Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Ep 2 Part 4, Untuk Membaca bagian daftar lengkap bisa simak di tulisan yang ini. Sebaliknya Kamu juga bisa tahu Episode sebelumnya baca di sini.
Bu Ok mengucapkan terima kasih atas kedatangan Da Jung dan Deok Jin. Deok Jin minta maaf dan sebagai permintaan maaf, dia mau mentraktir Bu Ok makan siang. Bu Ok bilang dia sedang diet. Deok Jin menawarinya kopi. Bu Ok bilang dia alergi kopi.
Il Kwon datang. Deok Jin yang tahu itu Il Kwon, langsung memalingkan wajahnya. Ya, dia masih kesal sama Il Kwon.
Da Jung : Choi Il Kwon, sedang apa kau disini?
Il Kwon bilang dia guru olahraga disana.
Il Kwon : Senang bertemu denganmu disini. Kau juga, Deok Jin.
Tapi Deok Jin yang masih marah karena dulu sering dipalak Il Kwon menatap sengit Il Kwon dan pergi begitu saja.
Bu Ok heran dengan sikap Deok Jin.
Il Kwon bilang Deok Jin mungkin masih benci padanya.
Bu Ok tak mengerti.
Il Kwon bilang dulu dia pernah melakukan kesalahan pada Deok Jin.
Il Kwon kembali menatap Da Jung. Dia bilang sudah lama sekali mereka tidak bertemu.
Da Jung : Benar, kau tidak datang ke reuni ke sekolah.
Il Kwon : Ya benar. Jika tahu kau ada di sana, aku akan datang.
Da Jung hanya tersenyum mendengar kata-kata Il Kwon.
Malam pun tiba. Bunga-bungsa sakura tampak berguguran. Sekolah baru bubar. Dae Young meninggalkan sekolah bersama Si A, Boo Bae dan Ji Ho.
Boo Bae tanya, apa Si A yakin tidak mau datang? Semuanya datang.
Si A bilang dia harus kerja sepulang sekolah.
Dae Young meneriaki Si A, kau bekerja lagi?
Si A menatap Dae Young. Apalagi sekarang?
Dae Young mendekati Si A. Dia ingin tahu alasan Si A bekerja paruh waktu. Si A tanya, apa peduli Dae Young.
Dae Young : Kau seorang pelajar. Jika kau butuh uang, minta pada orang tuamu. Kenapa kau sudah berusaha menghasilkan uang?
Da Jung : Ada yang ingin kulakukan. Kau senang dengan jawabanku?
Si A pergi. Boo Bae menyusul Si A.
Ji Ho pamit pada Dae Young. Dae Young tanya, apa Ji Ho tahu Si A bekerja? Ji Ho bilang tentu saja. Dae Young tanya lagi, bagaimana Ji Ho bisa tahu. Ji Ho bilang karena mereka berteman.
Dae Young agak terdiam. Setelah itu, Dae Young tanya lagi apa Ji Ho juga tahu alasan Si A bekerja.
Ji Ho : Ya, tapi aku tidak berhak bicara.
Si A memanggil Ji Ho. Ji Ho pun bergegas lari menyusul Si A.
Si Woo keluar. Dae Young melihat Si Woo diikuti Ja Sung.
Dae Young kesal dan bergegas mengikuti Si Woo.
Tapi Ja Sung tidak mengikuti Si Woo seperti yang dipikirkan Dae Young.
Si Woo berbelok ke arah lain. Sementara Ja Sung dan kedua temannya berjalan lurus.
Si Woo ternyata mampir ke lapangan basket. Dia menyibak kain yang menutupi bak kecil dan mengeluarkan bola basket dari sana.
Si Woo mulai bermain.
Dae Young tersenyum melihatnya. Dia masih ingat jawaban Si Woo. Si Woo bilang tak tertarik dengan basket. Tapi nyatanya, Si Woo sama seperti dirinya.
Dae Young menghubungi Si Woo. Dia tanya Si Woo dimana. Dae Young pun kaget saat Si Woo mengaku ada di rumah.
Dae Young tanya, apa Si Woo benar-benar tak tertarik pada basket. Dia bilang akan mendukung Si Woo jika Si Woo tertarik basket.
Tapi Si Woo kekeuh, kalau dia gak suka basket.
