Tentangsinopsis.com – Sinopsis Adamas Episode 2 Part 2, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Baca EPISODE SEBELUMNYA HERE
Sebelumnya…
Seo Hee dan Soo Hyun ketemuan di cafe.
Soo Hyun memberikan artikel yang ditulis Seo Hee, tentang penangangan kontroversial Gubernur Hwang atas tanah longsor Gunung Gyeongwon.
Seo Hee : Apa ini?
Soo Hyun : Untuk memahami seseorang, kau harus memeriksa masa lalunya dahulu. Ini artikel lamamu. Kau cukup sering mengincar Kandidat Hwang.
Seo Hee : Bicaralah dengan lugas. Berbelit-belit itu menyedihkan.
Soo Hyun : Apakah rasa keadilanmu yang menggebu-gebu yang membuatmu meliput kasus ayahku?
Seo Hee : Tidak, aku hanya sangat gapil.
Soo Hyun : Atau kau menentang Kandidat Hwang. Kau ingin mencegah rating penerimaannya naik. Lee Chang Woo harus tidak bersalah agar Kandidat Hwang kehilangan kepercayaan karena mendukung sistem hukuman mati. Kau memanfaatkan tahanan hukuman mati untuk menarik perhatian dan membuat Kandidat Hwang terpuruk.
Seo Hee : Jadi, kau yakin soal senjata yang hilang sekarang?
Soo Hyun : Aku mengakuinya. Tapi aneh. Siapa yang mengambil senjata pembunuhan? Kau mungkin berpikir pelaku yang sebenarnya adalah orang lain. Tapi bukti penting membuktikan itu salah. Saksinya. Astaga. Dia bahkan bersaksi di pengadilan.
Flashback–Di sidang Pak Lee, saksi mengaku bahwa dia melihat Pak Lee dan korban memasuki rumah malam itu. Korban marah. Dia menuntut Pak Lee melunasi utangnya.
JPU langsung mengatakan kepada hakim bahwa korban mengunjungi Lee Chang Woo untuk mengeklaim pembayaran yang sah. Setelah bertengkar, dia dibunuh.
Flashback end…
Soo Hyun : Kau masih berpikir Lee Chang Woo dijebak?
Seo Hee : Bagaimana jika saksi melakukan sumpah palsu?
Soo Hyun : Atas dasar apa?
Seo Hee : Saksi bahkan menjelaskan pakaian Lee Chang Woo.
Flashback…
Jaksa menunjukkan foto jaket Pak Lee yang berwarna hijau.
Jaksa : Kau pernah melihat jaket ini, ‘kan?
Saksi : Ya. Lee Chang Woo memakainya.
Tapi saksi mengatakannya ragu2.
Flashback end…
Seo Hee : Saksi itu buta warna merah dan hijau. Jangan bilang dia bisa membedakan merah dan hijau di malam hari.
Soo Hyun : Itu seharusnya dipertimbangkan selama penyelidikan.
Seo Hee : Dia punya SIM.
Soo Hyun : Itu artinya dia tidak buta warna, jadi, mereka mungkin tidak tahu. Bagaimana kau bisa tahu?
Seo Hee : Aku bertemu dengannya.
Soo Hyun berdiri, mengajak Seo Hee menemui saksi.
Soo Hyun : Ayo. Di mana dia?
Woo Shin berkeliling, melihat2 kediaman Pimpinan Kwon.
Tak sengaja, Hye Soo melihat Woo Shin. Hye Soo pun memutuskan mengikuti Woo Shin.
Woo Shin berusaha membuka sebuah pintu besar. Tapi pintunya terkunci.
Woo Shin : Ruangan yang tidak dimasuki atau ditinggalkan siapa pun.
Hye Soo datang.
Hye Soo : Haruskah aku salah paham tentang yang baru saja kau lakukan?
Woo Shin beralasan dia mengagumi desain interiornya yang unik.
Woo Shin : Aku hanya ingin mengintip, tapi kau memergokiku. Biarkan aku minta maaf. Maaf.
Hye Soo : Sama seperti yang terjadi dengan Pak Choi, kau membuat dirimu disalahpahami.
Woo Shin : Aku akan berhati-hati mulai sekarang.
Woo Shin beranjak pergi, tapi sesuatu dari dalam tas yang dibawa Hye Soo berbunyi.
Hye Soo : Aneh. Kukira aku sudah mematikannya.
Hye Soo mengeluarkannya. Ternyata alat detektor.
Woo Shin melihatnya.
Hye Soo : Ini detektor logam portabel.
Hye Soo lantas terkejut, dia sadar ada sesuatu yang dibawa Woo Shin.
Woo Shin langsung memegangi tangannya.
Woo Shin : Karena pin logam. Jariku dioperasi saat masih kecil.
