Alchemy of Souls 2 Eps 4 Part 2

Tentangsinopsis.com – Sinopsis Alchemy of Souls Part 2 Episode 4 Part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Cek Season 1 juga ya! dan Episode sebelumnya disini.

Park Jin menyiapkan hidangan penutup untuk Uk, Yul dan Dang Gu.

Park Jin : Karena hidangan utama sudah habis, ini kue beras untuk makanan penutup.

Mereka lemas melihat 3 kue beras di dalam 3 piring.

Dang Gu : Kita bahkan bisa menghabiskan makanan tadi, ini bukan apa-apa. Ini yang terakhir.

Park Jin : Karena tak seru jika polos, kubuatkan nama untuk kue beras ini. Kuberi nama “Kue Beras Keberuntungan”. Dua kue beras berisi madu, dan satu berisi kecap ikan. Terdengar menyenangkan, ‘kan? Untuk ini, aku bahkan melakukan penelitian selama dua hari satu malam.

Yul : Untuk apa kau melakukan penelitian seperti itu?

Park Jin : Kau bisa mengetahui peruntungan melalui kue beras ini. Karena orang yang mendapatkan kecap ikan akan sial seharian, jadi, pilihlah baik-baik. Cepat pilihlah.

Dang Gu : Kecap ikan seharusnya bisa tercium.

Dang Gu mulai mengendus kue beras.

Park Jin : Untuk menghindarinya, kumasukkan energi air saat membuatnya. Kalian takkan bisa mencium bau kecap ikan.

Park Jin memutar2 3 piring, sebelum dipilih oleh Uk, Yul dan Dang Gu.

Uk : Kau malah memakai energi air untuk hal seperti ini. Apa kau sebosan itu?

Park Jin : Benar. Aku memang sebosan itu. Makanya melakukan hal seperti ini. Cepat pilih satu per satu.

Dang Gu : Aku tak bisa membuat keputusan.

Yul : Kalau begitu, aku dahulu.

Yul melihat ketiga kue beras. Tak lama, dia mengambil kue beras di dekatnya dan langsung mencicipinya. Yul lalu bilang, isinya madu. Dang Gu protes. Dia bilang, padahal tadi dia mau memilih yang itu.

Dang Gu : Aku tak mau makan yang tersisa.

Dang Gu langsung mengambil kue beras berwarna putih yang sama warnanya dengan kue beras Yul. Dia senang, madu.

Uk protes, kenapa kau harus membuat hal ini dan menghancurkan hari orang?

Uk mau mengambil kue yang tersisa tapi dicegah Dang Gu.

Dang Gu : Untuk apa dimakan? Isinya kecap ikan. Makan punyaku saja.

Park Jin : Apa kalian tidak akan memeriksa apa isi kue beras ini?

Dang Gu : Paman sendiri yang bilang salah satu kue beras berisi kecap ikan.

Park Jin : Apa kau yakin kue beras ini berisi kecap ikan?

Dang Gu : Ya. Aku percaya pada Paman. Aku tak ingin mengambil risiko dengan meragukan perkataanmu.

Yul : Jika mengikuti peraturan, yang ini pasti berisi kecap ikan. Jika kita meragukan peraturan, tidak akan ada yang bisa diprediksi.

Park Jin menatap Uk. Menunggu Uk memakan kue beras yang tersisa.

Uk memakannya.

Yul dan Dang Gu menatap Uk dengan tatapan penasaran.

Yul : Jangan-jangan madu.

Dang Gu : Kecap ikan, ‘kan?

Uk mengunyah dengan santai.

Uk : Kenapa membuat lelucon ini?

Park Jin : Hidup sama seperti undian. Kalian harus memilih takdir kalian. Kalian harus mencicipinya sendiri, entah itu manis atau pahit. Rasakan, lalu telanlah.

Park Jin lalu berkata dia lupa membawa sikhye. Dia pun bergegas pergi mengambil sikhye.

Yul tanya apa isi kue beras yang Uk makan.

Uk : Menurut perkataan Tuan Park, apa pun yang kumakan, kalian pasti tak akan percaya. Hanya aku yang tahu dan merasakan apa yang kupilih.

