Tentangsinopsis.com – Sinopsis Adamas Episode 2 Part 1, Cara pintas untuk menemukan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Baca EPISODE SEBELUMNYA HERE
Sebelumnya…
Woo Shin memberitahu Tae Sung, bahwa dia akan mencuri Adamas. Simbol Grup Haesong. Panah dengan ujung berlian.
Tae Sung : Kau gila. Bagaimana caranya?
Woo Shin : Bagaimana jika ada yang membantuku?
Flashback…
Malam itu, Woo Shin yang masih memakai pakaian duka, membaca surat dari seseorang.
Flashback end…
Woo Shin memberitahu Tae Sun bahwa seseorang mengundangnya ke Haesong.
Woo Shin : Menurutmu siapa yang merekomendasikanku menulis memoar Pimpinan Kwon?
Tae Sung : Apa orang itu tahu tentangku?
Woo Shin : Mungkin tidak. Kami belum pernah bertemu.
Tae Sung : Kalau begitu, kurasa aku akan aman jika membungkammu. Aku tidak bisa tetap bersikap baik untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Aku harus mengotori tanganku.
Tae Sung mengarahkan senapannya ke Woo Shin.
Woo Shin tak takut sama sekali.
Woo Shin : Kau akan menembakku?
Tae Sung : Jika diperlukan. Kecelakaan biasa terjadi saat berburu.
Woo Shin : Apa yang akan kau lakukan dengan saksinya?
Woo Shin menatap ke belakang Tae Sung.
Tae Sung juga menatap ke belakangnya. Ada Hye Soo.
Hye Soo melihat Tae Sung akan menembak Woo Shin.
Hye Soo juga nampak tenang.
Hye Soo : Sedang apa kalian di sana?
Tae Sung : Halo. Ini agak membingungkan, ‘kan?
Hye Soo : Ya, sangat.
Tae Sung : Kurasa ini harus dilaporkan.
Tae Sung pun menurunkan senjatanya.
Seketaris Yoon memberitahu Kepala Pelayan Kwon, dengan bahasa isyarat.
Kepala Pelayan Kwon kaget, dia menodongkan senjata kepada Pak Ha? Pak Choi? Kenapa?
Tak lama kemudian, Kepala Pelayan Kwon bergegas pergi.
Sekarang, Tae Sung, Hye Soo dan Woo Shin ada di ruangan Pimpinan Kwon.
Tae Sung menjelaskan, dia menemukan perilaku mencurigakan.
Tae Sung : Aku merasakan kehadiran seseorang saat berburu, dan ada orang tak dikenal yang melihat sekeliling saat kuperiksa. Seolah-olah dia mencari seseorang. Jadi, aku menodongnya untuk mengidentifikasinya. Ternyata itu Pak Ha. Kurasa Nona Eun melihat kami dan salah paham.
Pimpinan Kwon : Seolah-olah dia mencari seseorang?
Tae Sung : Di mataku, ya.
Pimpinan Kwon : Bagaimana menurutmu, Hye Soo? Kau pasti melihat sesuatu.
Hye Soo : Entahlah. Yang kulihat dia menodongkan senjatanya ke Pak Ha. Bukan yang terjadi sebelum dan sesudahnya.
Hye Soo menatap Tae Sung.
Hye Soo : Tapi Pak Choi, dia sama sekali tidak tampak mencurigakan bagiku. Apa yang dia lakukan? Di tempat terbuka itu, di siang bolong.
Tae Sung : Itu…
Pimpinan Kwon : Bagaimana ini? Dua orang memberikan cerita berbeda tentang situasi yang sama. Jadi, salah satu dari kalian pasti berbohong.
Hye Soo : Sepertinya Pak Choi keliru.
Kepala Pelayan Kwon masuk dan marah, keliru? Pak Choi bukan tipe orang yang menodongkan senjata pada seseorang karena kesalahpahaman.
Kepala Pelayan Kwon lantas sadar dan minta maaf.
Kepala Pelayan Kwon : Maaf karena aku terburu-buru menyela.
Pimpinan Kwon : Tidak apa-apa. Biarkan aku mendengar ceritamu.
Kepala Pelayan Kwon bicara dengan penuh semangat.
Kepala Pelayan Kwon : Kalau begitu, aku akan memberitahumu. Aku ingin tahu kenapa mereka ada di hutan. Pak Choi pergi berburu. Bagaimana denganmu, Nyonya Hye Soo?
Hye Soo : Aku pergi mengambil bunga lili cahaya emas Jepang untuk kebun. Ini.
Hye Soo menunjukkan bunga yang diambilnya.
