Tentangsinopsis.com – Sinopsis Alchemy of Souls Part 2 Episode 3 Part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Cek Season 1 juga ya! dan Episode sebelumnya disini.
Yul di Chwiseonru, menemui Ju Wol. Yul tanya, apa Ju Wol udah ngasih tahu orang yang selalu ngirimin dia obat, bahwa dia ingin bertemu. Ju Wol bilang, orang itu menolak untuk bertemu tapi dia berhasil mendapatkan identitas orang itu. Yul tanya lagi, apa namanya So I.
Ju Wol : Sudah kuduga kau mengenalnya. Wanita itu adalah pemilik tempat judi yang benar-benar jahat. Katanya dia melakukan transaksi ilegal dengan bantuan Cheonbugwan. Aku merasa bersalah sudah menyampaikan obat yang dikirimkan wanita seperti itu.
Yul : Di mana tempat judinya?
Ju Wol : Ada di Desa Gaema. Namun, kau sakit apa sampai harus memakan obat itu? Kau tinggal di sini, bukan di Songrim untuk menutupi penyakitmu?
Yul : Tidak. Aku hanya lebih nyaman tinggal di sini. Jangan berpikir yang aneh-aneh.
Uk yang baru pulang, dihampiri Do Joo. Do Joo ingin tahu Uk habis darimana. Uk balik nanya, kenapa Do Joo belum tidur. Do Joo bilang, mana bisa dia tidur. Do Joo lalu tanya, apa dia harus begadang dan mendengar Uk besok.
Uk pun minta maaf karena menikah tanpa memberitahu atau meminta persetujuan Do Joo. Do Joo meminta Uk mengadakan pesta pernikahan, jika memang merasa bersalah kepadanya.
Do Joo : Sebelum itu, nona itu bukan puan rumah ini. Aku tidak akan memanggilmu dengan sebutan tuan juga.
Uk : Baiklah. Kalau begitu, siapkan pesta pernikahan.
Do Joo : Sungguh?
Uk : Bukan pernikahanku, tapi pernikahanmu.
Do Joo : Tuan Muda.
Uk : Aku sudah menikah. Kau sebaiknya menikah dengan pria pilihanmu sekarang.
Uk meyakinkan Do Joo, kalau dia tidak apa-apa jika Do Joo menikah.
Do Joo lantas tanya, jika dia menikah, bagaimana dengan Uk.
Uk : Kami akan mencapai apa yang kami inginkan bersama. Katanya Jin Bu Yeon dikurung
untuk menyembunyikan keberadaannya. Dia akan bebas sekarang. Aku juga begitu.
Do Joo : Apa itu artinya kau sedang berusaha keras untuk melupakan kejadian yang terjadi dahulu? Kalau begitu aku akan mengatakan hal yang tak bisa kukatakan selama tiga tahun.
Bu Yeon tak sengaja mendengar saat Do Joo meminta Uk menyingkirkan telur burung merah yang Uk simpan di tempat Uk ditikam.
Do Joo : Kenapa kau menyimpan giok yin dan yang yang kau bagi dengan orang mati? Bukankah giok yin dan yang saling memanggil orang yang memilikinya? Aku sangat takut wanita yang sudah meninggal itu akan membawamu pergi.
Uk pun mengambil telur burung merah nya dari balik bajunya.
Uk : Jangan khawatir. Dia tidak pernah memanggilku dengan ini. Wanita itu sudah meninggal.
Do Joo : Burung yang ada di dalam telur yang kau rawat dengan kasih sayang adalah burung pemangsa yang ganas. Dia meninggal setelah meninggalkan luka yang sangat menyakitkan. Makanya kau harus menghancurkannya.
Uk : Aku masih menyimpannya untuk memastikan bahwa dia sudah meninggal. Aku harus lihat sendiri untuk percaya bahwa dia takkan muncul meski aku memanggilnya. Karena aku tidak melihat kematiannya secara langsung.
Bu Yeon beranjak keluar sambil memikirkan kata2 Dong Joo tadi soal telur burung merah dan wanita yang meninggal. Dia penasaran. Namun, Bu Yeon berusaha untuk tidak memikirkannya. Dia lalu membuang air bekas kompresnya dan berkata kalau dia bisa tidur nyenyak karena rasa sakitnya sudah hilang. Bu Yeon lantas berpikir, haruskah dia beritahu Uk bahwa dia sudah tidak sakit. Bu Yeon merasa Uk mencemaskannya.
Bu Yeon pun beranjak ke kamar Uk, namun baru saja dia datang, dia melihat cahaya di kamar Uk padam. Bu Yeon kecewa berat. Dia mengira Uk tidak mencemaskannya. Di dalam, Uk melihat bayangan Bu Yeon. Bu Yeon pun pergi.
