Tentangsinopsis.com – Sinopsis Hush Episode 1 Part 1, Daftar lengkap ada di tulisan yang ini.
Adegan diawali dengan obrolan beberapa reporter.
“Apa kita punya masa depan di Harian Korea?”
“Entahlah.”
“Itu bergantung pada tulisanmu, bukan? Kau kalah jika tidak bermain.”
Beberapa reporter itu, lalu memainkan permainan batu-gunting-kertas.
Reporter pria yang berdiri di tengah senang karena berhasil memenangkan permainan.
Sunbae mereka datang.
“Luar biasa! Anak baru terus memainkan batu pada hari pertamanya?”
“Ini hari perdanaku, jadi, antusiasme ekstra membantu.” jawabnya.
Lalu dia pun berseru pada teman-temannya.
“Anak baru siap melayani!”
Tak lama, mereka mendengar seruan, dia datang!
Mereka langsung berlari ke depan pintu masuk. Tak hanya mereka, tapi puluhan reporter lainnya.
Seorang jaksa keluar dari dalam gedung kejaksaaan dengan pengawalan ketat.
“Jaksa Go, dengan konferensi hari ini kenapa tiba-tiba muncul di Kantor Kejaksaan?” tanya reporter pria yang memenangkan permainan batu-kertas-gunting tadi.
Jaksa Go marah, tidak tiba-tiba!
Dia juga menatap tajam pria itu.
Jaksa Go lalu pergi menuju mobilnya.
Para reporter bergegas mengikutinya.
Tapi tidak dengan pria itu. Pria itu kemudian melihat seorang wanita yang berdiri di tepi jalan. Sepertinya atasannya karena wanita itu meneriaki pria itu.
“Kalian mau mati! Ikuti mereka!” teriaknya.
Terpaksalah pria itu berlari, mengejar Jaksa Go yang sudah membuka pintu mobil.
Pria itu bertanya, apa Jaksa Go mengakui daftar permintaan ilegal untuk perekrutan Perusahaan Geumon?
Jaksa Go tampak menahan amarahnya. Beberapa saat kemudian, dia mengarahkan telunjuknya ke pria itu lalu meletakkan telunjuknya di depan hidungnya sebagai tanda agar pria itu diam.
Adegan beralih pada dua bintang utama kita.
Lee Ji Soo sedang menunggu giliran diwawancara di Harian Korea.
Sementara Han Joon Hyuk sudah kelelahan mendaki tangga. Bajunya sudah basah oleh keringat tapi dia terus mendaki tangga.
Oh Soo Yeon yang duduk disamping Ji Soo, yang juga tengah menunggu giliran diwawancara hendak menyentuh surat pendaftaran Ji Soo yang tertempel di badan Ji Soo.
Tapi Ji Soo yang terkejut, langsung menghentikan tangan Soo Yeon. Padahal Soo Yeon hanya mau memperbaiki surat Ji Soo yang terlipat.
“Surat pendaftaranmu.”
“Kau terlalu tiba-tiba.” jawab Ji Soo.
Soo Yeon minta maaf, lalu mengajak Ji Soo bicara. Ia tanya, apa ini wawancara pertama Ji Soo setelah lulus.
Ji Soo terlihat tak nyaman tapi dia tetap menjawab pertanyaan Soo Yeon. Dia bilang iya, lalu mengajukan pertanyaan yang sama pada Soo Yeon.
“Ini yang terakhir. Pintu itu sangat kaku bagiku.”
Mereka lalu menatap pintu yang dimaksud Soo Yeon. Pintu ruangan wawancara.
Ji Soo dan Soo Yeon sudah diwawancara. Ada dua pewawancara yang mewawancarai mereka, salah satunya adalah Choi Kyung Woo, pria yang membuat Pejabat Go kesal dengan pertanyaannya.
Kyung Woo memberi mereka pertanyaan terakhir.
“Menurut kalian, apa itu reporter? Apa definisi kalian tentang seorang reporter?”
Ji Soo bingung menjawabnya.
Soo Yeon menjawab dengan mantap, benteng terakhir masyarakat.
