Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Ep 3 Part 1, Jika Kalian penasaran akan daftar lengkapnya cek langsung saja di tulisan yang ini. Kamu juga harus lihat Episode sebelumnya baca di sini.
[Tahun 2000]
Dae Young menyelamatkan Da Jung yang hampir tertabrak mobil.
Saat itu, Da Jung berjalan menikmati bunga sakura yang berguguran sambil mendengarkan lagu lewat headphone nya. Ia melangkah ke jalan tanpa menyadari ada mobil yang hendak melintas.
Tiba-tiba, seseorang menarik dan memutar tubuh Da Jung. Da Jung terkejut, begitu pula Dae Young. Sedetik kemudian, Dae Young sadar kalau tangannya berada di tempat yang tidak seharusnya. Ia melepaskan Da Jung. Sementara Da Jung masih terpana menatap Dae Young.
Dae Young tanya, apa Da Jung baik-baik saja?
Da Jung melepas headphone nya dan mengiyakan. Ia lalu berterima kasih Dae Young sudah menyelamatkannya.
Terdengar narasi Dae Young.
“Semua pria memiliki cinta pertama mereka.”
Da Jung adalah siswa pindahan. Hari itu menjadi hari pertamanya berada di sekolah yang baru. Ia mengenalkan dirinya di depan kelas dan menyapa teman-teman barunya.
Wali Kelas menyuruh Da Jung duduk di bangku yang kosong. Saat melangkah menuju bangkunya, Da Jung melihat Dae Young.
Da Jung terkejut. Ia ingat Dae Young pria yang menolongnya saat ia hampir tertabrak mobil.
Da Jung menyapa Dae Young, annyeong.
Da Jung bergabung dengan klub penyiaran. Beberapa siswa berkumpul di depan jendela, hanya untuk melihat Da Jung yang sedang siaran. Dae Young ikut melihat Da Jung. Mereka terpana melihat senyum Da Jung.
Da Jung akhirnya melihat Dae Young. Ia melambaikan tangan dan tersenyum pada Dae Young.
Dae Young yang bingung dengan perasaannya, pergi begitu saja tanpa membalas senyum dan lambaian Da Jung.
Narasi Dae Young terdengar lagi.
“Saat aku tidak tahu apa itu cinta, dia melambai padaku. Aku punya perasaan yang tidak kupahami. Dan aku melakukan hal-hal yang tidak kupahami.”
Hari itu hujan deras. Da Jung mau pulang tapi dia tidak punya payung.
Seketika, beberapa siswa berkumpul menawarinya payung.
Dae Young kebetulan lewat, melihat Da Jung.
Narasi Dae Young terdengar lagi.
“Sama seperti hujan yang tidak terduga, perasaanku yang asing dan rumit ini menjadi jelas seketika.”
Dae Young teriak, memanggil Da Jung. Ia mengajak Da Jung ikut dengannya.
Da Jung tersenyum, baiklah. Aku suka itu.
Mereka pulang dengan almamater Dae Young sebagai payung.
Episode 3 (Sebuah Kisah Tentang Hujan dan Kau. Kau Cinta Pertamaku)
Seseorang membunyikan bel di rumah Deok Jin.
Deok Jin keluar, dia fikir paketnya datang. Dia membuka pintu tapi Da Jung yang datang.
Deok Jin pun heran. Dia tanya, Da Jung mau apa pagi-pagi ke rumahnya.
Da Jung menatap sengit Dae Young.
Da Jung : Kau… Hong Dae Young!
Deok Jin dan Dae Young kaget. Deok Jin mau menjelaskan, tapi tak bisa karena Da Jung bicara terus.
Da Jung : Hong Dae Young! Kau, putranya bukan?
Deok Jin : Putra? Apa maksudmu?
Da Jung yakin Woo Young anaknya Dae Young.
Da Jung menatap Deok Jin. Dia bilang, Deok Jin bukanlah teman sejati jika menutupi perbuatan Dae Young.
Da Jung : Jika kau sungguh peduli pada Dae Young, jujurlah padaku. Bagaimana bisa kau punya anak tanpa menikah? Katamu kau lajang.
Deok Jin : Aku lajang, tapi dia putraku.
Da Jung tidak percaya. Dia bilang, Dae Young dan Deok Jin mencurigakan.
Da Jung lalu mengambil foto Dae Young saat masih SMA dan membandingkannya dengan Woo Young. Ia minta penjelasan Deok Jin soal kemiripan mereka.
Dae Young mengkode Deok Jin. Deok Jin pun bilang kalau Woo Young mirip ibunya dan ibunya mirip Dae Young.
Da Jung tak habis fikir Deok Jin bisa mengencani wanita yang mirip Dae Young. Dia merasa itu alasan konyol.
Deok Jin : Segala macam hal bisa terjadi dalam hidup.
