Tentangsinopsis.com – Sinopsis Adamas Episode 8 Part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Baca EPISODE SEBELUMNYA HERE
Sebelumnya…
Woo Shin dan Hye Soo bicara di kebun bunga.
Hye Soo kaget, kau menulis cerita tentang putranya?
Woo Shin : Hanya beberapa halaman. Putra Bu Kwon mencoba bunuh diri dan dinyatakan mati otak. Lalu jantungnya ditransplantasikan kepada Pimpinan Kwon. Bukankah itu dramatis?
Hye Soo : Aku penasaran bagaimana reaksinya terhadap cerita itu.
Woo Shin yakin Kepala Pelayan Kwon akan menyangkalnya dengan keras.
Woo Shin : Dan dia akan coba melihat apakah itu benar.
Kepala Pelayan Kwon marah membaca tulisan Woo Shin, tapi dia terus membaca dan membaca setiap halaman.
“Setelah pertimbangan matang,Duke Alfonso memutuskan untuk memilih putra tunggal pengasuhnya sebagai donor yang cocok untuk transplantasi jantungnya. Lebih mudah membuat donor daripada menunggunya. Melihat dokternya, Allen, sang duke tersenyum dingin. Dokter Allen puas dengan kondisinyadan malam itu, dia menyatakan seorang pemuda mengalami koma mati otak. Pengasuh yang setia akan bersedia menawarkan jantung anaknya kepada tuannya.”
Begitulah tulisan Woo Shin.
Kepala Pelayan Kwon pun menyangkal semua itu.
Dia merobek tulisan Woo Shin sambil berteriak, itu tidak benar.
Kita ditunjukkan flashback, saat Kepala Pelayan Kwon memarahi anaknya yang ingin kuliah di luar negeri. Dia mencampakkan formulir pendaftaran anaknya.
Kepala Pelayan Kwon : Kau mau belajar di luar negeri? Ibu menguliahkanmu. Bukankah itu cukup? Berhentilah bermimpi dan belajar bekerja di bawah ibu!
Anaknya tak mau. Ibu ingin aku menjadi pelayan seperti ibu!
Kepala Pelayan Kwon : Pelayan? Dasar anak nakal.
Kepala Pelayan Kwon mengangkat tongkatnya. Dia ingin memukul putranya, tapi dihentikan oleh putranya.
“Ibu lebih memedulikan Pimpinan daripada aku, ‘kan?
“Tentu saja. Ibu lebih memedulikan Tuan daripada kau.
“Tuan ini, Tuan itu! Aku akan pergi. Lebih baik aku mati daripada hidup seperti ibu!”
Kepala Pelayan Kwon menggeplak kepala anaknya.
Kepala Pelayan Kwon : Apa? Kau tidak akan hidup seperti ibu? Baik, matilah. Matilah, Berandal. Teganya kau mengatakan itu kepada ibumu.
Anaknya nangis.
Lalu besoknya, dia mendapati anaknya gantung diri di pohon di depan kamarnya.
Kepala Pelayan Kwon histeris dan memeluk kaki putranya.
Kepala Pelayan Kwon : Hoon-ah! Tidak! Hoon-ah!
Hoon dibawa ke rumah sakit.
Kebetulan Pimpinan Eun yang menangani kasusnya.
Hoon dinyatakan mati otak.
Kepala Pelayan Kwon lalu memohon pada Pimpinan Kwon untuk menerima donor jantung dari Hoon.
Pimpinan Kwon : Tapi bagaimana mungkin aku bisa mengambil jantungnya?
Kepala Pelayan Kwon : Tuan, kumohon. Hanya dengan begitu aku bisa berpikir Hoon masih hidup dan baik-baik saja di sisiku.
Pimpinan Kwon menghela nafas.
Flashback end….
Woo Shin terus berjalan mondar-mandir sambil bicara dengan Hye Soo.