Dae Young tanya lagi, apa ada yang merundung Si Woo di sekolah. Si Woo bilang tidak. Si Woo tanya, kenapa ayahnya menanyakan itu.
Dae Young : Si Woo-ya, jika ingin bicara dengan ayah, katakan kapan saja.
Dae Young terdiam usai bicara dengan Si Woo. Dia mulai paham apa yang terjadi dengan anak-anaknya sekarang.
Si Woo kembali bermain. Saat tengah melakukan dribble, dia dikejutkan dengan kedatangan Dae Young.
Dae Young : Kau cukup hebat tapi aku juga cukup pandai bermain basket.
Si Woo tak percaya. Berhenti menggertak.
Dae Young : Kenapa nada bicaramu begitu? Tidak percaya?
Dae Young meletakkan tasnya juga melepas almamaternya.
Dae Young : Berikan bolanya padaku.
Si Woo pun langsung melemparkan bola pada Dae Young.
Dae Young unjuk kemampuan di depan Si Woo.
Si Woo : Kau memberitahu Pak Go atau ayahku soal aku?
Dae Young mendekati Si Woo sambil memegang bola.
Dae Young : Tidak. Untuk apa aku memberitahu mereka?
Si Woo : Kalau begitu bantu aku dan jangan beritahu mereka.
Dae Young : Baik. Aku akan melakukannya.
Dae Young lalu tanya sudah berapa lama Si Woo main basket.
Si Woo bilang sudah cukup lama, untuk bersenang-senang.
Dae Young : Itu artinya kau tertarik.
Si Woo : Kata siapa aku tidak tertarik?
Si Woo merebut bola dari tangan Dae Young dan mulai berlari ke ring.
Dae Young kembali terdiam menatap Si Woo.
Da Jung di ruang makan. Tak lama kemudian, Si A pulang. Ternyata Da Jung menunggu Si A sejak tadi. Begitu Si A pulang, dia langsung menyuruh Si A duduk.
Si A duduk.
Da Jung meletakkan rokok elektrik di atas meja, di depan Si A. Dia lalu tanya, kenapa Si A mengambil rokoknya. Si A bilang, dia fikir Da Jung sudah membuangnya.
Da Jung : Jika ibu tidak merokok, apa itu berarti kau boleh?
Si A : Kenapa ibu bisa melakukannya tapi aku tidak bisa?
Da Jung : Kau masih dibawah umur.
Si A : Dua tahun lagi aku dewasa. Apa bedanya? Aku sudah dewasa.
Da Jung : Si A-ya, orang dewasa…
Si A : Tidak ada banyak perbedaan antara usia 18 dan 20 tahun. Kenapa ibu menghentikanku?
Da Jung : Astaga. Jika merokok dan melakukan semua keinginanmu di usia 18 tahun, lalu bagaimana saat dewasa?
Si A : Jangan khawatir. Apapun yang terjadi, aku tidak akan hidup seperti ibu.
Si A berdiri.
Da Jung marah, hei! Menurutmu kenapa ibu hidup seperti ini?
Si A : Maksud ibu karena aku? Apa aku minta ibu melahirkanku!
Da Jung : Kau…
Si A pergi.
Da Jung menyesal sudah membeli rokok elektrik itu. Ia tak mengerti kenapa ia membeli itu.
Da Jung ingat saat Dae Young ingin membeli rokok elektrik secara online.
Da Jung tanya, kenapa Dae Young mau membelinya. Dia menyuruh Dae Young berhenti merokok.
Dae Young : Apa kenikmatan hidupku jika aku juga berhenti merokok?
Da Jung : Berhentilah merokok. Kuperingatkan kau!
Dae Young mengalah dan masuk ke kamarnya.
Tapi diam-diam Da Jung malah memberi rokok. Dia membawa dua paper bag berukuran sedang bertuliskan ‘BOLD’ dan berjalan memasuki bar. Disana, dia melihat Dae Young sudah mabuk. Da Jung menyuruh Dae Young berhenti minum. Dae Young marah dan menyebut Da Jung adalah orang yang paling buruk.
Da Jung terdiam dan menangis dimarahi Dae Young.
Di rumah, Da Jung mencoba rokoknya tapi dia batuk-batuk.
