Tentangsinopsis.com – Sinopsis Adamas Episode 3 Part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Baca EPISODE SEBELUMNYA HERE
Sebelumnya…
Hari sudah malam. Hye Soo yang tengah berendam, memikirkan kata-kata Woo Shin tadi. Woo Shin bilang, akan mencuri Adamas dan mengungkap bahwa Adamas adalah senjata pembu1234n. Hasil autopsi dan Adamas harus dikumpulkan. Apa Haesong akan bekerja sama? Tidak, tidak akan pernah.
Woo Shin lalu meminta Hye Soo membantunya.
Hye Soo : Dia gila.
Woo Shin di kamarnya, memikirkan kata-kata Hye Soo. Hye Soo bilang bukan dia yang merekomendasikan Woo Shin untuk menulis memoar Pimpinan Kwon.
Woo Shin kemudian mengambil air dan meminumnya.
Tae Sung tiba-tiba masuk. Woo Shin terkejut, Pak Choi?
Tae Sung : Jangan terlihat terlalu terkejut. Aku hanya ingin bicara empat mata denganmu.
Tae Sung memberi Woo Shin ultimatum. Dia bilang, dia mau Woo Shin meninggalkan kediaman Pimpinan Kwon.
Woo Shin bilang dia tidak berencana melakukan itu, apalagi dengan tangan kosong.
Tae Sung : Teruslah bersikap kurang ajar, dan kau akan terluka. Lebih dari yang kau pikirkan. Aku mudah marah.
Woo Shin : Kau sangat mudah ditebak. Dilihat dari caramu mengancamku, kau pasti terburu-buru.
Tae Sung : Aku tidak akan menoleransimu lagi. Aku bisa dengan mudah menyingkirkanmu…
Tiba-tiba, Woo Shin menjatuhkan gelasnya dan merasa kesakitan.
Tae Sung teringat sama pelayan yang diberi ra123 tikus.
Tae Sung : Bu Kwon.
Woo Shin bilang dia tak bisa bernapas.
Lalu Woo Shin menunjuk ke arah obat-obatan yang diminum Dong Rim tempo hari.
Tae Sung pun ikut panic dan bertanya obat yang mana yang dimaksud Woo Shin. Woo Shin tak bisa menjawab.
Tae Sung beranjak dan memeriksa obat-obatan itu. Lalu dia mengambil Vitamin K.
Tae Sung berbalik dan melihat Woo Shin lagi duduk di kursi.
Woo Shin : Vitamin K adalah penawarnya. Kau akan tahu jika membaca bukuku. Kekasih karakternya diberi makan makanan beracu setiap hari. Dan karakter itu juga memakannya untuk menghindari kecurigaan, tapi juga minum vitamin K, obat penawar, agar bisa hidup.
Tae Sung marah, kau mempermainkanku?
Woo Shin berdiri dan bilang itu ujian.
Woo Shin : Bukan hanya kau yang bisa memancing seseorang.
Tae Sung menarik kerah Woo Shin.
Woo Shin : Maki aku sesukamu, tapi kau tetap tidak akan bisa mengintimidasiku. Keputusanmu yang menunjukkan sifat aslimu. Sifat aslimu terungkap tergantung keputusan yang kau buat dalam situasi tertentu. Kau memilih menyelamatkanku, yang artinya tidak bisa menyingkirkanku.
Tae Sung menurunkan tangannya dari kerah Woo Shin.
Tae Sung : Hentikan omong kosong ini.
Tae Sung bilang dia tidak menyingkirkan Woo Shin karena tidak melihat perlu bertindak sejauh itu hanya untuk mengusir Woo Shin.
Tae Sung : Aku akan mengusirmu dari rumah ini dengan mudah.
Woo Shin : Kau akan menarik kerahku dan menyeretku keluar?
Tae Sung : Tidak. Aku tidak akan menyentuhmu. Kau bukan targetku.
Woo Shin : Aku bukan targetmu?
Nona Lee mengawasi seseorang dari dalam mobilnya.
Tae Sung bilang, seharusnya dia sudah tiba sekarang.
Tae Sung : Kau pasti yang paling tahu apa kelemahanmu.
Soo Hyun melihat berita kematian Saksi Kim di televisi.