“Romantis sekali. Bukankah itu untuk wilayah hukum? Jaksa dan pengacara.” jawab pewawancara wanita.
Soo Yeon membenarkan, lalu menjelaskan bahwa mereka terlalu sering melihat hukum kehilangan kekuatannya di depan politik dan uang.
Soo Yeon : Pers dan reporter harus mewakili rakyat tanpa menyerah pada tekanan apa pun.
Pewawancara wanita menanyakan moto hidup Ji Soo. Ji Soo bilang, motonya adalah pena lebih kuat daripada pistol tapi ‘BAP’ lebih kuat daripada ‘PEN’.
Ji Soo : Ayahku sering mengatakannya saat masih hidup. Dia bilang semua pekerjaan untuk “BAP”. Pekerjaan tidak berarti jika tidak bisa memberi makan keluarga. Aku tidak sadar saat masih kecil, tapi setelah mulai mencari pekerjaan, kini aku mengerti maksudnya.
Kyung Woo : Jadi, kau ingin menjadi reporter untuk menafkahi dirimu?
Ji Soo : Ya. Sejujurnya, aku melamar menjadi reporter tetap. Reporter juga pegawai bergaji. Tapi mereka tidak boleh berbohong, bukan?
Soo Yeon terpana mendengar jawaban Ji Soo.
Ji Soo : “BAP” adalah hal yang paling penting. Aku tidak bisa berbohong jika ingin menjadi reporter. Definisiku tentang seorang reporter adalah pekerjaan yang dibayar tanpa harus berbohong.
Soo Yeon tersenyum pada Ji Soo. Ji Soo menoleh ke Soo Yeon, lalu membalas senyumnya.
-Ep 1, ‘BAP’ Lebih Kuat Daripada ‘PEN’-
Di rumahnya, Ji Soo sedang membuat gimbap. Sementara sang ibu, sibuk mengaduk-ngaduk irisan wortel di wajan.
Saat tengah membuat gimbap, Ji Soo menerima SMS. Ji Soo membuka sarung tangan plastiknya, lalu meraih ponselnya.
Ji Soo terkejut membaca SMS nya.
Ji Soo : Eomma, aku diterima.
Sang ibu pun langsung beranjak ke arahnya.
“Sudah ibu bilang, basahi tanganmu agar nasi tidak menempel…”
Ji Soo pun berdiri dan memberitahu ibunya kalau ia diterima kerja magang.
Ibunya terkejut, magang? Benarkah?
Ji Soo masih tidak percaya dia diterima.
Sang ibu mengungkit soal kuliah kedokteran. Dia bilang, jika Ji Soo kuliah kedokteran, Ji Soo sudah menjadi dokter residen sekarang.
Ji Soo pun sebal dan minta ibunya berhenti membicarakan kuliah kedokteran.
Ibunya mengaku, kalau hatinya masih terluka
Ibu lalu tanya, dimana Ji Soo magang.
Ji Soo tampak berat memberitahu ibunya dimana ia magang.
Adegan beralih pada jam sibuk di kantor Harian Korea.
Ji Soo bersama ketiga rekannya, Oh Soo Yeon, Kang Joo An dan Hong Kyu Tae tersenyum bangga melihatnya.
Ji Soo lalu menatap tanda pengenalnya sebagai reporter magang yang tergantung di lehernya.
Soo Yeon tersenyum dan memegang tangan Ji Soo.
Ji Soo balas tersenyum.
Mereka berempat lalu berteriak, mengucapkan salam.
Aktivitas orang-orang terhenti tapi hanya sejenak.
Melihat itu, Soo Yeon langsung bergerak. Dia mendekati salah satu pegawai yang sedang mencetak salinan.
Soo Yeon : Aku Oh Soo Yeon, pemagang baru. Berapa salinan yang kau butuhkan?
Joo An dan Kyu Tae juga melakukan hal yang sama. Dia mendekati pria yang membawa dua dus.
Joo An : Kau mau kuletakkan di mana ini?
Ji Soo mendekati reporter yang sedang mengetik.
Ji Soo : Annyeong haseyo, Sunbaenim. Ada yang bisa kubantu?