Da Jung gak hilang akal dan menghubungi Dae Young. Dia mau mereka bicara bertiga.
Woo Young panic saat ponsel Dae Young menyala di saku celananya.
Deok Jin yang melihat itu, menyuruh Woo Young cepat-cepat sekolah.
Woo Young pun bergegas lari keluar.
Diluar, Woo Young menjawab telepon Da Jung. Woo Young berubah menjadi Dae Young.
Saat mendengar suara Deok Jin, Dae Young pura-pura nanya kenapa Deok Jin menelponnya pakai ponsel Da Jung.
Deok Jin juga pura-pura. Dia bilang, Da Jung salah paham soal sesuatu.
Da Jung menyahut, Hong Dae Young.
Dae Young : Ya Jung Da Jung?
Da Jung : Kau mengenal Go Woo Young?
Dae Young : Tentu saja. Dia putranya Deok Jin.
Da Jung : Dia sangat mirip denganmu. Jujurlah kepadaku. Dia putramu, bukan?
Dae Young : Apa? Kau sungguh menanyakan itu?
Da Jung : Jika tidak, bagaimana putra Deok Jin bisa mirip denganmu?
Dae Young nyari alasan. Dia bilang itu karena ibu Woo Young mirip sama dia.
Da Jung gak percaya.
Dae Young : Deok Jin selalu mengikutiku selama kita sekolah, lalu akhirnya bertemu wanita yang mirip denganku.
Da Jung : Dia juga bersikap sepertimu.
Dae Young : Astaga Jung Da Jung! Kau tidak percaya padaku? Pikirkanlah. Go Deok Jin, penggila game itu lebih baik membesarkan karakter game daripada putraku!
Deok Jin kesal mendengar kata-kata Dae Young.
Da Jung merasa Dae Young ada benarnya.
Dae Young : Berhenti bersikeras pada hal tidak masuk akal!
Dae Young memutus panggilannya.
Di dalam, Da Jung tetap yakin Woo Young putra Dae Young.
Gantian Deok Jin yang marah.
Deok Jin : Bagaimana putraku bisa terlihat seperti bedebah kurang ajar itu!
Diluar, Dae Young juga kesal.
Dae Young : Bagaimana dia bisa salah paham tentang hal sekonyol itu? Aku salah tentang dia merokok. Aku akan memaafkanmu kali ini saja, Jung Da Jung.
Mobil pengantar parsel lewat di depan Dae Young. Dae Young kembali berubah menjadi Woo Young. Woo Young lalu pergi sekolah.
Sampai di gerbang sekolah, Dae Young bertekad untuk fokus pada anak-anaknya dan memutuskan menjadi teman anak-anaknya mulai hari itu.
Sebuah taksi melintas dan berhenti di depan Woo Young. Si A dan teman-temannya turun dari taksi dan berlari menuju sekolah.
Woo Young sewot.
Woo Young : Lagi? Dia bisa saja bangun lima menit lebih awal. Dia tidak tahu betapa berharganya uang.
Woo Young masuk kelasnya dan melihat Si A lagi ngegosip sama gengnya.
Salah satu temennya Si A menyapa Woo Young. Dia memanggil Woo Young ‘Pria GU’.
Woo Young kaget. Dia fikir temennya Si A lagi berusaha merayunya. Woo Young menghela nafas. Dia memutuskan diam saja dan beranjak ke bangkunya.
Bo Bae heran kenapa ayah mereka punya uang untuk minum tapi saat mereka minta jajan, bilang tidak ada uang.
Teman Si A yang rambutnya dikepang curhat, setiap kali ia minta uang pada ayahnya, ayahnya selalu mempertanyakan nilainya.
“Dia mulai mempertanyakan semua seperti orang gila.”
Si A memarahi teman-temannya.
“Bagaimana bisa kalian minta uang jajan pada ayah kalian!”
Woo Young mencuri dengar, senang mendengarnya. Dia bilang putrinya sangat perhatian.
Si A memberikan kiat pada temannya.
Woo Young : Kiat?
Woo Young menajamkan pendengarannya.
Si A bilang, mimpi.
Woo Young awalnya gak ngeh, tapi dia lalu ingat saat Si A bilang bermimpi tentang kebakaran di hari ia akan dipromosikan. Woo Young pun minta Si A menjual mimpi itu padanya.
Woo Young ingat saat ia membeli mimpi-mimpi Si A yang lain.
Woo Young langsung cemberut sambil natap tajam Si A. Dia baru sadar kenapa mimpi Si A yang dibelinya tak pernah terwujud.
Bo Bae memuji Si A. Dia bilang Si A pintar.
Woo Young kesal. Dia meneriaki mereka, hei!
Si A dan teman-temannya menoleh pada Woo Young.
Si A : Ada apa dengannya?