Dang Gu : Pasti isinya kecap ikan, ‘kan?

Uk hanya menaikkan kedua bahunya.

Tiba2 Sang Ho datang.

Sang Ho : Rupanya kalian ada di sini.

Park Jin datang membawa sikhye dan melihat Sang Ho.

Park Jin : Kenapa? Ada masalah apa?

Sang Ho : Ada rumor tak masuk akal yang menyebar semalam.

Park Jin : Rumor tak masuk akal apa?

Sang Ho : Orang-orang di kapal yang melewati Danau Gyeongcheondaeho dibantai dan katanya itu perbuatan Naksu.

Park Jin : Naksu?

Dang Gu : Naksu sudah meninggal. Mana mungkin dia membunuh orang?

Sang Ho : Katanya dia menjadi monster dan muncul di danau, lalu berkata akan kembali setelah melakukan pemindahan jiwa. Semua orang kini panik karena rumor tentang Naksu itu.

Park Jin geram mendengar itu.

Orang2 mulai membeli jimat penangkal hantu Naksu. Si penjual bilang, Naksu akan datang mencari tubuh baru dan itu bisa ditangkal dengan jimat yang dia jual. Bahkan ada seorang ibu yang menempelkan jimat penangkal Naksu di seluruh tubuh anaknya.

Sang Ho, Dang Gu dan Yul duduk bertiga membahas hantu Naksu.

Dang Gu : Semua kapal sudah diperiksa, tapi tak ditemukan mayat.

Yul : Berarti ada orang yang sengaja mengarang cerita mengenai Naksu.

Dang Gu : Rumor hantu Naksu sudah banyak beredar sebelumnya. Namun, kenapa tiba-tiba dia akan kembali sebagai pemindah jiwa?

Sang Ho : Sebentar lagi adalah hari peringatan kematian Naksu yang ketiga. Katanya Naksu akan melakukan pemindahan jiwa dan kembali hari itu.

Wajah Yul langsung berubah sedih mendengar itu.

Dang Gu : Rupanya rumor ini beredar karena hari peringatan kematiannya. Uk pasti akan sangat gelisah. Dia benar-benar tidak beruntung hari ini.

Yul : Aku harus mencari tahu sumber rumor itu.

Dang Gu : Itu hanya rumor konyol yang disebarluaskan untuk menjual jimat penangkal di Desa Gaema. Tak perlu dicari tahu.

Yul : Namun, tiba-tiba muncul rumor palsu mengenai kapal.

Yul pun menyuruh Sang Ho nyari tahu siapa pria yang berenang dari kapal sampai ke tepi.

Ratu dan Yoon O menghadap Raja.

Ratu : Katanya rumor mengenai Naksu menyebar dalam sekejap.

Yoon O : Meski sudah mati, dia tetap membuat keributan. Semua wanita muda berbondong-bondong membeli jimat karena mereka takut tubuhnya direbut oleh Naksu.

Raja : Apa mereka tahu bagaimana wujud Naksu yang sangat mereka takutkan itu?

Yoon O : Aku sama sekali tak tahu.

Raja : Apa mereka tahu?

Yoon O : Katanya dia bertubuh besar dan lebih tinggi dari kebanyakan pria. Ada juga yang bilang dia menyembunyikan wajahnya karena jelek. Lalu…

Yoon O melirik Ratu sebentar, sebelum memberitahu Raja kalau ada yang bilang juga Naksu berparas cantik.

Raja : Saat masih hidup, dia disebut pembunuh bayangan, lalu bersembunyi di tubuh pelayan wanita. Rupanya tak ada satu orang pun yang tahu seperti apa wujudnya kali ini.

Bu Yeon di pasar, tengah melihat lapak pedagang yang menjual jimat Naksu. Bu Yeon lalu berkata dalam hatinya, rupanya orang2 sangat takut pada Naksu. Bu Yeon lantas penasaran seperti apa sosok Naksu.

Wol datang, kau mau membeli jimat juga?