Si A keluar dan melihat ibunya merokok. Da Jung yang tidak tahan, akhirnya menyimpan rokoknya di laci. Si A melihatnya, lalu masuk lagi ke kamarnya dengan wajah kesal.
Flashback end…
Da Jung meremas rokoknya. Dia bilang harusnya dia membuang rokok itu bersama Dae Young.
Dae Young menemani Si Woo pulang. Si Woo heran Dae Young terus mengikutinya.
Dae Young lalu meminta Si Woo membantunya berlatih.
Si Woo kaget, membantumu berlatih?
Dae Young bilang dia mau bergabung dengan tim basket sekolah dan butuh teman latihan.
Si Woo menolak.
Dae Young tanya kenapa. Jika hobimu main basket, kenapa tidak mau main denganku?
Si Woo : Aku tidak mau.
Tak terasa, mereka sudah tiba di rumah.
Bersamaan dengan itu, Da Jung keluar sambil membawa dus berisi beberapa barang.
Da Jung melihat Dae Young.
Da Jung : Kau putra Deok Jin, kan? Maaf atas kejadian hari ini di kantor guru.
Si Woo : Kenapa minta maaf?
Dae Young melihat rokok elektrik di tangan Da Jung.
Dae Young : Aku sangat kecewa. Bagaimana kau bisa merokok setelah kejadian hari ini di sekolah?
Da Jung berusaha menjelaskan, Woo Young-ah, ini…
Dae Young : Aku tidak tahu apa yang kau fikirkan.
Da Jung : Tunggu sebentar. Apa begitu caramu berbicara kepada orang dewasa? Kenapa kau terus merendahkanku?
Dae Young : Aku punya alasan untuk melakukannya.
Da Jung : Apa?
Dae Young : Sejujurnya aku… aku…
Dae Young minum, lalu meletakkan gelasnya di atas meja dengan sedikit membantingnya.
Dae Young lalu melanjutkan kalimatnya tadi saat bersama Da Jung.
Dae Young : Aku adalah suamimu, Hong Dae Young! Aku hampir mengatakan itu. Aku sangat marah.
Deok Jin meralat ucapan Dae Young. Dia bilang Dae Young mantan suami Da Jung lebih tepatnya.
Dae Young : Hei, aku belum bercerai.
Deok Jin : Lalu? Apa katamu?
Flashback…
Dae Young : Aku…. lama tinggal diluar negeri jadi tidak pandai bicara formal.
Si Woo : Kalau begitu, kau pasti pandai berbahasa Inggris.
Dae Young : Tidak bisa karena aku tinggal di Korea Town.
Dae Young melirik Da Jung yang juga tengah menatapnya.
Flashback end…
Deok Jin : Seharusnya kau bilang padanya bahwa kau Hong Dae Young.
Dae Young bilang itu karena anak-anak mereka.
Deok Jin : Anak-anakmu? Kenapa?
Dae Young menuangkan soju ke gelasnya.
Sekarang kita melihat Dae Young yang sesungguhnya. Dae Young bilang setelah melihat anak-anaknya hari itu, dia sadar banyak yang tidak dia ketahui soal anak-anaknya saat ia menjadi ayah dari anak-anaknya.
Dae Young : Tapi…
Dae Young memikirkan jawaban Si A saat ia tanya apa yang mau Si A lakukan di masa depan. Saat itu Si A bilang tidak ada.
Dae Young ingat jawaban Si A saat ia tanya alasan Si A bekerja. Si A bilang karena ada yang mau dia lakukan.
Dia juga memikirkan saat Si Woo mengaku tidak tertarik pada basket padahal sebenarnya tertarik.
Dae Young bilang, mereka memberitahu Woo Young orang yang mereka temui hari ini tapi tidak bisa mengatakannya pada Hong Dae Young yang sudah membesarkan mereka hampir 20 tahun.
Dae Young : Orang yang anak-anakku butuhkan sekarang bukanlah Hong Dae Young, sang ayah, tapi teman sekolah mereka, Go Woo Young.
Deok Jin : Ya, aku butuh Go Woo Young sekarang lebih dari Hong Dae Young.
Kita melihat sosok Dae Young yang kembali menjadi Woo Young.
Dae Young sewot dan mengangkat tangannya seolah mau memukul Deok Jin.
