Bloody Heart Eps 13 Part 3

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Bloody Heart Episode 13 Part 3, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. EPISODE SEBELUMNYA DISINI.

Menteri No bersama 3 menteri lainnya menemui Daebi Mama.

Mereka ingin Daebi Mama mundur sebagai wali kuasa.

Daebi Mama : Aku harus mundur sebagai wali kuasa?

Menteri No : Benar, Yang Mulia. Tindakan terbaik adalah menunggu kelahiran anak itu lalu memutuskan penerus takhta. Mohon mundur sebagai wali kuasa dan terima saran dari istana.

Daebi Mama : Aku akan mempertimbangkannya. Kalian boleh pergi.

Tapi begitu mereka pergi, Daebi Mama marah.

Daebi Mama : Mereka ingin aku menyerahkan kekuasaan kepada Permaisuri Park. Sepertinya aku harus mengambil langkah seperti Raja Sejo yang agung.

Kasim Heo kaget mendengar itu.

Daebi Mama : Kau bilang Ibu Kota dipenuhi orang yang melakukan apa pun demi uang.

Kasim Heo : Apa pun dan segalanya, Yang Mulia.

Daebi Mama : Bawa mereka masuk sekarang juga. Abaikan prosedur dan semua pembenaran. Malam ini, Permaisuri Park dan mereka yang ingin melayaninya akan dibunuh.

Dayang Choi diam-diam mengambil surat rahasia yang ditaruh dibawah keramik di atas tembok.

Dia menyembunyikan surat itu dibalik bajunya dan bergegas pergi, tapi Kasim Heo datang. Sontak dia kaget.

Kasim Heo : Tak biasanya kau terkejut semudah ini. Tentu saja kau gelisah. Takdir kita biasanya bergantung pada orang yang kita layani.

Dayang Choi : Kau datang untuk menawarkan kesempatan hidup?

Kasim Heo : Inilah alasanku menyukaimu. Saat Permaisuri Park tewas, kau akan diberi kesempatan untuk berkontribusi. Permaisuri Park yang mencoba membunuh Raja bunuh diri karena takut kehamilan palsunya terungkap. Kau hanya perlu mengatakan itu.

Dayang Choi terkejut mendengar itu.

Kasim Heo : Jangan merasa bersalah. Tak ada yang peduli dengan kesetiaan. Orang berpangkat tinggi tak peduli pada orang yang melayani mereka, jadi, kenapa kita harus setia?

Dayang Choi : Benar. Tak ada pejabat yang murah hati.

Kasim Heo : Apa kau bisa diandalkan?

Dayang Choi : Lagi pula, para dayang dan pelayan Chaeokdang dikurung di istana. Kapan pelaksanaannya?

Kasim Heo : Malam ini.

Malam itu, Eum Jeon datang membawakan makanan dan teh untuk Jung.

Tapi Eum Jeon tampak ingin menangis.

Eum Jeon : Anda harus makan sesuatu. Anda kelaparan seharian.

Jung masih berduka atas kepergian Ttong Geum.

Jung : Ibu Suri memerintahkan agar jasad Ttong Geum dibuang.

Eum Jeon : Benar, Yang Mulia. Dayang istana tak boleh mati di dalam istana.

Kamera menyoroh teh yang sedang dituangkan Eum Jeon ke cawan.

Jung berkata, dia tak bisa diam saja.

Jung : Setidaknya dia harus dikubur dengan layak.

Eum Jeon keluar. Dayang Choi datang.

Dayang Choi : Kau melakukan perintahku?

Eum Jeon menganggukkan kepalanya sambil menangis.

Dayang Choi masuk dan menemukan Jung sudah tak berdaya sehabis minum teh dari Eum Jeon.

Jung menatap Dayang Choi, apa yang kau tambahkan di tehku? Apa rencanamu?

Sebelum menutup matanya, Jung melihat Dayang Choi memberikan hormat kepadanya.

Won Pyo memberitahu anak buahnya bahwa malam ini, patroli dan tugas malam hanya akan dilakukan pengawal istana.

Won Pyo : Ini perintah Ibu Suri. Selain itu tindakan Tentara Pusat akan dipublikasikan, dan mereka akan dihukum. Tentara Pusat diusir dari istana dan Pengawal Istana dikirim untuk menangani kebakaran hutan. Istana sedang kosong.

Kasim Heo bersiap untuk menulis. Dia menunggu perintah Ibu Suri.

Kasim Heo : Anda hanya perlu mengisi daftar target pembunuhan. Apa Anggota Dewan Kiri Park Gye Won harus ditulis di daftar teratas?

Ibu Suri terdiam. Matanya berkaca-kaca.

Lalu tak lama kemudian, Ibu Suri menyebutkan nama Gye Won.

