Tentangsinopsis.com – Sinopsis Kokdu : Season of Deity Episode 2 Part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini.baca episode sebelumnya DISINI.
Mereka pun berdebat di pantai.
Kokdu : Amnesia? Apa hakmu berasumsi aku hilang ingatan?
Gye Jeol : Apa ucapanku mengingatkanmu pada sesuatu?
Kokdu : Tidak, tentu saja tidak.
Gye Jeol : Lihat? Itu sebabnya aku berpikir kau menderita amnesia. Mungkin otakmu mengalami syok berat saat kau terjatuh. Untuk gegar otak, sulit mengembalikan ingatan meski alasannya diketahui.
Gye Jeol lalu bertanya2, apa yang harus dilakukan?
Gye Jeol lantas ingat sesuatu.
Gye Jeol : Benar juga! Mungkin amnesia disosiatif akibat stres berat. Itu psikologis, jadi, kita bisa mengharapkan pemulihan dramatis.
Kokdu : Apa yang kau lakukan?
Gye Jeol : Mendiagnosismu. Aku harus mendiagnosismu untuk mengobatimu.
Kokdu : Apa hakmu mendiagnosisku?
Gye Jeol : Jadi, di bukumu, kita belum pernah bertemu, bukan?
Kokdu : Aku belum pernah bertemu manusia sepertimu dalam banyak aspek.
Gye Jeol : Lantas, mari kita memperkenalkan diri dengan benar. Aku Han Gye Jeol. Aku seorang dokter. “Gye Jeol” berarti musim, jadi, aku benci lagu “Musim yang Terlupakan”. Ini pasti takdirku, atau aku tidak berkesan sama sekali. Aku sudah dilupakan lagi.
Kokdu : Astaga. Kenapa kau mengungkit takdirmu? Apa kau menyalahkan nasib burukmu, berharap aku akan menyelamatkanmu? Milikilah rasa malu.
Gye Jeol : Tidak, silakan perkenalkan dirimu. Kau ingat namamu, bukan?
Kokdu gak mau ngasih tahu namanya lah tapi mulutnya berucap sendiri menyebutkan namanya.
Kokdu : Kokdu.
Kokdu kaget dan heran sendiri kenapa dia ngasih tahu namanya ke manusia.
Gye Jeol : Kokdu? Malaikat Maut?
Kokdu : “Malaikat Maut?” Kata siapa? Di jalan menuju neraka…
Gye Jeol ngalah, tentu saja. Kau seperti raja yang tidak berani dilawan atau dibantah siapa pun. Tentu saja.
Gye Jeol lalu mengalihkan pandangannya dan bicara dalam hati.
Gye Jeol : Dia pikir dia orang lain. Apa dia mengalami fugue disosiatif? Pertama, aku harus mendengarnya tanpa memprovokasinya.
Gye Jeol pun kembali menatap Kokdu.
Gye Jeol : Senang bertemu denganmu, Kokdu-ssi.
Gye Jeol ngajak Kokdu salaman.
Kokdu gak mau, apa yang akan kau lakukan kali ini? Apa kau akan menjatuhkanku lagi?
Gye Jeol : Tadi… Maaf, aku tidak tahu. Profesor Do, maksudku, Kokdu. Kukira kau mengkhianatiku.
Kokdu : Lalu salah siapa ini?
Gye Jeol : Jika aku harus menyalahkan seseorang, aku akan menyalahkan para dewa!
Kokdu : Kau pikir para dewa tidak punya kegiatan lain?
Gye Jeol : Itu lebih baik daripada menyalahkan manusia. Mengetahui kau tidak sehat, aku tidak semarah saat kupikir kau mengkhianatiku. Pengkhianatan, balas dendam… Cerita seperti itu bukan seleraku.
Kokdu : Lalu apa yang kau suka?
Gye Jeol : Cerita dengan akhir bahagia!
Kokdu : Saat bertemu seseorang, kalian akan berpisah. Serta semua makhluk hidup akan mati. Di buku para dewa, hanya ada akhir yang menyedihkan. Tidak ada akhir yang bahagia. Mereka tidak tahan saat manusia bahagia.
