah satu yang ada di foto.

Gye Jeol bilang tidak.

Detektif Kim : Aku akan menyelidiki ini lebih lanjut. Datanglah ke kantor polisi setelah beberapa hari.

Detektif Kim pergi.

Gye Jeol menatap Joong Sik.

Gye Jeol : Kau datang lebih awal. Kukira kau akan butuh beberapa hari lagi.

Joong Sik : Kami langsung pergi saat wanita memanggil kami karena mereka merasa sangat gelisah.

Joong Sik mulai memasang alat sensor di langit2.

Gye Jeol : Namun… Tidak akan ada kamera di sana, bukan?

Joong Sik: Kamera pengawas dipasang di luar Ini alarm untuk sensor di bingkai jendela dan pintu.

Gye Jeol : Ada banyak berita belakangan ini soal penggunaan kamera tersembunyi di hal seperti itu.

Joong Sik : Aku mengerti kekhawatiranmu. Kau mau mencoba membuka pintunya?

Gye Jeol langsung lari keluar.

Kita diperlihatkan flashback.

Joong Sik memasang kamera tersembunyi di alat itu!

Flashback end…

Gye Jeol kembali ke lagi ke klinik. Dia membuka pintu dan alat sensor berbunyi.

Joong Sik bilang jika alat itu berbunyi, mereka akan segera datang.

Gye Jeol : Itu bagus.

Di depan klinik, Joong Sik menghubungi Direktur kim.

Direktur Kim : Kenapa kau pergi ke sana?

Joong Sik : Dia sama sekali tidak mengenaliku. Aku harus membuktikan ini kepada anda agar anda terus memanfaatkanku, bukan?

Direktur Kim : Bagaimana jika Han Gye Jeol mengenalimu? Apa yang akan kau lakukan?

Joong Sik : Maka anda akan membunuhku untuk merahasiakan semuanya. Setidaknya aku tahu itu. Itu sebabnya aku mempertaruhkan nyawaku. Apakah aku masih berguna atau aku harus disingkirkan.

Direktur Kim : Jadi, apa rencanamu sekarang?

Joong Sik : Aku akan mencari Park Chung Sung dan mengurus Han Gye Jeol. Jadi, percayalah kepadaku sekali lagi. Pimpinan.

Kokdu mematut diri di depan cermin, sambil nyocokin beberapa baju.

Lalu Ok Shin dan Gak Shin datang. Mereka kaget melihat ruangan baju Kokdu berantakan.

Ok Shin : Kami punya semua rekaman keamanan di dekat mercusuar. Tim keamanan sedang memeriksa dengan saksama. Kita akan bisa segera menemukan pelakunya.

Kokdu : Kita harus segera menemukannya. Kita harus menemukannya sebelum polisi. Dia berani macam-macam dengan pasangan dewa. Aku tidak bisa membiarkan manusia biasa mengurusnya.

Gak Shin : Namun, Tuan Kokdu, apa yang kau lakukan?

Kokdu menunjukkan dua baju di tangannya.

Kokdu : Lihat ini. Aku suka gaya tanpa gender Alessandro Bichele. Bagaimana mengatakannya, ya? Meningkatkan keseksian jantanku. Martin Morgiela. Filosofinya cerdas. Unik, tapi tidak pamer. Sama sepertiku. Tidak mudah melakukannya.

Ok Shin dan Gak Shin kesal melihat kelakuan Kokdu.

Kokdu mengendarai mobil merahnya yang mewah.

Sambil menyetir, dia menyalakan radio, eh, ada berita Yi Deun lagi diwawancara.

Kita ke Yi Deun yang lagi diwawancarai di studio.

Penyiar : Jung Yi Deun, kau lucu sekali. Ini pertanyaan dari “Berkencan dengan peri” di Okin-dong. Kapan ciuman pertamamu? Bagaimana rasanya?

Yi Deun : Begini… Ciuman pertamaku…

Yi Deun tertawa, kalian nakal. Aku ingat jelas ciuman pertamaku. Bagaimana rasanya… Rasanya seperti musim kelima. Apa itu menjawab pertanyaannya?

Kokdu : “Musim kelima?”

Yi Deun : Seolah-olah aku bertemu musim yang tidak akan pernah kembali, rasanya mistis.

Kokdu pun menunggu Gye Jeol di depan klinik. Tak lama, Gye Jeol turun dari bis.

Gye Jeol melihat Kokdu, langsung melambaikan tangannya ke Kokdu. Salju turun.

Kokdu terpana melihat Gye Jeol yang asik bermain salju.

Gye Jeol berlari mendekati Kokdu.

Gye Jeol : Kokdu. Salju turun. Cuaca ekstrem pasti buruk tahun ini. Cuacanya sangat cerah, tapi turun salju.

Kokdu terus memandangi Gye Jeol.

Narasi Kokdu terdengar.

Kokdu : Seperti salju di pertengahan musim panas. Seperti musim kelima. Seperti surga baru. Bibirnya mendatangiku.

Di klinik, Gye Jeol mengenalkan Gak Shin ke Kokdu.

Gye Jeol : Izinkan aku memperkenalkannya secara resmi. Dia Perawat Seo Bok Kyung.

Gak Shin mengenalkan diri, halo. Aku Seo Bok Kyung.

Tapi Kokdu nya gak peduli dan terus menatap Gye Jeol.

Gak Shin pun mengangkat tangannya ke depan mata Kokdu tapi Kokdu langsung menurunkan tangan Gak Shin.