Woo Shin : Bu Kwon akan menyadari bahwa cerita itu tentang dia. Dia tidak akan lagi merasa setia kepada Pimpinan.
Hye Soo : Itu bisa berbahaya. Bagaimana jika dia membicarakan ini dengan Pimpinan?
Woo Shin : Tidak, dia tidak akan pernah bisa.
Hye Soo : Kenapa?
Woo Shin : Itu akan menjadi kerugian yang lebih besar bagi Bu Kwon. Pimpinan Kwon tidak akan mempertahankannya. Bu Kwon cukup cerdas untuk mengetahui itu.
Woo Shin duduk.
Hye Soo : Mereka akan saling mencurigai. Bu Kwon akan bertanya-tanya apakah dia membunuh putranya, dan Pimpinan akan bertanya-tanya apakah dia mencurigainya.
Woo Shin : Perbedaan pendapat. Itu awal dari ketidakpercayaan.
Hye Soo : Aku punya pertanyaan. Kau pernah bilang…
Hye Soo ingat kata2 Woo Shin semalam.
Flashback…
Woo Shin bilang dia harus segera mencari tahu dimana Adamas disimpan sebelum pembuatan ulang dimulai.
Hye Soo : Haruskah kuselidiki?
Woo Shin : Tidak. Serahkan kepada kami.
Flashback end…
Hye Soo : Kami? Apa ada orang yang membantumu selain aku?
Woo Shin : Tidak.
Hye Soo : Di rumah ini atau di luar?
Woo Shin : Tidak ada orang lain.
Hye Soo terus menatap Woo Shin. Dia tak percaya.
Woo Shin : Tidak ada.
Hye Soo beranjak dari duduknya.
Hye Soo : Kau bilang tidak ada, tapi menurutku sebaliknya. Kau sebut apa situasi seperti ini? Perbedaan pendapat. Awal dari ketidakpercayaan.
Woo Shin berdiri, Eun Hye Soo-ssi. Kau yang membuat batas lebih dahulu.
Hye Soo mengulangi kata2 Woo Shin saat itu.
Hye Soo : “Aku bukan Kwon Min Jo. Aku tidak tertarik menghukum Pimpinan. Kita tidak mengejar hal yang sama.” Kau bilang begitu. Kau berubah pikiran? Sayang sekali.
Hye Soo pergi.
Kepala Pelayan Kwon histeris.
Lalu dia marah, Ha Woo Shin!
Kepala Pelayan Kwon beranjak ke pintu.
Tae Sung di hutan, sedang bicara dengan Pak Kang.
Tae Sung : Kami sudah memulai proses untuk menangkan hatinya dengan berusaha memisahkan dia dan Pimpinan. Tapi dia belum menunjukkan respons apa pun. Kami akan melihat situasinya dan bertindak sesuai itu.
Pak Kang : Baiklah. Kami juga sedang mengambil dua tindakan kalau-kalau rencana Pak Ha gagal. Kami berusaha mencari tahu keberadaan Nona Jang, desainer perhiasan itu. Kami terlalu fokus pada tugas yang ada. Tim A mengambil berkas kasus Lee Chang Woo.
Tae Sung : Apa? Bahkan laporan autopsinya? Apa-apaan ini? Maka semua ini akan sia-sia.
Pak Kang : Sekarang pilihan yang tersisa adalah…
Ya, makam Pak Song!!
Soo Hyun dan Pak Baek tiba di sana.
Soo Hyun memeriksa rumput di makam Pak Song.
Soo Hyun : Ada yang aneh.
Pak Baek : Belum berakar.
Soo Hyun : Itu ditanam baru-baru ini.
Pak Baek : Para berandal itu sudah datang ke sini? Dan menggali kuburan ini untuk…
Soo Hyun : Untuk merusak jasadnya.
Pak Baek : Aku merinding.
Soo Hyun : Tunggu, biarkan aku berpikir.