Woo Young lalu berdiri dan memarahi mereka. Woo Young bilang mereka childish.
“Kalian senang menipu ayah sendiri dan mendapatkan uang darinya!”
Teman Si A yang rambutnya dikepang bilang, jika ayah mereka memberi mereka uang lebih, mereka tak akan bicara begitu.
“Aku melihat kalian naik taksi ke sekolah tiap pagi. Tapi kalian menyalahkan orang tua? Kalian akan punya uang saku jika tidak naik taksi! Lima hari sepekan, empat pekan sebulan, jadi itu 20 hari. Ongkos taksi dari rumah ke sekolah 8000 won. 20 kali 8000 won, totalnya 160.000 won! Kalian habiskan 160 ribu won per bulan tapi itu tidak cukup! Kau!”
Woo Young menunjuk teman Si A yang kepangan. Namanya Uhm So Min.
“Pernahkah kau memikirkan perasaan ayahmu? Pernahkah kau memikirkan ayahmu saat membayar taksi?”
Bo Bae bilang Woo Young salah faham.
Woo Young menunjuk Bo Bae. Tapi dia bilang riasan Bo Bae lebih alami sekarang.
Bo Bae senang dipuji.
Hwang Young Sun, teman Si A yang satunya bilang Woo Young salah faham. Tapi dia ikut diteriaki Woo Young. Woo Young minta dia berhenti memanggilnya Pria GU.
Young Sun bilang itu pujian. Pria GU artinya Pria Gen Unggulan.
“Jadi itu artinya?”
Young Sun mengangguk.
Woo Young langsung senyum.
So Min bilang ayahnya supir taksi jadi itulah sebabnya dia ke sekolah naik taksi.
Woo Young pun malu, tapi untuk menutupi rasa malunya dia mengklaim mengatakan itu semua demi kebaikan mereka.
Si A : Omong kosong.
Woo Young sewot.
“Hong Si A, bisa bicara sedikit lebih baik? Tidak apa-apa seperti itu padaku tapi jika ke orang lain, orang-orang tidak akan menyukaimu.”
“Hentikan, cukup.”
Si A berdiri dan menatap tajam Woo Young. Si A bilang dia tidak tahan dengan Woo Young mengajak temen-temennya pergi.
Woo Young tanya ke Si A, salahnya apa.
Young Sun bilang Si A membenci pria yang mirip ayahnya.
“Sangat kuno.” ucap Young Sun.
Woo Young bilang ayah Si A baru 37 tahun, jadi apanya yang kuno.
So Min : Usia tidak membuat seseorang kuno. Ayah Si A yang terburuk.
Woo Young pun tak tahu harus bicara apa.
Bo Bae minta Woo Young tak khawatir. Dia bilang Woo Young belum seburuk ayah Si A.
Mereka pun pergi.
Woo Young diam, sangat kuno?
Si A dan temennya mangkal di depan tangga. Si A bilang Woo Young sudah merusak paginya.
Tapi menurut So Min, Woo Young ada benarnya.
“Jika dipikir-pikir ayahku mengantarku sekolah karena aku bangun terlambat setiap pagi. Namun aku tidak menghargainya.” ucap So Min.
Young Sun setuju. “Saat dia bertanya, ‘Bagaimana perasaan ayahmu?’ itu menyentuh hatiku.
Bo Bae setuju juga.
Young Sun mengajak mereka semua bersikap baik ke ayah mereka mulai sekarang.
Bo Bae bilang dia tak akan minta uang jajan lagi dan akan bangun pagi mulai sekarang.
Si A kesal. Dia geleng-geleng kepala melihat temennya mau berubah.
Da Jung melangkah ke kamarnya.
Dia duduk di ranjangnya dan menatap foto Dae Young muda.
Da Jung bilang, Woo Young sangat mirip Dae Young muda.
Da Jung lalu cemas. Ia takut sudah menyakiti hati Woo Young.
Si A dan Bo Bae lagi bersih-bersih kelas.
Bo Bae bilang dia akan pulang setelah buang sampah.
Si A mengangguk dan berkata, akan membereskan sisanya.
Bo Bae pergi.
Woo Young muncul. Dia sedang menyapu kelas.
Si A meletakkan buku-buku di dekat jendela.
Hujan turun. Si A menatap keluar jendela dan menghela nafas karena dia tidak bawa payung.
Mendengar itu, Woo Young langsung lari menerobos hujan dan membeli dua payung.
Si A terpaksa pulang hujan-hujanan.
Tapi tali sepatunya mendadak lepas. Si A jongkok, mengikat tali sepatunya.
Tiba-tiba seseorang memayunginya. Si A mendongak dan terdiam melihat Woo Young yang memayunginya.
Si A lalu berdiri setelah terdiam beberapa saat. Dia mencopot earphone nya dan tanya, apa itu?