Bu Yeon : Aku hanya penasaran karena semua orang membeli ini.

Wol : Jika jimat untuk menangkal Naksu ini benar-benar ampuh, kau harus punya satu. Dia pasti paling tak suka dengan keberadaanmu karena kau sudah merebut kekasihnya.

Wol lalu tanya, apa Bu Yeon merebut kekasih Naksu.

Bu Yeon : Apa kau mengenal Naksu?

Wol : Orang yang kukenal hanyalah pelayan wanita bertubuh mungil yang bertekad kuat dan bernasib buruk.

Wol lalu meminta 30 jimat Naksu dan dupa untuk mendoakan arwah pada pedagang.

Wol juga berkata, akan membakar dupa di hari peringatan kematian Naksu.

Bu Yeon : Kau akrab dengan wanita itu?

Wol : Tidak sama sekali. Aku tak bisa bilang begitu karena aku harus menjalankan bisnis.

Wol lalu bertanya, apa Bu Yeon mau minum.

Wol dan Bu Yeon tiba di Chwiseonru.

Begitu tiba, staf Chwiseonru langsung memberitahu Wol tentang kedatangan Putra Mahkota. Dia bilang, Putra Mahkota mencari arak kayu manis yang pernah diminum sebelumnya.

Wol pun bilang pada Bu Yeon kalau dia harus pergi dulu karena ada tamu penting. Dia lalu memberikan jimat dan dupa pada Bu Yeon dan menyuruh Bu Yeon menunggunya di ruang belakang.

Wol dan staf nya bergegas pergi.

Bu Yeon berjalan masuk sambil melihat dupa dan jimat di tangannya.

Bu Yeon : Banyak sekali. Pasti harganya mahal.

Di jembatan, dia bertemu Putra Mahkota yang dikiranya kasim.

Putra Mahkota melihat jimat dan dupa di tangan Bu Yeon. Dia salah paham.

Putra Mahkota : Kau juga menjual jimat? Rupanya kau juga menjual benda seperti itu.

Bu Yeon : Pemilik tempat ini yang membelinya.

Putra Mahkota : Semuanya sudah terjual? Kau pasti menghasilkan banyak uang. Kau bisa menggunakan uang itu untuk membeli kura-kura.

Bu Yeon : Kau tak membawanya pulang hari itu? Kau meninggalkannya di sana?

Putra Mahkota : Memangnya kenapa? Apa gunanya dibawa pulang?

Bu Yeon : Sudah kubilang, energinya bagus, juga menggemaskan.

Putra Mahkota : Menggemaskan apanya? Apa kau tahu betapa kerennya hewan peliharaan yang sudah kumiliki? Aku memiliki burung merak, juga kuda putih. Kura-kura tak ada apa-apanya.

Wajah Bu Yeon seketika berubah sedih.

Dia teringat Uk.

Bu Yeon : Begitu, ya. Jika sudah menyukai yang lain, kau mungkin tak akan menyukai kura-kura. Aku tak bisa menyalahkanmu meski kau meninggalkannya.

Putra Mahkota : Ada apa denganmu? Apa ada yang pergi meninggalkanmu?

Bu Yeon : Suamiku pergi meninggalkanku. Dia tak pulang ke rumah.

Putra Mahkota : Suami? Kenapa?

Bu Yeon tak jawab. Putra Mahkota paham melihat ekspresi wajah Bu Yeon.

Putra Mahkota : Aku tahu. Rupanya ada burung merak lain di hati suamimu.

Bu Yeon : Maaf sudah memaksamu membawa pulang kura-kura meski kau sudah punya hewan peliharaan lain. Entah masih hidup atau tidak, tapi aku harus memeriksa keadaannya.

Bu Yeon mau pergi. Putra Mahkota langsung bilang kalau kura2 itu tak ada di sana.

Putra Mahkota : Aku membawanya pulang. Kau bilang energinya bagus. Setelah diperhatikan, ia pintar dan manis. Meski tak sebaik burung merak, ia cukup menarik dan memesona. Makanya kuharap kau tak berkecil hati.