Besoknya, Do Joo mengenalkan Bu Yeon pada Heo Yeom, Dang Gu dan Park Jin. Do Joo bilang, mereka orang terdekat Uk yang sudah seperti keluarga. Bu Yeon pun mengenalkan dirinya sebagai putri sulung keluarga Jin. Heo Yeom bertanya, apa Bu Yeon dan Uk benar-benar sudah menikah.
Park Jin : Makanya dia datang untuk memperkenalkan diri.
Park Jin lalu memberi ucapan selamat pada Bu Yeon. Dong Joo pun bilang, kalau Uk dan Bu Yeon masih belum menikah. Tapi mereka akan mengadakan pesta pernikahan. Sebelum itu, Bu Yeon masih putri sulung Keluarga Jin Uk belum punya istri.
Heo Yeom : Melihat Kim Do Joo menekankan bahwa kalian belum menikah, rupanya kau berbohong mengenai janin.
Bu Yeon : Maafkan aku. Aku berbohong untuk menghindari pertikaian.
Heo Yeom : Kau benar-benar nekat. Omong-omong, apa aku pernah merawatmu sebelumnya? Kau terlihat tidak asing.
Bu Yeon : Tidak mungkin. Aku dirawat oleh tabib terbaik di negara ini.
Heo Yeom sewot, tabib terbaik di negara ini adalah aku. Ada siapa selain aku? Coba sebutkan namanya.
Dang Gu : Astaga. Tuan Heo, tolong hentikan. Katanya dia tidak pernah keluar dari rumah Keluarga Jin Dia bahkan tidak ingat masa lalunya.
Park Jin kaget, kau tidak ingat masa lalumu?
Bu Yeon : Aku tidak ingat masa laluku saat terbangun dari penyakit parah. Namun, aku masih memiliki kemampuan untuk melihat energi seperti dahulu.
Bu Yeon membaca energi Park Jin dan Heo Yeom.
Bu Yeon : Aku bisa melihat kekuatan air yang luar biasa dari kalian berdua. Rupanya kalian penyihir berkemampuan sangat tinggi yang jarang ditemukan.
Heo Yeom masih aja sinis, hal seperti itu bisa diketahui tanpa harus membaca energi.
Bu Yeon membaca energi Dang Gu.
Bu Yeon : Kalau orang ini, kekuatan airnya tidak begitu kuat, tapi energinya sangat cerah dan ceria.
Heo Yeon sinis lagi, semua orang tahu bahwa Dang Gu berkepribadian baik. Tidak bisa dibilang kemampuan spesial.
Bu Yeon melanjutkan kalimatnya. Dia bilang energi Dang Gu mirip dengan adiknya, Cho Yeon. Cerah dan ringan. Bu Yeon lalu tanya untuk memastikan, kalau Cho Yeon pernah menceritakan tentang dirinya kepada Dang Gu.
Mendengar itu, Park Jin dan Heo Yeom langsung memelototi Dang Gu. Heo Yeom tanya, apa Dang Gu berhubungan kembali dengan Cho Yeon. Dang Gu dan Do Joo sama2 menyangkal hal itu. Dang Gu lalu menjelaskan, kalau dia dan Cho Yeon bertemu hanya untuk membicarakan Bu Yeon.
Park Jin : Kalian bertemu?
Dang Gu : Ya.
Bu Yeon : Lalu dari tadi, aku terus melihat ada energi dua orang di belakang sana.
Heo Yeom : Energi apa lagi yang kau lihat? Hei, jika ada orang di sana, keluarlah!
Yun Ok dan Sun I pun keluar.
Do Joo : Astaga, Nona Yun Ok.
Park Jin : Sedang apa di sana?
Yun Ok dan Sun I kabur.
Park Jin kembali menatap Bu Yeon. Dia tanya, apa yang Bu Yeon lihat dari Uk. Bu Yeon bilang Uk memiliki energi langit. Park Jin membenarkan itu. Dia bilang, Uk meninggal dan mendapatkan energi langit dan hidup kembali.
Bu Yeon : Aku sudah mendengarnya. Karena aku bisa melihat energinya, aku akan menjaganya dengan baik.
Sekarang, Park Jin ada di taman bersama Do Joo. Do Joo tanya pendapat Park Jin soal Bu Yeon. Park Jin mengatakan, kalau dia merasa Bu Yeon sungguh penyihir perempuan yang memiliki kemampuan spesial.
Do Joo : Namun, sepertinya dia tidak mau menjadi penerus Jinyowon dan menikahi Tuan Muda Uk. Lalu Tuan Muda Uk berkata bahwa dia menikah karenaku.
Park Jin : Kenapa karenamu?
Do Joo : Dia mendorong punggungku dan bilang bahwa aku bisa pergi dengan bebas sekarang.