Pak Baek : Bahkan jika kita mendapatkan Adamas, kita tak punya apa pun untuk dibandingkan. Ini buruk. Bagaimana kita akan membuktikan itu digunakan untuk pembunuhan?
Soo Hyun menyadari sesuatu, apakah Woo Shin?
Pak Baek : Apa?
Soo Hyun : Ini bukan makam ayahku.
Pak Baek : Apa?
Soo Hyun : Seorang pria tua tinggal sendirian di desa kami. Ayahku menguburnya di sini. Dia merapikan makamnya dan mengadakan upacara peringatan untuknya. Batu nisannya ditukar. Dia tahu Haesong akan merusak jasadnya. Karena bukti terkuat dalam kasus pemfunuhan adalah korbannya sendiri.
Pak Baek : Tapi siapa? Siapa yang menduga ini akan terjadi dan menukar batu nisan?
Soo Hyun : Bukankah sudah jelas?
Soo Hyun membawa Pak Baek ke makam ayahnya.
Soo Hyun : Yang ini makam ayahku.
Kita ditunjukkan flashback saat Woo Shin mengunjungi makam ayahnya.
Woo Shin : Aku pasti akan menangkap pelakunya. Untuk Ayah. Dan untuknya (Pak Lee).
Di selnya, Pak Lee memikirkan kata2 sipir tadi.
Sipir : Apa pun yang dikatakan jaksa itu,jangan bereaksi. Kasihanilah dirimu. Tidak ada gunanya membuat Tim A marah.
Pak Lee mulai terpancing. Dia marah.
Soo Hyun dan Pak Baek menuju ke mobil.
Soo Hyun : Kita baik-baik saja untuk saat ini. Tim A akan percaya mereka merusak jasadnya. Berandal itu. Dia selalu selangkah di depan.
Pak Baek : Maksudmu adikmu? Jika dia pemain sepak bola, dia pasti sudah sukses.
Mereka tiba di mobil.
Soo Hyun : Omong-omong, siapa namamu? Aku bahkan belum tahu namamu.
Pak Baek : Dalam pekerjaanku, kami tidak memperkenalkan diri. Kami tidak tahu kapan kami akan mati, jadi, tidak ada gunanya berteman. Kita tidak akan mati bersama. Panggil saja aku “Pak Baek”.
Soo Hyun : Aku malu memanggilmu Pak Baek.
Pak Baek : Kau mau dipukul, Sayang?
Soo Hyun : Bagaimana kalau Baek saja?
Pak Baek : Baek? Lumayan.
Soo Hyun kemudian mendengar sesuatu.
Soo Hyun : Aku mendengar sesuatu.
Pak Baek : Mendengar apa?
Soo Hyun : Kurasa ada telepon berdering.
Mereka mendengar suara dering telepon dari arah bagasi.
Mereka turun. Pak Baek bertanya, haruskah ia membuka bagasi.
Soo Hyun mengangguk.
Pak Baek membukanya. Sontak dia kaget melihat ada jasad di bagasinya.
Soo Hyun melihat itu jasad siapa. Dia syok itu jasad Dae Chul.
Sementara ponsel di telinga Dae Chul terus berbunyi.
Soo Hyun marah, para bedebah gila itu…
Dia mendekati jasad Dae Chul. Pak Baek mencegah, tapi Soo Hyun tak peduli.
Sun yang melihat mereka dari kejauhan, berharap Soo Hyun menjawab teleponnya.
Soo Hyun menjawab telepon itu.
Soo Hyun : Siapa kau? Siapa kau? Siapa kau?
Soo Hyun mengedarkan pandangannya, mencari si pelaku.
Tak lama kemudian, dia melihat Sun.
Sun : Sun-ah.
Sun lalu memencet tombol di remote yang dia pegang.
Sontak lah Soo Hyun kaget melihat itu.
Dan, mobil Pak Baek pun meledak!!
Sun tertawa.
Tapi hanya sebentar.