Sekarang, Gye Jeol lagi berbicara dengan keluarga pasien.

Kokdu duduk memperhatikan Gye Jeol.

Keluarga pasien : Begini… Suamiku dipulangkan setelah dioperasi karena kanker. Namun, sepertinya pil itu terus tersangkut di tenggorokannya.

Gye Jeol : Apa itu tukak ciuman?

Mendengar itu, Kokdu langsung bicara.

Kokdu : Ada apa dengan ciuman? Kau bisa sakit karena berciuman? Seharusnya kau memberitahuku sebagai dokter. Apa itu? Apa itu penyakit serius?

Gak Shin yang duduk di meja informasi, merasa malu melihat tingkah Kokdu.

Gye Jeol lanjut menjelaskan ke keluarga pasien.

Gye Jeol : Itu karena kisseptin dilepaskan.

Kokdu berulah lagi, apa itu? Apa yang dilepaskan saat berciuman? Apa itu sesuatu yang buruk? Apa itu bagus?

Gak Shin : Ini membuatku gila.

Gye Jeol : Jika keadaan memburuk, harus memasukkan cakram buatan.

Kokdu berdiri, kau jelas mengatakan “bibir” kali ini. Aku mendengarnya dengan jelas.

Gye Jeol marah, berhenti menggangguku dan keluar!

Kokdu : Jangan memerintahku. Negosiasi.

Gye Jeol : Keluar sekarang!

Kokdu nurut.

Kokdu duduk di tepi pantai.

Gak Shin datang membawa minuman.

Kokdu : Apa salahnya penasaran? Aku bisa tanya apa kau sakit karena ciuman dan apa yang dilepaskan!

Gak Shin : Ada apa denganmu?

Gak Shin : Kau terlihat seperti sudah gila!

Kokdu : Kau melihat Gye Jeol menatapku, bukan?

Gak Shin : Benar. Kau tidak akan memelototi musuhmu selama satu abad seperti itu.

Kokdu : Itu bukan akhirnya. Dia bahkan membentakku.

Gak Shin : Benar sekali. Beraninya dia membentakmu.

Kokdu : Namun, dia cantik! Dia cantik saat melotot. Dia cantik saat meneriakiku menyuruhku mati. Kakinya bengkak karena berjalan seharian juga cantik. Rambutnya basah karena keringat yang menempel di wajahnya juga cantik.

Gak Shin kesal, Oh my God! Bencana ini pasti karena Seol Hee.

Kokdu : Cinta yang seperti perang sudah berakhir, tapi ada sisa-sisa jebakan di hatiku. Mereka mengira Han Gye Jeol adalah Seol Hee dan terus meledak.

Gak Shin : Kau bilang kehidupan lampau dan ciuman sama sekali tidak penting. Apa kau bisa melamar seperti ini?

Kokdu : Apa hubungannya dengan ini?

Gak Shin : Anggap saja lamaranmu berhasil dan Gye Jeol bilang, “Aku mencintaimu.” Maka kau akan bebas dari rasa sakit abadi dengan mati. Namun, Gye Jeol yang ditinggal sendirian akan terjebak dalam rasa sakit yang menyiksa. Kau bisa menahan air matanya?

Kokdu menatap Gak Shin.

Kokdu : Gak Shin-ah, kau tahu satu-satunya hak istimewa orang mati? Mereka tidak berkewajiban berbagi beban orang hidup. Air mata Gye Jeol adalah air matanya, bukan air mataku.

Kokdu berdiri.

Gak Shin gak yakin, benarkah? Aku tidak bisa memercayai omong kosongmu sekarang.

Kokdu : Pastikan untuk melihat wajahku dengan baik. Kau mungkin tidak akan melihatnya lagi setelah malam ini.

Kokdu beranjak pergi.

Gye Jeol lagi siap2 untuk panggilan rumah.

Kokdu dan Gak Shin masuk.

Kokdu : Han Gye Jeol, apa kegiatanmu malam ini? Cuacanya luar biasa.

Gye Jeol mengabaikan Kokdu dan mengajak Gak Shin pergi.

Gak Shin menatap Kokdu, kau seperti layanan prakiraan cuaca.

Gye Jeol dan Gak Shin pergi ke restoran daging di tepi pantai.

Di sana, mereka melihat ada poster Jung Yi Deun. Rupanya Yi Deun pernah mampir ke restoran itu.

Mereka menemui ajumma pemilik restoran bernama Oh Kyung Seung.

Nyonya Oh : Kau lebih muda dari dugaanku.

Gye Jeol : Di mana yang sakit?

Nyonya Oh : Bukan aku. Suamiku.

Suami Nyonya Oh, Shin Hong Geun, sedang bernyanyi tak jauh dari restoran.

Nyonya Oh mengantarkan Gye Jeol dan Gak Shin ke sana.

Gye Jeol tepuk tangan begitu Tuan Shin selesai nyanyi.

Tuan Shin menatap kesal Nyonya Oh, kubilang aku akan menikmati sisa hidupku bermain gitar. Kenapa kau memanggil dokter?

Nyonya Oh : Astaga. Kau bilang begitu, tapi kau berdandan berlebihan. Kau bahkan memakai jaket denim lamamu.

Tuan Shin : Aku punya reputasi sebagai juara ketiga Festival Lagu Tepi Sungai. Coba cari “Festival Lagu Tepi Sungai” dan namaku, Shin Hong Geun, di internet. Penampilanku akan cukup baik untuk ditonton.

Gak Shin berbisik pada Gye Jeol.

Gak Shin : Berapa lama kita harus dengar ini?

