Tentangsinopsis.com – Sinopsis Adamas Episode 8 Part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Baca EPISODE SEBELUMNYA HERE
Sebelumnya….
Woo Shin tengah mengetik, di perpustakaan. Dia sendirian. Hanya ditemani cahaya dari lampu mejanya.
Kemudian, dia mem-print-nya.
Hari sudah pagi. Di meja Woo Shin, ada sebuah naskah yang berjudul ‘Atas Nama Ibu’. Itu adalah naskah yang diketik Woo Shin semalaman.
Woo Shin sendiri berdiri di depan jendela.
Kita ke Haesong Group sekarang.
Hyun Jo lagi rapat, mendengarkan presentasi proposal senjata api.
Mereka memberi slogan, ‘Pistol Pertamaku’.
Mereka memikirkan berbagai warna dari hitam, hingga pink dan warna pastel, termasuk produk untuk wanita. Untuk membuat produknya lebih mudah didekati, mereka berencana membuat serangkaian iklan ramah. Dengan mempekerjakan selebritas trendi untuk menjadi model produk mereka, mereka akan membuatnya terlihat seperti produk mode. Pendekatan seperti itu diharapkan untuk menumpulkan penolakan terhadap senjata api dalam arti utama.
Salah satu direktur memberikan pendapatnya.
“Kami telah menjadikan budaya senjata api di Amerika sebagai tolak ukur. Jika kita bisa mewujudkannya di sini, masa depan Haesong akan menjadi lebih cerah.”
Hyun Jo suka ide itu. Dia mengajak semuanya mengguncang Korea dengan pistol mereka.
Hyun Jo : Mengenai persiapan untuk upacara hari jadi ke-80, ayahku memercayakan seluruh prosesnya kepada Bu Kwon. Aku ingin perusahaan mendukungnya dengan baik.
Hyun Jo beranjak ke pintu.
Direktur yang berdiri di tengah berkata, tentu saja, itu akan menjadi upacara pensiun Pimpinan Kwon.
Hyun Jo marah dan menatap direktur itu dengan wajah ‘saikonya’.
Hyun Jo : Itu akan menjadi upacara pelantikanku.
Hyun Jo memberikan proposal ‘Pistol Pertama’ pada ayahnya.
Ayahnya memujinya, lumayan. Lanjutkan.
Hyun Jo : Baik, Pak. Mau makan siang denganku?
Pimpinan Kwon : Tidak, terima kasih.
Hyun Jo : Ayah akan segera kembali?
Pimpinan Kwon berdiri dan memakai jasnya.
Pimpinan Kwon : Rasanya menyesakkan di Seoul.
Hyun Jo : Ayah, soal Adamas… Kurasa kita harus menambah penjaga untuk Nona Jang. Itu pernah dicuri…
Pimpinan Kwon marah, jangan ungkit masa lalu! Kau bisa membawa sial!
Hyun Jo : Maafkan aku. Aku hanya terganggu dengan apa yang dilakukan jaksa itu belakangan ini.
Pimpinan Kwon : Aku sudah dengar dari Ketua Tim Lee.
Hyun Jo : Ketua Tim Lee? Dia tidak memberitahuku soal bertemu dengan ayah.
Pimpinan Kwon : Dia datang terburu-buru.
Hyun Jo : Ayah. Sebenarnya, Ketua Tim Lee tidak seperti dahulu.
Pimpinan Kwon : Hyun Jo-ya, jangan mencoba melihat yang ada di bawah permukaan. Jangan ikut campur.
Hyun Jo yang kesal, melampiaskan emosinya dengan menembak.
Hyun Jo berhenti sejenak dan menenangkan dirinya. Lalu dia menyuruh Kabag. Jung memperketat keamanan di sisi Nona Jang.
Kabag. Jung mengerti dan akan memberitahu Ketua Tim Lee.
Hyun Jo : Aku memberimu perintah. Kenapa kau membahas Ketua Tim Lee?
Kabag. Jung : Baik, Pak.
Hyun Jo mendekati Kabag. Jung.
Hyun Jo : Sampai kapan kau akan berada di bayang-bayangnya? Tim A butuh perubahan. Pemimpin muda. Apa jaksa dan reporter wanita itu masih hidup? Bukankah itu salah?
Kabag. Jung : Maaf, Pak.
Hyun Jo : Jangan minta maaf. Aku benci saat orang merasa bersalah.
Kabag. Jung : Aku akan segera mengurus mereka.
Hyun Jo tertawa, kau serius?
Hyun Jo kembali menembak lagi.
Hyun Jo : Jika mereka berhasil selamat lagi, kau harus menggantikan target itu, mengerti?
Seo Hee kembali ke rumahnya. Dia ditemani Bu Lee.