Gye Jeol : Bahkan jika akhir yang menyedihkan menimpa kita, manusia, kita harus memulai dengan bahagia. Kalau begitu, bagaimana kalau berjabat tangan? Yang bahagia.
Kokdu pun salaman.
Gye Jeol tersenyum. Melihat Gye Jeol senyum, Kokdu ikutan senyum.
Tapi kemudian dia tersadar dan bertanya2 sendiri kenapa dia senyum.
Ponsel Gye Jeol bunyi. Gye Jeol meraih ponselnya.
Telepon dari Jung Won.
Gye Jeol malas menjawabnya.
Pas noleh ke Kokdu, Kokdu udah ngilang.
Gye Jeol berteriak kesal, hei, Do Jin Woo! Aku akan membunuhmu saat menangkapmu! Hei! Di mana kau! Aku harus melacakmu lagi!
Kokdu nya lagi ujan-ujanan di dekat menara.
Kokdu : Di neraka tidak pernah hujan. Dengan hujan, akhirnya aku sadar bahwa aku berada di dunia manusia. “Aku bermimpi atau berhalusinasi?” Aku khawatir aku sudah gila. Namun, semua ini terjadi karena sudah waktunya. Sudah waktunya dia muncul. Akhirnya, aku bebas.
Kokdu merentangkan tangannya.
Tapi Ok Shin dan Gak Shin muncul.
Gak Shin memayungi Kokdu.
Gak Shin : Apa ada kabar baik?
Kokdu : Akhirnya, aku bertemu wanita yang bisa bantu mengangkat kutukan ini. Ayo.
Kokdu pun berjalan, sambil loncat2 kecil.
Sekarang, Kokdu minum wine ditemani Ok Shin dan Gak Shin di teras rumah, sambil menikmati hujan.
Gak Shin : Kau bertemu wanita yang bisa membantumu mengangkat kutukan?
Kokdu : Aku sangat merindukan hujan di neraka. Aku sangat merindukan hujan saat tubuh dan pikiranku terbakar. Hari ini, kita akan menikmati hujan ini dan minuman kita.
Gak Shin : Kau tidak ingat wajah atau namanya. Bagaimana kau bisa yakin bahwa Han Gye Jeol adalah wanita itu?
Kokdu : Dia melembutkan hatiku. Aku tidak tahu apakah itu disebabkan oleh kebencian, dendam, rasa bersalah, atau kasih sayang. Bagaimanapun, dia menyentuh hatiku.
Ok Shin tertawa, hatimu terbakar menjadi abu dalam perjalanan ke neraka. Dia menggerakkan hatimu saat hatimu tidak ada lagi? Itu hal paling tidak masuk akal yang pernah kudengar.
Kokdu menatap kesal Ok Shin.
Kokdu : Haruskah aku mencabut semua rambutmu?
Gak Shin : Ok Shin ada benarnya. Hanya berdasarkan itu, kita tidak bisa yakin itu dia.
Kokdu : Gak Shin-ah, bukankah ada cincin?
Gak Shin dan Ok Shin saling menatap. Mereka lalu ingat apa yang dikatakan Dewa.
Flashback…
Kokdu tak sadarkan diri karena kedinginan.
Dewa : Kalian berdua akan turun ke dunia manusia.
Ok Shin : Secepat ini? Kami dihukum karena membiarkan keserakahan dan gosip membawa kekacauan ke dunia. Kau bilang akan butuh 180.000 tahun bagi kami untuk menghapus dosa kami. Jadi, bagaimana bisa?
Dewa : Kokdu harus turun ke dunia orang hidup selama 99 hari setiap 99 tahun. Bantu dia dan hapus dosa-dosa kalian.
Gak Shin : Apa yang harus kami bantu?
Dewa : Kematiannya. Dia telah menunggu wanita itu selama ratusan tahun. Perjumpaan kejam itu harus terjadi agar dia bisa mengakhiri semuanya. Temukan wanita itu. Temukan dia. Saat Kokdu mendengar bahwa dia mencintainya, semuanya akan berakhir.
Gak Shin : Namun, kami bahkan tidak tahu siapa dia. Bagaimana kami bisa menemukannya?
Dewa : Saat waktu yang tepat tiba, cincin itu akan membawanya kepada wanita itu.