Tapi si reporter bilang tidak apa-apa.
Kita lalu diperlihatkan bagaimana surat kabar dicetak. Dan kesibukan para jurnalis.
Ji Soo hanya berdiri diam melihat kesibukan para sunbae ya.
Joo An, Kyu Tae dan Soo Yeon sibuk dengan tugas mereka masing-masing.
Sebuah narasi terdengar.
“Di zaman kejujuran sunyi dan tipuan ramai, jurnalis menggali kebenaran untuk keadilan dengan profesionalisme yang kukuh. Tapi itu ilusi manismu. Harian Korea, pers untuk seluruh rakyat dengan tradisi dan kepercayaan 65 tahun. Tapi sayangnya, tidak ada orang seperti itu di Harian Korea.”
Eom Sung Han memasuki ruangannya dan memergoki Jo Dong Wook sedang asyik bermain game di ponsel.
Pak Eom pun langsung memarahi Dong Wook. Dia juga menyentil dahi pegawainya.
Pak Eom : Kena kau. Kena kau, bermain diam-diam. Kita di kantor. Jadilah pemain game profesional.
Pak Eom lalu beranjak menuju mejanya yang diduduki oleh Kim Ki Ha.
Pak Kim langsung bangun dan berdiri disamping Pak Eom.
Seorang wanita masuk sambil menenteng beberapa belanjaan.
Pak Eom langsung memarahinya.
“Lee Ja Eun, kau darimana saja seharian?”
“Aku baru saja mengunjungi Meja Industri.” jawab Ja Eun.
“Meja Industri bukan pulau harta karun.” ucap Pak Eom. Pak Eom lalu tanya, apa yang Ja Eun ambil.
Ja Eun bilang barang-barang yang dibawanya dari perusahaan yang ia tangani.
“Aku tak peduli.” jawab Pak Eom, lalu memanggil Dong Wook.
Pak Eom : Kau di level berapa sekarang?
Dong Wook bilang dia di puncak.
Pak Eom : Berengsek. Katanya dia tidak punya waktu saat aku meminta bantuan. Meja ini akan hancur jika tidak ada yang bekerja. Manajer Kim, kau tidak akan menertibkan mereka?
Manajer Kim : Aku akan memperbaiki keadaan.
Pak Eom : Kau bukan penghapus.
Pak Eom menulis sesuatu di kertas lalu memanggil Dong Wook.
Dong Wook bergegas ke meja Pak Eom.
Pak Eom memberinya kertas itu sambil mengatakan, level puncak sampai besok.
Dong Wook membaca tulisan di kertas. Isinya ID dan password.
Dong Wook pun kembali ke mejanya.
Pak Eom : Orang-orang membicarakan direktur di belakang karena personel reguler. Personel adalah segalanya, dan itu sekarang berantakan. “Personel abad ini, perombakan atau penolakan?”
Dong Wook tertawa.
Pak Eom menatap Dong Wook.
Pak Eom : Lucu bukan? Aku andal melakukannya. Tapi kita tidak andal dalam apa pun. Kita ini apa?
Ja Eun : Meja Berita Digital, tempat pengasingan resmi Harian Korea.
Pak Eom : Benar. Apa yang kau lakukan saat berada di pengasingan? Mulai harimu dengan segar dengan tombol penyegar. Habiskan hari dengan salin dan tempel penuh semangat. Pilih kisah yang tidak diliput Harian Korea. Potong dan tempel artikel dengan tingkat baca yang tinggi. Refleksi diri yang keras dengan komentar dan suka. Dan diam sampai Raja menginginkanmu kembali.
Kita lalu diperlihatkan saat tim mereka memuat berita ‘click bait’.
Pak Eom : Mereka mengomeli kita karena tingkat baca yang rendah. Direktur akan membantai kita dahulu jika harga dirinya ternodai. Jadi, bersikaplah lebih ceria saat direktur bersulang nanti.
Pak Eom lalu menyuruh Manajer Kim memerhatikan bom nya.
Manajer Kim mengerti, baik.
Pak Eom bangkit dari duduknya, ayo. Tapi dia berhenti karena tidak melihat Han Joo Hyuk. Dia tanya, kemana Joo Hyuk.
