Hush Ep 11 Part 3

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Hush Episode 11 Part 3, Yuk gaes baca juga selengkapnya untuk daftar link ada di tulisan yang ini. Pastikan Kalian juga harus mengetahui kalau tersedia juga Episode sebelumnya baca di sini.

Malam harinya, Sang Kyu melaporkan sesuatu pada CEO Park.

CEO Park : Baiklah.

Sang Kyu lalu pamit. Dia pergi dengan wajah senang.

Di ruangannya, Joon Hyuk berdiri menatap keluar jendela.

Dia memikirkan kata-kata Kepala Na tadi tentang Ji Soo.

Kepala Na : Aku tidak bermaksud apa-apa lagi, jangan khawatir. Aku berharap banyak kepada mereka. Mereka berdua sangat pintar. Terutama, Ji Soo menulis dengan sangat baik. Aku akan membuatkannya segmen baru. Aku berencana melatihnya sendiri.

Joon Hyuk terlihat cemas. Mencemaskan Ji Soo?

Joon Hyuk hendak pulang, tapi Sang Kyu tiba-tiba masuk.

Sang Kyu : Kau mau ke mana?

Joon Hyuk : Menurutmu ke mana? Pulang.

Sang Kyu : Kau punya waktu untuk pulang? Ada mata-mata di dalam perusahaan.

Joon Hyuk : Apa maksudmu mata-mata?

Sang Kyu : Seorang pengadu. Seseorang berusaha membocorkan rahasia kita ke Harian Shilla, mengenai mendiang pemagang itu.

Joon Hyuk : Oh Soo Yeon?

Sang Kyu : Ya. Mereka bilang dia tidak bunuh diri. Itu mungkin pembunuhan.

Joon Hyuk terkejut. Melihat ekspresi Joon Hyuk, Sang Kyu diatas angin. Dia yakin Joon Hyuk pelakunya.

Sang Kyu : Kenapa kau sangat terkejut? Kau yang melakukannya?

Joon Hyuk tertawa mendengarnya, mungkin aku melakukannya di bawah sana. Tapi aku sudah sampai jauh-jauh ke sini. Kenapa aku menggali kuburanku sendiri?

Sang Kyu : Benar, itu masuk akal. Aku akan mencari dan membawa mata-mata itu ke hadapan CEO. Jika kau mendengar sesuatu, laporkan kata per kata kepadaku.

Sang Kyu : Baiklah.

Kepala Na di ruangan CEO Park sekarang. Kepala Na : Seorang pengadu?

CEO Park mengangguk.

Kepala Na : Aku akan menyelidikinya, tapi sepertinya itu rumor. Mungkin Direktur Yoon…

CEO Park : Dia mengawasi Manajer Han, bukan?

Kepala Na : Ya. Mereka sebaya, tapi kepribadian mereka berlawanan. Mereka terkadang bertengkar, tapi…

CEO Park : Mereka bisa saling mengawasi. Itu niatmu, bukan?

Kepala Na : Ya, tapi ada hal yang lebih penting. Untuk langkah anda berikutnya, anda membutuhkan keduanya. Sebuah pisau yang ramping, tapi tajam, serta gergaji yang berat, tapi tumpul.

CEO Park : Kapan kau akan menyampaikan perintah CEO An? Jika ditunda, Grup Nammoo mungkin mempermasalahkannya.

Kepala Na : Jangan khawatir, kami sedang mengurusnya. Itu akan selesai dalam beberapa hari.

Ki Ha mengajak semuanya pulang.

Ki Ha dan Se Joon melihat Ji Soo kebingungan.

Ki Ha : Kenapa? Ada masalah?

Ji Soo : Ya. Sejujurnya, aku tidak bisa memutuskan pihak mana.

Se Joon : Abaikan perkataan Kepala. Tulis apa yang kau temukan dengan keras kepala.

Ji Soo : Baiklah, akan kulakukan itu.

Ki Ha : Teruskan! Semangat!

Ki Ha dan Se Joon pergi.

Jae Eun makin kesal ngeliat Ji Soo. Tapi dia gak bisa merundung Ji Soo lagi karena takut ama Ki Ha. Hahahah…

Jae Eun mengajak Joo Ahn pergi. Dong Wook mengikuti mereka.

Jae Eun, Dong Wook dan Joo Ahn sudah mulai mabuk. Jae Eun penasaran apa maksud Se Joon dengan keras kepala.

Dong Wook tertawa, otak. Ju Ahn bekerja seperti banteng dan menjadi pintar.

Dong Wook belagak mau menyuapi Ju Ahn daging tapi dia memasukkan daging itu ke mulutnya sendiri.

Mereka tertawa keras-keras.

Jae Eun : Kalian tidak lucu. Aku ingin menampar kalian. Itu komedi atau kebodohan?

Ju Ahn : Itu komedi kebodohan.

Ju Ahn nyari di google apa itu keras kepala.

Ju Ahn : Definisi keras kepala. Orang yang keras kepala dengan keyakinan kuat.

Jae Eun : Ya, keyakinan kuat. Haruskah aku hanya menulis apa yang kuyakini? Bagaimana dengan fakta yang sulit dipercaya?

Dong Wook : Kita harus menulisnya apa adanya.

Jae Eun : Itu maksudku! Dia seharusnya mengatakan itu kepadanya. Omong kosong, keras kepala.