Hye Soo : Begitu rupanya.
Woo Shin : Kau membawa sesuatu yang tidak biasa.
Hye Soo : Aku terus kehilangan cincinku saat merawat kebun. Ini kali ketujuh hari ini.
Woo Shin : Begitu rupanya. Cincin itu pasti sangat berarti bagimu.
Woo Shin melihat cincin Hye Soo.
Woo Shin : Kelihatannya tidak begitu istimewa, tapi kau mencarinya setiap kali hilang.
Hye Soo menatap tajam Woo Shin.
Woo Shin : Apa aku sudah keterlaluan?
Hye Soo : Ya, aku merasa tersinggung.
Woo Shin : Biarkan aku minta maaf lagi. Tolong anggap ini sebagai kebiasaan kerja. Psikolog menganggap orang menarik…
Hye Soo : Kau bingung.
Woo Shin : Apa?
Hye Soo : Tidak perlu dijelaskan. Kuterima permintaan maafmu.
Hye Soo pergi.
Woo Shin : Benar, aku bingung dan mengoceh.
Woo Shin teringat saat tadi malam, dia menusuk tangannya dengan jarum.
Flashback end…
Woo Shin menghela nafas, lalu beranjak pergi.
Tanpa dia sadari, Bu Oh mengawasinya.
Sekarang, Woo Shin di kamarnya. Dia memikirkan ruangan yang terkunci tadi. Itu satu-satunya ruangan yang dikunci. Dia penasaran apa yang ada di dalam kamar.
Lalu alarm berbunyi. Dong Rim bangun dan mematikan alarmnya.
Woo Shin : Apa itu?
Dong Rim : Alarm. Saatnya minum obat. Aku memasang alarm untuk mengingatkan diriku.
Woo Shin : Obat apa? Suplemen gizi?
Dong Rim mengambil obat-obatannya dan menjelaskan kalau belakangan ini dia sangat memperhatikan kesehatannya.
Woo Shin melihat obat yang diminum Dong Rim.
Woo Shin : Kau tahu itu untuk apa?
Dong Rim : Tentu saja. Omega 3. Milk thistle. Dan vitamin K.
Woo Shin terus menatap Dong Rim. Dong Rim menghela nafas dan berkata kika berbagi pil dengan seseorang, itu tidak akan efektif.
Woo Shin : Aku tidak akan meminumnya.
Dong Rim : Bukannya aku tidak mau membaginya denganmu. Kau sudah cukup sehat, dan meminum ini bisa membuatmu hidup terlalu lama.
Woo Shin beranjak mendekati Dong Rim.
Woo Shin : Kalau dipikir-pikir, bos kita tidak pernah salah.
Dong Rim : Bu Yeo? Apa katanya?
Woo Shin : Bahwa ucapanmu pantas dipukul.
Dong Rim : Aku seperti itu. Coba tebak.
Woo Shin : Terserah.
Woo Shin beranjak ke pintu. Dia mau membuka pintu, tapi gak jadi gegara Dong Rim bilang ada harta karun di wastu itu.
Sontak lah Woo Shin langsung mendekati Dong Rim.
Dong Rim : Adamas.
Woo Shin terkejut mendengarnya.
Woo Shin dan Dong Rim keluar dari kamar mereka.
Dong Rim : Kau sudah tahu itu, Pak Tua?
Woo Shin : Kurasa kita naik taksi yang sama. Dia mengatakan hal yang sama.
Dong Rim : Mungkinkah itu sungguhan? Bagaimana jika benar? Itu harus menjadi milik orang yang menemukannya. Aku pandai berburu harta karun sejak kecil. Keahlianku adalah melihat hutan, bukan pohon. Melihat dari jauh…
Seketaris Yoon melintas.
Dong Rim : Aku langsung melihat wanita cantik.
Dong Rim belok ke perpustakaan.
Lah Woo Shin nya terus berjalan.
Dong Rim : Kau mau ke mana? Ruang belajarnya di sebelah sini. Apa dia membolos lagi?
Seketaris Yoon melihat Woo Shin pergi.
Woo Shin beranjak keluar dan memperhatikan kediaman Pimpinan Kwon.
Dia memikirkan kata2 Dong Rim tadi.
Woo Shin : Melihat hutan, bukan pohon, kata Lee Dong Rim. Rumahnya sendiri terlalu tinggi untuk gedung tiga lantai. Lagi pula, bangunannya diperpanjang. Kecuali tempat itu.
Kamera menyorot ruangan Pimpinan Kwon.
Sepertinya bangunan yang dilihat Woo Shin tadi adalah ruangan Pimpinan Kwon.
Tae Sung masuk ke hutan.
Dia mengambil sebuah koper kecil yang dikubur tanah.