“Bisakah kau diam!” tanya Dae Young.
Deok Jin malah tersenyum.
Da Jung pergi ke bar. Sampai sana dia celingukan. Ae Rin memanggilnya. Da Jung pun bergegas mendekati Ae Rin.
Ae Rin : Ada apa? Kau tidak pernah keluar biasanya.
Da Jung bilang dia hanya butuh minum.
Da Jung mencari pelayan.
Tak lama pelayan datang, tapi pelayannya Il Kwon.
Da Jung terkejut melihat Il Kwon.
Ae Rin tanya, dia Choi Il Kwon?
Il Kwon : Choo Ae Rin? Ah, senang bertemu denganmu.
Ae Rin menyapa Il Kwon dengan manis.
Da Jung tanya, sedang apa Il Kwon di sana.
Il Kwon bilang bar itu dikelola kakaknya. Karena pekerja paruh waktunya bolos jadi dia membantu kakaknya.
Ae Rin : Kau tampak tampan.
Il Kwon : Kau terlalu baik.
Deok Jin minta saran Dae Young. Dia mau lebih sering ke sekolah nemuin Bu Ok, tapi disana ada Il Kwon.
Dae Young : Dia mungkin sudah dewasa setelah menjadi guru. Biarkan masa lalu berlalu.
Deok Jin tak percaya Il Kwon sudah dewasa. Menurutnya orang macam Il Kwon tidak akan bisa berubah.
Il Kwon meletakkan gelas-gelas di meja. Lalu dia menatap Da Jung yang lagi minum.
Ae Rin menyuruh Da Jung tenang. Dia bilang, Si A merokok bukan masalah besar.
Da Jung : Merokok adalah masalah tapi aku sangat sibuk dengan perceraian dan wawancara. Aku merasa ini terjadi karena aku kurang menjaga mereka. Aku membesarkan mereka selama 18 tahun tapi masih terasa sulit.
Il Kwon mendekati mereka. Dia terkejut mendengar Da Jung dan Dae Young bercerai. Il Kwon lalu minta maaf. Dia bilang dia tak bermaksud menguping.
Da Jung : Tidak masalah. Perceraian bukan masalah besar pada zaman sekarang.
Da Jung melirik jamnya. Dia bilang sudah larut jadi dia harus pergi.
Il Kwon mau mengantar Da Jung tapi Da Jung bilang rumahnya tidak jauh.
Il Kwon : Baguslah. Tunggu disini. Aku akan mengambil mobil.
Il Kwon bergegas mengambil mobilnya.
Ae Rin : Da Jung-ah, Il Kwon sepertinya masih menyukaimu.
Da Jung tak percaya. Ae Rin bilang cinta pertama Il Kwon adalah Da Jung.
Da Jung : Itu semua sudah berlalu.
Lalu mereka mendengar suara tamparan. Mereka menoleh dan melihat sepasang kekasih sedang bertengkar.
“Kuharap kau berakhir dengan janda yang punya anak!”
Si wanita pergi.
Ae Rin mengomentari pasangan itu. Dia bilang yang selingkuh adalah prianya.
Da Jung tanya, apa salahnya dengan janda yang punya anak? Da Jung lalu mengajak Ae Rin pergi.
Kamera menyorot pria yang ditampar. Ternyata dia si pemain bisbol Ye Ji Hoon.
Da Jung dan Ae Rin menunggu Il Kwon diluar.
Da Jung merasa sedih melihat beberapa pasangan yang tampak bahagia.
Ae Rin : Kau masih merasa sedih setelah minum?
Da Jung : Bahkan setelah semua minum, hidupku masih sama.
Ae Rin : Masalahmu adalah hidupmu masih sama? Aku tahu rahasia dalam hidup.
Da Jung : Rahasia untuk hidup?
Ae Rin : Kau ingin tahu? Pertama, tegakkan bahumu. Tutup matamu sambil membayangkan bahwa kau wanita terkeren dan terkuat di dunia. Hitung sampai sepuluh dan saat kau membuka mata, berkencanlah dengan pria pertama yang terlihat.
Da Jung : Bagaimana aku bisa melakukan itu?
Ae Rin : Bisakah kau berhenti merenggut kesenangan? Coba saja.