Gye Jeol pun tanya pada Tuan Shin, apa yang sakit.

Tuan Shin : Hari ini, bagian ini nyaman. Besok, bagian itu sakit. Tubuh dan kehidupan manusia sama saja. Semua baik-baik saja.

Nyonya Oh : Tetap saja, dokter ada di sini. Setidaknya beri tahu dia demi aku.

Gye Jeol melihat banyak tisu dengan noda darah di atas meja di depan Tuan Shin.

Gye Jeol : Sudah berapa lama anda mengalami gejala ini?

Tuan Shin : Kurasa sudah sekitar sebulan. Begitu aku mimisan, itu sepertinya tidak mudah berhenti. Lihat. Aku juga memar biru.

Tuan Shin menunjukkan memar di kakinya.

Tuan Shin : Aku melihat di internet bahwa jumlah trombosit yang rendah bisa menyebabkan memar ini. Ini leukemia, bukan? Aku cukup tahu soal ini, jadi, katakan dengan jujur. Berapa lama lagi aku akan hidup?

Nyonya Oh : Bagaimana aku bisa hidup sendiri? Kenapa kau terus memiliki pola pikir yang lemah?

Tuan Shin : Apa aku bisa melihat dedaunan gugur untuk kali terakhir?

Gye Jeol : Apa anda selalu punya rambut keriting di kaki seperti ini? Kapan ini terjadi?

Nyonya Oh : Apakah sangat buruk?

Gye Jeol : Anda sering makan daging?

Nyonya Oh : Seperti yang kau lihat, Hong Geun berjiwa muda. Jadi, selera makannya juga seperti anak-anak. Serta dia suka minum. Dia bilang tidak bisa minum banyak jika makan, jadi, dia tidak makan banyak secara umum.

Tuan Shin : Alkohol juga mengandung karbohidrat. Kau tahu berapa banyak kalorinya? Jika aku makan makanan lain selain itu, perutku akan buncit, dan aku tidak akan bisa memakai ini.

Gye Jeol : Bagaimana dengan kimci atau buah?

Nyonya Oh : Dia benci apa pun yang rasanya masam.

Gye Jeol : Kita harus melakukan tes darah untuk tahu pasti, tapi dari yang kulihat…

Tuan Shin : Ya?

Gye Jeol : Kurasa anda menderita skorbut.

Tuan Shin : Bukan leukemia?

Nyonya Oh : Kalau begitu, Hong Geun tidak mengidap penyakit parah?

Gye Jeol : Tentu saja tidak. Anda tidak makan banyak selain alkohol, dan anda bahkan merokok. Anda butuh lebih banyak vitamin. Aku akan meresepkan suplemen vitamin untuk anda. Anda juga harus makan makanan lain. Namun, tetap saja, anda harus mengurangi rokok. Lebih baik anda berhenti sepenuhnya.

Tuan Shin : Aku akan berhenti.

Nyonya Oh tercengang mendengar itu.

Tuan Shin : Jika dokter secantik ini menyuruhku berhenti, aku akan berhenti! Aku akan menyebarkan beritanya ke seluruh Yeongpo. Bahwa kamu benar-benar versi wanita dari Heo Jun.

Tuan Shin bahkan mematahkan rokoknya.

Gye Jeol senang dipanggil Heo Jun.

Gye Jeol : Terima kasih.

Ok Shin di resto mewah yang kemarin, menghubungi Kokdu.

Kokdu nya di klinik, menunggu Gye Jeol.

Ok Shin : Jadi, kau sudah membahasnya?

Kokdu : Sebentar lagi.

Ok Shin : Kenapa kau masih tidak mengatakannya? Tahukah kau sesulit apa aku bekerja menyewa chef Michelin bintang tiga? Orang itu bukan orang yang bisa kau temui setiap hari seperti pengemis di kota.

Kokdu ngegas, kenapa kau berisik sekali? Aku akan ke sana, ya? Siapkan yang terbaik. Ini bisa menjadi makan malam terakhirku.

Kokdu mutusin panggilan.

Ok Shin nya kesal, astaga, apa dia tahu berapa biayanya ini?

Gye Jeol dan Gak Shin datang. Gak Shin langsung ke mejanya.

Kokdu : Apa kegiatanmu malam ini?

Gye Jeol : Tidak banyak.

Kokdu : Itu bagus. Aku juga tidak punya rencana. Mari habiskan waktu bersama.

Gye Jeol : Kau pasti berpikir aku gampangan. Kau tahu betapa mahalnya waktuku? Kenapa kau mencoba menggunakan waktuku sesukamu?

Kokdu : Aku tidak peduli semahal apa pun itu. Aku tidak berniat membeli waktumu.

Gye Jeol : Bagaimanapun, aku tidak berniat menghabiskan waktu bersamamu hari ini, jadi, sampai nanti.

Kokdu : Nanti kapan?

Gye Jeol : Nanti. Kapan saja.

Kokdu sewot, Seo Bok Kyung. Keluar.

Gak Shin : Aku?

Gye Jeol : Tunggu, kenapa kau menyuruh pegawaiku keluar?

Kokdu : Kau tidak mendengarku menyuruhmu keluar?

Gak Shin : Aku pergi.

Gye Jeol : Kenapa kau marah? Seharusnya aku yang marah sekarang.