Dilaporkan bahwa istri Saksi Kim mengalami kecelakaan mobil dan tidak bisa bertahan hidup tanpa bantuan. Polisi berasumsi bahwa Saksi Kim kelelahan mengurus istrinya, jadi dia menyingkirkan istrinya lalu bundir dengan melompat dari apartemen mereka.
Soo Hyun tak percaya Saksi Kim bundir.
Woo Shin menyadari siapa yang dimaksud Tae Sung.
Dia terkejut, Soo Hyun-ah.
Seseorang masuk ke rumah Soo Hyun.
Soo Hyun menoleh ke pintu, siapa kau?
Ternyata Seo Hee. Seo Hee terlihat syok.
Soo Hyun : Kenapa kau…
Woo Shin lantas bertanya ada apa.
Seo Hee bilang itu salahnya.
Woo Shin tak mengerti dan bertanya apa maksud Seo Hee.
Seo Hee bilang, itu salahnya karena membawa Soo Hyun ke rumah Saksi Kim.
Soo Hyun masih tak mengerti.
Seo Hee : Orang tuaku meninggal.
Soo Hyun lalu teringat foto keluarga Saksi Kim.
Tak lama kemudian, dia menyadari Seo Hee adalah putri Saksi Kim.
Kita diperlihatkan flashback saat Seo Hee menemukan orang tuanya sudah tidak ada.
Seo Hee yang baru pulang, terkejut melihat rumahnya sepi. Ditambah lagi, jendela rumahnya terbuka begitu saja.
Seo Hee mencari ayah dan ibunya ke kamar.
Dia terkejut menemukan ibunya sudah terbujur kaku di tempat tidur dengan wajah tertutup bantal.
Seo Hee lalu memberanikan dirinya melihat ke bawah jendela.
Dia melihat ayahnya terkapar di bawah.
Soo Hyun mengajak Seo Hee pergi.
Dia membukakan pintu mobilnya untuk Seo Hee.
Seo Hee masih syok.
Tae Sung bilang pada Woo Shin, kalau Soo Hyun masih aman untuk saat ini.
Tae Sung : Kami hanya mengikutinya.
Woo Shin : Kau mengawasinya?
Tae Sung : Jangan terlalu lega dahulu. Ingat bahwa kami selalu bisa menyingkirkan atau membiarkannya hidup.
Woo Shin : Menjauhlah darinya sekarang juga.
Tae Sung : Bukankah seharusnya kau sudah menduga ini saat memeras Markas Investigasi Khusus? Orang di sekitarmu akan terluka, alih-alih kau.
Woo Shin : Biar kuberi tahu sesuatu sekarang. Kau membuat kesalahan.
Woo Shin beranjak keluar.
Dong Rim lagi bicara dengan ibunya di telepon.
Dong Rim : Jangan khawatir, Ibu. Aku makan dengan lahap dan baik-baik saja. Bagaimana keadaan ayah?
Nyonya Lee menatap Pak Lee yang terbaring di rumah sakit.
Pak Lee berbicara menggunakan bahasa isyarat.
Dong Rim ingin tahu keadaan ayahnya dan apakah ayahnya makan dengan baik.
Nyonya Lee : Ayahmu sangat merindukanmu.
Dong Rim : Katakan aku juga merindukannya.
Woo Shin tiba-tiba datang dan bilang dia harus memakai telepon. Ini darurat katanya.
Dong Rim : Tapi tetap saja…
Dong Rim akhirnya memberikan telepon itu.
Woo Shin menghubungi Soo Hyun.
Tapi ponsel dan tas Soo Hyun ketinggalan di rumah.
Woo Shin kesal.
Woo Shin kemudian melihat Tae Sung turun.
Dia dan Tae Sung saling bertatapan dingin, dan Tae Sung pergi begitu saja.
Soo Hyun dan Seo Hee masih di jalan.
Tiba2, Seo Hee menyuruh Soo Hyun berhenti.
Soo Hyun kaget, apa?
Seo Hee : Kau boleh pulang. Aku akan mengurus ini. Tolong menepi.
Tapi Soo Hyun gak mau.
Seo Hee pun berusaha menghentikan mobil.
Soo Hyun langsung menghentikan Seo Hee.
Soo Hyun : Kim Seo Hee-ssi,tolong tenanglah. Tenanglah. Ini berbahaya.
Soo Hyun pun menepikan mobil.
