Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Episode 7 Part 2, Yuk disimak daftar list lengkap di tulisan yang ini. Kalian juga dapat mengetahui cerita bagian satu Episode sebelumnya baca di sini.
Ja Sung menunggu Si A di depan gerbang sekolah yang sudah mau tutup.
Tepat setelah Si A datang sambil berlari, gerbang ditutup. Si A berlari melewati Ja Sung, menuju gerbang.
Mereka yang terlambat dihukum lari keliling lapangan.
Ja Sung lari bersama Si A.
Ja Sung tanya, kenapa Si A sering terlambat.
Si A : Aku kesulitan bernafas. Jangan ajak bicara.
Ja Sung : Ya, aku melihatnya.
Ja Sung lalu menawari membawakan tas Si A tapi Si A menolak.
Tapi Ji Ho tiba-tiba datang dan ikut berlari disamping Si A.
Si A kaget karena Ji Ho tidak telat.
Ji Ho bilang dia melakukan itu dengan sukarela dan mengambil tas Si A.
Ji Ho : Belakangan kau tepat waktu tapi tidak hari ini.
Si A : Sial. Berhenti bercanda.
Ji Ho : Aku tidak bercanda.
Pak Guru yang melihat mereka ngobrol, menegur mereka.
“Hei, fokus lari saja!”
Si A meninggalkan mereka.
Ja Sung memberikan tasnya ke Ji Ho.
Ja Sung : Kalau kau sukarelawan, bawakan punyaku juga.
Ja Sung mau menyusul Si A tapi Ji Ho mencampakkan tas Ja Sung dan lari menyusul Si A.
Ja Sung kesal dan mengambil tasnya.
Di kelas, Si A mengajak para sahabatnya ke snack bar.
Sahabat-sahabatnya setuju. Mereka langsung pergi.
Ji Ho yang juga di kelas dan memperhatikan Si A sejak tadi, melihat kotak pensil Si A ketinggalan di kursi.
Ji Ho menghela nafas. Dia mau menyimpankan kotak pensil Si A tapi Ja Sung juga berniat hal yang sama.
Ja Sung menyindir Ji Ho.
Ja Sung : Bukankah sukarelawan terlalu bekerja keras?
Ji Ho : Iya. Kenapa kau tak melepaskannya?
Ja Sung : Biar aku saja.
Ji Ho : Kau saja?
Keduanya tak ada yang mau mengalah. Mereka sama-sama mau menyimpan kotak pensil itu untuk Si A.
Tapi Si A balik lagi.
Si A : Apa yang kalian lakukan? Itu kotak pensilku.
Si A heran sendiri melihat kelakuan Ja Sung dan Ji Ho. Dia lalu mengambil kotak pensilnya dan pergi.
Ja Sung juga pergi setelah Si A pergi.
Ji Ho melihat Ja Sung dengan tatapan kesal, lalu ikutan keluar dari kelas.
Ji Ho dan Si A jalan bersama di koridor sekolah. Mereka lalu melihat Bo Bae dan So Min di depan ruangan basket.
Si A penasaran Bo Bae dan So Min melihat apa.
Si A : Bo Bae-ya, sedang melihat apa?
So Min : Sepertinya Si Woo dan Woo Young mencoba masuk tim basket.
Si A kaget, Hong Si Woo?
Si A dan Ji Ho melihat Woo Young dan Si Woo sedang mengikuti tes.
Il Kwon memuji keterampilan dasar Woo Young dan Si Woo.
Il Kwon : Tes terakhirmu adalah permainan 1 lawan 1.
Il Kwon menyuruh Woo Young lebih dulu.
Woo Young berjalan ke tengah lapangan bersama salah seorang anggota tim basket sambil mendribble bola.
Woo Young menatap tajam ring basket.
Lawannya mulai bersiap.
Woo Young memberikan bola ke Park Jung Min.
Jung Min mengembalikan bola ke Woo Young.
Woo Young lalu mulai menggiring bola menuju ring. Jung Min berusaha menghalangi tapi Woo Young berhasil mempertahankan bolanya dan memasukkan bola ke ring dengan sempurna.
Melihat teknik Woo Young, Il Kwon langsung ingat Dae Young.
Il Kwon juga ingat kata-kata Ae Rin semalam kalau Dae Young adalah Woo Young.
Il Kwon meniup peluitnya dan menyuruh Si Woo maju.
Bo Bae memuji Woo Young. Dia bilang Woo Young sangat keren.
Si A tersenyum melihat Woo Young.
Ji Ho melihat senyum Si A.
Si A mulai cemas. Dia takut Si Woo gagal.
Si Woo memejamkan matanya, seperti mengumpulkan keberanian.
Woo Young menatap Si Woo penuh harap.
Keberanian Si Woo akhirnya muncul. Dengan teknik yang sama seperti Woo Young, Si Woo berhasil memasukkan bola ke ring.