Da Jung : Kau bisa melakukan itu sesukamu.
Ae Rin : Tentu. Teruslah menertawakan cara hidup orang lain dan terus menjalani hidupmu dengan penuh penyesalan.
Da Jung : Kau benar. Hidupku menyedihkan. Aku tidak berhak menghakimi orang lain.
Da Jung pun mencoba saran Ae Rin. Dia memejamkan matanya, lalu mulai menghitung langkahnya.
Di saat Da Jung mencoba saran Ae Rin, Ae Rin malah pergi karena ditelpon pacarnya.
Da Jung sudah sampai di langkahnya yang kelima.
Terdengar narasi Da Jung.
“Aku menjalani hidupku dengan salah.”
Da Jung ingat saat dia dipecat oleh produsernya.
“Di kantor.”
Da Jung ingat saat dia dan Dae Young sama-sama menyesali pernikahan mereka.
“Dalam pernikahanku juga.”
Da Jung ingat saat Si A meneriakinya tadi.
Si A : Apa aku meminta ibu untuk melahirkanku!
“Sebagai ibu bagi anak-anakku. Aku menjalani hidupku dengan salah sampai saat ini.”
Pada hitungan kesepuluh, tanpa sadar, Da Jung berjalan ke arah mobil.
Tepat saat itu, Dae Young datang menyelamatkannya.
Sontak Da Jung kaget dan ingat saat dulu Dae Young juga menyelamatkannya.
Dae Young : Kau baik-baik saja?
Da Jung pun bereaksi. Dia sadar dari kekagetannya dan bilang kalau dia baik-baik saja.
Dae Young mencoba membaui Da Jung. Da Jung kaget. Dia fikir Dae Young mau menciumnya.
“Kau habis minum.”
“Ah, mian.”
Da Jung melangkah mundur sampai dia menabrak Ji Hoon.
Ji Hoon : Kau baik-baik saja?
Da Jung : Iya.
Ji Hoon : Kalau begitu tolong minggir.
Ji Hoon pun pergi dengan taksi.
Ae Rin muncul dan melihat Dae Young.
Ae Rin : Apa yang terjadi? Dia menyelamatkanmu?
Il Kwon datang dengan mobilnya. Dae Young terkejut melihat Il Kwon, begitu pula Il Kwon.
Dae Young tanya, sedang apa Il Kwon disana.
Il Kwon : Kenapa kau bertanya? Aku bertemu teman-teman lamaku.
Il Kwon menyuruh Dae Young pulang.
Ae Rin tanya umur Dae Young. Dae Young bilang dibawah umur.
Il Kwon menyuruh Da Jung masuk.
Ae Rin menyuruh Da Jung duduk di depan.
Mendengar itu, Dae Young langsung minta Il Kwon mengantarnya juga. Dae Young beralasan, hari sudah larut.
Ae Rin mendukung. Dia bilang malam sangat berbahaya.
Il Kwon terpaksa setuju karena ada Da Jung disana.
Dalam perjalanan, Dae Young menatap sengit Da Jung dan Il Kwon secara bergantian.
Dae Young lalu tanya, sudah berapa lama mereka berteman.
Il Kwon bilang mereka alumni SMA Serim.
Ae Rin bilang mereka lebih dari teman sekolah.
Ae Rin : Il Kwon, cinta pertamamu adalah Da Jung.
Da Jung menatap Ae Rin. Dia menyuruh Ae Rin diam.
Ponsel Dae Young berdering. Telepon dari ‘ayahnya’.
Dae Young : Ya, appa?
Deok Jin sendiri masih di kafe tempat dia dan Dae Young tadi bersama.
Deok Jin : Kau dimana?
Dae Young : Maaf membuatmu menunggu. Aku dalam perjalanan pulang.
Deok Jin : Kau pergi untuk merokok! Kenapa kau pulang!
Dae Young : Aku menyayangimu.
Dae Young memutus panggilan Deok Jin.
Deok Jin kesal, hei! HEI!
Semua pengunjung langsung menatap Deok Jin.
Da Jung mengomentari kata-kata Dae Young ke Deok Jin tadi. Dia bilang Dae Young menunjukkan rasa sayang Dae Young ke Deok Jin.
Da Jung : Deok Jin pasti ayah yang penyayang.