Mendengar itu, senyum Bu Yeon langsung mengembang.

Bu Yeon : Aku tak salah menilai orang. Kau punya hati yang baik.

Putra Mahkota senang dibilang baik. Tapi dia berusaha menutupinya.

Putra Mahkota : Ada2 saja.

Bu Yeon : Apa kura-kura itu mematuhimu? Dia baik-baik saja?

Putra Mahkota : Kau merindukannya? Apa kau mau melihatnya? Jika mau, aku bisa membawanya ke sini.

Bu Yeon : Bisa begitu? Bukankah kau ke sini untuk mengawal putra mahkota? Apa kau boleh membawanya?

Putra Mahkota : Putra Mahkota bukan tipe orang yang mempermasalahkan hal seperti itu. Lagi pula, menurutku, dia punya kepribadian yang baik. Akan kutitipkan di sini beberapa hari. Kau bisa melihatnya.

Bu Yeon : Baiklah. Aku harus pergi sekarang. Kau sebaiknya segera masuk, Tuan Kasim.

Putra Mahkota mempersilahkan Bu Yeon pergi.

Begitu Bu Yeon pergi, Kasim datang mendekati Putra Mahkota.

Kasim : Yang Mulia. Apa Yang Mulia merasa lebih baik? Katanya arak kayu manis ada. Mari masuk.

Putra Mahkota : Tidak perlu. Aku merasa lebih baik setelah mengoceh. Kita kembali ke istana saja.

Kasim : Jika kembali ke istana sekarang, pasti akan bertemu Jang Uk. Katanya Raja memanggilnya untuk membicarakan rumor Naksu.

Putra Mahkota : Jang Uk? Kenapa baru bilang sekarang? Minggir.

Putra Mahkota bergegas pergi.

Kasim menyusul Putra Mahkota.

Kasim : Katanya ingin minum miras karena sedang tak enak hati. Yang Mulia! Kau ingin menemui Jang Uk?

Uk menghadap Raja. Ada Jin Mu juga, dia berdiri di samping Raja.

Raja : Katanya kapal, yang harus melalui Danau Gyeongcheondaeho, tertahan karena rumor kemunculan monster Naksu dan mengakibatkan transportasi tersendat dan bermasalah. Kau harus menangkap dan memusnahkan monster itu untuk menenangkan masyarakat yang gelisah.

Uk : Jika aku turun tangan mengatasi rumor yang tak jelas, orang-orang akan berpikir bahwa rumor tersebut memang benar.

Raja : Aku juga tak begitu memercayainya, tapi keadaannya tak kondusif.

Uk : Biarkan saja rumor itu menghilang dengan sendirinya.

Jin Mu menghasut Raja.

Jin Mu : Namun, Yang Mulia, jika Jang Uk tak bertindak, aku khawatir malah akan meningkatkan kecemasan yang tak diperlukan.

Raja : Apa maksudmu?

Jin Mu : Pemindah jiwa yang muncul kali ini berbeda dengan pemindah jiwa yang Jang Uk singkirkan selama ini. Dia adalah Naksu.

Jin Mu menatap Uk.

Jin Mu : Jang Uk, kau dan Naksu bahkan sudah berikrar untuk menikah. Semua orang di Kota Pertahanan Daeho mengetahui fakta tersebut.

Jin Mu kembali menghasur Raja.

Jin Mu : Aku mengkhawatirkan masalah itu. Aku takut masyarakat akan berpikir bahwa Jang Uk tidak menangkapnya bukan karena tak nyata, tapi karena masih ada perasaan. Selama tiga tahun terakhir, atas persetujuan Pertemuan Umum, Jang Uk menggunakan kekuatan batu es untuk menyingkirkan pemindah jiwa. Meski masyarakat takut dengan kekuatan Jang Uk, mereka percaya akan terlindung dari sihir terlarang. Namun, aku benar-benar khawatir akan timbul keraguan karena masalah Naksu kali ini.

Raja terhasut.

Raja : Jin Mu ada benarnya. Jang Uk, kau sebaiknya turun tangan dan berusaha menangkap monster Naksu supaya tak muncul kegelisahan yang tak perlu.