Do Joo lalu melirik Park Jin.
Do Joo : Jangan bilang kau tidak paham.
Park Jin pun merentangkan kedua tangannya.
Park Jin : Jika kau didorong keluar, aku siap menerimamu kapan saja.
Do Joo tersenyum dan menaruh telapak tangannya di dada Park Jin.
Park Jin memegang tangan Do Joo sambil menatap wajah Do Joo dengan lembut.
Park Jin : Namun, kau kelihatan belum sepenuhnya tenang meninggalkan Uk. Tidak perlu tergesa-gesa. Aku tidak akan menarikmu secara paksa.
Do Joo : Jantungmu berdebar sangat kencang.
Park Jin : Meski aku bilang begitu, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku ingin segera menarikmu.
Park Jin lantas mendekatkan wajahnya ke wajah Do Joo.
Sontak Do Joo langsung memejamkan mata, mengira akan dicium. Tapi Park Jin malah berbisik kalau dia bukan patung buddha. Do Joo tertawa mendengarnya.
Mereka kembali berjalan, bergandengan tangan.
Do Joo : Tuan Heo sepertinya sangat membenci Nona Bu Yeon sampai bilang terlihat tidak asing.
Park Jin : Sejujurnya aku juga merasa dia tidak asing. Kurasa aku pernah melihatnya di suatu tempat.
Do Joo pun sewot mendengar itu.
Do Joo : Menarik sekali. Bagaimana kau bisa langsung mengenalinya?
Park Jin : Benar, ‘kan? Aku memang pernah melihatnya, ‘kan?
Do Joo : Benar. Pakaian yang dia kenakan adalah pakaian yang sering dikenakan Puan Do Hwa saat masih gadis.
Park Jin : Benar juga. Pantas terlihat tidak asing. Aku menulis puisi untuk Do Hwa saat melihat dia mengenakan pakaian itu dahulu.
Park Jin kemudian sadar dia salah ngomong.
Do Joo melirik Park Jin, dengan lirikan super tajam.
Do Joo : Cinta pertama memang sulit dilupakan. Padahal kau bukan orang yang peka, tapi kau bisa langsung mengenalinya. Kau pasti sangat senang.
Park Jin : Tidak begitu. Sekarang jantungku berdebar kencang karenamu.
Do Joo : Aku tidak percaya.
Do Joo mau pergi, tapi Park Jin menarik dia ke pelukannya.
Park Jin : Dengarkan baik-baik. Apa kau bisa mendengar perasaanku?
Do Joo tersenyum, aku tahu. Aku hanya bercanda tadi. Lepaskan aku sekarang.
Park Jin : Jika dipeluk seperti ini, bagaimana aku bisa segera melepaskanmu?
Dang Gu ingin mengantarkan Bu Yeon pulang. Namun Bu Yeon bilang, dia tidak perlu diantar. Dia tidak bodoh, hanya hilang ingatan. Dang Gu minta Bu Yeon tidak salah paham dengan niatnya.
Dang Gu : Cho Yeon hanya mengkhawatirkanmu. Sepertinya dia tidak percaya bahwa kau menikahi Uk. Sebenarnya aku juga tidak percaya. Dia memintaku untuk menjagamu.
Bu Yeon : Karena takut dengan ibu kami, Cho Yeon tidak berani melawan dan membelaku, tapi sebenarnya dia berhati baik.
Dang Gu : Apa luka benang pelacak sudah membaik?
Bu Yeon : Syukurlah tidak akan terasa sakit lagi. Apa Cho Yeon diam-diam menyembunyikan pemanggil benang agar ibu kami tidak bisa memanggilku? Pantas rasa sakitnya hilang.
Dang Gu : Apa? Kau sama sekali tidak tahu apa yang terjadi kemarin malam?
Bu Yeon : Apa maksudmu?
Dang Gu : Benda itu sudah tidak ada. Uk tiba-tiba mendatangi Jinyowon di tengah malam, lalu menghancurkannya. Kudengar Uk benar-benar menggemparkan Jinyowon. Kau sungguh tidak tahu apa pun?
Bu Yeon : Aku tidak tahu. Dia hanya menyuruhku menahannya.
Bu Yeon pun langsung lari ke hutan. Dang Gu bilang, ada tempat yang sering dikunjungi Uk di siang hari yang disebut hutan hitam karena dipenuhi dengan pohon cemara yang rimbun.
Dang Gu : Jika kau terus masuk ke dalam hutan, ada tumpukan batu yang ditumpuk satu per satu setelah Uk menyingkirkan pemindah jiwa. Bisa dibilang seperti makam. Tidak ada yang berani mengunjungi tempat itu karena takut. Sedangkan Uk, sepertinya dia merasa sangat nyaman, makanya dia sering ke sana.