Kepala Pelayan Kwon menatap Woo Shin.
Kepala Pelayan Kwon : Bagaimana denganmu, Pak Ha? Jika kau tidak mencari orang seperti yang dipikirkan Pak Choi, kenapa?
Woo Shin tak menjawab.
Kepala Pelayan Kwon marah, kenapa kau diam saja?
Pimpinan Kwon : Pak Ha, kau membuat cerita Pak Choi lebih masuk akal.
Kepala Pelayan Kwon : Pak, jangan membiarkan ini begitu saja. Kita harus menyelidiki ini…
Woo Shin : Akan kuberi tahu.
Tapi Woo Shin hanya ingin bicara berdua dengan Pimpinan Kwon.
Woo Shin : Salah satu dari kita di sini mungkin merasa tidak nyaman dengan ucapanku.
Tae Sung membuka pintu. Hye Soo keluar duluan, disusul dengan Kepala Pelayan Kwon.
Kepala Pelayan Kwon : Nyonya Hye Soo, jangan dekat-dekat dengan penulis itu. Aku punya firasat buruk tentangnya, dan aku mengkhawatirkanmu.
Hye Soo berbalik, menatap Kepala Pelayan Kwon.
Hye Soo : Kau mengkhawatirkanku? Itu sangat tidak biasa. Mungkin sudah waktunya kau meninggalkan dunia ini.
Hye Soo beranjak pergi.
Kepala Pelayan Kwon kesal, wanita lancang itu….
Kepala Pelayan Kwon menatap Tae Sung. Dia tanya, apa yang terjadi?
Tae Sung : Seperti yang kukatakan kepada Pimpinan. Aku melihat seseorang yang mencurigakan, dan dia…
Kepala Pelayan Kwon : Apa yang mencurigakan darinya? Kenapa kau tidak bisa membaca yang tersirat?
Tae Sung : Dia melihat sekeliling, dan aku penasaran apakah dia sedang mencari seseorang.
Kepala Pelayan Kwon : Mencari seseorang? Siapa?
Tae Sung : Bu Kwon, aku bisa saja terlalu cepat menyimpulkan.
Kepala Pelayan Kwon : Kau tidak bisa mengubah kata-katamu sekarang! Pokoknya, dia memang tampak mencurigakan. Tatapannya memberiku perasaan aneh sejak awal. Kenapa sebenarnya dia datang ke Haesong?
Tae Sung : Kau tahu alasannya. Untuk menjadi penulis bayangan…
Kepala Pelayan Kwon : Tidak, bukan begitu. Uang tidak bisa menggerakkan orang seperti dia. Aku sangat mengenal orang-orang rendahan yang melakukan apa pun demi uang. Rasanya tidak benar.
Tae Sung : Kau pasti punya alasan bagus untuk berpikir seperti itu, tapi Pimpinan tidak akan membiarkan sembarang orang masuk ke Haesong. Jika ada masalah dengannya, Pimpinan tidak akan menyukainya.
Kepala Pelayan Kwon : Menyukainya? Jika dia ingin uang atau hal lain dari Tuan, dia akan berusaha memikatku lebih dahulu. Karena aku gerbang menuju Tuan! Semua orang begitu. Bahkan anggota majelis dan Jaksa Agung. Tapi bedebah itu mengabaikanku.
Tae Sung : Bu, jangan khawatir. Aku akan mengawasinya.
Kepala Pelayan Kwon : Aku tahu dia punya motif tersembunyi.
Hye Soo diam-diam menguping pembicaraan mereka.
Dia pun pergi setelah merasa mereka selesai bicara.
Pimpinan Kwon menyuruh Woo Shin bicara karena sekarang semuanya sudah pergi.
Woo Shin : Aku yakin itu perbedaan dalam penafsiranmu.
Pimpinan Kwon : Perbedaan dalam penafsiran?
Woo Shin : Ya, Pak Choi salah menilai. Dia meragukan segalanya karena itu pekerjaannya. Itu mungkin memengaruhi interpretasinya. Tergantung pekerjaan, kita punya cara berbeda untuk mengekspresikan ingatan. Jadi, alih-alih fakta, dia menafsirkan emosinya saat itu sebagai ingatan.
Pimpinan Kwon : Anggap saja begitu. Lantas kenapa kau masuk ke hutan?
Kepala Pelayan Kwon kaget, jalan-jalan? Dia ke sana sendirian untuk berjalan-jalan? Kau memercayainya?
Pimpinan Kwon : Apa yang tidak bisa dipercaya? Aku juga sering melakukan itu.