Woo Young, Si A, Bo Bae, Ji Ho dan So Min tersenyum.
So Min bilang Si Woo keren.
Tapi Ja Sung terlihat kesal.
Woo Young dan Si Woo kembali menghadap Il Kwon.
Il Kwon : Oh. Baiklah. Kalian berdua. Setelah bicara dengan orang tuamu. Dan jika tidak ada masalah, kalian akan bergabung dengan tim.
Il Kwon menyuruh anggota tim berkumpul di tengah.
Woo Young memuji Si Woo.
Woo Young : Kau hebat, Si Woo-ya.
Woo Young melihat Si A. Woo Young melambaikan tangannya ke Si A.
Tapi yang membalas lambaian Woo Young adalah Bo Bae. Bo Bae mengira Woo Young melambai padanya.
Tapi Ja Sung dan Ji Ho tahu Woo Young melambai ke Si A.
Woo Young dan Si Woo berjalan ke tengah lapangan.
Si A terus menatap Woo Young.
Malamnya, Si Woo dan Woo Young pulang bersama.
Si Woo : Apa pelatih harus ngobrol dengan orang tuaku?
Woo Young : Kenapa ada masalah?
Si Woo bilang, seisi sekolah pasti mengenali ibunya dan dia tak mau ibunya mendengar hal buruk di sekolah.
Si Woo : Dan ayahku ada di Busan.
Woo Young terdiam mendengarnya.
Si Woo lalu kepikiran meminta kakeknya yang datang.
Woo Young : Kakek?
Si Woo mengiyakan, lalu mengajak Woo Young ke rumah kakeknya.
Pak Hong menyuruh Woo Young masuk.
Pak Hong : Tunggu disini. Biar kubawakan jus untukmu.
Pak Hong dan Si Woo pergi ke dapur.
Woo Young mulai melow. Apa lagi setelah melihat foto ibunya. Tangisnya hampir keluar.
Woo Young lalu melihat barang-barang ayahnya yang beserak dimana-mana.
Pak Hong datang dan bergegas merapikannya.
Pak Hong : Semuanya bisa menjadi berantakan saat pria tua tinggal sendirian.
Pak Hong kembali ke dalam dan meminta Woo Young menunggu.
Pak Hong memberikan jus pada Woo Young dan Si Woo.
Pak Hong : Jadi pada akhirnya kau juga memutuskan bemain basket seperti ayahmu. Jika nenekmu mendengar ini, dia akan menjadi yang paling bahagia untukmu.
Woo Young kembali menatap foto ibunya.
Pak Hong lantas memuji Dae Young. Dia bilang Dae Young pemain basket yang luar biasa. Tapi habis itu, dia menjelekkan Dae Young. Dia bilang tak ada yang bisa dibanggakan dari Dae Young selain basket.
Pak Hong juga bilang, Dae Young tak pernah patuh dan pembuat onar.
Woo Young berdehem. Pak Hong menatap ke arah Woo Young, lalu minta Si Woo tidak mewarisi hal buruk dari Dae Young.
Si Woo tersenyum sambil mengiyakan.
Si Woo : Bisakah kakek datang ke pertemuan orang tua dan guru? Itu penting jika aku ingin bergabung dengan tim basket.
Pak Hong : Jika seorang pria tua pergi, dia bahkan tak paham mereka ngomong apa. Aku yakin itu berbeda dari saat ayahmu bermain. Mereka menelepon orang tua untuk meminta uang.
Woo Young kaget mendengarnya.
Woo Young : Mereka meminta uang darimu? Kau pernah memberi uang pada pelatih?
Pak Hong : Tidak. Aku tak pernah memberikannya. Aku tahu putraku akan mahir dengan kemampuannya. Orang tua harus percaya anak-anaknya dan percaya diri agar anak-anaknya juga bisa percaya diri. Tapi kenapa tak beri tahu orang tuamu soal pertemuan orang tua-guru?
Si Woo mencari alasan. Dia bilang, ibunya sibuk dan ayahnya di Busan.
Pak Hong : Busan? Dia tak mengenal siapapun disana.
Pak Hong lalu menyuruh Si Woo tanya dulu pada Dae Young dan Da Jung. Jika mereka tak bisa datang, baru dia yang akan datang menggantikan mereka.
Si Woo senang mendengarnya.
Melihat ayahnya akrab dengan anaknya, Woo Young sedikit tersenyum.
Woo Young dan Si Woo akhirnya pulang dari rumah Pak Hong.
Woo Young nyaranin Si Woo ngasih tahu Da Jung kalau Si Woo mulai main basket.
Woo Young : Jika dia tahu kau tidak memberitahunya karena mencemaskannya dia akan sedih. Begitulah orang tua. Mereka tak mau anak-anak mereka khawatir.
Si Woo merasa Woo Young ada benarnya. Ia pun memutuskan memberitahu ibunya.
Da Jung dan Ae Rin ketemuan di kafe yang sepertinya depan rumah Da Jung.