Namun Uk sudah tidak di sana.
Bu Yeon : Katanya dia ada di sini. Ternyata tidak ada.
Bu Yeon lalu menatap tumpukan2 batu itu.
Bu Yeon : Apa ini semua makam pemindah jiwa?
Dang Gu memikirkan tumpukan batu itu.
Dia yakin, salah satu tumpukan batu itu adalah makamnya Mudeok.
Dang Gu : Dia akan melihatnya.
Bu Yeon menemukan makamnya Mudeok yang berada di tengah2 di paling depan.
Dia pun teringat percakapannya dengan Uk malam itu, ketika Uk menyelamatkannya dari pernikahan paksa. Mereka membahas pemindah jiwa.
Bu Yeon : Kau pasti menangkap dan membunuhnya juga.
Uk : Dia sudah mati.
Flashback end…
Bu Yeon : Makam pemindah jiwa yang dia bicarakan sebelumnya pasti ada di sini.
Tapi saat mendekati makam itu, tiba2 saja Bu Yeon mendapatkan sedikit ingatannya. Dia ingat saat memberikan telur burung itu kepada Uk. Dia bilang, telur burungnya ada dua dan mereka akan menyimpan masing2 satu. Uk yang biru dan dia yang merah.
Teringat itu, mata Bu Yeon pun berubah menjadi biru.
Dan tumpukan batu di depannya, berjatuhan.
Bu Yeon kaget plus bingung.
Bu Yeon : Aku tidak menyentuhnya, tapi kenapa runtuh?
Lalu Bu Yeon melihat telur burung biru itu.
Bu Yeon : Ternyata ini bukan batu biasa.
Bu Yeon terus menatap telur burung itu tanpa menyadari ada yang mengawasinya.
Bu Yeon : Aku melihat ini di dalam ingatanku tadi. Apa ini benda Jinyowon? Apa aku pernah melihatnya dahulu?
So I bertanya2, siapa Bu Yeon sebenarnya.
So I : Jin Bu Yeon adalah Mudeok dan dia sudah meninggal.
So I melirik Yong Pil.
Dia mengkode Yong Pil, untuk beraksi.
Bu Yeon tiba di jembatan dan terus menatap telur burungnya.
Bu Yeon : Jika ini benda Jinyowon, apa harus kutanyakan ke Cho Yeon.
Tiba2, Yong Pil muncul di depan Bu Yeon. Yong Pil yang sudah menunggu, langsung merebut telur burung itu dan lari. So I yang berjalan di belakang Bu Yeon sejak tadi, mengambil arah berlawanan.
Bu Yeon terus lari mengejar Yong Pil, sampai dia gak sengaja menabrak orang.
Yong Pil menyerahkan telur burung itu ke So I.
So I : Terus pancing sampai pintu belakang Cheonbugwan. Yeom Su akan menunggu di sana.
Yong Pil mengerti.
Yeom Su menemui Jin Mu di ruangan itu.
Yeom Su : Begitu So I berhasil menangkapnya, aku akan membawa Jin Bu Yeon ke sini.
Jin Mu : Aku bisa menggunakan dupa untuk membaca isi pikirannya dan memastikan bahwa dia sungguh Jin Bu Yeon atau bukan.
Bu Yeon yang masih mengejar Yong Pil, tiba2 berhenti berlari.
Lalu dia menatap ke belakangnya, ke arah So I yang memegang telur burungnya.
Bu Yeon : Ada apa ini? Energi batu ada di sebelah sana.
Yong Pil heran Bu Yeon tidak mengikutinya lagi.
Bu Yeon mengikuti So I. Dia melihat So I masuk ke tempat judi.
So I sendiri akhirnya sadar dia diikuti Bu Yeon.
So I : Bagaimana wanita itu bisa mengikutiku?
So I pun masuk ke dalam salah satu ruangan dan bersembunyi.
Bu Yeon melihat telur burungnya di atas meja. Dia mengambilnya.
Bu Yeon : Rupanya kau sadar bahwa aku mengikutimu. Rupanya kau kaget aku bisa mengikutimu. Aku bisa melihat energi. Aku bisa melihat kau yang bersembunyi dan energi yang dipancarkan batu ini.
So I pun keluar dari persembunyiannya dan menatap Bu Yeon dengan tatapan tajam.
Tiba2, asap keluar dan Bu Yeon langsung menutup hidungnya.
Bu Yeon : Energinya tak bagus. Aku tidak boleh menghirup ini.
So I buru2 keluar lewat pintu lain. Dan dia mengunciin Bu Yeon.
So I : Dia bisa melihat energi? Itu kemampuan yang dimiliki oleh Jin Bu Yeon. Aku harus segera membawanya ke Cheonbugwan setelah pingsan menghirup obat bius.