Kepala Pelayan Kwon : Tapi Tuan, Pak Choi…
Braaak!! Pimpinan Kwon menggebrak baduknya. Sontak lah, Kepala Pelayan Kwon dan Seketaris Yoon langsung diam.
Woo Shin pergi menemui Tae Sung diluar.
Woo Shin : Pak Choi, jadikan ini ujian terakhirmu.
Tae Sung : Ujian apa?
Woo Shin : Apakah aku mengekspos identitasmu. Kau membesar-besarkannya untuk memeriksa itu.
Tae Sung : Kau cukup cerdas. Kurasa kau selamat. Tapi jangan berlebihan. Aku tidak akan melakukannya lain kali. Pikirkan situasiku. Aku tidak bisa cukup memercayaimu untuk melunak kepadamu. Aku menepati janjiku.
Woo Shin : Keluarkan aku dari sistem keamanan sekarang.
Tae Sung : Aku tidak pernah berjanji. Dan mengecualikanmu bukanlah masalah sederhana. Sebagai gantinya, aku akan memberimu kiat.
Woo Shin : Kiat?
Tae Sung : Hati-hati dengan Bu Kwon. Dia seperti anjing penjaga. Dia mudah curiga. Selain itu, hobinya buruk.
Tae Sung lalu membicarakan salah satu pelayan yang dilarikan ke RS malam itu.
Tae Sung : Kau tahu salah satu pelayan dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri. Flocoumafen ditemukan di tubuhnya. Itu racun tikus. Itu kali ketiga. Semoga berhasil.
Tae Sung mau pergi tapi dicegah Woo Shin.
Woo Shin : Kau akan baik-baik saja jika penyamaranmu terbongkar?
Tae Sung : Lalu apa? Kau pikir aku akan diam saja dan melihatnya terjadi? Aku bisa mengungkap bahwa ada pencuri yang mengincar Adamas. Dan dia punya kaki tangan. Kau tahu kelemahanku? Aku juga tahu kelemahanmu.
Tae Sung pergi. Woo Shin mengikuti Tae Sung.
Woo Shin : Kau tahu? Tangan dan kaki sulit dikendalikan secara tidak sadar. Tapi dalam situasi merugikan ini, tanganmu ada di saku. Itu artinya kau merasa cemas.
Tae Sung berbalik, dia menatap Woo Shin dan merentangkan kedua tangannya.
Tae Sung : Kau yakin Adamas ada di rumah ini?
Woo Shin pun diam.
Tae Sung memasukkan tangannya ke dalam sakunya, lalu pergi.
Woo Shin berbalik, menatap kediaman Pimpinan Kwon.
Woo Shin : Ada di sini. Karena pemiliknya ada di sini.
Pimpinan Kwon berdiri di depan jendelanya, memikirkan sesuatu.
Di kamarnya, Kepala Pelayan Kwon kesal.
Kepala Pelayann Kwon : Aku tak tahu bagaimana dia merayu Tuan, tapi dia tak bisa menipuku.
Kepala Pelayan Kwon ingat saat menguping pembicaraan Woo Shin dan Dong Rim di perpustakaan.
Dong Rim : Kau akan terus begini? Aku sudah tahu semuanya.
Woo Shin : Tentang apa?
Dong Rim : Tentang alasanmu memilih untuk datang ke sini. Aku tahu niatmu yang sebenarnya.
Woo Shin : Apa maksudmu?
Dong Rim : Kau pasti gila jika mau menjadi penulis bayangan orang lain.
Woo Shin : Apa maksudmu?
Dong Rim : Kau sedang menyiapkan buku berikutnya, dan itu tentang konglomerat. Kau di sini untuk meneliti. Kita sama.
Flashback end….
Kepala Pelayan Kwon : Tikus sial itu.
Seo Hee disuruh kaptennya merevisi artikel.
Seo Hee : Kenapa? Ini seperti karya seni sempurna yang mengikuti 5W1H. Aku mengerahkan semua keahlianku untuk menulis artikel ini.
Kaptennya bilang dia tidak bisa meminta Pewarta Cha mengkritik Kandidat Hwang.
“Kenapa tidak? Aku tidak memintanya untuk benar-benar menyerangnya. Sebaiknya dia berhenti jadi pembaca berita jika tak mau ucapkan beberapa kata.”
“Dia akan berhenti.”
“Apa?”
“Dia dicalonkan menjadi juru bicara. Jangan menghalangi seniormu.”
Seo Hee kesal, kau bercanda? Kalian konyol.
Seo Hee balik ke mejanya sambil ngedumel, omong kosong! Sial!
Ponsel Seo Hee berbunyi. Telepon dari Soo Hyun.
Seo Hee : Halo?
Bersambung ke part 2…