Kokdu : Semua ada waktunya, Han Gye Jeol. Bunga seperti itu, begitu pula salju. Udara panas di malam musim panas, angin yang membawa musim gugur, cinta yang sudah berlalu, dan hubungan yang telah kembali juga seperti itu. Alasan orang menjadi tidak bahagia adalah mereka menunda waktu yang tepat. Ada yang ingin kukatakan dan kudengar darimu. Aku sudah menunggu 1.000 tahun, jadi, itu bukan kata-kata yang bisa kau katakan atau dengar kapan saja. Waktu yang tepat untuk semua itu adalah sekarang. Hari ini.

Gye terpana mendengar itu, sebelum akhirnya dia setuju.

Kokdu : Sampai jumpa sepulang kerja. Aku akan menyiapkan semuanya dan memberitahumu.

Kokdu pergi.

Gye Jeol senyum2 sendiri.

Gye Jeol : Apa itu tadi? Dia akan membicarakan ciuman itu nanti.

Kokdu duduk di depan mobil mewahnya.

Kokdu : Kukira aku ditolak. Aku hampir mengalami penghinaan terburuk dalam 1.000 tahun. Aku tidak pernah bisa melakukan lamaran ini lebih dari sekali. Astaga.

Kokdu masuk ke mobilnya.

Jung Won yang kesal sama Gye Jeol, melampiaskan emosinya dengan latihan di sasana tinju.

Jung Won : Han Gye Jeol! Tamat riwayatmu hari ini!

Couch nya sampai kewalahan.

“Kau akan berpesta hari ini? Apa kamu menyembelih babi?”

“Kenapa?” tanya Jung Won.

“Tingkat energimu sangat tinggi hingga kau tampak bisa membunuh sesuatu dengan tangan kosong.”

“Semacam itu. Hari ini, aku akan membutuhkan lebih banyak kekuatan bertarung dari biasanya.”

Jung Won mulai menyerang lagi.

Tapi si couch minta istirahat sepuluh menit.

Chul datang, bisa luangkan waktumu untukku?

Jung Won : Aku tidak mau menemui pria hari ini, jadi, pergilah.

Chul : Aku bukan pria. Aku detektif polisi.

Jung Won : Apa detektif polisi bukan pria?

Chul : Hidup macam apa yang kau jalani sampai kau selalu salah paham kepadaku?

Jung Won : Kehidupan saat rata-rata lebih dari lima pria sehari mengajakku kencan.

Chul : Kau tidak secantik itu, jadi, aku tidak mengerti.

Jung Won : Biasanya, orang tidak mengatakan komentar kasar itu dengan lantang.

Chul : Biasanya, orang juga tidak asal mengatakan kesalahpahaman.

Jung Won : Kau kemari untuk berkelahi?

Chul : Aku datang untuk menyelidiki. Ini. Ini semua orang yang tertangkap di rekaman CCTV rumah sakit. Di antara orang-orang ini, siapa orangnya?

Jung Won : Aku tidak bisa memberitahumu secara gratis.

Chul : Kami tidak punya banyak uang untuk melakukan penyelidikan.

Jung Won : Benarkah? Kalau begitu, gunakan tubuhmu saja.

Chul terkejut dan salah paham.

Jung Won mengerti apa yang dikira Chul.

Jung Won : Bukan seperti itu. Aku tidak tertarik dengan itu.

Chul : Aku juga. Syukurlah. Lalu apa?

Jung Won : Ayo bertarung.

Chul : Kau pasti salah paham karena aku sangat langsing. Mungkin tidak terlihat, tapi aku tidak pernah kalah dalam olahraga. Apa pun yang kulakukan, aku selalu menang. Aku satu-satunya… Aku satu-satunya yang hebat seperti Yoo Ah In!

Jung Won : Benar, Pak Yoo Ah In. Aku akan bekerja sama jika kau menang. Namun, jika aku menang, jangan pernah menemuiku lagi.

Chul : Setuju.

Jung Won : Jangan bilang kau melunak kepadaku karena aku perempuan.

Chul : Aku juga punya kakak perempuan. Jika aku melunak kepadanya karena dia perempuan, aku pasti sudah menyeberangi Sungai Jersey.

Jung Won : Kenapa kau menyeberangi Sungai Jersey? Aku yakin maksudmu Sungai Yordania.

Chul malu sendiri karena salah sebut lagi.

Chul di depan RS sekarang dan sedang menuju mobilnya saat dihubungi Detektif Kim.

Detektif Kim: Kami sudah memeriksa rekaman kamera pengawas dan kamera dasbor dari sekitar sana. Tidak ada yang menangkap wajah orang itu. Apa gunanya menemukan mereka? Tekan saja saksinya lebih keras, ya? Bukti konklusif atau semacamnya saja yang akan membuatnya bicara.

Chul : Aku akan memeriksa tempat parkir dan bahkan gang.

Tiba-tiba aja, sebuah ambulans masuk.

Chul pun ingat saat melajukan mobilnya dan berhenti di depan palang menuju keluar, dia sempat papasan dengan ambulans yang baru datang.

Teringat itu, Chul pun mendekati si supir ambulans.

Chul : Aku Detektif Han Chul dari Kantor Polisi Yeongpo.

Gye Jeol sedang melihat pakaiannya di lemari.

Gye Jeol : Astaga. Tidak ada yang bisa dipakai. Aku yakin membeli gaun tahun lalu. Itu sangat murah, tapi cantik. Namun, sudah hilang.

Gye Jeol pun memarahi lemarinya, hei, Lemari. Kau melahap gaunku, bukan? Jujurlah. Benar, bukan?

Dia bahkan menendang lemarinya.

Lalu Gye Jeol melihat2 gaun di internet.