Ju Ahn : Sunbae, apa kau selalu menulis fakta?

Jae Eun : Tentu saja. “Produk ini memiliki keuntungan.” Pelanggan bisa diuntungkan dari fakta itu.

Dong Wook : Benar.

Ju Ahn : Tapi kau tidak membuktikan itu benar atau tidak. Kalau begitu, itu promosi, bukan informasi.

Dong Wook : Bukan fakta, tapi penipuan.

Ju Ahn dan Dong Wook ketawa.

Jae Eun memukul pipi Dong Wook dengan sayuran kering.

Jae Eun : Kau gila, bukan mabuk.

Dong Wook : Tidak. Ini kesalahan mabuk.

Jae Eun : Lupakan saja. Sekeras apa pun para pecundang berusaha, tidak ada yang akan berubah. Kukira ada kesempatan bagiku, tapi seorang junior merebut semua insentif.

Ju Ahn : Sejujurnya, kisahnya sangat bagus.

Jae Eun : Kisah? Kau sebut itu kisah? Itu editorial. Beraninya dia…

Dong Wook : Sejujurnya, di Berita Sampah… Bukan. Di Harian Korea Digital, tidak ada yang menulis kisah yang pantas. Kami selalu menyalin dan menempel artikel.

Jae Eun : Hei, kau pikir aku tidak bisa menulis kisah yang bagus? Aku andalan Meja Industri.

Dong Wook : Habiskan minuman untuk andalan.

Jae Eun : Anak muda zaman sekarang hidup mudah. Ini semua karena Lee Ji Soo. Dia pasti punya koneksi.

Kyu Tae lagi makan malam sama Kepala Na dan Je Kwon.

Je Kwon kaget tahu Kyu Tae adalah ponakan CEO Park.

Kyu Tae : Ya. Aku akan menikah di musim semi.

Je Kwon : Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?

Kepala Na : CEO melarangku, jadi, aku tidak bisa memberitahumu.

Kyu Tae : Redaktur Jang, hukumlah aku seperti sebelumnya.

Je Kwon : Aku tidak pernah menghukummu.

Kepala Na : Benar, para Redaktur Meja tidak berurusan dengan junior.

Je Kwon : Jadi, ucapanmu tadi…

Kepala Na : Ajari dia dengan baik mulai sekarang. Meja Politik adalah aset terkuat kita.

Kyu Tae : Aku akan berusaha keras belajar darimu.

Je Kwon : Kurasa aku tidak bisa mengajarimu. Kau yang harus membimbingku.

Mereka lalu bersulang.

Ji Soo masih di komputernya. Sesuai saran Se Joon, dia menuliskan apa yang dia pikirkan tapi tetap saja dia masih bingung.

Ji Soo kemudian meraih ponselnya dan beranjak dari mejanya. Dia menelpon Kyung Woo.

Ji Soo : Dimana kau?

Kyung Woo : Aku di luar.

Ji Soo : Kau sudah selesai menulis?

Kyung Woo : Tentu saja. Aku andalan Meja Kota. Aku tidak pernah melewatkan tenggat.

Ji Soo : Aku berniat membeli bir.

Kyung Woo : Sayang sekali, aku ada janji makan malam.

Ji Soo : Kalau begitu, sampai jumpa besok.

Kyung Woo berjalan ke apartemennya. Apartemennya biasa saja, tidak se-wow penampilannya.

Kyung Woo memikirkan kata-katanya ke Ji Soo. Dia pernah bilang keluarganya masuk dalam 50 besar daftar orang terkaya.

Kyung Woo terlihat tertekan.

Kyung Woo lalu masuk.

Ternyata pria yang makan nasi kari instan adalah Kyung Woo.

Lalu ponselnya berbunyi. Nama di layar ponselnya “Jangan Dijawab”.

Kyung Woo menjawab, ternyata yang menelponnya adalah ibunya, bukan istrinya.

Ibu : Kau sudah makan malam? Makanlah sesuatu yang layak selain ramen. Kau bisa mendapatkan makanan instan yang layak zaman sekarang.

Kyung Woo : Dari dahulu sudah ada.

Ibu : Apa?

Kyung Woo emosi, makanan instan sudah ada sejak lama. Dan setiap hari kari tiga menit. Aku sudah makan kari yang sama selama tiga tahun!

Ibu : Sayang, kau di sana? Jangan lupa makan meskipun kau sibuk. Jangan cemaskan aku, aku makan dengan baik.

Kyung Woo : Bagaimana dengan Ibu? Apa terjadi sesuatu?

Ibu : Tidak juga.

Terdengar suara ayahnya Kyung Woo.

Ayah : Dia bahkan tidak peduli dengan orang tuanya. Dasar egois!

Kyung Woo : Aku akan mengirim uang bulan depan saat aku mendapatkan insentifku. Akan kututup teleponnya.

Kyung Woo memutuskan panggilan ibunya.

Kyung Woo menghela nafas. Dia berusaha sekuat mungkin menahan tangisnya. Dia lalu makan lagi, sambil sesekali menghela nafasnya, menahan tangis.

Ji Soo sudah mau pulang. Tapi ponselnya kemudian berbunyi.

Dia terkejut. Telepon dari Joon Hyuk.

Bersambung ke part 4….

1 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like