Dewa menunjuk cincin yang tergantung di leher Kokdu.
Flashback end…
Gak Shin : Namun, kau kehilangan cincin itu.
Kokdu : Sudah kubilang berkali-kali. Aku tidak menghilangkannya. Itu kembali ke pemiliknya.
Ok Shin dan Gak Shin gak percaya.
Kokdu kesal, baiklah. Kalian harus melihatnya sendiri untuk memercayainya. Baiklah, ayo! Aku yakin Han Gye Jeol punya cincinnya. Akan kutunjukkan.
Gak Shin : Tidak. Itu tidak perlu. Cincin yang seharusnya membawamu kepadanya. Itu ada di sini.
Gak Shin memberikan cincin itu ke Kokdu.
Kokdu kaget, apa? Bagaimana…
Gak Shin : Kami menemukannya saat membakar pakaian Do Jin Woo.
Kokdu : Do Jin Woo? Kenapa dia punya cincin ini?
Gak Shin : Sudah jelas, bukan dia. Seperti biasanya, cincin itu mengikutimu, Tuan Kokdu.
Kokdu : Aku menyimpan cincinnya? Itu tidak pernah kembali ke pemiliknya? Kalau begitu, Han Gye Jeol bukan wanita itu? Lalu ada apa denganku? Kenapa aku tidak bisa membunuh Han Gye Jeol? Kenapa dia membuat hatiku lembut?
Gak Shin : Benar sekali! Dia bahkan tidak cantik. Tidak ada yang istimewa darinya! Ada apa denganmu, Tuan Kokdu?
Kokdu : Apa aku menjadi manusia karena sering datang ke alam ini? Astaga, ini mengerikan!
Ok Shin : Jangan langsung menyimpulkan. Tidak ada yang “manusia” tentangmu. Bagaimanapun… Astaga. Apa yang akan kmu lakukan tanpaku, Tuan Kokdu? Astaga.
Kokdu sewot, apa? Kau tahu sesuatu? Sebaiknya begitu.
Ok Shin : Ini semua karena Han Gye Jeol tidak punya dosa.
Kokdu : Tidak ada manusia tanpa dosa. Itu omong kosong. Aku harus mencuci telingaku.
Gak Shin : Ok Shin ada benarnya.
Kokdu : Gak Shin, kau juga seperti ini?
Gak Shin : Saat menghukum manusia, kau selalu tahu semua detail dosa mereka. Mungkin kau tidak bisa membunuhnya karena tidak tahu dosa-dosanya. Lain kali kau bertemu dengannya, buat dia melakukan dosa tepat di depanmu, ya? Maka kau akan sangat ingin membunuhnya.
Kokdu : Membuatnya melakukan dosa? Untuk apa? Itu akan merepotkan.
Kokdu beranjak pergi.
Gak Shin pun menggerutu menatap Kokdu.
Malamnya, Kokdu duduk di depan toserba sambil menikmati bir.
Tiba2, dia mendengar suara teriakan Gye Jeol.
Gye Jeol : Do Jin Woo!
Kokdu menoleh dan melihat Gye Jeol tengah berlari ke arahnya.
Kokdu kesal, apa dia truk?
Gye Jeol : Aku berpaling sebentar, dan kau melarikan diri.
Kokdu : Hei, bagaimana kau tahu akan menemukanku di sini? Manusia biasa tidak bisa melacakku semudah itu.
Gye Jeol : Aku melacakmu karena aku manusia biasa. Dengan bantuan banyak informan.
Gye Jeol menunjukkan foto Kokdu yang lagi santai minum bir di toserba yang diterimanya.
*Wuuih, the power of netizen. Wkwkwkw…
Kokdu : Hapus itu dan pergilah sekarang juga. Ini kali terakhir aku mengampunimu.
Gye Jeol : Aku tidak akan repot-repot mengunggahnya jika aku akan pergi.
Kokdu : Lantas, kau akan terus menggangguku seperti ini?
Gye Jeol : Ya, sampai ingatanmu kembali.
Kokdu : Do Jin Woo tidak bisa kembali, jadi, menyerahlah!
Kokdu mau pergi.