Dia membuka koper itu dengan angka. Isinya, telepon!!
Tae Sung duduk dan menghubungi seseorang.
Tae Sung ternyata menghubungi atasannya, Kang Hyeok Pil.
Pak Kang sendiri ada bersama asistennya di ruang rapat. Di layar yang ada di depan mereka, terpampang data2 Woo Shin.
Tae Sung : Nama aslinya Song Woo Shin. Nama penanya Ha Woo Shin dengan nama keluarga ibunya.
Pak Kang : Jadi, dia memerasmu?
Tae Sung : Ya, Pak. Dia tampak normal dan punya pekerjaan bagus, tapi dia menikmati bahaya.
Pak Kang : Apa yang dia inginkan?
Tae Sung : Dia ingin mencuri Adamas.
Pak Kang : Panah berlian itu.
Asisten Lee langsung mencari tahu tentang adamas. Di layar, munculnya gambar adamas.
Pak Kang : Dia bahkan berani. Benda itu sangat berharga. Tapi dia memeras seorang polisi agar bisa mencurinya. Dia bukan orang biasa. Tae Sung, ini rumit. Jika kita coba melakukan sesuatu kepadanya, identitasmu bisa terungkap.
Tae Sung : Pak, ini bukan saatnya untuk menghitung. Perilaku gegabah penulis itu bisa menjatuhkan kita semua. Kau akan mempertaruhkan proyek kita karena satu pencuri ini?
Pak Kang : Tentu saja tidak. Ha Woo Shin atau siapa pun namanya. Lakukan apa pun untuk menyingkirkannya. Dengan begitu, kita bisa membuatnya mengaku bagaimana dia dapat informasimu.
Tae Sung menyudahi pembicaraannya.
Pak Kang kesal, beraninya berandal ini coba menipu di wilayah kita.
Ternyata Woo Shin benar. Tae Sung adalah polisi yang menyamar yang tengah mengawasi Haesong Grup.
Soo Hyun pergi ke rumah saksi. Dia mengetuk2 pintu rumah saksi.
Soo Hyun : Ada orang di rumah?
Tak lama, saksi datang. Ya, pria itu membawa istrinya yang tak berdaya di kursi roda.
“Siapa kau?”
“Namaku Song Soo Hyun.”
“Lalu?”
“Aku putra Song Soon Ho.”
Saksi ingat siapa siapa Song Soon Ho.
“Jadi, kau ingat?”
Soo Hyun melihat foto2 keluarga saksi.
Lalu dia melihat istri saksi yang hanya terduduk diam di sofa.
Saksi datang, membawakan Soo Hyun minuman.
Soo Hyun minta maaf karena datang tanpa pemberitahuan.
Soo Hyun : Kau pasti cukup terkejut.
Saksi : Aku tidak akan menyangkalnya. Tapi ada apa kau kemari?
Soo Hyun memberikan kartu namanya.
Soo Hyun : Begini, aku seorang jaksa. Aku menyelidiki lagi kasus ayahku dan aku punya beberapa pertanyaan.
Saksi kaget, tapi kemudian dia bertanya pertanyaan apa? Putusannya sudah dibuat.
Soo Hyun : Biar kutanyakan satu hal. Kau bersaksi bahwa kau melihat Lee Chang Woo dan ayahku malam itu.
Saksi : Ya, benar.
Soo Hyun : Kenapa kau berbohong?
Saksi : Aku berbohong? Apa maksudmu?
Soo Hyun : Aku punya bukti.
Soo Hyun memberikan catatan penyelidikan. Dia menyuruh saksi membaca bagian yang digaris bawahi dengan tinta merah.
Saksi menelan ludahnya.
Saksi mulai membaca, tapi dia membaca yang digarisbawahi tinta hijau.
Saksi : Saksi bersaksi bahwa korban mengunjungi rumah terdakwa…
Soo Hyun menyela, bukan. Bagian yang digarisbawahi dengan warna merah. Yang ini hijau.
Soo Hyun membalik lembaran catatan penyelidikan.
Di sana, bagian yang digarisbawahi dengan tinta merah adalah tentang jaket yang dipakai terdakwa saat ditangkap.
Saksi kaget, katamu yang digarisbawahi…
Soo Hyun : Aku tahu kau buta warna merah dan hijau. Tapi kau melihat jaket hijau dengan pola merah yang dipakai Lee Chang Woo?
Saksi : Itu…
Soo Hyun : Dengar. Katakan yang sebenarnya. Aku akan tetap di sini sampai kau memberiku jawaban.
Saksi akhirnya mengaku.