Uk pun kesal, baiklah. Jika kau secemas itu, aku sendiri yang akan menangkapnya. Karena sudah memberi janjiku, maka aku akan undur diri.

Uk beranjak pergi.

Tapi dia sempat bertemu Putra Mahkota sebelum pergi.

Uk hanya menundukkan kepala, memberi hormat, lalu pergi tanpa bicara apa2 sama Putra Mahkota.

Putra Mahkota bicara dengan Jin Mu, berdua saja.

Putra Mahkota : Bagaimana mungkin dia menangkap Naksu yang tak nyata?

Jin Mu : Benar sekali. Bagaimana mungkin dia menangkap Naksu yang tak nyata? Namun, Jang Uk akan terjebak dengan Naksu dan tak akan bisa lepas. Orang-orang percaya bahwa Naksu melakukan pemindahan jiwa dan kembali ke Jang Uk. Semua pemindah jiwa yang muncul di depan Jang Uk akan dikira Naksu mulai sekarang. Lalu jika ada yang terbunuh, orang-orang akan berpikir bahwa itu ulah Naksu dan tanggung jawab Jang Uk. Jang Uk harus terus-menerus menangkap Naksu yang tak berwujud, lagi dan lagi. Dia akan menangkapnya tanpa henti. Dia akan terjebak di dalam ketakutan serta keraguan orang-orang, lalu tak bisa melakukan apa pun.

Putra Mahkota : Rupanya kau mengikat Jang Uk dengan jaring bernama Naksu.

Jin Mu : Ini semua demi kebaikan Yang Mulia. Dengan jaring tersebut, aku akan memberikan Jinyowon kepada keluarga kerajaan.

Putra Mahkota : Jinyowon?

Jin Mu : Jin Bu Yeon, penerus Jinyowon yang ada di sisi Jang Uk, tak bisa dibiarkan. Nama Naksu akan memisahkan mereka berdua.

Sang Ho memberitahu Yul bahwa dia menemukan orang yang berenang ke tepian setelah melihat Naksu.

Yul : Siapa orang itu?

Sang Ho : Namanya Byeong Gu. Dia hidup di kapal dan kerja serabutan. Kurasa dia dibayar oleh dukun yang menjual jimat untuk menyebarkan rumor palsu.

Yul : Katanya dia berenang ke tepi Danau Gyeongcheondaeho saat tengah malam. Lalu, rumor menyebar dengan cepat. Dia tak akan mempertaruhkan nyawanya untuk membuat rumor palsu.

Sang Ho : Katanya dia selalu berjudi begitu punya uang. Aku akan mencarinya di semua tempat judi di kota ini.

So I memberi Byeong Gu uang.

So I :Tinggalkan kota ini untuk sementara. Jangan pernah muncul sampai hari keenam bulan depan.

Byeong Gu : Itu hari kematian Naksu? Apa pada hari itu Naksu sungguh akan melakukan pemindahan jiwa dan muncul kembali?

So I : Jika dia sungguh kembali, aku ingin bertemu. Ada banyak yang ingin kutanyakan kepadanya.

So I tersenyum licik.

Bu Yeon menyuruh Wol berhenti cerita.

Bu Yeon : Cukup itu saja. Kini aku tahu bagaimana hubungan mereka.

Tapi Wol yang setengah mabuk, terus bercerita soal hubungan Uk dan Naksu.

Wol : Mereka kali pertama bertemu di tempat ini. Dia juga melamarnya di sini. Aku mengetahui semuanya.

Bu Yeon : Aku tak ingin tahu lebih lanjut. Tolong hentikan.

Wol : Waktu dia mabuk di sini, Tuan Muda Uk datang, lalu menggendongnya pulang Dia selalu membawakan yakgwa karena tahu Tuan Muda Uk sangat menyukainya.

Bu Yeon pun jadi menatap kesal yakgwa yang ada di depannya.

Wol terus mengoceh soal Uk dan Naksu.

Kesal, Bu Yeon memasukkan sekepalan yakgwa ke dalam mulutnya.