Entah apa yang diberitahu Ae Rin pada Da Jung.
Keluar dari kafe, mereka ketemu Woo Young dan Si Woo.
Woo Young langsung tegang melihat Da Jung bersama Ae Rin.
Ae Rin menatap tajam Woo Young.
Da Jung menatap Woo Young. Dia bilang, dia sudah mendengar semuanya.
Woo Young tambah tegang.
Da Jung : Kau….
Woo Young : Tunggu. Begini, ayo bicara empat mata. Meski kau mendengar semuanya, kau harus dengar alasanku…
Da Jung : Kenapa?
Woo Young : Jadi… Meski kau marah, dengarkan aku dulu…
Da Jung : Apa maksudmu? Haruskah aku marah kau bermain basket dengan Si Woo?
Woo Young bengong, apa?
Da Jung : Setelah dipikir lagi, aku agak sedih. Si Woo, haruskah kudengar kau main basket dari Bibi Ae Rin?
Si Woo minta maaf.
Da Jung : Kau baru pulang setelah bermain basket?
Si Woo : Ibu, aku lulus tes masuk tim basket.
Da Jung dan Ae Rin senang mendengarnya.
Da Jung bahkan memeluk Si Woo dan mengaku bangga pada Si Woo.
Da Jung : Putraku, mau makan apa?
Si Woo : Aku mau nasi goreng kimchi.
Da Jung : Benarkah? Nanti ibu buatkan.
Woo Young tersenyum menatap mereka.
Ae Rin menatap Woo Young.
Ae Rin lalu bicara berdua dengan Woo Young.
Ae Rin : Menurutmu aku memberitahu semuanya?
Woo Young : Aku hanya merasa bersalah. Maaf karena salah paham.
Ae Rin : Memang benar aku ingin memberitahunya.
Woo Young langsung ngegas, apa!
Ae Rin : Tapi aku tak bisa.
Saat di kafe tadi, Ae Rin nanya pendapat Da Jung soal Woo Young. Da Jung heran Ae Rin tiba-tiba membicarakan Woo Young.
Ae Rin : Jawab saja!
Da Jung : Mungkin karena dia lama di luar negeri, dia sedikit kasar. Tapi menurutku, dia baik. Dia muncul saat aku dalam bahaya dan membantuku. Dan dia menenangkanku saat aku kesulitan. Dia bahkan menyampaikan surat yang ditulis Dae Young. Saat Si A sakit, orang menggendongnya ke UGD .itu Woo Young.
Ae Rin : Dia ada saat kau membutuhkannya.
Da Jung : Apa?
Ae Rin : Woo Young-ah. Dia ada saat kau membutuhkannya.
Da Jung : Benar. Aku sangat berterima kasih padanya. Tapi kau aneh. Kenapa membicarakan Woo Young tiba-tiba?
Da Jung curiga, cerita soal wanita 30an yang menyukai pemuda dibawah umur itu Ae Rin.
Ae Rin pun bergegas menyangkal.
Ae Rin : Hei! Kau menganggapku apa?
Ae Rin lalu memberitahu Da Jung kalau Si Woo dan Woo Young mulai bermain basket. Da Jung kaget.
Ae Rin berdalih, dia sudah menduga Da Jung gak tahu soal itu dan ngasih tahu kalau sekarang Woo Young dan Si Woo ikut tes masuk tim basket.
Flashback end…
Ae Rin merasa Dae Young ada benarnya, jadi ia tak beritahu Da Jung.
Ae Rin : Tapi mari kita perjelas satu hal. Kau ingin rujuk dengan Da Jung?
Woo Young : Bagaimana caranya? Kini aku satu sekolah dengan anak-anak.
Ae Rin : Tampaknya kau masih mencintainya.
Woo Young : Tidak. Aku hanya ingin melakukan semua yang dulu tak bisa kulakukan untuknya sekarang.
Woo Young mengajak Ae Rin pergi.
Ae Rin tanya, gimana ceritanya Dae Young bisa jadi Woo Young. Woo Young bilang tak tahu bagaimana itu bisa terjadi.
Ae Rin : Aku juga ingin balik muda. Mengecewakan.
Woo Young : Kau masih sama kayak dulu.
Ae Rin : Kau hanya basa basi.
Woo Young : Tidak. Kalau kau pakai seragam sekolah, kau bakal persis seperti saat SMA.
Ae Rin : Astaga, kau tahu cara bersosialisasi dengan baik.
Woo Young : Itu benar.
Ae Rin : Lupakan saja.
Ae Rin lalu tertawa.
Il Kwon sedang melihat album tahunan SMA nya.
Saat melihat foto Dae Young, dia teringat kata-kata Ae Rin kalau Woo Young adalah Dae Young dan teringat teknik Woo Young yang sama kayak Dae Young.
Il Kwon mulai bingung.
Bersambung ke part 3….