Gye Jeol nyuruh dia duduk.
Kokdu pun kesal karena dia tak bisa membantah.
Kokdu duduk lagi.
Gye Jeol : Jangan ke mana-mana.
Kokdu : Kenapa tidak?
Gye Jeol : Aku ingin memberimu sesuatu.
Gye Jeol lari ke toserba.
Kokdu senang, apa yang akan dia berikan kepadaku? Rasa penasaranku selalu membuatku dalam masalah. Apa yang akan dia…
Tiba2, Gye Jeol memasukkan ice cream ke mulut Kokdu.
Kokdu : Ini alasanmu menyuruhku menunggu?
Gye Jeol : Cobalah.
Kokdu : Baiklah.
Gye Jeol : Kau menerima suap, jadi, kau harus melakukan sesuatu untukku sebagai balasannya.
Kokdu : Baiklah. Jadi, kau belajar ekonomi, tapi tidak moral?
Gye Jeol : Tidak ada yang gratis dalam hidup.
Kokdu : Apa yang kau inginkan? Aku akan mendengarkanmu.
Gye Jeol pun menunjukkan beberapa tulisan di bukunya.
Gye Jeol : “Jang Mi Soon”. Kau ingat nama ini?
Kokdu : Ingat apa? Apa yang kau lakukan?
Gye Jeol : Dengar, aku berusaha membantumu mengembalikan ingatanmu yang hilang. Kita harus cepat melakukan ini, jadi, tolong bekerja sama. Ini nama ibumu. Dia meninggal karena kesalahan medis. Kau butuh saksi untuk membuktikan kau tidak bersalah. Itu sebabnya kau mempekerjakanku. Meski kau tidak ingat apa pun sekarang. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku melakukan ini.
Kokdu : Kurasa kau menyukai pria ini.
Gye Jeol : Apa? Kau ingat beberapa hal?
Kokdu : Mereka bilang cinta dan batuk tidak bisa disembunyikan. Cobalah menyembunyikannya sedikit.
Gye Jeol : Pikirkan perasaanku, ya? Aku juga tidak ingin melakukan ini. Aku berusaha semampuku karena mata pencarianku bergantung pada ini.
Kokdu : Apa? Mata pencarianmu bergantung pada seorang pria? Apa ada orang lain yang bisa membantumu?
Gye Jeol : Ada Dokter Ji Soo Yeon.
Kokdu : Ji Soo Yeon? Kalau begitu, pergilah ke orang itu! Kenapa kau menggangguku padahal orang itu bisa membantumu?
Gye Jeol : Dokter Ji tidak akan pernah bersaksi. Dia diancam dengan kejam.
Kokdu : Kalau begitu, kau juga bisa mengancamnya.
Gye Jeol : Aku tidak bisa pergi ke sana dan mengancamnya padahal aku tidak tahu apa pun tentang dia.
Kokdu mendadak senang, kenapa tidak bilang lebih awal? Aku bisa membantumu dengan itu.
Gye Jeol : Dengan apa?
Kokdu : Aku akan menemukan kelemahan Ji Soo Yeon, jadi, ancam dia. Berbuatlah dosa, gunakan keserakahanmu sebagai alasan.
Gye Jeol : Apa? “Dosa”? Kenapa kau tiba-tiba menawarkan untuk membantuku?
Kokdu : Dengan begitu, aku bisa membunuhmu. Itulah alasannya. Ji Soo Yeon akan menjadi tumbal kita.
Gye Jeol : Dia benar-benar tidak sehat. Haruskah aku meninggalkannya?
Kokdu jadi semangat, baiklah. Ayo! Untuk membunuhmu.
Gye Jeol : Jadi, maksudmu kau ingin membantuku? Tanpa mengharapkan imbalan? Kesalahpahamannya dalam.
Kokdu : Kebanyakan orang akan menyebutnya jebakan, bukan bantuan.
Gye Jeol : Baiklah. Aku tidak akan rugi. Aku tidak peduli soal moral atau hati nurani.
Kokdu : Dasar manusia.
Gye Jeol : Ya, seperti inilah manusia.
Kokdu : Di mana Ji Soo Yeon sekarang?