Ae Rin kaget. Dia tak percaya Woo Young anak Deok Jin.
Il Kwon bilang akan lebih bisa dipercaya kalau Woo Young anak Dae Young.
Il Kwon : Dia mirip Hong Dae Young.
Da Jung : Benar, bukan? Kali pertama melihatnya, aku sangat terkejut karena dia mirip Dae Young.
Ae Rin menatap Woo Young.
Ae Rin : Hong Dae Young?
Dae Young langsung tegang. Tapi berikutnya Ae Rin bilang Woo Young jauh lebih tampan dari Dae Young.
Il Kwon : Tidak. Aku sempat berfikir Dae Young sungguh kembali.
Da Jung : Benar, bukan?
Ae Rin tertawa, kalian konyol.
Ae Rin menunjukkan foto Dae Young yang lagi makan dengan suapan besar pada Woo Young.
Ae Rin bilang Dae Young tak bisa dibandingkan dengan Woo Young.
Dae Young kesal, begitu rupanya.
Ae Rin masih tertawa, lihat dia. Kau tidak mirip dengannya. Benar, bukan? Kau terlihat sangat berbeda.
Da Jung : Bukan penampilan sekarang. Cobalah ingat saat dia masih muda. Dia mirip Dae Young, kan?
Ae Rin : Dia mirip Dae Young versi muda. Dae Young pemain basket yang hebat.
Dae Young tersenyum dipuji Ae Rin.
Il Kwon bilang itu masa lalu. Anak-anak sekarang begitu tinggi. Jika Dae Young dan aku bergabung dengan tim basket sekarang, kami mungkin hanya cadangan.
Dae Young membalas kata-kata Il Kwon.
Dae Young : Astaga. Hanya para pemain beruntung yang menjadi pemain utama yang tidak akan lolos. Pemain kunci seperti Dae Young yang selalu menjadi pemain utama lain ceritanya.
Da Jung tanya bagaimana Woo Young tahu Dae Young selalu menjadi pemain utama?
Dae Young bilang karena Dae Young adalah guru basketnya.
Da Jung tanya, kenapa Dae Young mengajari Woo Young basket.
Dae Young bilang karena impiannya adalah menjadi pemain basket.
Ae Rin : Impiannya sama dengan Dae Young.
Dae Young mengalihkan pandangan ke jendela. Ia lega mereka percaya.
Mobil Il Kwon akhirnya berhenti di depan rumah Dae Young dan Da Jung. Da Jung turun, Woo Young juga turun bikin semua heran. Il Kwon menyuruh Woo Young masuk. Dia bilang akan mengantar Woo Young. Tapi Woo Young bilang dia akan pulang naik taksi. Il Kwon mengerti. Mereka pergi.
Woo Young mau pergi, tapi Da Jung menahannya. Da Jung bilang dia akan memanggil taksi. Tapi Woo Young menolak. Dia bilang bisa pulang sendiri.
Da Jung : Aku tahu kau minum.
Dae Young terdiam.
Da Jung : Aku mencium bau alkohol. Aku tidak bilang apa-apa karena Il Kwon adalah gurumu. Aku tidak akan melarangmu minum karena itu akan membuat ayahmu cemas. Di usia itu, apapun yang dikatakan orang tuamu tidak lah penting. Tapi Woo Young-ah, kau bilang impianmu menjadi pemain basket. Karena itu jangan merokok atau pun minum. Katamu Dae Young selalu menjadi pemain utama. Kau tahu bagaimana dia melakukannya? Dia berlatih setiap waktu luang. Dia tidak minum atau merokok. Aku tahu betul karena pernah melihatnya sendiri. Aku tahu betapa keras dia bekerja untuk meraih impiannya.
Dae Young mulai berkaca mendengarnya.
Da Jung : Jika itu impianmu, sesulit apapun, kuharap kau menjaga dirimu dengan baik.
Da Jung lalu minta maaf karena ceramahnya panjang. Ia yakin Dae Young tidak suka. Tapi Dae Young bilang dia suka.
Dae Young : Sudah lama aku tidak mendengar itu.
Da Jung senang. Dia bilang dia merasa dihargai.