Seo Hee turun. Soo Hyun juga turun dan mengejar Seo Hee.
Soo Hyun : Kau datang meminta bantuanku. Tapi sekarang, kau tidak mau bantuanku?
Seo Hee : Sudah kubilang. Aku akan mengurus ini sendiri. Seharusnya aku tidak mendatangimu sejak awal.
Seo Hee pergi. Soo Hyun mengejar Soo Hyun.
Soo Hyun : Menurutmu mereka tidak melakukan itu, kan? Bukankah itu alasanmu menemuiku?
(Dialog nya dibagian tertentu, penulis ganti yaa)
Seo Hee nangis.
Soo Hyun : Aku tahu kau bingung dan takut. Tapi mari tetap tenang. Kita harus memahami apa yang terjadi.
Seo Hee : Entah apa yang merasukiku. Aku pasti sempat tidak waras. Aku tidak bisa memercayai siapa pun dalam situasi ini.
Soo Hyun : Aku mengerti. Mari kita selidiki bersama. Aku turut sedih atas apa yang terjadi.
Seo Hee meyakinkan Soo Hyun kalau orang tuanya tidak akan pernah melakukan itu.
Di kamar, Woo Shin memikirkan kata-kata Tae Sung tadi.
Tae Sung : Bukankah seharusnya kau sudah menduga ini saat memeras Markas Investigasi Khusus?< Orang di sekitarmu akan terluka, alih-alih kau.
Lalu Dong Rim datang.
Dong Rim : Kau punya masalah dengan Pak Choi, ya? Apa kalian bertengkar?
Woo Shin gak jawab.
Dong Rim : Ya. Aku mengerti. Kau berbakat membuat orang lain kesal. Terlihat seperti psikopat, kata-katamu kejam. Tapi kau hanya menyatakan fakta. Itu benar-benar membuat frustrasi, tahu?
Woo Shin : Lee Dong Rim.
Dong Rim : Ya?
Woo Shin : Tinggalkan rumah ini.
Dong Rik gak mau dan berusaha membujuk Woo Shin.
Dong Rim : Ayolah.
Woo Shin : Aku tidak bercanda.
Dong Rim : Sejujurnya, aku butuh uang tambahan. Aku tahu aku harus mendengarkanmu. Tapi ayahku akan segera menjalani transplantasi lever. Aku butuh lebih banyak uang untuk operasi.
Woo Shin : Aku tidak tahu itu. Baiklah, aku akan ikut patungan.
Dong Rim : Apa?
Woo Shin : Aku akan memberimu uang sebanyak yang kau butuhkan, jadi, pergilah besok pagi.
Dong Rim : Tapi kenapa kau… Jika itu yang kau inginkan, baiklah.
Tae Sung yang berjalan diluar, papasan dengan dua staf keamaan.
Lalu Woo Shin datang dan memanggilnya ‘Letnan Choi’.
Sontak lah Tae Sung langsung celingukan ke belakang.
Woo Shin mendekati Tae Sung.
Woo Shin : Maksudku, Pak Choi. Maaf.
Tae Sung : Jadi, kau melawan.
Woo Shin : Kau takut? Jika kau ingin menutup mulutku, jangan ganggu Soo Hyun. Aku juga punya rencana rahasia.
Tae Sung : Memberi tahu Pimpinan Kwon yang sebenarnya? Bahwa aku sebenarnya polisi yang menyamar? Silakan saja. Mari kita lihat siapa yang akan jatuh lebih dahulu.
Woo Shin : Kau salah. Maksudku, Markas Investigasi Khusus.
Tae Sung : Apa maksudmu?
Woo Shin : Itu alasanmu ingin aku pergi. Mereka ingin menanyaiku bagaimana aku tahu tentangmu. Jika salah bicara, aku bisa membahayakan kalian semua.
Tae Sung : Kau menggali kuburanmu sendiri. Kau memohon untuk disingkirkan malam ini?
Woo Shin : Aku bertemu sekutu. Beri aku waktu.
Tae Sung : Apa mereka bersedia membantumu mencuri Adamas sekarang juga?
Woo Shin : Tidak. Aku butuh bantuan mereka dengan hal lain.
Woo Shin sekarang di perpustakaan.
Dia tengah menulis surat.
Bu Oh ke kamar Kepala Pelayan Kwon, dia membawa obat.