Yul ke tempat judi dan bertemu penjaga di depan pintu. Yul bilang, dia ingin bertemu pemilik tempat itu. Penjaga menyuruh Yul masuk ke sebuah ruangan.
Setelah itu, penjaga pergi mencari So I yang menunggu di tempat lain.
Penjaga : Rupanya kau ada di sini. Ada orang yang mencarimu.
So I melihat Yul pergi ke arah ruangan tempat dia mengunci Bu Yeon.
Ternyata Yul disuruh menemui So I di sana oleh penjaga, namun So I ada di ruangan lain, karena ruangan itu sudah dipenuhi asap dan dia mengunci Bu Yeon di sana.
Yul melihat pintu ruangan itu terkunci dari luar. Dia merasa aneh dan bergegas membuka pintu. Namun setelah masuk, dia mencium asap tadi yang ternyata adalah obat bius. Yul yang sadar itu obat bius, langsung berjaga2 dengan pedangnya, sembari mendekat ke sebuah baskom besar berisi air.
Tiba2, Bu Yeon muncul dari dalam baskom itu. Yul kaget melihat Bu Yeon.
Yul : Jin Bu Yeon?
Melihat baju Bu Yeon yang basah kuyub dan jadi menerawang, Yul pun segera mengalihkan pandangannya. Yul lantas tanya, Bu Yeon ngapain di sana. Bu Yeon bilang, dia disana untuk menangkap pencopet. Bu Yeon bertanya balik, Yul ngapain di sana. Yul bilang, dia disana untuk menemui seseorang.
Bu Yeon mencoba keluar dari baskom, namun kesulitan. Dia mendengus kesal, sial.
Yul mendekat ke baskom sambil tetap menatap ke arah lain.
Yul : Pegang tanganku.
Bu Yeon : Nanti kau basah juga.
Yul bilang gak apa-apa. Bu Yeon mengucapkan terima kasih.
Bu Yeon : Sebentar.
Bu Yeon memegang tangan Yul. Tapi Bu Yeon tak hanya memegang. Bu Yeon menarik Yul agar mendekat padanya. Yul terkaget2. Bu Yeon lalu memeluk Yul erat2. Yul yang masih kaget, menggendong Bu Yeon keluar dari baskom.
Bu Yeon memeras bajunya yang basah kuyup sambil menjelaskan kalau dia masuk ke air untuk menghindari obat bius, lalu hampir mati kehabisan napas.
Yul mengambil kain besar di dekatnya dan menutupi tubuh Bu Yeon.
Yul : Selimuti badanmu.
Bu Yeon nya malah bilang tak kedinginan tapi saat melihat bajunya nerawang, dia sadar.
Bu Yeon : Kau pasti tidak nyaman melihatku. Terima kasih juga untuk ini.
Yul : Apa kau perlu bantuan untuk menangkap pencopet?
Bu Yeon : Aku pergi saja. Barang sudah tertemu, dan aku tidak ingin memperbesar masalah. Silakan menemui orang yang harus kau temui.
Bu Yeon mau pergi tapi ditahan Yul. Yul bilang, urusannya tidak mendesak jadi dia akan ikut bersama Bu Yeon.
Bu Yeon dan Yul jalan bersama. Yul bilang, terlalu berbahaya berkeliaran seorang diri di desa itu. Itu Desa Gaema, tempat dukun laki2 dan perempuan berkumpul. Terkadang ada orang yang melakukan sihir terlarang juga.
Bu Yeon : Pantas tempat ini sangat gelap dan suram.
Yul : Kau sebaiknya datang bersama Uk jika harus ke tempat seperti ini.
Bu Yeon kaget, kau mengenal Jang Uk… Maksudku, suamiku?
Yul : Aku, Dang Gu, dan Uk sudah berteman cukup lama. Aku pulang ke Kota Pertahanan Seoho tiga tahun lalu karena suatu alasan, dan baru kembali ke sini.
Bu Yeon : Aku sudah bertemu Park Dang Gu. Energinya sangat cerah dan ceria. Sedangkan kau….
Bu Yeon tiba2 terdiam dan mengganti topic pembicaraan.
Bu Yeon : Aku sangat iri dengan pertemanan kalian. Omong2, sepertinya kita berputar-putar di jalan yang sama.
Yul : Aku selalu tersesat saat terperangah. Maafkan aku. Kurasa sebelah sini.
Bu Yeon : Kita lewat sebelah sini tadi. Kita lewat sana saja. Mulai agak terbayang setelah berputar beberapa kali. Ikuti aku saja.
Yul minta maaf, dia bilang mereka tersesat kareanya.
Bu Yeon : Tidak apa-apa. Tidak pintar tidak masalah, selama kau tampan.
Yul : Aku hanya bingung. Aku tidak bodoh.