Sun : Setidaknya kau harus tahu siapa yang memfunuhmu. Sekarang aku merasa bersalah.
Woo Shin menunggu di perpustakaan. Tak lama, Dong Rim datang dengan wajah panic.
Mereka berdua bergegas keluar dari perpustakaan.
Dong Rim : Kurasa Bu Kwon akhirnya menjadi gila. Dia berteriak keras, mencarimu. Dia benar-benar sudah gila. Matanya seperti siap memfunuh seseorang. Apa yang kau lakukan kali ini? Aku merasa sangat gelisah…
Dong Rim berhenti bicara karena Woo Shin membuka pintu kamar sebuah ruangan.
Woo Shin masuk dan menutup pintu.
Dong Rim melanjutkan kalimatnya dengan kesal.
Dong Rim : … hingga itu menyiksaku, sungguh.
Dong Rim lalu coba menguping.
Di sana, Kepala Pelayan Kwon sudah menunggunya.
Woo Shin melihat Kepala Pelayan Kwon melamun.
Woo Shin : Bu Kwon, kau memanggilku?
Kepala Pelayan Kwon langsung menatap Woo Shin dengan tatapan sadisnya.
Dia bilang sejak awal dia tidak menyukai Woo Shin. Mata Woo Shin mengatakan kalau Woo Shin menyembunyikan sesuatu. Mata Woo Shin mengganggunya.
Woo Shin : Aku menyembunyikan sesuatu? Aku?
Kepala Pelayan Kwon : Motif sebenarnya kau datang ke rumah ini.
Woo Shin : Aku tidak mengerti.
Kepala Pelayan Kwon : Berhentilah pura-pura. Kau datang ke sini untuk menulis cerita tentang putraku. Kau butuh informasi untuk melakukan itu.
Woo Shin ingin menjelaskan, tapi Kepala Pelayan Kwon tak mau dengar.
Kepala Pelayan Kwon : Aku sudah membaca ceritamu yang tidak masuk akal.
Woo Shin : Kau sudah membacanya? Maksudmu naskah di tasku?
Kepala Pelayan Kwon : Ya.
Woo Shin : Jadi, kau sudah membacanya. Kurasa aku tidak bisa menyembunyikannya lagi. Kau benar. Aku datang ke rumah ini karena kejadian yang menimpa putramu. Itu cukup menarik.
Kepala Pelayan Kwon : Menarik? Apakah menyenangkan bergosip tentang mendiang anak orang lain?
Woo Shin : Ya, kepada publik. Di rumah keluarga terkenal, seorang pria yang muda dan sehat mencoba funuh diri. Dia dinyatakan mati otak dan organnya didonasikan. Kebetulan, penerimanya adalah…
Kepala Pelayan Kwon : Apa yang ingin kau katakan?
Woo Shin : Ketertarikanku pada kisah putramu dimulai dari imajinasiku sebagai penulis. Bagaimana jika itu bukan funuh diri, tapi pemfunuhan? Dalam kasus pemfunuhan, biasanya tersangka utama yang paling diuntungkan dari kematian korban. Kalau begitu, siapa pelakunya? Pertanyaan itu memicu imajinasiku.
Kepala Pelayan Kwon kesal.
Tapi tak lama dia tertawa dan menyebut Woo Shin pria yang lucu.
Kepala Pelayan Kwon menatap tajam Woo Shin lagi.
Kepala Pelayan Kwon : Kau mencoba menggangguku dengan cerita putraku karena aku memperlakukanmu seperti pengganggu. Sayang sekali. Itu tidak akan berhasil.
Woo Shin : Kau salah. Aku hanya…
Kepala Pelayan Kwon : Dengar. Aku tidak lagi merasa terikat padanya. Entah apa yang kau dengar, tapi jangan mencoba menipuku.