Wol jadi ngeri sendiri melihat kemarahan Bu Yeon.

Yoon O lagi minum2 dengan Cha Beom, Gu Hyo dan Han Yeol.

Yoon O menyombong, aku habis dari istana karena Raja dan kakak sepupuku, Ratu, memanggilku tadi.

Yoon O : Beberapa hari lalu, aku minum teh dengan Jin Mu.

Cha Beom : Apa itu artinya kau tak akan pulang ke Kota Pertahanan Seoho?

Yoon O : Padahal Jeongjingak didirikan oleh Tuan Seo Gyeong yang bermarga Seo. Sebagai keturunannya, aku yang seharusnya mengurus Jeongjingak.

Yeol : Jeongjingak? Kau sungguh luar biasa.

Yoon O : Itu adalah rencanaku. Aku harus menyampaikannya kepada Ratu.

Staf Chwiseonru mengantarkan pesanan mereka.

Yoon : Kenapa Ju Wol tak terlihat? Dia seharusnya melayaniku.

Staf : Puan sedang bersama Nona Jin Bu Yeon dari Keluarga Jin.

Mendengar itu, Yoon terpikirkan suatu ide.

Bu Yeon melangkah di koridor sambil memikirkan kata2 Wol tadi soal Naksu dan Uk.

Wol : Mereka bertemu dan dilamar di sini? Sial. Seharusnya tak kudengar.

Dia kesal.

Tapi tiba2, dia mendapatkan sedikit ingatannya. Dia ingat ketika Uk melamarnya. Namun, dia masih tak sadar bahwa yang dilamar Uk adalah dirinya.

Bu Yeon pun menatap telur burungnya.

Bu Yeon : Rupanya ingatan wanita ini. Aku terus melihat ingatannya.

Staf Chwiseonru datang, memberitahu Bu Yeon, ada yang mencari Bu Yeon.

“Katanya kalian saling kenal.”

Yul tiba2 datang ke tempat pamannya lagi bersenang2.

Yul : Paman Yun O. Bukankah besok pagi kau pulang ke Kota Pertahanan Seoho?

Yoon O : Aku memutuskan tetap di sini untuk sementara. Ayo duduk bersama kami.

Yul : Aku hanya datang untuk berpamitan.

Yoon O : Kubilang duduk. Ada hal yang seru sebentar lagi. Kau tahu Jin Bu Yeon yang batal menikah denganku, ‘kan? Aku memanggilnya karena katanya ada di sini.

Beom : Katanya dia agak bodoh. Katanya dia bersedia menikahinya karena berparas cantik.

Yeol : Kami penasaran, jadi, dia memanggilnya untuk menunjukkannya. Jika dia datang dipanggil pria yang batal menikahinya, berarti wanita itu benar-benar bodoh.

Yul kesal, rupanya kalian salah mengartikan perkataan pamanku. Dia benar-benar senang diterima sebagai menantu Keluarga Jin. Namun, tiba-tiba pernikahan dibatalkan sepihak. Pamanku sedang sedih karena dia sangat menginginkan pernikahan tersebut tapi kalian malah ingin melihat orang itu? Jika bertemu, pamanku akan sangat kecewa dan terluka harga dirinya.

Yul menatap Yoon O.

Yul : Paman, tolong maafkan teman-temanku yang sama sekali tak peka dan membuatmu kesulitan.

Yoon O kesal dan meminum mirasnya.

Yul pun tahu Yoon O lah yang sengaja memanggil Bu Yeon.

Yul pergi. Diluar, dia bertemu Bu Yeon yang mau ke tempat Yoon O.

Bu Yeon pikir, Yul yang memanggilnya.

Yul : Ya, benar sekali. Sudah malam. Biar aku antarkan pulang.

Yul menarik Bu Yeon pergi.

Bu Yeon menghentikan langkahnya.

Bu Yeon : Masih belum terlalu malam. Kau memanggilku untuk mengantarkanku?

Yul : Ya.

Bu Yeon : Kau tak akan tersesat hari ini?

Yul mengangguk dan mengajak Bu Yeon pergi.