Seo Hee : Aku sudah mengumpulkan materi tentang kasus itu. Aku juga membawa salinan catatan kasus untuk berjaga-jaga.
Bu Lee : Bukankah itu ilegal?
Seo Hee : Lihat siapa yang bicara.
Tapi begitu masuk, mereka mendapati rumah Seo Hee berantakan.
Seo Hee kesal, apa-apaan ini?
Bu Lee : Mereka datang.
Seo Hee langsung ke kamarnya. Dia membuka lacinya dan lacinya kosong.
Seo Hee : Semua catatan yang kukumpulkan hilang.
Bu Lee : Aku ragu hanya ini tempat yang mereka geledah.
Dae Chul didatangi Sun!! Omo, omo!
Dae Chul ke rumah Soo Hyun, dia terkejut melihat seseorang membuka kulkas Soo Hyun.
Dae Chul : Siapa kau?
Tenyata Sun. Sun menutup lagi kulkas Soo Hyun setelah mengambil air dingin.
Sun : Apa kau Pak Gong Dae Chul?
Dae Chul : Kau mengenalku?
Sun mengambil gelas di atas meja.
Sun : Dimana Song Soo Hyun?
Sun menuangkan air ke gelasnya dan minum.
Dae Chul : Tiba-tiba saja? Aku tidak tahu di mana dia. Bagaimana aku tahu?
Sun : Tidak ada jejak dia berkemas. Artinya dia tidak berencana bersembunyi.
Sun pun berbalik menatap Dae Chul.
Sun : Sayang sekali. Jika kau tidak tahu, itu akan memusingkan kita berdua.
Sun menatap kotak alat yang ada di atas meja.
Dae Chul juga melihat kotak itu.
Soo Hyun dan Pak Baek ada di penjara.
Soo Hyun lagi bicara dengan petugas sipir.
Soo Hyun : Aku tidak bisa mengunjunginya?
Sipir : Itu menurut hukum, Pak. Dalam kasus luar biasa, Kepala Penjara mungkin melarang kunjungan.
Pak Baek yang berdiri di belakang, senyam senyum mendengar jawaban si sipir.
Soo Hyun kesal, lihat betapa beraninya kau menjelaskan hukum kepada jaksa.
Sipir kaget, jaksa?
Sekarang Soo Hyun ada di ruangan Kepala Sipir.
Soo Hyun : Ruang hukuman?
Kepala Sipir : Ya, ada laporan bahwa dia mengonsumsi narkotika yang diselundupkan. Dia di sel isolasi sampai penyelidikan berakhir.
Soo Hyun : Jadi, kau mengurungnya dan melarang kunjungan?
Kepala Sipir : Jika ada yang tidak senang, mereka akan mengajukan litigasi administratif. Untuk mencabut hukumannya.
Soo Hyun : Apa kejaksaan meminta pelarangan kunjungan terkait kasus ini?
Kepala Sipir terdiam.
Soo Hyun : Aku meragukannya. Kau bahkan belum membuat permintaan resmi untuk menyelidikinya.
Kepala Sipir : Aku punya wewenang penuh atas masalah ini.
Soo Hyun : Jadi, penjara melakukan penyelidikan? Dan kau hakimnya? Biar kuperjelas untukmu. Secara kriminal, kau menyalahgunakan otoritasmu di sini. Kau mencegah tahanan menggunakan haknya. Mau kusebutkan semua cara kau melanggar hukum pidana? Bagaimana menurutmu? Maksudku, biarkan aku bicara langsung dengan Lee Chang Woo.
Pak Baek yang menunggu diluar, kesal karena Soo Hyun lama banget.
Pak Baek : Kenapa dia lama sekali? Apa ini, reuni keluarga? Sepuluh menit seharusnya cukup untuk kunjungan.
Pak Baek lalu melihat ke langit.
Pak Baek : Kenapa salju turun di bulan April? Sia-sia saja mencuci mobil.
Sipir datang dan memberitahu Soo Hyun kalau Pak Lee menolak bertemu.
Soo Hyun : Kau memberi tahu namaku?
Sipir : Ya.
Soo Hyun yang tak percaya, mengajak mereka ke ruang hukuman. Tapi dihalangi sipir. Sipir memberikan Soo Hyun kertas.
Soo Hyun : Apa?
Sopir : Baca ini dahulu. Tahanan 1014 menulisnya sendiri.
Soo Hyun membacanya. Itu pesan dari Pak Lee yang menolak bertemu Soo Hyun dan melarang Soo Hyun datang lagi.
Si Kepala Sipir merasa di atas angin.
Kepala Sipir : Jaksa, apa yang harus kita lakukan? Kita tak bisa memaksanya menemuimu.
Soo Hyun : Jangan menyeringai.
Soo Hyun merobek kertas itu dan beranjak pergi.