Woo Shin : Kwon jipsa…
Kepala Pelayan Kwon berdiri, dia marah besar. Tutup mulutmu dan dengarkan! Tuan memberiku wewenang penuh atas upacara hari jadi ke-80. Tepatnya, upacara pensiunnya. Aku… Dia memilihku, Kwon Soon Yi! Dari semua orang penting di perusahaan. Kau mendengarku? Apa pun tujuanmu kemari, aku tidak punya waktu atau energi untuk peduli, mengerti? Segera tinggalkan rumah ini!
Woo Shin : Itu bukan pilihanku. Kau sudah tahu. Aku tidak bisa melakukan itu tanpa izin Pimpinan.
Kepala Pelayan Kwon : Benarkah? Kalau begitu, aku akan memberitahunya sendiri.
Woo Shin : Memberi tahu apa?
Kepala Pelayan Kwon : Jangan sia-siakan usahamu dan berkemaslah selagi aku memberimu kesempatan. Tuan tidak ada hubungannya dengan kematian putraku.
Kepala Pelayan Kwon beranjak pergi.
Woo Shin terus memperhatikannya.
Woo Shin : Kata-kata kita cenderung mengindikasikan jarak psikologis. Misalnya, kita menyebutkan seseorangyang lebih dekat dengan kita dahulu. “Tuan tidak ada hubungannya dengan kematian putraku.” Kepeduliannya pada Pimpinan Kwonlebih dalam daripada dugaanku. Tapi saat dia membicarakan putranya… Dia bahkan tak menyebut namanya. Lantas, kenapa dia menyimpan fotonya? Itu menunjukkan keterikatan. Rasa bersalah?
Kepala Pelayan Kwon kembali ke kamarnya.
Dia melihat album foto Hoon.
Tak lama, Woo Shin masuk.
Kepala Pelayan Kwon terkejut. Dia lalu berdiri.
Woo Shin : Kau akan memberi tahu Pimpinan kenapa sebenarnya aku datang ke sini? Tidak boleh.
Kepala Pelayan Kwon : Apa?
Woo Shin : Bagaimana kau akan mengatakannya? “Dia bilang kau ada hubungannya dengan kematian putraku, dan dia menulis novel tentang itu.”
Kepala Pelayan Kwon : Diam!
Woo Shin : Aku penasaran bagaimana responsnya. Apa dia akan peduli soal aku mencurigainya? Atau dia akan peduli soal caramu melihatnya?
Kepala Pelayan Kwon : Kubilang diam.
Woo Shin : Aku sendiri penasaran. Bagaimana menurutmu? Kau tak pernah mencurigainya?
Kepala Pelayan Kwon : Ya! Aku tidak pernah mencurigainya sekali pun.
Woo Shin : Itu dahulu. Bagaimana dengan sekarang?
Kepala Pelayan Kwon : Berhenti bicara! Apa yang kau tahu? Kau tidak tahu apa-apa! Jadi, apa maksudmu? Bahwa Tuan sengaja mengambil jantung putraku? Kenapa? Kenapa sekarang?
Woo Shin terkejut,”Kenapa sekarang?” Maksudmu…
Kepala Pelayan Kwon : Keluar!
Woo Shin keluar.
Woo Shin pun sadar bahwa Kepala Pelayan Kwon sudah tahu soal itu.
Kepala Pelayan Kwon berusaha meyakinkan dirinya kalau Pimpinan Kwon tak seperti itu. Dia bahkan menepuk2 kepalanya agar kata2 Woo Shin keluar dari kepalanya.
Kepala Pelayan Kwon lalu membakar sobekan naskah Woo Shin.
Kata2 Woo Shin kembali terngiang.
Woo Shin : Bagaimana jika itu bukan funuh diri, tapi pemfunuhan? Dalam kasus pemfunuhan, biasanya tersangka utama yang paling diuntungkandari kematian korban. Kalau begitu, siapa pelakunya?
Kepala Pelayan Kwon : Omong kosong. Itu semua omong kosong.
Bersambung ke part 3…