Gye Won sendiri di kediamannya. Pengawal Park datang menemuinya.

Pengawal Park : Ada pemahat di Kuil Beobrae.

Gye Won : Kau menemukannya?

Pengawal Park : Ya. Baru-baru ini, dia membuat pesanan untuk biksu bernama Hyekang dan itu sesuai dugaan anda.

Gye Won : Siapkan kudaku. Aku harus pergi ke suatu tempat.

Gye Won memacu kudanya.

Sementara Kasim Heo sudah di depan gerbang istana bersama para pembunuh.

Kasim Heo memegang sebuah buku.

Kasim Heo : Lucu, bukan? Nasib bangsawan yang selalu meremehkan kita ada di tanganku.

Kamera menyorot buku yang dipegang Kasim Heo.

Itu buku yang berisi nama-nama yang akan dibunuh.

Gye Won dan pengawalnya tiba di istana tempat Raja memulihkan diri. Tapi dia dilarang masuk oleh pengawal Raja.

Gye Won : Aku ingin bertemu Paduka Raja.

Kasim Jung keluar, kenapa kau ingin bicara dengan Paduka Raja padahal Yang Mulia belum sadar? Tabib kerajaan melarang siapa pun masuk, jadi, silakan pergi.

Gye Won : Kau yang membesarkan biksu itu, bukan?

Kasim Jung terkejut Gye Won sudah tahu.

Gye Won : Sampaikan pada rajaku, bahwa aku ingin bicara empat mata dengannya.

Kasim Jung pun bergegas memberitahu Raja.

Raja : Dia tahu soal Siwol?

Kasim Jung : Ya, Yang Mulia.

Gye Won berdiri di depan kamar Raja di istana. Dia menunggu Raja keluar.

Gye Won : Raja sebelumnya adalah raja dan pemimpin yang lemah. Dia baik dan adil, tapi tak tegas. Dia murah hati, tapi tak berwibawa. Jika ada anggota keluarga kerajaan lain yang lebih layak, aku tak akan menobatkannya sebagai raja.

Raja akhirnya keluar dan marah.

Raja : Ayahku hidup bahagia ditemani buku-bukunya. Dia dipaksa naik takhta yang tak dia inginkan oleh para pejabat.

Gye Won : Itulah takdir keturunan raja dan harga yang dibayar atas semua keuntungan yang didapat. Namun, orang yang mengabaikan beban tugasnya adalah ayah anda.

Raja : Apakah itu sebabnya kau mendesaknya?

Gye Won : Aku berusaha mencegahnya kehilangan arah sebagai raja.

Raja : Apa kau merasa berhak melakukannya?

Gye Won : Cintaku untuk negara ini pasti telah memberiku kekuatan untuk melakukan hal tersebut.

Raja : Demi menjadikan ayahku dan aku sebagai raja yang bajik, kau menekan kami?

Gye Won : Keyakinan dan idealisme anda, adalah alasanku tak memercayai anda.

Raja : Para pejabat menekanku atas nama bakti kepada orang tua.

Gye Won : Dengan menipu ibu anda, anda telah melanggar sumpah suci tersebut. Anda menyebabkan kekacauan demi memperkuat otoritas kerajaan. Apa bedanya anda dengan raja makzul itu?

Raja : Otoritas keluarga kerajaan direnggut oleh rakyatnya. Seperti katamu, sudah saatnya aku mengeklaim kekuasaan yang ada di darahku.

Gye Won : Tolong akhiri ini.

Raja : Sudah terlambat.

Gye Won : Yang Mulia!

Gye Won menatap Raja dengan sorot mata kecewa.

Gye Won : Kembalilah ke istana. Ini masih belum terlambat.

Sekarang, Raja berdiri di berandanya memikirkan kata-kata Gye Won tadi.

Lalu Kasim Jung datang dengan terburu-buru.

Kasim Jung : Yang Mulia, ada pesan mendesak dari istana. Malam ini, akan terjadi insiden naas.

Raja : Insiden naas? Bagaimana Permaisuri Park? Apa yang terjadi kepadanya?

Para pembunuh menerobos masuk ke istana Jung.

Mereka menebas seseorang, entah siapa yang mereka tebas, karena ada darah yang muncrat ke pintu kamar Jung.

Para pembunuh masuk, tapi hanya ada Dayang Choi disana.

Si pembunuh mengancam Dayang Choi dengan pedang.

Pembunuh : Di mana Permaisuri?

Pelayan Daebi Mama yang diselipin pesan oleh Hyekang, hendak membuang jenazah.

Dia bilang pada petugas, kalau dia ingin membuang jenazah pelayan dari istana Daebi Mama.