Taksi lewat. Da Jung bergegas memanggil taksi. Dia juga membayarkan ongkos taksi dan minta supir taksi mengantar Dae Young dengan selamat.
Dae Young masuk ke taksi.
Da Jung : Woo Young-ah, maaf karena aku mengomelimu lagi. Rokok sangat buruk bagi para atlet. Jadi berhentilah merokok. Aku juga akan berhenti.
Dae Young : Baiklah.
Dae Young lalu menyuruh Da Jung masuk.
Taksi mulai berjalan.
Dae Young tersenyum pahit, mana mungkin.
Dae Young ingat saat Deok Jin bilang rokok elektrik itu miliknya. Deok Jin bilang, Da Jung membelikan rokok itu sebagai hadiah untuk Dae Young, tapi Da Jung tidak tahu Si A akan mengambilnya.
Dae Young menyesal. Dia bilang dia lah yang harus berhenti.
Dae Young mampir ke minimarket tempat Si A kerja. Dia hanya memandangi Si A dari luar, lalu beranjak pergi.
Il Kwon ke bar, menemui teman-temannya. Dia minta maaf karena datang terlambat. Dia bilang dia mau mampir sepulang kerja tapi malah bertemu cinta pertamanya di jalan.
Teman-temannya tanya apa cinta pertama Il Kwon masih cantik. Il Kwon tersenyum lebar. Dia bilang cinta pertamanya masih cantik.
Paginya, Dae Young bangun pagi-pagi sekali untuk bermain basket. Dia ingat nasihat Da Jung padanya tadi malam.
Setelah itu, baik Dae Young dan Da Jung sama-sama jogging.
Da Jung akhirnya berhenti berlari. Dia memikirkan saat dulu Dae Young menyelamatkannya yang nyaris ditabrak mobil. Lalu dia ingat saat tadi malam Woo Young melakukan hal yang sama.
Dia juga memikirkan kata-kata Il Kwon yang merasa Dae Young kembali saat melihat Woo Young.
Dia ingat saat Ae Rin bilang impian Dae Young dan Woo Young sama.
Da Jung pun akhirnya menyadari sesuatu. Dia langsung pergi.
Tanpa disadari Da Jung, Dae Young ada di dekatnya sejak tadi. Di jembatan yang sama.
Da Jung kembali ke rumahnya. Dia membuka album foto dan mengambil foto lama Dae Young.
Dae Young pulang saat Deok Jin lagi beberes. Dae Young bilang dia habis olahraga.
Dae Young : Kondisiku harus prima jika mau mengajari anakku basket.
Deok Jin : Kau merokok?
Dae Young : Aku membuangnya. Mulai sekarang aku tidak akan minum atau merokok.
Dae Young beranjak ke atas.
Deok Jin penasaran berapa lama Dae Young akan tahan tidak minum dan merokok.
Dae Young memakai seragamnya.
Tapi Da Jung tiba-tiba saja muncul di kediaman Deok Jin.
Bersamaan dengan itu, Dae Young turun. Dia sudah siap berangkat sekolah tapi kaget melihat Da Jung datang.
Da Jung mendekati Dae Young. Dia menatap sengit Dae Young.
Da Jung : Kau… Hong Dae Young.
Sontak lah Dae Young kaget Da Jung menyebutnya Dae Young.
Bersambung….
[5 bulan lalu]
Dae Young keluar dari minimarket. Di depan minimarket, dia bertemu Si A yang melintas.
Dae Young tanya, Si A darimana saja dan kenapa tidak menjawab teleponnya.
Si A bilang dia habis belajar.
Si A lalu melihat ayahnya beli bir.
Si A : Ayah minum lagi?
Dae Young : Ayah hanya ingin minum.
Dae Young lalu mengomeli pakaian Si A.
Dae Young : Kau tidak kedinginan!
Dae Young juga bilang berbahaya bagi perempuan pulang malam sendirian.
Mereka mulai berjalan. Tanpa mereka sadari, seseorang memotret mereka.
Orang itu juga memotret Woo Young dan Si A di sekolah, saat Woo Young tanya alasan Si A menghasilkan uang.
Orang itu terus memotret Woo Young. Saat Woo Young turun dari taksi dan menatap Si A dari depan minimarket.
Kamera menyorot kuku si pemotret. Si pemotret berkuteks hitam.