Joon Hyuk sendiri sedang bermain billiard dengan Detektif Kim.
Giliran Joon Hyuk bermain tapi tidak kena.
Detektif Kim menunjukkan berkas kasus ke Joon Hyuk. Dia tanya, kenapa Joon Hyuk tidak membaca berkas kasus itu baik-baik.
Detektif Kim : Kita siap untuk meliput kasus ini. Tidak ada kabar dari korban sejak laporan awal. Dengan kisah menarik perhatianmu…
Joon Hyuk : Yang benar saja… aku disini untuk menghindari makan malam kantor. Berhenti membahas berita.
Detektif Kim : Tolong baca baik-baik. Makelar kejahatan ini menipu bunga 10 kali lipat dengan meminjamkan uang ke anak muda miskin.
Joon Hyuk pun membaca berkas itu.
Detektif Kim : Pinjaman ilegal dan pinjaman tabungan pribadi. KJK melakukan pengusiran setan penuh dan menghilang dari situs portal.
Joon Hyuk : Benarkah?
Joon Hyuk kembali bermain. Detektif Kim terus membahas berkas itu.
Detektif Kim : Mereka masih disebutkan di media sosial.
Joon Hyuk bersorak karena berhasil mencetak satu poin.
Detektif Kim langsung berhenti membahas kasus dan melihat permainan Joon Hyuk.
Joon Hyuk kemudian menatap Detektif Kim.
Joon Hyuk : Sudutnya masih tidak berhasil. Dengar. Kata “masih” berarti sama seperti sebelumnya. Maka itu bukan hal baru dan tidak bisa menjadi berita. Bukan ide bagus untuk memberikan kisah yang memudar kepada reporter sampah dengan tulisan buruk.
Detektif Kim : Kau sungguh tidak mengerti maksudku?
Joon Hyuk : Kenapa aku tidak mengerti?
Detektif Kim : Hal pertama yang kulakukan di pagi hari adalah mencari namamu di internet.
Joon Hyuk : Aku tidak berguna, karenanya tidak punya nama.
Detektif Kim : Kau tidak akan menulis kisah sampai mati?
Joon Hyuk : Kisah? Aku tidak menulis kisah, reporter sungguhan yang menulis.
Detektif Kim duduk di jendela dan meminum susunya.
Joon Hyuk sambil bermain meminta Detektif Kim berhenti mencoba minum. Dia bilang, itu kosong.
Detektif Kim sewot, dahulu kau juga mengisapku sampai habis untuk mendapatkan kisah.
Joon Hyuk : Kau polisi, bukan tukang bicara.
Joon Hyuk akhirnya mengalah. Dia bilang dia mengerti. Detektif Kim senang dan langsung memasukkan berkas kasusnya ke dalam tas sambil mengatakan kalau Joon Hyuk harusnya memegang pena bukan tongkat billiar.
Joon Hyuk : Baiklah, tapi….
Detektif Kim : Apa?
Joon Hyuk : Aku butuh bantuan.
Detektif Kim melihat Joon Hyuk mengarahkan tongkat secara vertikal.
Detektif Kim mempersilahkan. Joon Hyuk mulai menembak. Tapi dia malah merusakkan meja billiar.
Joon Hyuk dan Detektif Kim bersiap kabur.
Detektif Kim kabur duluan. Joon Hyuk yang mau kabur, tiba-tiba menerima sms. Dia pun mendengus kesal, sial.
Joon Hyuk keluar dari minimarket dan menenteng kresek putih. Dia kemudian duduk di depan minimarket dan mengeluarkan es batu serta minuman dari dalam kresek. Joon Hyuk menyalin es batu dengan tangannya ke dalam botol minumnya, lalu menuangkan minuman yang dibelinya ke dalam botol minumnya, mengocoknya lalu meminumnya.
Para eksekutif dan staf Harian Korea tengah minum-minum. Pak Eom meraih ponselnya dan terlihat kesal. Dia bilang sudah hampir waktunya.