Bu Yeon : Baiklah.
Yul : Kau sepertinya tidak tahu. Aku tidak pernah tidak menjadi murid terbaik di Jeongjingak. Aku menguasai semua buku di sana, sampai muncul perkataan, “Jika tidak tahu, tanya Seo Yul.”
Bu Yeon : Rupanya begitu. Berarti kau pintar? Sayang sekali.
Bu Yeon menatap Yul.
Bu Yeon : Seperti yang kau lihat, aku berparas cantik tapi agak bodoh. Padahal kupikir kita berdua sangat mirip karena kau tampan dan kelihatan agak bodoh. Ternyata aku salah. Sayang sekali.
Yul : Kalau begitu, anggap saja aku agak bodoh juga. Aku tidak keberatan menemanimu.
Bu Yeon : Terima kasih. Aku menanyakan ini karena tidak tahu apa-apa. Apa ada pemindah jiwa tunanetra yang kemudian bisa melihat? Dia memiliki bercak biru di mata, dan Jang Uk bilang dia melihatnya dari dekat. Kau tahu siapa dia?
Yul kaget dengan pertanyaan Bu Yeon namun tetap menjawab.
Yul : Sepertinya yang kau maksud adalah pemindah jiwa bernama Naksu.
Bu Yeon : Naksu? Kudengar dia sudah mati.
Yul : Ya. Uk juga mati karena ditusuk orang itu.
Bu Yeon : Begitu, ya. Rupanya dia musuh Jang Uk.
Yul : Ternyata kau sungguh tidak tahu apa pun.
Bu Yeon : Aku tidak tahu. Aku tidak boleh membicarakan masalah Naksu di depan Jang Uk. Terima kasih atas informasinya.
Bu Yeon jalan duluan. Yang kemudian disusul oleh Yul.
So I di belakang, menatap kepergian mereka.
So I pun menemui Jin Mu.
Jin Mu : Dia punya kemampuan melihat energi? Kalau begitu, dia sungguh Jin Bu Yeon?
So I : Kau bilang kau yang menyebabkan Jin Bu Yeon jatuh ke dalam danau saat dia masih kecil, ‘kan? Apa kau takut perbuatanmu akan ketahuan?
Jin Mu : Mendiang ayahnya yang melakukannya. Dia tak bisa melihat dan tak tahu bahwa aku ada di sampingnya. Berkat Jin U Tak yang mati dibunuh oleh Naksu tidak ada yang terungkap. Makanya kau juga masih hidup sampai sekarang. Aku yang membuat citramu sebagai penipu berubah menjadi korban kejahatan Jin U Tak yang sengaja membunuh beberapa orang, lalu memasukkan serangga yang berisikan darah Keluarga Jin ke dalam tubuhmu untuk membuatmu menjadi putri palsu.
Mendengar itu, So I mengalah, benar sekali. Nyawaku adalah milikmu sepenuhnya.
Jin Mu : Aku tahu kau hanya pura-pura tunduk kepadaku. Namun, selama serangga itu masih ada di tubuhmu, kau tidak bisa lepas dariku. Karena tanpa obat yang kuberikan, semua organ tubuhmu akan digerogoti sampai habis oleh serangga itu. Pokoknya kau, aku, dan organisasi rahasiaku bisa meloloskan diri berkat Naksu.
Jin Mu lalu bertanya2, kenapa bisa mirip sekali.
So I : Apa maksudmu?
Jin Mu : Wajah Jin Bu Yeon sangat mirip dengan Naksu. Makanya aku gelisah. Jika dia benar-benar memiliki kekuatan spesial, berarti dia bukan putri yang dipalsukan sepertimu. Rupanya wanita itu sungguh Jin Bu Yeon.
Adegan beralih ke Ratu yang lagi di gazebo bersama Yoon O dan pelayannya.
Ratu melihat bunga-bunganya, padahal sedang kemarau, tapi bunga tetap segar dan tidak layu.
Yoon O : Karena teringat bunga kesukaan Ratu dahulu, aku langsung keliling kota untuk mendapatkannya.
Pelayan memberitahu Ratu, kalau bunga itu tumbuh dengan air Danau Gyeongcheondaeho, sehingga kaya akan energi air.
Ratu : Tubuhku seharusnya sama seperti bunga ini.
Lah si pelayan yang gak ngeh, malah membuat Ratu makin bad mood.
Pelayan : Bunga ini terlihat segar dan indah karena sama sekali tidak kekurangan air. Katanya bunga yang ada di luar layu dan tidak beraroma karena sangat kekurangan air.