Setelah itu, sipir pergi menemui Pak Lee.
Sipir : Apa pun yang dikatakan jaksa itu, jangan bereaksi. Kasihanilah dirimu, paham? Tidak ada gunanya membuat Tim A marah.
Mendengar ‘Tim A’, Pak Lee terpancing. Dia menatap sipir dengan tatapan marah.
Soo Hyun menendang mobil Pak Baek dan menggerutu.
Pak Baek marah, hei! Jaga emosimu! Kenapa kau menendang bayiku yang berharga?
Pak Baek mau memeriksa mobilnya yang ditendang Soo Hyun. Dia lalu bilang mobilnya masih balita.
Soo Hyun : Ini bukan saatnya bercanda.
Pak Baek : Sayang, gunakan otakmu. Kenapa mereka menghentikan kunjunganmu?
Soo Hyun : Karena mereka tahu itu akan merugikan mereka. Untuk membungkam Lee Chang Woo? Apa itu artinya dia tahu sesuatu?
Pak Baek : Benar.
Soo Hyun : Kalau begitu, aku harus berusaha sebaik mungkin.
Soo Hyun menerima telepon.
Soo Hyun : Ya, ini aku.
Seo Hee dan Bu Lee lagi di kantor polisi.
Bu Lee lah yang menghubungi Soo Hyun.
Seo Hee lagi meneriaki petugas.
Seo Hee : Semua berkas kasus Lee Chang Woo hilang. Itu tidak masuk akal! Bagaimana bisa hilang dari ruang arsip?
Petugas mengklaim berkasnya bukan hilang, tapi mereka menggunakan jasa pembersih eksternal saat pindah ruang arsip dan petugas kebersihan tidak sengaja membakar catatan itu dengan sampah lain.
Seo Hee : Tapi yang lainnya ada di sana. Kau yakin tidak ada yang mengambilnya? Kenapa kau berusaha menutupinya?
Polisi bertanya, apa lagi yang bisa mereka lakukan. Menangkap petugas kebersihan yang malang itu? Memborgolnya? Kasus itu sudah lama ditutup, jadi, catatannya…
Seo Hee makin marah, kau sebut itu alasan?
Si polisi nyerah, terserah. Tulis artikel tentang ini jika kau mau. Terserah kau saja.
Si polisi pergi.
Bu Lee mendekatiee.eo Hee. Dia memberikan ponselnya pada Seo Hee.
Seo Hee : Halo. Kau dengar apa yang terjadi? Lupakan yang lain, tapi laporan autopsi… Meski mendapatkan Adamas, kita butuh laporan itu untuk membuat perbandingan.
Laporan autopsinya lagi dihancurin sama Tim A.
Kepala Tim Lee heran yang menghancurkan laporan autopsi bukanlah Kabag. Jung padahal dia menyuruh Kabag. Jung.
Pak Lee bilang Kabag. Jung lagi dipanggil Hyun Jo. *Namanya Lee lagi.
Ketua Tim Lee : Dia pasti kesal. Karena dia melewatiku dan langsung memanggil Pak Jung.
Pak Lee :Aku melakukan yang kau minta dan menaruhnya di mejamu.
Ketua Tim Lee membaca lapotan tes DNA di mejanya.
Itu laporan tes DNA Pak Lee, karena sebelumnya kan mereka mengambil rambut Pak Lee.
Dae Chul terluka parah. Sepanjang lantai rumahnya, ada darah. Sepertinya dia mencoba kabur setelah dilukai Sun, tapi Sun berhasil menangkapnya dan menyeretnya ke dapur.
Sun memegang palu. Dae Chul menangis. Dia bilang dia tak tahu apa-apa. Soo Hyun hanya meminta materi kasus Pak Lee padanya, tapi materi kasus itu menghilang dan Soo Hyun tak bisa dihubungi, jadi dia datang.
Sun : Lihat aku.
Tapi Dae Chul tak berani melihat Sun. Sun marah dan memalu rahang Dae Chul, sampai gigi Dae Chul copot.
Sun : Kubilang, lihat aku. Kau pikir aku bertanya di mana dia karena aku sungguh tidak tahu? Dia mungkin sudah mendengar bahwa catatan kasusnya menghilang. Jadi, ke mana dia akan pergi selanjutnya?
Sun berdiri dan mengambil handuk.
Lalu dia kembali menatap Dae Chul.
Sun : Dia mungkin akan mengunjungi makam ayahnya. Bekas luka di kerangka ayahnya bisa menggantikan laporan autopsi yang hilang.
Dae Chul : Jika sudah tahu, kenapa kau…
Sun menggertak Dae Chul, Dae Chul makin takut.
Sun : Aku bertanya, dan kau tidak bisa menjawabnya. Dengan begitu, aku bisa membenarkan diri.