Tak lama, Joon Hyuk datang. Kepala Eom langsung menggerutu sambil menatap kesal Joon Hyuk. Joon Hyuk memberinya finger heart, lalu duduk di depan Manajer Kim.
Pak Eom : Sekarang kau Redaktur Meja Jang, bukan? Redaktur Meja Politik Harian Korea paling muda. Jangan terlalu rendah hati.
Redaktur Jang Je Kwon yang duduk di depan Pak Eom pun berkata kalau dia tidak rendah hati soal itu.
Pak Eom langsung terdiam.
Manajer Kim berbisik ke Joon Hyuk.
“Kau harus menghadiri makan malam kantor. Kau dari mana saja?”
“Mengeluarkan joran, memancing ikan.” jawab Joon Hyuk.
Joon Hyuk tanya ke Dong Wook, kenapa Redaktur Meja ada disana.
Dong Wook bilang, Direktur akan datang.
Jung Se Joon kesal.
“Dia bukan Trump atau Xi Jinping. Sungguh sebuah parade.”
Joon Hyuk mengajak Se Joon bersulang.
Ternyata dulunya Se Joon adalah Wakil Redaktur Meja Politik. Dia adalah wartawan analog. Baginya, kertas pagi aromanya seperti roti yang baru dipanggang.
Se Joon adalah reporter politik veteran Korea. Dia juga ikut mengawal kasus yang melibatkan Jaksa Go. Tapi dia gagal mendapat promosi di kantornya. Dia selalu menjadi reporter lapangan, tapi dia ditugaskan ke Meja Berita Digital, tempat pengasingan resmi Harian Korea.
Joon Hyuk menuang soju ke gelasnya dan mengatakan, Se Joon berhak merajuk.
Mereka lalu melihat Redaktur Jang menerima telepon. Redaktur Jang buru-buru pergi setelah menerima telepon dan Sung Han mengejarnya.
Se Joon kesal, dasar penjilat. Bergegas menjilat.
Joon Hyuk : Kenapa?
Se Joon : Apa lagi menurutmu? Dia pasti berpikir akan menjadi calon Direktur. Dan tiba-tiba Jang Jae Kwon menyalip.
Diluar, Sung Han dan Je Kwon sedang menyambut kedatangan Direktur mereka. Direktur Na Sung Won.
Se Joon bilang, Sung Han adalah Redaktur Meja Berita Digital. Julukannya adalah Ce-Ro-Boh.
Se Joon : Dia tidak seceroboh itu dengan kehidupan korporatnya. Dia dihancurkan personel karena dia tadinya yakin mendapat dukungan Kepala.
Sung Han memberikan Direktur Na hadiah. Dia menyebut hadiahnya barang bagus.
Tapi kemudian dia melihat mesin kopi di ruangan Direktur Na.
Sung Han pun gagal menjadi Wakil Redaktur Meja Politik.
Se Joon : Kepala memercayai ikatan regional dan akademisnya. Khususnya alumni Universitas S. Tidak seperti Redaktur Jung yang lulusan Universitas S, Redaktur Eom tidak punya ikatan.
Sung Han lalu melihat Je Kwon memberikan Direktur Na hadiah mesin kopi dan itu membuatnya super kesal.
Dong Wook : Jadi…
Ja Eun : Bagaimana menurutmu? Harga diri Redaktur Jung terluka, bukan harga diri Direktur. Dan kita akan dibantai.
Joon Hyuk : Aku benci dia.
Joon Hyuk berniat menuangkan soju ke gelas Se Joon tapi dihentikan Manajer Kim.
Manajer Kim memberikan Se Joon air biasa.
Se Joon minta maaf pada Manajer Kim.
Se Joon : Kau mungkin tidak dipromosikan karena aku. Aku sampah.
Kim Ki Ha adalah Manajer Meja Berita Digital. Dia batu Buddha antisiksaan. Dia tidak peduli dengan masa depan Meja atau perusahaan. Satu-satunya tugasnya adalah bertahan. Karena itu motonya adalah…
Tiba-tiba semua berdiri. Kecuali Se Joon. Untuk menyambut kedatangan Direktur Na. Direktur Na menyuruh mereka duduk dan makan.
Bersambung ke part 2..