Ratu : Bunga yang terlihat layu karena sangat kekurangan air. Sama sepertiku. Bahkan bunga akan terlihat segar dan indah jika diberi air! Namun, aku tetap layu dan terlihat mengerikan, meski terus-menerus diberikan energi air. Semua orang mentertawakanku karena aku terjebak di dalam tubuh pemindah jiwa dan menginginkanku untuk mati mengeras seperti batu!
Ratu ngamuk dan memukuli pelayan yang ngomong tadi dengan bunga, hingga wajah si pelayan tergores karena ranting bunga. Pelayan langsung mohon ampun. Ratu makin menggila.
Ratu : Rupanya kau terlihat sangat segar karena mengandung banyak air. Apa kau bersedia untuk menukar tubuhmu dengan tubuhku?
Jin Mu datang melerai ratu.
Jin Mu : Bagaimana mungkin seorang ratu yang berkedudukan tinggi bertukar tubuh dengan pelayan rendahan?
Semua pelayan Ratu langsung lari. Jin Mu melirik Yoon O.
Ratu : Dia adalah adik sepupuku dari Kota Pertahanan Seoho. Dia hampir menjadi menantu Keluarga Jin. Aku sudah dengar kabar soal Pertemuan Umum. Kudengar Jang Uk menjadi menantu Jin Ho Gyeong. Karena kejadian itu, makin sulit untuk mengambil alih Jinyowon dari Keluarga Jin. Bagaimana dengan ritual Gyeongcheon? Kau bilang kita memerlukan artefak Jinyowon untuk membuat batu es turun dari langit, ‘kan? Bagaimana kita bisa masuk Jinyowon jika ada dia yang menghalangi? Kita harus menjauhkan Jang Uk dari putri sulung Keluarga Jin. Namun, mereka sudah menikah.
Jin Mu : Siapa yang mengakui mereka sebagai suami istri jika mereka tidak mengadakan pesta pernikahan? Lagi pula, Jang Uk memiliki pengantin lain yang sudah diketahui semua orang.
Ratu : Naksu?
Jin Mu : Sebentar lagi hari peringatan kematian Naksu yang ketiga. Aku akan memanggil jiwa Naksu sekali lagi untuk menggoyahkan hati Jang Uk. Kemudian Jin Bu Yeon hanya perlu menikahi pria yang sudah ditentukan sebelumnya.
Putra Mahkota Go lagi berjalan-jalan di halaman istana dengan Kasim Oh.
Putra Mahkota Go kaget, Jang Uk membawa pergi putri sulung Keluarga Jin, tapi tidak ada yang bisa menghentikannya. Apa kekuatan dia lebih besar dari semua penyihir di Pertemuan Umum?
Kasim Oh : Mereka dibiarkan pergi karena mengaku sudah menikah.
Putra Mahkota Go : Dasar. Mereka sangat pandai beralasan. Katanya Jin Bu Yeon memiliki
kekuatan yang luar biasa. Apa Jang Uk menikahinya karena memerlukan kekuatan itu?
Kasim Oh : Lukisan dirinya sudah tersebar luas. Katanya dia benar-benar cantik.
Putra Mahkota Go: Hanya karena cantik? Aku cukup mengenal Jang Uk. Dia menggoda wanita karena membutuhkan sesuatu. Dia bukan orang yang terpana dengan kecantikan.
Mereka melewati dua pelayan yang diamuk Ratu tadi.
Putra Mahkota Go melihat pipi salah satu pelayan terluka.
Dua pelayan langsung pergi setelah Putra Mahkota Go berlalu dari hadapan mereka.
Putra Mahkota Go : Apa dia habis bertengkar?
Kasim Oh : Sepertinya terjadi sesuatu lagi pada pelayan yang melayani Ratu. Karena Yang Mulia terus bersikap dingin, Ratu terus melampiaskan kemarahannya kepada orang lain. Sejujurnya, belakangan ini ada banyak rumor tentang bedak yang diberikan Ratu kepada para selir.
Putra Mahkota Go : Bedak? Maksudmu bedak rias? Memang kenapa?
Kasim Oh : Katanya ada sihir di dalam bedak pemberian Ratu sehingga membuat kulit mengering.
Mendengar itu, Putra Mahkota Go langsung memberi perintah untuk menari kembali semua bedak pemberian Ratu.
Putra Mahkota Go : … lalu cari tahu dari mana Ratu mendapatkan bedak tersebut.
Kasim Oh : Baik, Yang Mulia.
Bu Yeon lagi jalan-jalan di pasar, melihat para pengawal Jinyowon.
Sontak lah Bu Yeon langsung pura2 melihat kosmetik sambil terus menutupi wajahnya.
Kasim Oh dan Putra Mahkota Go mendatangi toko yang didatangi Bu Yeon.
Seorang pria keluar dan tanya apa mereka mencari sesuatu.
Kasim Oh : Kudengar kau menjual bedak yang dikirim ke istana.