Gye Jeol : Tutup matamu dan berbohonglah sekali saja.
Kokdu : Kenapa aku harus berbohong dengan mata tertutup? Apa itu akan berhasil?
Gye Jeol : Orang lain tidak tahu kau menderita amnesia. Katakan saja, “Han Gye Jeol menuntut mereka karena aku memintanya.” “Dia tidak pernah mengkhianati rumah sakit.” Hadiri saja sidang pendisiplinannya dan katakan itu.
Kokdu : Jadi, kau memintaku berbohong demi kau? Lihat dirimu melakukan dosa.
Gye Jeol : Secara teknis, itu bukan kebohongan. Memang benar kau memintaku bersaksi.
Kokdu : Jadi, itu bukan dosa? Lalu kenapa kau tidak meminta bantuanku sejak awal?
Gye Jeol : Tadi… Aku tidak yakin kau mau membantuku atau tidak. Siapa yang akan berbohong untuk membantu orang asing?
Kokdu : Bagaimana dengan sekarang? Apa yang berubah?
Gye Jeol : Kau menyuruhku mengancam dokter Ji. Kau menawarkan untuk membantuku. Aku mengerti. Ingatannya mungkin hilang, tapi perasaannya tetap ada.
Kokdu : Perasaan apanya?
Gye Jeol : Maksudku, kau merasa kasihan kepadaku. Itu maksudku.
Kokdu : Jadi, jika aku melakukan itu untukmu, kau akan menghapus unggahan itu? Kau tidak akan pernah menghubungiku lagi?
Gye Jeol sedikit terdiam mendengarnya.
Tapi Gye Jeol kemudian bilang tentu saja, dia tidak akan pernah menghubunginya lagi.
Gye Jeol : Kita tidak punya alasan untuk bertemu lagi.
Besoknya, Gye Jeol mulai disidang.
Dokter Bae menatap Gye Jeol dengan tatapan puas.
Gye Jeol gelisah, dia menatap ke ponselnya dan ke arah pintu. Lalu dia meminta izin untuk menelpon sebentar. Tapi Dokter Bae menghasut yang lain, agar sidang komite disiplin segera dimulai.
Yang lain setuju.
Tiba2, Kokdu masuk.
Kokdu : Aku Do Jin Woo, saksi Dokter Han Gye Jeol.
Dokter Bae : Dokter Han bilang kalian berdua memutuskan untuk menuntut rumah sakit bersama. Apa itu benar?
Kokdu : Begini… Ya.
Dokter Bae : Kenapa melakukan hal seperti itu?
Kokdu : Aku tidak ingin disebut dokter yang membunuh pasiennya. Aku ingin membuktikan bahwa Jang Mi Soon meninggal karena hasil pindai CT-nya ditukar.
Ketua Komite : Kenapa itu ditukar?
Kokdu : Setahuku, perintah itu berasal dari Pimpinan Kim Pil Soo.
Dokter Bae marah, Do Jin Woo, kau sudah gila? Beraninya kau menuduh Pimpinan Kim untuk lolos dari ini. Kau pikir kau bisa terus bekerja sebagai dokter setelah apa yang kau lakukan?
Kokdu : Lagi pula, aku tidak bisa bekerja sebagai dokter lagi.
Gye Jeol : Profesor Do?
Kokdu : Han Gye Jeol bilang aku menderita amnesia, jadi, aku tidak bisa bekerja sebagai dokter lagi. Apa kau akan membiarkan dokter amnesia mengoperasimu?
Gye Jeol marah, Profesor Do!
Kokdu menatap Gye Jeol, aku melakukan persis seperti yang kau katakan. Kau tidak pernah menyuruhku merahasiakan amnesiaku. Jaga dirimu.
Kokdu pergi.
Gye Jeol mengejar Kokdu.
Dia marah, kenapa kau melakukan itu? Kau seharusnya tidak datang jika tidak mau menjadi saksiku. Kenapa kau harus muncul dan mengacaukan semuanya?
Kokdu : Agar kau tidak mencariku lagi.
Gye Jeol : Apa?