Woo Young menyuruh Si A mengambil payungnya. Si A menolak.
Woo Young mendengus dan meletakkan gagang payung ke tangan Si A.
“Pakailah. Nanti kau bisa kena flu.” ucap Woo Young.
Woo Young lalu lari, tanpa memakai payung yang satunya. Si A heran sendiri melihat Woo Young hujan-hujanan padahal ada satu payung lagi di tangannya.
Ternyata payung satunya buat Si Woo.
Setelah meletakkan payung di meja Si Woo, Woo Young pun pergi.
Si Woo masuk kelasnya tak lama setelah Woo Young pergi. Dia melihat payung dan mengira Si A yang membawakan payung untuknya.
Woo Young sendiri hujan-hujanan. Tapi sebelum menerobos hujan, dia tersenyum dan menyebut dirinya ayah terbaik di dunia.
Di parkiran, Woo Young terdiam melihat para ayah menjemput putri mereka dengan mobil.
Ae Rin keluar dari sebuah kafe sambil memayungi dirinya dan bicara di telepon. Dia bilang sedang dalam perjalanan dan akan tiba 5 menit lagi.
Tiba-tiba, Woo Young berteduh di payungnya.
Ae Rin seketika baper melihat Woo Young. Dan dia makin baper pas Woo Young senyum sama dia seraya membuka tudung jas hujannya. Wkwkwkwk…
Woo Young tanya, bisakah Ae Rin mengantarnya sampai halte. Dia bilang tak bawa payung.
Ae Rin langsung mengiyakan.
Kita diperlihatkan flashback saat Dae Young menumpang payungnya Ae Rin. Dae Young minta dianterin sampai mobilnya. Ae Rin menolak. Dae Young maksa. Ae Rin protes karena bahunya basah karena hujan.
Saat hampir tiba di dekat mobilnya, Dae Young menerobos hujan dan lari ke mobilnya. Sebelum masuk mobil, ia berterima kasih pada Ae Rin dan mengajak Ae Rin makan kapan-kapan.
Ae Rin tak mau.
Flashback end…
Sekarang Ae Rin mengantar Dae Young dalam wujud Woo Young ke halte.
Ae Rin yang baper, terus menatap Woo Young.
Air hujan membasahi bahu Ae Rin.
Woo Young : Bahumu basah. Kau baik-baik saja.
Ae Rin : Aku baik-baik saja.
Woo Young lalu melihat bisnya. Dia bilang ke Ae Rin harus naik bis itu.
Woo Young bergegas lari ke bis. Sebelum naik bis, dia mengajak Ae Rin makan bersama kapan-kapan.
Ae Rin terhenyak, makan bersama?
Besoknya, Ae Rin menuruni eskalator bersama Da Jung.
Ae Rin tanya ke Da Jung, apa maksudnya jika seorang pria mengajak wanita makan bersama kapan-kapan.
Da Jung bilang itu yang selalu dikatakan pria tua.
Ae Rin : Dia bukan pria tua!
Da Jung pergi.
Ae Rin berusaha menyadarkan dirinya kalau Woo Young masih remaja.
Ternyata Da Jung dan Ae Rin lagi di mal.
Da Jung melihat satu lipstick, tapi meletakkannya lagi.
Ae Rin mendekati Da Jung.
Ae Rin : Kenapa? Katamu kau kehabisan lipstick?
Da Jung : Aku akan membelinya nanti. Ayo beli untuk anak-anak kita.
Da Jung dan Ae Rin kembali berkeliling mal.
Da Jung lalu memeriksa ponselnya.
Woo Young yang baru keluar dari ruang komputer, juga memeriksa ponselnya.
Mereka sama-sama terkejut membaca pesan di ponsel mereka.
Da Jung : Ae Rin-ah, aku harus bagaimana?
Ae Rin : Ada apa? Mungkinkah ada yang lebih buruk dari sekarang?
Da Jung bilang dia diterima. Dia berhasil masuk JBC.
Ae Rin kaget, kau jadi pembaca berita sekarang?
Ae Rin dan Da Jung berpelukan sambil bersorak girang.
Sementara pesan yang diterima Woo Young soal pesangonnya.
Woo Young senang dan langsung menari-nari karena uang pesangonnya akhirnya keluar.
Beberapa siswi yang lewat, langsung tertawa melihat dia menari-nari.
Si Woo lewat. Si Woo berusaha menghindari Woo Young. Dia nutupin mukanya dari Woo Young. Tapi Woo Young keburu melihatnya.
Woo Young mengajak Si Woo makan. Dia bilang dia yang traktir. Si Woo tanya kenapa Woo Young mau mentraktirnya.
Woo Young : Kubilang aku yang traktir! Sebutkan saja.
Woo Young mengajak Si Woo pergi.
Bersambung ke part 2…