Gye Jeol : Jika aku memesan ini sekarang… Kapan itu akan datang?

Gye Jeol lalu bertanya2, haruskah mereka bertemu besok saja.

Tiba2 aja Gye Jeol dapat kiriman paket. Merasa gak memesan barang, Gye Jeol memeriksa ponselnya. Dan di ponselnya, ada struk pemesanan barang. Gye Jeol bertanya2, apa tadi dia sempat memesannya.

Gye Jeol pun membuka paketnya. Isinya gaun yang sangat cantik.

Gye Jeol pun beranjak pergi, dengan gaun itu.

Kokdu yang berdiri di paling atas mercusuarnya, melihat Gye Jeol keluar dari rumah.

Kokdu : Angin, orang-orang, dunia, dan alam semesta… Ingat satu malam yang ada untukmu.

Sebuah taksi lewat. Gye Jeol menghentikannya tapi taksi itu berjalan melewatinya. Gye Jeol lantas melihat jamnya. Dia panic.

Gye Jeol : Gawat jika aku terlambat.

Kokdu pun dengan satu jentikan jarinya, membuat taksi itu kembali ke Gye Jeol.

Gye Jeol pun pergi.

Setelah Gye Jeol pergi, Kokdu melompat dari mercusuarnya, ke atas atap bangunan lain dan melihat taksi yang melaju membawa Gye Jeol.

Kokdu lagi2 menjentikkan jari. Dan, lampu di sepanjang jalan yang dilalui Gye Jeol, menyala satu per satu.

Si supir taksi merasa aneh.

Supir taksi : Lampu jalan di sini sudah lama rusak. Jadi, jalannya gelap dan berbahaya. Namun, lampunya menyala hari ini. Kau pasti beruntung, Bu.

Gye Jeol : Aku tahu kau hanya mengatakannya untuk membuatku bahagia, tapi itu benar-benar membuatku bahagia.

Supir taksi : Aku bisa melihatnya sekilas. Semua hal yang dilakukan pelanggan sepertimu berakhir dengan baik. Aku serius.

Gye Jeol : Benarkah? Terima kasih.

Kokdu sudah di restoran mewah bersama Ok Shin.

Ok Shin : Tuan Kokdu. Bagaimana menurutmu? Aku bahkan menyiapkan musik.

Kokdu : Ini bagus. Kerja bagus.

Seorang pelayan memberitahu Ok Shin, bahwa dia sudah datang.

Namun dia yang datang bukan Gye Jeol, tapi Jung Won. Jung Won langsung memeluk Kokdu. Kokdu heran dan mendorong kepala Jung Won dengan telunjuknya.

Kokdu : Siapa kau?

Jung Won memeluk Kokdu lagi.

Jung Won : Aku sudah minta maaf, bukan? Sudah kubilang itu salahku. Semarah apa pun kau, kita harus tetap berhubungan.

Kokdu : Kau mau mati?

Gye Jeol datang. Melihat Gye Jeol, Kokdu pun langsung mendorong Jung Won dari tubuhnya.

Sementara Ok Shin dan pemain biola, kabur.

Gye Jeol : Hei, Tae Jung Won.

Jung Won : Kau tahu aku mencari Jin Woo. Namun, kenapa tidak meneleponku? Tidak sekali pun?

Gye Jeol : Begini… Aku punya alasan.

Jung Won : “Alasan”? Alasan apa? Kau mencoba merayu Jin Woo tanpa sepengetahuanku?

Kokdu : Hei, Jalang. Memangnya kau siapa, bisa membuatku kesal?

Jung Won heran Kokdu manggil dia jalang.

Kokdu : Katakan. Siapa kau mematahkan semangatnya dengan kata-kata dengki? Kutantang kau mengucapkan kata-kata penuh dosa itu lagi karena kau akan tahu dengan siapa kau berurusan malam ini.

Jung Won : Apa maksudmu, Jin Woo? Haruskah kau bertindak sejauh ini?

Gye Jeol : Jung Won, Profesor Do… Dia kehilangan ingatannya.

Jung Won : Apa?

Kokdu mengajak Gye Jeol pergi.

Kokdu : Ayo pergi. Ini bukan harinya.

Kokdu menggandeng tangan Gye Jeol. Jung Won terbelalak melihat itu.

Gye Jeol menghentikan Kokdu.

Gye Jeol : Tunggu, Kokdu. Aku harus bicara dengannya.

Kokdu : Nanti saja. Aku prioritas hari ini.

Gye Jeol : Jika sesuai urutan, dia yang pertama.

Kokdu : Kalau begitu, aku akan menunggu di luar.

Gye Jeol : Pulanglah. Aku akan meneleponmu.

Kokdu menurut dan pergi.

Jung Won kaget dengar cerita Gye Jeol kalau Jin Woo amnesia.

Jung Won marah, kau merahasiakannya dariku selama ini? Kenapa dia tidak menjalani pengobatan?

Gye Jeol : Sebagai dokter, kau tahu tidak ada pilihan selain menunggu saat seseorang hilang ingatan.

Jung Won : Jadi, kau mengobati orang sakit sambil melakukan keinginannya? Omong kosong. Kau ingin dia tetap di sisimu. Aku mengerti. Pria di luar jangkauanmu, Do Jin Woo yang perkasa, jatuh dan jatuh ke pelukanmu. Namun, dengar. Bukan begitu cara merayu pria.

Gye Jeol : Apa kau buta? Kau tidak lihat? Bukankah sudah jelas dia yang mencoba merayuku?