Sun lalu tertawa melihat Dae Chul ketakutan.
Sun lalu menyuruh Dae Chul menggigit handuk.
Dae Chul menurut.
Setelah Dae Chul menggigit handuk, Sun pun memukul Dae Chul lagi.
Soo Hyun dan Pak Baek di perjalanan.
Soo Hyun : Satu-satunya harapan kita adalah makam ayahku.
Pak Baek : Untuk autopsi lagi?
Soo Hyun : Seharusnya ada bekas luka. Itu ditusukkan di mata kirinya.
Pak Baek : Syukurlah kau menguburnya di makam keluarga. Leluhurmu pasti membantu.
Soo Hyun : Sial, mereka bahkan menyingkirkan catatan kasusnya. Baiklah, mari bertarung dengan kotor.
Soo Hyun bersemangat.
Woo Shin meminta bantuan Bu Oh lagi.
Bu Oh : Secara resmi atau tidak?
Woo Shin : Yang terakhir.
Bu Oh yang ngarep dapat uang, Bicaralah.
Woo Shin : Aku ingin kau mengambilkan tasku.
Bu Oh : Tasmu?
Woo Shin : Ya, tas yang kubawa saat datang ke rumah ini.
Bu Oh : Mereka pasti mengambilnya darimu demi keamanan. Barang pribadi tidak diizinkan di sini. Tapi kenapa?
Woo Shin : Aku membutuhkannya untuk sesuatu. Aku tidak dekat dengan penjaga keamanan di sini.
Bu Oh : Tentu. Aku tidak boleh menolak permintaanmu.
Lalu Bu Oh menunggu dikasih uang oleh Woo Shin.
Tapi Woo Shin gak ngasih dia uang.
Bu Oh :Di antara kita saja…
Woo Shin paham maksud Bu Oh tapi dia tetap gak ngasih uang.
Bu Oh mengerti dan pergi.
Sekuriti Park memberikan tas Woo Shin kepada Bu Oh.
Sekuriti Park : Entah apa ini tidak apa-apa.
Bu Oh : Bukankah kau ingin berhenti menjadi anjing rumahan? Aku berjanji akan memberimu pekerjaan di kantor pusat jika mendengarkanku.
Sekuriti Park : Baik, Bu. Siap melayanimu.
Sekuriti Park memasukkan tas Woo Shin ke dalam paper bag besar yang sudah dibawa Bu Oh.
Lalu Sekuriti Park meminta Bu Oh menepati janji untuk memberinya pekerjaan di kantor pusat.
Tae Sung dan Woo Shin di ruangan gym.
Woo Shin duduk diam, menikmati kopinya sambil melihat Tae Sung yang lagi ngangkat barbel.
Tae Sung kemudian duduk dan melihat kopi yang diminum Woo Shin.
Tae Sung : Kau sering minum itu?
Woo Shin : Ini? Ini bagus untuk diminum kapan saja. Aku punya satu untukmu.
Tae Sung : Tidak, terima kasih.
Woo Shin : Minumlah.
Tae Sung pun meminumnya.
Tae Sung : Kuharap Bu Kwon menyukai novelmu. Omong-omong, kenapa kau tiba-tiba sangat tertarik pada putranya?
Woo Shin : Kukira Pimpinan Kwon memfunuh ayahku. Jika tidak menghitung waktunya di luar negeri, batas waktu penuntutannya belum berlalu, jadi, kupikir itu patut dicoba. Tapi…
Tae Sung : Tapi saksinya muncul.
Woo Shin : Benar, Pak Lee. Jika dia pelakunya, maka bukan Pimpinan Kwon. Lalu aku bertanya-tanya dengan apa aku bisa menghukumnya.
Tae Sung : Kau ingin mengaitkannya dengan kematian putra Bu Kwon? Sebagai pelaku kasus pemfunuhan lain.
Tae Sung menepuk tangannya.
Tae Sung : Aku suka itu.
Tae Sung kembali ngangkat barbel.
Woo Shin : Itu akan menjadi jaminan dan cara untuk memisahkan Bu Kwon dan Pimpinan. Jika kesetiaannya diuji, Bu Kwon akan menghapus kecurigaan butanya terhadapku.
Bu Oh menyerahkan tas Woo Shin ke Kepala Pelayan Kwon.
Kepala Pelayan Kwon mulai memeriksa tas Woo Shin.
Kepala Pelayan Kwon : Coba kulihat. Apa isinya? Kenapa tiba-tiba butuh tasnya?
Kepala Pelayan Kwon seenaknya membongkar tas Woo Shin dan melemparkan baju Woo Shin kesana-kemari.
Lalu dia menemukan naskah ‘Atas Nama Ibu’.
Kepala Pelayan Kwon : Apa ini? Novel?
Bersambung ke part 2…