Saksi : Aku salah. Detektif menunjukkan foto itu dan bilang Lee Chang Woo memakai jaket itu. Mereka bertanya apa aku melihatnya. Aku hanya menjawab melihatnya. Memang benar aku buta warna, tapi aku sungguh melihat mereka. Aku jelas melihat mereka masuk ke rumah itu bersama. Aku memarkir mobilku di seberang jalan dan menunggu istriku.
Flashback…
Tampak mobil kuning yang diparkir di sebelah rumah Pak Lee.
Itu mobil saksi.
Flashback end….
Saksi bercerita, tntuk menafkahi keluarga mereka, istrinya bekerja di pabrik jahit sampai larut malam.
Soo Hyun : Keluarga dalam situasi itu kebetulan pindah ke apartemen ini setelah kesaksian itu.
Saksi berbohong, apa maksudmu? Kami membeli rumah ini dengan kompensasi dari kecelakaan istriku.
Soo Hyun : Kompensasi?
Saksi marah.
Saksi : Astaga! Anggap saja aku berbohong tentang semuanya. Bagaimana dengan Lee Chang Woo? Dia mengaku telah membunuh ayahmu! Apa yang bisa dilakukan dengan kasus 22 tahun lalu? Kau seorang jaksa, jadi, seharusnya kau lebih tahu. Jangan pernah datang ke sini lagi. Tidak ada lagi yang ingin kukatakan.
Soo Hyun keluar dan menemui Seo Hee yang menunggunya diluar.
Soo Hyun : Kau tahu istrinya mengalami kecelakaan?
Seo Hee : Kecelakaan mobil lima hari sebelum kesaksian. Mereka diberi kompensasi dengan jumlah uang yang sangat besar.
Soo Hyun : Mereka diancam sekaligus diberi kompensasi?
Soo Hyun lalu menatap apartemen saksi.
Soo Hyun : Jadi, dia tidak punya pilihan selain menerima kesepakatan itu.
Saksi menatap foto keluarganya.
Soo Hyun dan Seo Hee mulai beranjak, meninggalkan area apartemen saksi.
Soo Hyun : Untuk melindungi keluarganya.
Seo Hee : Seperti drama.
Soo Hyun : Kim Seo Hee-ssi, kasus ini terjadi 22 tahun lalu, dan sudah kedaluwarsa. Bahkan jika pelaku yang asli tertangkap, mereka tidak akan diadili. Tapi ini berarti bagiku karena aku putra korban. Tapi kenapa kau sangat terobsesi dengan kasus ini?
Seo Hee : Aku tidak bisa membiarkan Lee Chang Woo mati di penjara.
Soo Hyun : Lalu kenapa?
Seo Hee : Aku tahu dia tidak bersalah.
Soo Hyun terdiam mendengarnya.
Bu Oh memberitahu Kepala Pelayan Kwon soal Woo Shin yang berusaha masuk ke kamar Min Jo.
Kepala Pelayan Kwon kaget mendengarnya, dia menyelinap ke kamar Tuan Min Jo?
Bu Oh : Ya, tapi Nyonya Hye Soo muncul saat itu.
Kepala Pelayan Kwon : Lalu?
Bu Oh : Dia hanya bilang sedang melihat-lihat rumah.
Kepala Pelayan Kwon : Dan nyonya memercayainya?
Bu Oh : Dia tidak banyak bicara.
Kepala Pelayan Kwon : Menyebalkan sekali. Aku merasakan firasat buruk.
Bu Oh : Serahkan kepadaku. Aku akan selalu mengawasinya.
Bu Oh mengambil dua ikat uang di atas meja.
Kepala Pelayan Kwon : Letakkan satu. Kau memberiku banyak informasi kosong. Sekarang kau punya hati nurani.
Bu Oh : Baik, Bu.
Bu Oh hanya mengambil satu, tapi kemudian dia memberi Kepala Pelayan Kwon info lain demi uang yang seikat lagi.
Bu Oh : Entah apa ini bisa berguna. Nyonya Hye Soo sering kehilangan cincinnya saat mengurus kebun. Jadi, dia membeli detektor logam portabel. Dan itu mendeteksi logam di tangan kirinya. Ada pin logam di jarinya.
Kepala Pelayan Kwon : Kenapa dengan itu?
Bu Oh : Saat pegawai baru bergabung dengan kita, rekam medis mereka diperiksa karena takut membahayakan Pimpinan. Tapi aku tidak mendengar apa pun tentang operasinya.
Kepala Pelayan Kwon : Jika dia dioperasi, aku pasti tahu. Semua rekam medis dilaporkan kepadaku.
Bu Oh : Benar sekali. Karena itu terkait langsung dengan kesehatan Pimpinan.
Bu Oh mengambil uang yang seikat lagi, lalu pergi.
Kepala Pelayan Kwon makin sebal sama Woo Shin.
Kepala Pelayan Kwon : Lihat pria ini.
Bersambung ke part 3….