Jung Won : Hei, aku tidak percaya kau pikir pria menyukaimu bahkan saat mereka datang dan bicara denganmu. Kau sudah sering dikhianati. Sudah saatnya kau sadar.

Gye Jeol : Kenapa? Kau pikir pria hanya menyukaimu? Mereka juga menyukaiku! Aku yakin ada seseorang di luar sana yang akan jatuh cinta kepadaku.

Jung Won : Tentu. Namun, aku jamin Jin Woo bukan orang itu.

Gye Jeol : Jangan terlalu yakin.

Jung Won : Aku yakin itu. Karena kami berpacaran.

Gye Jeol : Apa?

Jung Won : Kami bertemu di Amerika dan akan kembali bersama setelah kasus ibunya selesai. Kau tidak tahu?

Gye Jeol : Aku tidak tahu.

Jung Won : Apa kau kecewa?

Gye Jeol : Itu…

Jung Won : Sekali lagi, maafkan aku. Berikan nomor teleponnya. Serta jangan menghubunginya lagi.

Gye Jeol : Tidak.

Jung Won : Tidak? Apa maksudmu tidak?

Gye Jeol : Seperti katamu, aku menyukainya. Jadi, aku belum bisa melepaskannya.

Jung Won : Sudah kubilang kami berpacaran. Kau tidak mendengarku?

Gye Jeol : Mereka bilang kita punya dua telinga karena kita harus mendengarkan cerita dari kedua sisi. Dia tidak ingat apa pun. Bagaimana aku bisa memercayaimu? Tidak ada yang pernah memberitahuku bahwa kalian berpacaran.

Jung Won : Lalu apa? Kau perlu melihat bukti?

Gye Jeol : Tentu, jika kau memilikinya.

Jung Won meraih ponselnya tapi dia tak punya foto berdua dengan Jin Woo.

Jung Won yang tidak bisa menunjukkan bukti, langsung mengatakan Gye Jeol kekanak-kanakkan.

Gye Jeol : Aku sangat mengenalmu, itu alasannya. Aku tahu kau tidak akan ragu untuk berbohong jika perlu.

Jung Won : Jangan bilang ini tentang Jung Yi Deun… Hei, itu sudah bertahun-tahun lalu. Bagaimana bisa kau….

Gye Jeol : Ini jelas tidak cukup waktu untuk mendapatkan kembali kepercayaanku. Jadi, aku menundanya.

Jung Won : Menunda apa?

Gye Jeol : Aku akan menunggu sampai ingatannya pulih untuk memutuskan apa aku bisa memercayaimu dan apa aku harus membiarkan perasaanku tumbu. Semuanya.

Jung Won : Apa kau mengatakan ini untuk membuatku lengah agar kau bisa merayunya?

Gye Jeol : Benar.

Jung Won : Kau pasti akan melakukan itu, bukan?

Gye Jeol : Namun, aku bukan kau. Aku tidak akan pernah melakukan hal memalukan seperti itu.

Jung Won pun ingat ketika dia dan Gye Jeol dulu masih akrab.

Flashback…

Jung Won menemani Gye Jeol minum2. Gye Jeol cerita, bahwa Yi Deun menghilang selama sepekan penuh.

Gye Jeol : Kau tahu betapa frustrasinya aku. Jadi, aku memarahinya sedikit. Aku marah kepadanya dan bilang kami harus putus. Meski begitu.. Aku tidak percaya dia mengabaikan teleponku! Apa menurutmu dia tidak mau berurusan denganku sekarang? Apa dia akan bicara denganku jika aku minta maaf lebih dahulu?

Jung Won mencegah, hei, kau sudah gila? Yang benar saja. Dengar. Jung Yi Deun yang salah. Kenapa kau meminta maaf? Kau tahu tidak ada jalan kembali setelah mengalah dalam hubungan. Jangan meneleponnya lebih dahulu. Kau harus menunggu sampai dia meneleponmu lebih dahulu.

Gye Jeol : Namun… Mungkin dia sangat sibuk. Atau mungkin, Yi Deun mengalami cedera atau semacamnya. Apa namanya? PGA atau semacamnya. Aku membuatnya stres saat dia sibuk bersiap untuk pergi ke Amerika.

Jung Won : Kalau begitu, bagaimana jika aku meneleponnya? Aku tidak akan menanyakan kabarmu. Aku hanya akan menanyakan kabarnya.

Gye Jeol : Benarkah? Maukah kau melakukan itu untukku?

Gye Jeol senang, terima kasih banyak, Jung Won!

Flashback end…

Gye Jeol : Kau merayu pacarku setelah bilang akan membantuku. Aku tidak sepintar itu, jadi, aku tidak bisa menyerang orang seperti itu.

Jung Won : Benar. Kau tidak sepertiku. Jadi, kau tidak akan melakukan hal sepicik itu, bukan?

Gye Jeol : Tidak akan pernah. Aku lebih baik mati daripada melakukan hal seperti itu.

Jung Won : Begini… Jangan pernah bilang tidak akan pernah. Kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidup nanti. Itulah kehidupan.

Sekarang, Gye Jeol sudah di kamarnya. Dia mau menelpon Kokdu tapi ragu.

Gye Jeol ingat kata2 Jung Won tadi.

Jung Won : Apa yang kupikirkan, memercayai semua hal itu? Kau sangat ingin mempertahankannya di sisimu. Maksudku, aku mengerti. Pria yang tampaknya berada di luar jangkauanmu. Do Jin Woo yang perkasa, Kau pikir dia jatuh dan mendarat di pelukanmu.