Bu Oh nya masih tiduran. Dia ngambek.
Kepala Pelayan Kwon : Sudah kubilang jangan ganggu aku.
Bu Oh : Kau sungguh tidak akan mengantarnya hari ini? Tapi kau tidak pernah bolos sehari pun. Pimpinan sepertinya menunggumu. Dia ingin kau meminum ini, jadi, minumlah. Dia ingin kau meminum ini karena dia tahu lututmu lemah.
Kepala Pelayan Kwon akhirnya bangun dan meminum obat dari Pimpinan Kwon.
Sambil menyeruput obatnya, dia melepas plester di dahinya.
Duh, dia menyeruputnya dengan wajah kesal.
Pembantu tengah melipat pakaian Hye Soo.
Hye Soo nya melamun, memikirkan masa lalu.
Flashback…
Hye Soo kecil menatap cincin bunga di jarinya.
Hye Soo : Astaga, ini cantik.
Seorang anak laki-laki memujinya. Dia bilang, Hye Soo lebih cantik.
Hye Soo pun tersadar dari lamunannya saat mendengar ketukan di pintu kamarnya.
Dia membuka pintu tapi tak ada siapapun.
Hye Soo menutup pintunya lagi, tapi kemudian dia menemukan secarik kertas dibawah pintu.
Hye Soo mengambil kertas itu dan menuju ke mejanya.
Dia membacanya.
Woo Shin di perpustakaan, terus menatap ke pintu.
Dong Rim mengoceh, dia bilang dia yakin tak ada asisten lain seperti dirinya.
Dong Rim : Aku bisa saja pergi seperti yang kau suruh, tapi aku bersikeras menyelesaikan pekerjaanku dahulu. Aku memang profesional.
Dong Rim melepas earphone nya.
Dong Rim : Pak Ha, aku mengerti memoar seharusnya diperhalus, tapi dia sudah keterlaluan mengenai pernikahan putranya. Menurut rumor, itu pernikahan demi keuntungan, dan Bu Eun seharusnya menikahi orang lain. Kenapa mempermanisnya menjadi kisah cinta?
Hye Soo menerobos masuk.
Hye Soo : Kita harus bicara.
Woo Shin : Tentu.
Woo Shin memanggil Dong Rim. Dong Rim mengerti dan langsung keluar.
Hye Soo menunjukkan surat dari Woo Shin.
Hye Soo : Apa ini? Apa ini lelucon?
Woo Shin : Tentu saja tidak. Ini pemerasan. Seperti yang tertulis, aku punya surat yang kau kirim. Kau ingat itu?
Hye Soo : Jadi, apa yang kau inginkan dariku?
Woo Shin : Aku meminta bantuanmu.
Hye Soo : Dan aku menolak. Aku tak bisa membantumu mencuri Adamas.
Woo Shin : Aku tak pernah memintamu melakukan itu.
Hye Soo : Begitukah? Lalu bagaimana aku bisa membantumu?
Woo Shin : Ada alasan kau menulis surat itu untukku.
Hye Soo : Ya. Aku ingin kau mengungkap kebenarannya.
Woo Shin : Kau tidak ada hubungannya dengan kasus dari 22 tahun lalu, tapi menulis surat kepadaku tanpa meminta imbalan apa pun. Itu sulit dipercaya.
Hye Soo : Aku tidak peduli.
Woo Shin : Kau tahu pelaku yang sebenarnya. Siapa itu?
Hye Soo : Ini jawabanku.
Hye Soo merobek surat Woo Shin.
Hye Soo : Jika kau ingin mengancamku, lakukanlah dengan benar.
Hye Soo beranjak pergi.
Tae Sung memang jerat di hutan.
Lalu Sekuriti Kim datang.
Sekuriti Kim : Kau memasang jerat? Itu ilegal.
Tae Sung : Kalau begitu, laporkan aku.
Sekuriti Kim : Kau sering pergi ke hutan belakangan ini. Kurasa kau juga bekerja lembur.
Tae Sung : Kalau begitu, kau harus menjadi Kepala Keamanan baru.
Sekuriti Kim : Mungkin begitu.
Sekuriti Kim beranjak pergi.
Tae Sung teringat percakapannya dengan Woo Shin tadi malam.
Tae Sung : Sudah kuduga. Ada sesuatu yang belum kau katakan kepadaku. Bagaimana? Aku mendengarkan.