Kokdu : Aku belajar media sosial. Semua orang berbohong di media sosial, tapi begitu seseorang dijauhi sebagai pembohong, orang-orang tidak percaya apa pun yang dikatakan orang itu. Semua orang akan mendengar tentang kejadian hari ini, jadi, tidak akan ada yang memercayai perkataanmu mulai sekarang. Apa pun yang kau lakukan untuk melacakku, kau tidak akan pernah bisa menemukanku lagi.
Gye Jeol : Sudah kubilang dengan jelas. Jika ini berjalan sesuai rencana, kita tidak perlu bertemu lagi. Untuk apa aku melacak orang yang tidak berguna bagiku?
Kokdu : “Tidak berguna”? Kau akan menciptakan alasan untuk melacakku. Kau akan menuliskan alasan apa pun untuk menemukanku. Kenapa? Karena kau masih menyukai Do Jin Woo. Perasaan bodoh yang dimiliki manusia. Matamu penuh dengan itu.
Kepalamu tahu kau harus berhenti, tapi hatimu tidak bisa. Kau akan menyebutkan alasan apa
pun untuk terus menempel denganku. Kau akan mencari alasan sambil meyakinkan dirimu bahwa itu satu-satunya cara untuk melanjutkan hidup. Aku tidak tahan denganmu. Perasaan seperti itu membuatku bergidik. Jadi, jangan mendekatiku lagi.
Kokdu mulai beranjak.
Gye Jeol terdiam kesal. Tak lama kemudian, dia berteriak marah.
Gye Jeol : Ya! Aku bodoh. Lalu kenapa?
Gye Jeol pun beranjak mendekati Kokdu.
Gye Jeol : Aku membiarkanmu memanfaatkanku meski tahu aku dimanfaatkan. Aku tahu kau akan mengkhianatiku, tapi aku berusaha memahami, meyakinkan diriku bahwa kau tidak sehat. Jika temanku melakukan ini, aku akan memukulnya dan menyebutnya gila!
Namun, begini, hatiku tidak mau mendengarkanku. Aku tergila-gila kepadamu karena kau menyelamatkanku. Aku jatuh cinta kepadamu saat kau bilang akan mendukungku. Tidak ada orang lain yang pernah bilang akan mengurusku.
Jadi, aku ingin memercayaimu. Itu alasannya. Aku bisa marah ke diriku karena sikapku bodoh, tapi kau tidak bisa. Beraninya kau menyebutku bodoh? Kau harus minta maaf kepadaku dahulu!
Kokdu gak mau dan melengos pergi.
Gye Jeol mengikuti Kokdu.
Gye Jeol : Kau mau ke mana? Kembali ke sini dan minta maaflah sambil berlutut! Kau tidak mendengarku?
Kokdu : Kenapa repot-repot berteriak padahal tahu aku tidak akan melakukannya? Bodoh sekali.
Gye Jeol : Memohonlah sampai aku merasa lebih baik!
Tiba2 aja, badan Kokdu berbalik arah ke Gye Jeol. Sontak Gye Jeol langsung berhenti berjalan. Kokdu berusaha mengendalikan kakinya yang berjalan ke arah Gye Jeol tapi gak bisa.
Kokdu : Apa aku sudah gila? Ada apa dengan kakiku? Ada apa denganku?
Kokdu tiba di depan Gye Jeol. Dia berusaha mempertahankan dirinya agar tidak berlutut, tapi gagal.
Kokdu : Itu bukan karena hati yang melunak. Bahkan di depan Tuan Dewa, aku berdiri. Aku mematuhi Han Gye Jeol?
Kokdu pun tanya, siapa Gye Jeol.
Gye Jeol menatap heran Kokdu.
Kokdu pun curiga dan menunjukkan cincinnya. Dia tanya apa Gye Jeol tahu cincin itu.
Melihat wajah Gye Jeol, Kokdu pun mendapatkan sepotong ingatannya yang hilang.
Kokdu ingat saat menyematkan cincin ke jari Seol Hui di pasar malam.
Kokdu berjanji, akan melindungi Seol Hui saat itu.
Teringat itu, Kokdu pun berdiri dan menatap Gye Jeol lekat2.
Kokdu : Apa kau Seol Hui?
Gye Jeol terdiam mendengar pertanyaan Kokdu.
Bersambung…….