Gye Jeol : Aku membiarkan diriku serakah karena pria yang tidak sehat. Jung Won mengatakan hal-hal yang membuatku introspeksi diri.

Gye Jeol guling2 di kasur.

Gye Jeol : Aku kesal. Aku kesal sekali!

Kokdu juga lagi menunggu telepon Gye Jeol.

Narasi Kokdu terdengar.

Kokdu : Saat kau menyuruh seseorang menunggu, selalu ada kutukan tersembunyi. Kau, sebagai orang yang mengatakannya, lupa cara mendatangi orang lain. Lalu orang yang disuruh menunggu lupa cara pergi.

Lalu Kokdu berbaring, menatap foto Gye Jeol.

Besoknya, Kokdu meminta penjelasan Gye Jeol kenapa tidak menelponnya.

Gye Jeol : Kau menunggu teleponku?

Kokdu : Ya. Untuk waktu yang sangat lama.

Gye Jeol : Maafkan aku. Perbincangannya berlangsung lebih lama dari dugaanku.

Kokdu : Tidak apa-apa. Kita bisa memilih hari lain.

Gye Jeol : Bagaimana kalau lusa? Pukul 18.00.

Kokdu : Malam ini juga bisa. Ada restoran Prancis baru di dekat pantai. Ayo ke sana.

Gye Jeol : Tidak bisa hari ini atau besok. Itu dipesan berturut-turut.

Kokdu : Kau sudah menelepon restorannya? Ada yang semangat.

Gye Jeol : Banyak orang menunggu untuk menjalani pindai MRI otak mereka.

Kokdu : MRI?

Gye Jeol melihat daftar janji MRI. Ternyata Gye Jeol membuat janji untuk MRI.

Gye Jeol : Seharusnya aku melakukan tes ini dahulu. Seharusnya aku lebih bijaksana. Maafkan aku.

Kokdu : Hei, ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba sikapmu berubah?

Gye Jeol : Apa maksudmu? Aku belum berubah sedikit pun. Kau yang berubah, Kokdu.

Kokdu : Apa maksudmu?

Gye Jeol : Manusia yang menua dan selalu berubah pikiran. Aku tidak bisa berubah meskipun aku mau. Aku tau kamu hilang ingatan, tapi kau juga tidak punya hati nurani.

Kokdu : Bisa jelaskan?

Gye Jeol : Kukira kau hanya punya uang, tapi kamu juga punya pacar.

Kokdu : Aku punya apa?

Gye Jeol : Pacar.

Kokdu : Jangan bilang kau membicarakan gadis kasar itu. Abaikan saja dia. Dia sama sekali bukan tipeku.

Gye Jeol : Begini… Ada kata yang paling kubenci yang dimulai dengan huruf S. Tebak.

Kokdu : Sampo?

Gye Jeol : “Sampo?”

Kokdu : Bukankah karena itu kau jarang keramas?

Gye Jeol mencoba mencium bau kepalanya. Tapi kemudian dia tersadar.

Gye Jeol : Bukan, yang benar “selingkuhan”. Dari kata-kata yang dimulai dengan S, aku benci…

Gye Jeol : Sikat gigi.

Gye Jeol malah mencoba mencium bau mulutnya. Tapi kemudian dia tersadar lagi.

Gye Jeol : Bukan, tapi “selingkuh”. Begini, aku muak dan lelah dengan tukang selingkuh. Kenapa Tuhan membuat manusia sangat serakah? Jika kita tidak serakah, tidak akan ada yang selingkuh. Aku pernah mabuk dan membahasnya dengan pendeta.

Kokdu : Tuan Dewa pasti sangat mencintaimu karena kau masih hidup.

Gye Jeol : Jadi, aku tidak bisa mengencani pacar seseorang.

Kokdu : Aku tidak ingat pernah menjalin hubungan. Apa maksudmu aku punya pacar? Aku tidak ingat.

Gye Jeol : Kalau begitu, kembalikan ingatanmu dahulu.

Kokdu : Bagaimana aku bisa mendapatkan kembali ingatan yang bukan milikku? Haruskah aku pergi ke neraka dan menyeret Do Jin Woo kembali ke sini?

Gye Jeol : Ya, kenapa kau tidak melakukan itu?

Kokdu : Apa?

Gye Jeol : Jadi, sampai ingatanmu pulih, jangan melewati batas.

Kokdu : Apa? “Jangan melewati batas?”

Hari sudah malam. Kokdu di kamarnya sekarang. Dia mengomel.

Kokdu : Dia dimanjakan oleh cinta dewa. Baiklah. Sebagai dewa, aku juga punya harga diri. Aku tidak akan membungkuk lebih dahulu. Benar. Beraninya dia.

Tapi kemudian dia melirik jam. Jam 21.21.

Terpaksalah Kokdu menelpon Gye Jeol.

Gye Jeol : Dengarkan aku saja. Harus kuakui, bicara di telepon setiap malam seperti ini…

Kokdu : Mari jangan melewati batas. Kita harus mempersingkatnya. Sampai jumpa.

Kokdu memutuskan panggilannya.

Gye Jeol sebal sendiri, dia tidak punya sopan santun. Astaga, aku harus menyuruhnya berhenti meneleponku di malam hari.

Tapi ponselnya berbunyi lagi. Ada pesan masuk. Gye Jeol pikir dari Kokdu, ternyata Yi Deun.

Yi Deun : Kau sudah tidur?

Gye Jeol : Jung Yi Deun? Apa dia sudah gila?