Tapi kenyataannya mereka tersesat.

Yul : Maafkan aku. Emosiku sempat terpancing karena suatu hal tadi. Aku tersesat lagi.

Bu Yeon : Kau sudah tersesat dari tadi. Aku diam karena emosimu terlihat mereda.

Bu Yeon lalu tanya, apa Yul lagi sakit parah.

Yul terhenyak mendengar pertanyaan Bu Yeon.

Bu Yeon : Kau tahu aku bisa melihat energi. Ada sesuatu yang aneh di dalam tubuhmu. Jika dibiarkan begitu saja, kau bisa…

Yul : Anggap kau tak tahu. Kumohon.

Bu Yeon : Bodoh membiarkan penyakit begitu saja.

Yul : Kita memutuskan berteman karena sama-sama agak bodoh. Tolong biarkan temanmu melakukan hal bodoh.

Bu Yeon terdiam menatap Yul.

Bu Yeon lalu ingat dia membawa sesuatu. Bu Yeon memberinya ke Yul.

Bu Yeon : Aku membawanya karena enak. Apa kau mau? Kau akan merasa lebih baik jika makan yang manis.

Yul melihat isinya. Isinya yakgwa.

Yul : Uk yang menyukai yakgwa.

Bu Yeon : Aku tahu. Makanya aku membawanya.

Bu Yeon lalu tanya camilan apa yang Yul suka.

Yul : Aku suka camilan serbuk sari pinus.

Bu Yeon : Begitu? Seleramu benar-benar tinggi.

Mendengar jawaban Bu Yeon, Yul terhenyak.

Yul lalu bilang, dia pernah membahas itu dengan seseorang.

Bu Yeon : Apa kau memakan camilannya waktu itu?

Yul : Setelah diingat-ingat aku tak memakannya.

Bu Yeon dan Yul saling menatap kembali.

Park Jin mengambil kasur dan selimut dan menaruhnya di belakang Uk yang lagi duduk.

Park Jin : Kenapa kau ada di sini? Raja sudah memerintahkanmu. Kau seharusnya berjaga di tepi danau.

Uk : Tidak akan mungkin muncul di sana.

Park Jin : Meski begitu, orang-orang takut sampai tak ada kapal yang berlayar. Minggir. Aku kedinginan. Aku harus tidur.

Park Jin mau berbaring. Uk mau ikutan juga. Park Jin duduk lagi dan menatap Uk.

Park Jin : Kau mau tidur di sini hari ini? Tidak bisa!

Uk : Aku ke sini bukan untuk tidur.

Park Jin : Kenapa? Apa kemunculan Naksu membuat hatimu berdebar hingga kau tak bisa tidur?

Uk : Kenapa melihatku begitu?

Park Jin : Kau bahkan menunggunya sambil membuat tumpukan batu.

Uk : Sudah tak ada. Tumpukannya runtuh.

Park Jin : Apa kau berubah pikiran karena apa yang kukatakan?

Uk : Tentu saja tidak. Jin Bu Yeon yang meruntuhkannya.

Park Jin : Memang tindakan lebih baik daripada kata-kata. Dia bilang akan melindungimu, dan benar-benar dia lakukan. Jin Bu Yeon bilang begitu saat berkunjung ke Songrim. Katanya dia akan melindungimu. Jangan diam di sini. Pulanglah dan lindungi istri barumu. Saat aku membuat pangsit di dapur, semua wanita di sana bilang, jika Naksu benar-benar muncul, dia pasti tak akan membiarkan istrimu. Katanya hantu juga bisa menyusun siasat.

Park Jin berbaring. Uk tanya, apa Naksu mengincar itu.

Park Jin bangun lagi, mengincar apa?

Uk : Tuan, aku akan memakan semua pangsit buatanmu, jadi, izinkan aku menginap semalam di sini. Aku mau minta bantuanmu juga.

Park Jin jadi semangat, sungguh? Uk, aku akan mengukus pangsit. Mari bicara perlahan.

Park Jin beranjak ke dapur.

Bersambung ke part 3…

1 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like