Penjual : Bedak?
Kasim Oh menunjukkan tanda pengenalnya.
Kasim Oh : Aku kasim dari istana.
Penjual : Rupanya kau kasim yang dikirim beliau. Silakan sebelah sini.
Kasim Oh masuk ke dalam toko.
Bu Yeon mengambil salah satu perona bibir. Seorang wanita melayani Bu Yeon. Dia tanya, apa Bu Yeon mau membeli itu.
Penjual : Kau bisa mencobanya dahulu. Warnanya sangat cantik.
Bu Yeon : Tidak perlu. Aku hanya ingin lihat-lihat.
Penjual mengambil perona bibir itu dan menunjukkannya ke Bu Yeon.
Penjual : Ini bukan perona biasa. Kau akan mengguncang hati semua pria dengan mengoleskannya di bibirmu. Benda ini benar-benar spesial.
Bu Yeon mengambil lagi perona bibir itu, sungguh?
Penjual : Apa ada pria yang ingin kau dapatkan?
Bu Yeon : Aku sudah punya suami. Rupanya perona ini bukan barang biasa.
Penjual : Semua barang di tokoku memang spesial. Kau lihat? Ada kasim dari istana di sebelah sana. Bahkan orang-orang dari istana mencari barang kami. Kurasa kau tidak tahu.
Bu Yeon : Energi barang ini tidak baik. Energi yang dipancarkan toko ini sama seperti di Desa Gaema.
Penjual : Apa kau dukun perempuan dari Desa Gaema juga?
Putra Mahkota Go yang mendengar itu, melirik Bu Yeon.
Penjual : Dukun perempuan sering membeli barang kami.
Bu Yeon : Aku tak perlu ini.
Bu Yeon mau pergi namun dia melihat ada seekor kura2 di meja kosmetik.
Bu Yeon : Apa kau menjual kura-kura ini juga?
Penjual : Tidak dijual. Itu bahan baku untuk membuat barang dagangan kami.
Bu Yeon : Bahan baku?
Penjual : Itu karena cangkang kura-kura memiliki banyak kegunaan. Ini sangat mahal dan berharga. Tidak boleh disentuh sembarangan.
Wanita itu lalu dipanggil oleh pria yang melayani Putra Mahkota Go tadi.
Bu Yeon yang merasa kasihan sama kura2, menyuruh Putra Mahkota Go membeli kura2 itu. Dia bahkan memanggil Putra Mahkota Go dengan panggilan ‘kasim’.
Bu Yeon : Energi kura-kura ini sangat bagus. Dia akan membawa keberuntungan.
Putra Mahkota Go : Apa dukun bisa membaca peruntungan kura-kura juga? Untuk apa aku memeliharanya?
Bu Yeon : Jika dibiarkan, dia akan menjadi bahan baku. Sungguh kasihan.
Putra Mahkota Go : Tidak mau. Jika kasihan, kau saja yang membelinya.
Bu Yeon : Aku tidak punya uang dan menumpang hidup di rumah orang. Aku tidak bisa menambah beban. Lihatlah. Dia bahkan menjulurkan lehernya dan melihat ke arahmu. Apa kau tega?
Putra Mahkota : Kura-kura memang seperti itu. Dia tak menjulurkan leher untuk melihat ke arahku.
Bu Yeon : Bawa dia pulang. Bukankah kasim tidak bisa punya keturunan? Dia akan membawa kebahagian.
Putra Mahkota Go : Apa katamu? Hei, Dukun. Kau tidak punya uang karena asal membaca peruntungan. Apa aku terlihat seperti orang yang menjadikan kura-kura keturunan?
Bu Yeon : Aku tidak bisa membaca peruntungan, tapi bisa melihat energi. Meski ucapan yang kau lontarkan menyakitkan, tapi matamu memancarkan kehangatan hati yang ingin menyelamatkan kura-kura ini. Kau memiliki energi yang berharga. Mungkin karena kau tinggal di istana.
Putra Mahkota Go : Benar. Aku keturunan Go yang tinggal di istana.
Mendengar itu, Bu Yeon kaget.
Putra Mahkota Go di atas angin, mengira Bu Yeon udah sadar kalau dia Putra Mahkota.
Tapi Bu Yeon tetap memanggilnya kasim.
Bu Yeon : Kalau begitu, Kasim Go, tolong rawat kura-kura ini dengan baik.
Bu Yeon menepuk2 bahu Putra Mahkota Go dan pergi.
Putra Mahkota Go heran, keturunan Go yang tinggal di istana sudah pasti keluarga kerajaan. Dia tidak tahu? Apa dia bodoh?
Kasim Oh keluar dan menunjukkan bedak itu.
Kasim Oh : Yang Mulia. Ini benar bedaknya.
Bersambung ke part 3…