Gye Jeol membaca pesan Yi Deun dan sewot.

Gye Jeol : Apa? “Kau sudah tidur?” Ini harus dilarang oleh hukum. Beraninya kau bertanya apa aku sudah tidur. Jika aku bangun, lalu apa? Kau mau berduel?

Yi Deun : Boleh aku meneleponmu jika kamu bangun?

Gye Jeol : Apa dia sudah gila?

Teleponnya berbunyi. Dia kaget dan mencampakkan ponselnya.

Gye Jeol : Astaga.

Tapi Gye Jeol menjawab telepon Yi Deun.

Gye Jeol : Apa maumu?

Yi Deun : Gye Jeol, tolong aku.

Gye Jeol pun ke rumah Yi Deun untuk mengganti perban di kaki Pak Park.

Setelah itu, mereka turun ke bawah.

Gye Jeol : Dia dioperasi. Jika dia demam, kau harus bawa ke rumah sakit. Bagaimana jika lokasi operasinya terinfeksi dan menyebabkan sepsis?

Yi Deun : Dia baik-baik saja sampai kemarin. Suhu tubuhnya tiba-tiba naik hari ini, dan dia pingsan. Haruskah aku menelepon 911 sekarang?

Yi Deun terlihat putus asa.

Gye Jeol jadi kasihan, kau akan baik-baik saja?

Gye Jeol lalu tanya alasan Yi Deun melakukannya.

Yi Deun : Perusahaan tempatnya bekerja terlibat dalam semacam korupsi. Dia pergi menemui dokter dengan bukti untuk membuktikannya. Lalu dokter itu menghilang. Dia ketakutan setelah melihat itu, jadi, dia bersembunyi.

Gye Jeol : Perusahaan mana?

Yi Deun : Semacam pusat kesehatan. Dia tidak mau memberitahuku detailnya.

Gye Jeol : Jadi, dia akan bersembunyi seumur hidupnya?

Yi Deun : Aku akan membujuknya untuk menyerahkan diri.

Gye Jeol : Hubungi aku jika terjadi hal lain. Tentu saja, hanya jika kau tidak punya orang lain.

Yi Deun : Terima kasih, Gye Jeol. Aku tahu aku tidak boleh meneleponmu. Namun, aku tidak punya pilihan.

Gye Jeol : Itu keahlianmu. Kau melakukan hal-hal yang tidak seharusnya.

Yi Deun : Tentang saat itu… Aku sungguh minta maaf. Aku ingin minta maaf kepadamu berkali-kali, tapi…

Gye Jeol : Seseorang memberitahuku bahwa ada waktu yang tepat untuk semuanya. Itu juga berlaku untuk permintaan maaf. Jika melewatkan waktu yang tepat, itu hanya menjadi alasan. Alasan pengecut.

Yi Deun terdiam mendengar kata2 Gye Jeol.

Gye Jeol mau pulang. Yi Deun menawarkan diri mengantar.

Gye Jeol : Apa kau gila?

Yi Deun : Benar, pacarmu tidak akan menginginkan itu.

Gye Jeol : Pacar?

Yi Deun : Kau tidak punya pacar?

Gye Jeol : Kenapa kau penasaran?

Yi Deun : Aku selalu khawatir. Bahwa kau mungkin tidak bisa berkencan lagi karena aku mengecewakanmu.

Gye Jeol : Astaga. Hei, kau. Kamu pasti berpikir aku lelucon. Aku… Pacarku seorang dokter. Direktur eksekutif termuda Pusat Medis Pilseong. Kau selalu sangat ingin pergi ke Amerika. Begini, dia kuliah di sana. Kau pernah dengar Universitas Johns Hopkins? Selain itu, dia sangat tampan.

Yi Deun lalu ingat siapa yang dimaksud Gye Jeol.

Yi Deun : Hubungan singkatmu. Itu dia, bukan?

Gye Jeol beranjak keluar dari rumah Yi Deun. Dan dia panic sendiri.

Gye Jeol : Sial! Kenapa dia harus bertanya tentang pacarku?

Gye Jeol lalu ingat saat dia merengek agar Yi Deun tidak memutuskannya.

Yi Deun : Ini sudah berakhir.

Gye Jeol bahkan berlutut dan memeluk kaki Yi Deun.

Gye Jeol : Jangan pergi. Jangan tinggalkan aku. Kau bisa mencari pacar kedua. Bisakah kau tetap bersamaku? Aku akan berusaha lebih baik.

Flashback end…

Gye Jeol : Jangan menangis! Jangan biarkan dirimu menjadi lebih menyedihkan.

Gye Jeol mengacak2 rambutnya.

Gye Jeol : Aku bodoh sekali!

Lalu Gye Jeol ingat percakapan dia dengan Jung Won tadi.

Gye Jeol : Aku tidak sepintar itu, jadi, aku tidak bisa menyerang orang seperti itu. Tidak akan. Aku lebih baik mati daripada melakukan hal seperti itu.

Jung Won : Begini… Jangan pernah katakan tidak akan pernah. Kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidup nanti. Itulah kehidupan.

Sekarang, Gye Jeol sudah duduk di tempat tidurnya.

Gye Jeol : Ya, aku tidak memberi tahu semua orang bahwa dia pacarku. Aku tidak akan menyebut ini “memfitnah”. Benar, tidak akan.

Lalu Gye Jeol berbaring, dan panic lagi gara2 tadi ngomong ke Yi Deun kalau Kokdu pacarnya.

Bersambung ke part 2…

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like