Woo Shin memberitahu, 22 tahun lalu terjadi pembunuhan pada bulan Mei. Pelakunya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Tapi senjata pembunuhnya hilang.
Tae Sung : Hilang?
Woo Shin : Aku yakin itu Adamas. Itu sebabnya aku ingin mencurinya. Aku akan tahu pasti setelah dikumpulkan dengan hasil autopsi.
Tae Sung : Tapi untuk apa kau melakukan itu?
Woo Shin : Ayahku adalah korbannya.
Tae Sung : Begitu rupanya. Aku mengerti, tapi aku masih punya pertanyaan. Kenapa repot-repot melakukan ini jika pembunuhnya tertangkap?
Woo Shin bilang pelakunya orang lain.
Woo Shin : Menurutmu siapa yang mengambil senjatanya? Ini menarik.
Tae Sung : Yang memiliki Adamas adalah pelaku sebenarnya atau tahu siapa itu. Sekutumu pasti punya jawabannya.
Flashback end…
Tae Sung : Jawabannya sudah jelas. Tunggu. Mei, 22 tahun lalu?
Kepala Pelayan Kwon menemui Pimpinan Kwon, tapi dengan wajah ngambek.
Pimpinan Kwon menyuruhnya duduk. Kepala Pelayan Kwon bilang dia lebih suka berdiri.
Pimpinan Kwon : Haruskah aku terus berdiri juga?
Kepala Pelayan Kwon duduk.
Pimpinan Kwon memberinya minum.
Pimpinan Kwon melihat luka di dahi Kepala Pelayan Kwon.
Pimpinan Kwon : Kelihatannya tidak terinfeksi. Pasti sakit sekali.
Kepala Pelayan Kwon : Tidak apa-apa. Tubuhku tak akan berguna begitu aku mati. Apa gunanya menghargainya?
Pimpinan Kwon : Kuakui aku terlalu emosi kemarin. Kau benar. Ada sesuatu tentang caranya tersenyum. Dia mengingatkanku pada Min Jo. Min Jo mirip ibunya dan memiliki senyum yang cerah. Itu juga lembut. Pak Ha memancarkan aura yang sama. Itu pasti menyentuhku.
Kepala Pelayan Kwon : Lihat? Aku mengenalmu, Pak. Namun, kau hanya marah kepadaku, bahkan menyakitiku.
Pimpinan Kwon : Tolong pahami aku. Kau juga kehilangan seorang anak. Kita mengalami kehilangan yang sama, jadi, tidak bisakah kau berempati? Tentu saja aku bersyukur memilikimu. Aku tahu kau tidak akan ragu mengorbankan dirimu untuk menyelamatkanku dalam suka dan duka. Kau seperti hatiku. Lagi pula, aku berutang nyawa kepadamu.
Mendengar itu, Kepala Pelayan Kwon mewek.
Hye Soo masuk dan melihat ada Kepala Pelayan Kwon.
Hye Soo : Haruskah aku kembali nanti?
Pimpinan Kwon : Tidak apa-apa. Kau bisa bicara apa saja di depan Bu Kwon.
Hye Soo pun mendekat.
Dia bilang ingin mengatakan sesuatu.
Seorang pria melangkah menuju apartemen Saksi Kim.
Dia membawa bungkusan plastik.
Soo Hyun lagi melihat buku rekening Saksi Kim.
Lalu dia membaca ringkasan kasus kematian Saksi Kim.
Soo Hyun : Tidak ada jejak perlawanan. Aku ragu polisi merapikan ranjangnya.
Ya, ranjang Saksi Kim sudah rapi.
Pria tadi mendekat.
Soo Hyun kaget. Ternyata Dae Chul.
Dae Chul : Astaga, apa aku mengejutkanmu?
Soo Hyun : Pak Gong, ayolah.
Dae Chul : Rekan-rekan kita memanggilku pembunuh.
Soo Hyun : Pembunuh apanya?
Dae Chul : Aku hanya bercanda.
Soo Hyun beranjak ke jendela. Dia bertanya, apa kata polisi.
Dae Chul : Dia diberi obat tidur dan dibek4p dengan bantal. Manusiawi sekali, ‘kan? Itu sebabnya mereka berpikir suaminya yang melakukannya. Lihat bagaimana dia mengatur rekeningnya. Ini yang dilakukan orang yang akan bunuh diri.