“Aku diminta segera membuang jasad yang mengerikan itu.”

Petugas ingin memeriksa itu jasad siapa. Sontak si pelayan tegang.

Tapi petugas lain melarang.

“Tunggu. Jangan dibuka. Dia disiksa di Kantor Kasim Istana. Dasar tikus-tikus hina. Cepat pergi!”

Si pelayan membuang jasad itu ke tempat pembuangan jasad. Setelah itu dia pergi.

Ternyata itu Jung!! Jadi Dayang Choi sengaja ‘meracuni’ teh Jung agar bisa mengeluarkan Jung dari istana.

Jung terhenyak melihat dia ada dimana.

Jung bergegas pergi. Sendirian, dia ketakutan, cemas dan gelisah.

Tapi tiba-tiba, para pembunuh datang. Sontak lah Jung langsung lari.

Para pembunuh masuk ke sebuah rumah mencari Jung. Tapi Jung tidak ada di sana.

Jung sendiri sembunyi di kolong rumah.

Jung kemudian keluar dan melihat para pembunuh berada di dalam rumah, mencarinya.

Tapi seseorang membekapnya dari belakang.

Bersamaan dengan itu, datang pasukan lain membantai para pembunuh.

Sekarang, Jung berada di tepi danau yang tadi dilintasinya.

Dia bersama Raja!! Raja lah yang membekapnya tadi.

Tangis Jung langsung berjatuhan melihat Raja yang berdiri tegak di depannya, sehat wal afiat.

Jung mendekati Raja. Dia memegang wajah Raja.

Jung : Tolong katakan bahwa ini bukan mimpi.

Raja : Ini bukan mimpi.

Jung : Kau sudah sadar.

Jung memeluk Raja.

Tangisnya semakin pecah dipelukan Raja.

Gye Won kembali ke kediamannya. Pelayannya langsung memberikan pesan yang dititipkan Menteri No.

Pelayannya bilang tadi Menteri No datang.

Gye Won : Anggota Dewan Kiri No datang selarut ini?

Pelayan Gye Won bilang Menteri No menunggu cukup lama, lalu pergi ke istana dan menitipkan surat.

Gye Won membaca surat itu.

Sontak dia kaget.

Gye Won memacu kudanya, memacu istana.

Ternyata isi surat Menteri No tadi adalah bahwa Menteri No lega Gye Won ada di tempat lain.

Menteri No juga memberitahu bahwa dia dipanggil ke istana oleh Ibu Suri.

Menteri No : Meski mengabaikan titah kerajaan dianggap tak setia, entah kenapa, kakiku bergeming.

Menteri No ke istana.

Begitu sampai istana, para pembunuh yang sudah menunggu dibalik gerbang di dalam istana, langsung menebas Menteri No.

Gye Won sepertinya tahu Menteri No dalam bahaya, makanya dia langsung bergegas ke istana.

Tak hanya Menteri No, tapi para menteri pendukung Gye Won juga dibunuh.

Won Pyo nya enak-enakan tidur.

Sa Hyung datang memberitahukan insiden naas itu.

Won Pyo dan Sa Hyung ke istana.

Mereka terkejut melihat para pengawal sibuk membersihkan mayat yang bergelimpangan di istana.

Ibu Suri memerintah Kepala Seketaris untuk memajang kepala pengkhianat di luar Gerbang Barat sebagai peringatan bagi para pejabat yang melintas.

Ibu Suri juga protes karena bau darah ada di mana-mana. Sangat menjijikkan.

Dayang Han : Aku akan memenuhi kamar Anda dengan bunga.

Ibu Suri : Tumpukan bunga tak mampu menyamarkan baunya.

Gye Won tiba di gerbang barat.

Dia melihat jasad teman-temannya diikat dan digantung.

Gye Won berhenti di depan jasad Menteri No yang digantung. Dia mulai marah.

Ibu Suri di taman bunganya.

Lalu dia melihat Gye Won datang. Para pengawal Ibu Suri langsung menghalangi Gye Won mendekati Ibu Suri.

Gye Won menebas pengawal Ibu Suri yang menghalanginya.

Sontak Ibu Suri terkejut melihat apa yang dilakukan Gye Won.

Setelah menebas para pengawal, Gye Won meletakkan pedangnya ke leher Ibu Suri.

Ibu Suri syok, dia tak menyangka Gye Won akan melakukan itu kepadanya.

Pengawal Ibu Suri yang tersisa, tak tinggal diam. Mereka langsung mengarahkan pedang mereka ke Gye Won.

Bersambung….

Gilaaaa, Ibu Suri makin gilaa…

Next episode : Raja balik ke istana. Giliran Jung yang gak sepaham ama Raja. Jung tahu rencana Raja. Dia marah.

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like