Soo Hyun melihat ke bawah dari jendela.
Dae Chul : Keahlianku selama sepuluh tahun mengatakan bahwa ini jelas kasus bunuh diri. Dia bahkan tidak berteriak saat terjatuh. Pak, kenapa kau menyelidiki kasus ini?
Soo Hyun : Apa dia tidak sadarkan diri? Jika kepala menghantam tanah lebih dahulu, itu bisa menutupi cedera kepala apa pun.
Soo Hyun beranjak masuk.
Dae Chul bilang, polisi sudah menyimpulkan itu sebagai kasus bundir.
Soo Hyun mendesak Dae Chul ke dinding. Dia bilang dia takkan bundir, jadi jika polisi menyatakannya bundir, dia menyuruh Dae Chul menyelidikinya.
Soo Hyun : Jangan biarkan aku dikremasi. Kubur saja tubuhku. Autopsi mungkin diperlukan.
Dae Chul : Aku juga lebih suka itu. Aku terlalu takut untuk dikremasi.
Soo Hyun : Hampir lupa. Kau dapat yang kuminta?
Dae Chul : Ya. Sebentar, Pak.
Dae Chul membuka bungkusannya.
Soo Hyun : Tampaknya, ini merek terbaik.
Soo Hyun melihatnya. Sebuah alat dari Ares, kantornya Ketua Tim Lee.
Kabag. Jung memberikan data pribadi Soo Hyun ke Ketua Tim Lee.
Ketua Tim Lee : Dia jaksa?
Kabag. Jung : Dia pembuat onar di kejaksaan. Dia tak ragu melawan atasannya jika perlu. Mereka tidak bisa menyentuhnya.
Ketua Tim Lee : Karakter yang berbeda. Melihat dia belum dipecat, dia pasti jaksa andalan.
Kabag. Jung : Kantor kejaksaan kacau belakangan ini. Yang mendukung dan yang menentang presiden bermusuhan. Jika kita memprovokasinya…
Ketua Tim : Orang seperti dia tidak akan tinggal diam. Dan kita kebetulan memprovokasinya. Astaga. Ini akan mengganggu.
Kabag. Jung : Menurutmu, dia akan curiga?
Ketua Tim Lee : Kim Won Hoong dan istrinya bunuh diri di hari dia mengunjungi mereka? Jika dia jaksa yang kompeten, aku yakin dia merasa ada yang janggal.
Kabag. Jung : Kalau begitu, aku akan membuat skenario.
Kabag. Jung memanggil Kabag. Lee.
Ketua Tim Lee : Kabag. Lee, aku bisa kehilangan posisiku kepadamu dalam waktu dekat. Kau bisa menjadi ketua tim baru.
Kabag. Jung : Maaf, Pak.
Ketua Tim Lee : Lupakan skenarionya. Akan terlihat mencurigakan jika Song Soo Hyun juga disingkirkan.
Kabag. Lee masuk. Ketua Tim Lee menyuruhnya mengawasi Soo Hyun.
Kabag. Lee : Apa?
Ketua Tim Lee : Sepertinya dia hebat. Jadi, kita harus bermain di levelnya. Bukan begitu? Pak Lee, bisakah aku memercayakan tugas ini kepadamu?
Kabag. Lee senang, tentu saja, Pak. Sebenarnya, aku berbakat dalam pekerjaan lapangan.
Kabag. Lee pergi.
Kabag Jung gak setuju, Pak, menurutmu dia akan baik-baik saja? Kurasa dia belum siap…
Ketua Tim Lee marah, kau benar-benar membuatku kesal hari ini. Dia hanya mengawasinya.
Yang lain juga tak setuju Kabag. Lee mendapat tugas itu.
Kabag. Seo : Ini tidak benar. Dia tak siap untuk ini.
Kabag. Jung : Ini perintah ketua tim kita.
Kabag. Seo : Tetap saja, dia tak bisa mendukungnya hanya karena mereka bersaudara…
Kabag. Jung menampar Kabag. Seo, sampai Kabag. Seo jatuh.
Kabag. Seo berdiri dan meminta maaf.
Kabag. Jung : Bagaimana dengan putrinya? Kau sudah menanganinya?
Bersambung ke part 2…